Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan pada Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

(1)

ABSTRAK

INDAH ARYANTI: Identifikasi karakteristik morfologis dan hubungan kekerabatan pada tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) di beberapa desa Kabupaten Simalungun dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Emmy Harso Kardhinata.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik morfologis dan hubungan kekerabatan pada tanaman jahe yang dilaksanakan di tiga desa Kabupaten Simalungun, yaitu Dolok Saribu Kecamatan Dolok Pardamean, Dolok Parmonangan Kecamatan Dolok Panribuan dan Hutaraja Kecamatan Purba pada bulan Juli sampai September 2014 dengan menggunakan metode deskriptif kemudian dilanjutkan dengan metode cluster.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis jahe yaitu jahe putih besar di Dolok Saribu, Dolok Parmonangan dan Hutaraja, Jahe putih kecil di Dolok Parmonangan dan jahe merah di Hutaraja. Pada karakter kualitatif diperoleh 5 persamaan karakter morfologi dan 6 perbedaan karakter morfologi. Pada karakter kuantitatif diperoleh 4 karakter morfologi yang sempit dan 6 karakter morfologi yang luas. Hubungan kekerabatan (kemiripan) tertinggi terdapat pada pada sampel B8 dan B9 dengan nilai jarak koefisien 1,187, sedangkan terendah pada sampel A1 dan A11 dengan nilai jarak koefisien 41,992. Berdasarkan hasil dendogram terbentuk dua kelompok utama yaitu kelompok 1 terdiri dari 40 sampel, kelompok 2 terdiri dari 5 sampel. Kelompok 1 membentuk dua sub kelompok besar yaitu kelompok 1a terdiri dari 38 sampel dan kelompok 1b hanya terdiri dari 2 sampel. Dan kelompok 1a membentuk dua sub kelompok yang lebih kecil lagi yaitu 1aa terdiri dari 27 sampel dan kelompok 1ab terdiri dari 11 sampel.


(2)

ABSTRACT

INDAH ARYANTI: Identification of morphological characteristics and phylogenetic relationship of ginger (Zingiber officinale Rosc.) in some villages of Simalungun, supervised by Eva Sartini Bayu and Emmy Harso Kardhinata.

The objective of research was to identify morphological characteristics and phylogenetic relationship of ginger, research has been conducted at three villages in Simalungun : Dolok Saribu of Dolok Pardamean, Dolok Parmonangan of Dolok Panribuan and Hutaraja of Purba from July to September 2014 by using descriptive method then followed by cluster method.

The result showed that there were three kinds of ginger : large white ginger at Dolok Saribu, Dolok Parmonangan and Hutaraja. Small white ginger at Dolok Parmonangan and red ginger at Hutaraja. In qualitative character was obtainable 5 similarity of morphologycal characters and 6 different morphological characters and in quantitative character was obtainable 4 limited characters and 6 wide character morphologycal. The highest phylogenetic relationship (similarity) were at A3 and A10 sampeles with coefficient equal to 1.187, meanwhile the lowest samples at A1 and A11 with coefficient equal to 46.667. Based on the results of dendogram, there were formed two main groups : the first group consist of 40 samples, the second group consist of 5 samples. Group 1 was formed two major subgroups : group 1a consist of 39 samples and group 1b consist of only 1 sample. And group 1a was forming two smaller sub-groups : 1aa consist of 33 samples and group 1ab consist of 6 samples.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 5 Oktober 1992 dari ayah Syahrul Alfat dan ibu Ernita Siregar. Penulis merupakan putri kedua dari empat

bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N 13 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis memilih minat Pemuliaan Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), serta sebagai asisten dalam di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, Bioteknologi Pertanian dan Sitogenetika.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) periode Juli sampai Agustus 2013 di PT. Perkebunan Nusantara III unit Kebun Labuhan Haji.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan pada Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Syahrul Alfat dan Ibunda Ernita Siregar atas semangat, do’a, dan dukungannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc. selaku anggota komisi pembimbing skripsi yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada Bapak Andi Saragih, Namser Gultom dan Drs. Jansi Purba yang telah memberikan fasilitas dalam melakukan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakak dan adik saya Syahryanita, M. Effan Syahputra dan M. Arief Maulana atas semangat, do’a, dan dukungannya.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat dibutuhkan penulis untuk penelitian dan pengembangan mengenai identifikasi tanaman jahe kedepannya. Demikian skripsi ini ditulis, penulis ucapkan terimakasih.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim... 6

Tanah ... 7

Karakteristik Jahe dan Penyebarannya... 7

Penyusunan Deskripsi ... 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian... 15

PELAKSANAAN PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian ... 18

Pengambilan Sampel ... 18

Wawancara Langsung ... 18

Pengamatan Parameter ... 19

Morfologi Batang ... 19

Tinggi Tanaman (cm) ... 19

Warna Batang ... 19


(6)

Bentuk Batang ... 19

Morfologi Daun ... 19

Jumlah daun pada Batang Utama (helai) ... 19

Bentuk Daun ... 19

Ujung daun ... 20

Pangkal Daun ... 20

Panjang Daun (cm) ... 20

Lebar Daun (cm) ... 20

Morfologi Akar ... 20

Panjang Akar (cm) ... 20

Bobot Akar (g0 ... 20

Bentuk Akar ... 20

Morfologi Rimpang ... 21

Bentuk Rimpng ... 21

Warna Kulit Rimpang ... 21

Permukaan Rimpang ... 21

Warna Daging Rimpang ... 21

Jumlah Anak Rimpang ... 21

Bobot Total Rimpang (g) ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

Karakter-karakter Morfologis Jahe (Zingiber officinale Rosc.) ... 22

Jahe Desa Dolok Saribu ... 25

Jahe Desa Dolok Parmonangan ... 29

Jahe Desa Hutaraja ... 33

Hubungan Kekerabatan ... 39

Pembahasan ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52

Saran ... 53


(7)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Analisis Data Umum Kuisioner Pemilik Lahan dan Karakter lahan ... 22

2. Analisis Data Kegiatan Eksplorasi Tanaman Untuk Data Paspor ... 23

3. Analisis Data Kegiatan Eksplorasi Tanaman Untuk Data Informasi Umum ... 24

4. Karakter-karakter Morfologis Jahe Desa Dolok Saribu ... 25

5. Karakter-karakter Morfologis Jahe Desa Parmonangan ... 29

6. Karakter-karakter Morfologis Jahe Desa Hutaraja ... 33

7. Keragaman Kuantitatif Jahe di Tiga Desa Berdasarkan Perbandingan Nilai Keragaman Dengan Standar Deviasi ... 37


(8)

DAFTAR TABEL

No Hal

9. Analisis Data Umum Kuisioner Pemilik Lahan dan Karakter lahan ... 22

10. Analisis Data Kegiatan Eksplorasi Tanaman Untuk Data Paspor ... 23

11. Analisis Data Kegiatan Eksplorasi Tanaman Untuk Data Informasi Umum ... 24

12. Karakter-karakter Morfologis Jahe Desa Dolok Saribu ... 25

13. Karakter-karakter Morfologis Jahe Desa Parmonangan ... 29

14. Karakter-karakter Morfologis Jahe Desa Hutaraja ... 33

15. Keragaman Kuantitatif Jahe di Tiga Desa Berdasarkan Perbandingan Nilai Keragaman Dengan Standar Deviasi ... 37


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun ... 57

2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dolok Saribu ... 58

3. Analisis Data Umum Kuisioner Desa DolokParmonangan ... 59

4. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Hutaraja ... 60

5. Panduan Eksplorasi Tanaman Untuk Data Paspor ... 61

6. Panduan Eksplorasi Tanaman Untuk Data Informasi Umum ... 62

7. Panduan Identifikasi Karakter Tanaman ... 63

8. Skoring Karakter Morfologis Jahe Desa Dolok Saribu ... 65

9. Skoring Karakter Morfologis Jahe Desa Parmonangan ... 66

10. Skoring Karakter Morfologis Jahe Desa Hutaraja ... 67

11. Deskripsi Jahe Desa Dolok Saribu ... 68

12. Deskripsi Jahe Desa DolokParmonangan ... 70

13. Deskripsi Jahe Desa Hutaraja ... 72

14. Gambar Tanaman Jahe Desa Dolok Saribu ... 73

15. Gambar Tanaman Jahe Desa Dolok Parmonangan ... 74

16. Gambar Tanaman Jahe Desa Hutaraja ... 75

17. Hasil Analisis Software Menggunakan SPSS ... 76


(10)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan komoditas tanaman obat yang memiliki peluang dan prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Yulianto dan Parjanto (2010) mengatakan jahe tidak hanya digunakan sebagai bahan rempah dan obat, tetapi juga sebagai bahan makanan, minuman dan juga kosmetika. Bahan aktif pada jahe terutama minyak atsiri, gingerol, shogal dan zingeron, dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal terstandar maupun fitofarmaka (Bermawie, 2005).

Peluang pengembangan jahe di Indonesia masih cukup cerah, hal ini dapat dilihat dari permintaan pasar dalam negeri untuk keperluan berbagai industri belum bisa dipenuhi, sehingga Indonesia masih mendatangkan jahe dari China. Permintaan pasar akan ekspor jahe cukup tinggi di Indonesia, seperti untuk negara Belanda yang membutuhkan 40 ton setiap bulannya (BPTP, 2012).

Pembudidayaan jahe hampir dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, Berdasarkan data Dirjenbun (2010-2019) pada tahun 2013, produktivitas jahe tertinggi di Indonesia berada di wilayah Sumatera dengan produktivitas mencapai 27,4 ton. Di Sumatera Utara sendiri, tanaman jahe hampir dibudidayakan diseluruh kabupaten dan kota. Sentra penanaman jahe terbesar pada tahun 2012 berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Sumatera utara terdapat di Kabupaten Simalungun yaitu dengan luas areal penanaman 135 Ha dengan produksi mencapai 3.909 ton per tahun dengan produktivitas rata-rata sekitar 29 ton/ha.

Permasalahan pengembangan budidaya dan produktivitas jahe adalah terbatasnya bibit yang unggul dan kurangnya informasi mengenai varietas-varietas


(11)

pertanaman sebelumnya yang produktivitasnya masih belum memberikan keuntungan yang besar terhadap petani. Selain itu juga, tanaman jahe sulit melakukan pembungaan dan pembentukan biji. Oleh karena itu, jahe selalu diperbanyak secara vegetatif melalui rimpangnya, sehingga menyebabkan keanekaragaman (keragaman genetik) yang sangat kecil. Dikenal tiga jenis tanaman jahe yang dibudidayakan di Indonesia, yaitu jahe merah, jahe putih besar, dan jahe putih kecil yang merupakan hasil dari pengembangan varietas lokal dan bukan hasil dari pemuliaan yang terprogram (Devy dan Sastra, 2006).

Informasi mengenai keragaman sangat diperlukan dalam program pemuliaan tanaman, karena dengan semakin tersedianya informasi tersebut, semakin mudah dalam menentukan kedudukan atau kekerabatan antar varietas yang dapat dijadikan sebagai dasar seleksi tanaman. Renwain et al., (1994) menyatakan keberhasilan program pemuliaan tanaman untuk memperbaiki karakter suatu tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber genetik.

Pengumpulan informasi keragaman dilakukan melalui kegiatan pengkayaan seperti eksplorasi. Dengan kegiatan ini peluang munculnya potensi genetik yang diinginkan dapat tersedia (Puslitbanbun, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukannya identifikasi terhadap suatu tanaman. Karakterisasi terhadap koleksi (aksesi) yang dilakukan, bertujuan untuk mendapatkan data sifat atau karakter morfologi agronomis (deskripsi morfologi dasar) sehingga dapat dibedakan fenotip dari setiap aksesi dengan cepat dan mudah, dengan menduga seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki (Bermawie, 2005).

Karateristik morfologi tanaman jahe dapat dilihat berdasarkan ciri vegetatif maupun ciri generatifnya yang berguna untuk mendapatkan deskripsi dan klasifikasi


(12)

tanaman jahe sehingga dapat mempermudah dalam menentukan varietas tanaman jahe tersebut.

Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011 menyatakan bahwa deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter kuantitatif dan kualitatif yang disusun menurut prosedur tertentu sehingga dapat mencirikan suatu varietas.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan identifikasi terhadap karakter-karakter morfologi dan hubungan kekerabatan tanaman jahe yang terdapat pada beberapa desa di Kabupaten Simalungun.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik morfologi dan hubungan kekerabatan pada tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) di beberapa desa di Kabupaten Simalungun.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(13)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Sistematika jahe menurut Hapsoh dan Hasanah (2011) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Monocotyledoneae, Ordo : Zingiberales, Famili : Zingiberaceae, Genus : Zingiber, Spesies : Zingiber officinale Rosc.

Tanaman jahe terdiri atas akar, rimpang, batang, daun dan bunga. Perakaran tanaman jahe merupakan akar tunggal yang semakin membesar seiring dengan bertambah umurnya, hingga membentuk rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tumbuh dari bagian bawah rimpang, sedangkan tunas akan tumbuh dari bagian atas rimpang (Kementerian Pertanian, 2011).

Batang merupakan batang semu dengan tinggi mencapai 30 cm sampai 1 m (BPTP, 2012). Terdiri dari pelepah daun yang yang berpadu. Bagian luar batang

agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua. Biasanya batang dihiasi titik-titik berwarna putih. Batang itu biasanya basah dan mengandung banyak air (succulent) sehingga tergolong tanaman herba (Rostiana, et. al., 1991).

Daun terdiri atas pelepah dan helaian. Pelepah daun melekat membungkus satu sama lain sehingga membentuk batang. Helaian daun tersusun berseling, tipis berbentuk bangun garis sampai lanset, berwarna hijau gelap pada bagian atas dan lebih pucat pada bagian bawah, tulang daun sangat jelas, tersusun sejajar. Panjang daun sekitar 5-25 cm dan lebar 0,8-2,5 cm. bagian ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3-0,6 cm. permukaan atas daun terdapat bulu-bulu putih. Ujung daun meruncing, pangkal daun membulat atau tumpul. Batas antara pelepah dan helaian daun terdapat lidah daun (Ajijah, et. al., 1997).


(14)

Bunga berupa malai keluar di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit dengan panjang 2,75-3 kali lebarnya, sangat tajam, panjang malai 3,5-5 cm, lebar 1,5-1,75 cm, tangkai bunga hampir tidak berbulu dengan panjang 25 cm, terdapat sisik pada tangkai bunga berjumlah 5-7 buah, berbenuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3-5 cm, mahkota bunga berbentuk tabung 2-2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5-2,5 mm, lebar 3-3,5 mm, kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2 (BPTP, 2012).

Buah berbentuk bulat panjang, berkulit tipis berwarna merah yang memiliki tiga ruang berisi masing-masing banyak bakal biji berwarna hitam dan memiliki selaput biji (Rugayah, 1994).

Rimpang bercabang, kulit berbentuk sisik tersusun melingkar dan berbuku-buku, warna kuning cokelat sampai merah tergantung jenisnya, daging berwarna kuning cerah, berserat, aromatik dan merupakan perubahan bentuk dari batang yang terdapat di dalam tanah. Rimpang jahe mempunyai bau yang sangat spesifik (Hapsoh dan Hasanah, 2011).


(15)

Gambar 1. Tanaman Jahe Gambar 2. Rimpang Jahe Putih Besar

Gambar 3. Rimpang Jahe Putih Kecil Gambar 4. Rimpang Jahe Merah Syarat Tumbuh

Iklim

Budidaya jahe memerlukan lahan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan jahe yang optimal diperlukan persyaratan iklim dan lahan sebagai berikut : iklim tipe A, B, dan C, ketinggian tempat 300-900 m dpl, temperatur rata-rata tahunan 25-300 C, jumlah bulan basah (>100 mm/bln) 7-9 bulan per tahunnya. Curah hujan 2500-4000 mm/tahun, intensitas cahaya matahari 70-100 % atau agak ternaungi sampai terbuka (Rostiana, et. al., 2005).


(16)

Jahe terutama dibudidayakan di daerah tropika dengan ketinggian tempat antara 0-1.700 m dpl, memerlukan suhu tinggi serta curah hujan yang cukup selama masa pertumbuhannya. Suhu tanah yang diinginkan antara 25-300 C. Curah hujan yang dibutuhkan antara 2.500-4.000 mm/tahun (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Tanah

Tanah yang mengandung banyak humus, subur dan gembur dengan drainase yang baik merupakan lahan yang disukai jahe. Tanaman ini ditanam di berbagai tipe

tanah, tetapi akan lebih baik pada jenis tanah latosol dan andosol (Rahayuningsih, 2006).

Untuk mendapatkan hasil rimpang yang baik, tanah harus dalam keadaan remah dan ringan sehingga memberi kesempatan akar tersebut berkembang dengan normal. Tanaman ini tidak tahan genangan air sehingga drainasenya harus selalu

diperhatikan. Tanaman jahe merah mampu tumbuh di tanah yang masam pada pH 5-6 (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Karakteristik Jahe dan Penyebarannya

Menurut Cronquist (1981), family Zingiberaceae terdiri dari 47 genus dan sekitar 1000 spesies. Tersebar luas di wilayah tropika, terutama di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Famili Zingiberaceae dikelompokkan atas tiga “tribes’, masing-masing Globbeae terdiri dari 4 genus dan 100 spesies; Zingiberaceae terdiri dari 18 genus dan 300 spesies; dan Alpineae terdiri dari 25 genus dan 600 spesies. Menurut Pandey (2003) bahwa ada kira-kira 47 genus dari 1400 jenis dalam famili Zingiberaceae ini ditemukan pertama kali di daerah tropik di dunia, tetapi terutama terdapat di daerah Indo-Malaya dimana terdapat kira-kira 50 % dari jumlah spesies


(17)

Penyebaran tanaman jahe sudah tentu tidak dapat dipisahkan dari keanekaragaman tipe agroklimat di setiap kawasan. Di Indonesia dikenal beberapa klon jahe seperti jahe kecil atau jahe emprit, jahe merah atau sunti dan jahe gajah. Sampai dengan saat ini secara nasional telah dikoleksi plasma nutfah jahe sejumlah 28 nomor dari berbagai tipe dan daerah. Dengan ketersediaan sumber variasi genetik yang luas itu, memberikan kemungkinan yang leluasa untuk menentukan langkah-langkah perbaikan varietas melalui seleksi dan hibridisasi sehingga didapatkan varietas unggul baru (Lembaga Penelitian Undana, 2006). Menurut Samosir (2011) variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang diharapkan akan besar. Terjadinya variasi dalam suatu tanaman dapat disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan faktor keturunan atau genetik. Perbedaan kondisi lingkungan memungkinkan munculnya variasi dimana variasi tersebut dapat menetukan penampilan akhir dari suatu tanaman. Keragaman penampilan tanaman dapat mengakibatkan perbedaan sifat dalam tanaman atau perbedaan keadaan lingkungan atau kedua-duanya. Apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan tanaman dianggap mempunyai susunan genetik yang sama (berasal dari jenis tanaman yang sama) dan ditanam pada tempat yang sama. Ini berarti cara yang diterapkan tidak mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau keadaan lingkungan atau kedua-duanya (Sitepu, 2011).

Di Indonesia dikenal 3 varietas jahe yakni jahe merah (Z. officinale var. rubrum), jahe putih kecil (Z. officinale var. amarum) dan jahe


(18)

perbedaan morfologi pada ukuran dan warna kulit rimpang (Rostiana et al. 1991), Menurut Prayitno (2002), ada 3 kultivar jahe yaitu :

1. Jahe putih/kuning besar atau yang lebih dikenal dengan sebutan jahe gajah. Memiliki ukuran terbesar disbanding dua jenis jahe lain, sedangkan aromanya kurang tajam dan rasanya kurang pedas, berwarna kuning atau kuning muda. 2. Jahe putih/kuning kecil sering disebut jahe emprit. Warna cenderung putih

sedangkan ukurannya lebih kecil disbanding jahe gajah tetapi lebih besar disbanding jahe merah, memiliki bentuk pipih dengan aroma yang tidak tajam. 3. Jahe merah atau jahe sunti, berwarna merah muda, aromanya tajam dan rasanya

pedas, serta memiliki ukuran yang paling kecil disbanding dua jenis jahe lainnya. Adapun klon/nomor harapan beberapa varietas jahe antara lain sebagai berikut : Jahe besar terdiri dari 6 klon yaitu Cimanggu 1, JPB1, JPB2, JPB3, JPB4 dan JPB6, Jahe putih kecil terdiri dari 10 klon yaitu JPK1, JPK2, JPK3, JPK4, JPK5, JPK6, JPK7, JPK8, JPK9 dan JKP10. Sedangkan untuk jahe merah hanya terdiri dari 2 klon yaitu JM1 dan JM2 (Bermawie, 2006).

Secara morfologi dan dengan jelas dapat dilihat, jahe besar, jahe kecil dan jahe merah dibedakan terutama oleh ukuran rimpang dan warna kulit rimpang. Rostiana et. al., (1991) menyebutkan perbedaan karakteristik ketiga tipe jahe antara lain adalah ukuran rimpang, warna rimpang, kandungan serat, dan warna daun. Lebih lanjut Bermawie, et. al., (2003) menyebutkan ketiga tipe jahe tersebut berbeda dalam hal penampakan rimpang (struktur, warna, bobot rimpang/rumpun, diameter, tinggi dan panjang), panjang akar, batang (tinggi, jumlah, warna dan bentuk), dan daun (panjang, lebar dan warna) serta mutu rimpangnya (kadar atsiri, pati, dan


(19)

dan kadar serat ketiga tipe jahe tersebut bervariasi, baik antar tipe maupun di dalam tipe yang sama. Secara umum, jumlah perbedaan antara jahe merah dan jahe besar secara morfologi lebih banyak dibanding antara jahe besar dan jahe kecil. Setiap varietas jahe bisa memiliki persamaan atau perbedaan ciri/karakter. Menurut Irawan dan Purbayanti (2008), adanya persamaan atau perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar kultivar. Semakin banyak persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya semakin banyak perbedaan ciri, maka semakin jauh hubungan kekerabatannya. Pengelompokkan ciri yang sama merupakan dasar untuk pengklasifikasian.

Jahe Termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu family dengan temu-temuan lainnya seperti : temu lawak (Curcuma xanthorrizha),temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), Lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain (BPTP, 2012).

Jenis Zingiberaceae secara alami dapat tumbuh di hutan hujan tropis yaitu dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Menurut Nurainas dan Yunaidi (2006), tempat tumbuh yang disenangi tumbuhan ini umumnya tempat-tempat yang lembab tapi ada beberapa jenis yang ditemukan pada hutan sekunder, hutan terbuka, pinggir sungai, rawa-rawa dan kadang dapat tumbuh pada daerah terbuka dengan cahaya matahari penuh.

Menurut penelitian yang dilakukan Siagian (2010) menyatakan bahwa perbedaan jumlah Zingiberaceae yang diperoleh dari dua lokasi penelitian di kawasan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara disebabkan salah satunya karena perbedaan faktor fisik lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan Zingiberaceae, cakupan daerah yang diteliti kurang


(20)

luas. Selain itu, bunga dapat mempengaruhi dalam penyebaran Zingiberaceae karena kebanyakan kasus dari para peneliti jarang menemukan bunga Zingiber sehingga data yang diperoleh tidak lengkap. Menurut Holttum (1950) bunga Zingiber

umurnya pendek dan bunga mekar pada pagi hari dan setelah itu menutup dalam beberapa jam. Selain itu, bunga cepat mengalami kerusakan dan memungkinkan penyebaran Zingiber jarang terjadi sehingga jenis yang diperoleh di lokasi penelitian sedikit.

Penyusunan Deskripsi

Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011 menyatakan bahwa deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter penciri varietas yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pengenalan varietas yang dimaksud, pembanding dalam uji kebenaran varietas, serta acuan pengamatan morfologi tanaman dalam proses sertifikasi atau pemurnian varietas. Tiap karakter

yang tercantum didalam deskripsi varietas merupakan hasil pengamatan dari uji keunggulan varietas yang dilaksanakan dalam bentuk adaptasi atau observasi. Mengingat bahwa karakter varietas untuk setiap komoditas tanaman berbeda, sehingga untuk memudahkan dalam penyusunan deskripsi perlu dibuat standar minimal parameter yang harus dicantumkan dalam deskripsi masing-masing komoditas.

Metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam studi penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung berbagai informasi di

lapangan mengenai berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Menurut Connole (1993) memberikan batasan bahwa penelitian kualitatif adalah


(21)

mendokumentasi dan mengetahuinya dengan cara interpretasi. Sedangkan menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen.

Menurut Siagian (2010), jenis-jenis Zingiberaceae yang ditemukan dicatat morfologi penting seperti habitat, letak rhizome, bau rhizome, warna kulit rhizome, warna sisik rhizome, tinggi batang, permukaan batang, warna daun, permukaan daun, warna bunga, bau bunga, letak bunga, dan warna buah serta cirri lain yang akan hilang bila dikeringkan, kemudian dikoleksi dan diberi label gantung bernomor setelah dilakukan pengambilan foto pada bagian tanaman yang dianggap penting.

Deskripsi karakter dari varietas harus diuraikan berdasarkan urutan bagian tanaman sebagai berikut : tanaman, batang, daun, tandan bunga, bunga dan bagiannya, buah dan bagiannya, biji, sifat lainnya (seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, toleransi terhadap cekaman, kualitas, data DNA, dsb). Untuk karakter yang merupakan bagian tanaman agar diurut sebagai berikut : habitat, tinggi, panjang, lebar, ukuran, bentuk, warna (dapat mengacu bagan warna yang telah baku), dan lain-lain. Gunakan sistematika

penulisan sifat yang ringkas, yaitu untuk setiap bagian tanaman diikuti oleh (:) dan karakter dipisahkan dengan (,) (Wibowo dan Adelyana, 2007).

Pelaksanaan karakterisasi koleksi dilakukan oleh kurator plasma nutfah dan harus mengacu kepada kaidah ilmiah yang sudah ditentukan (Bermawie, 2005). Menurut Puslitbangbun (2007) kegiatan karakterisasi jahe meliputi:


(22)

1. Rancangan lingkungan, desain penanaman harus menggunakan rancangan lingkungan, biasanya rancangan acak kelompok, dengan jumlah ulangan disesuaikan dengan kaidah statistik.

2. Rancangan analisis, data hasil pengamatan dianalisis secara statististik terutama untuk sifat morfologi kuantitatif.

3. Varietas Pembanding, penanaman harus menggunakan pembanding, berupa varietas unggul nasional atau varietas lokal. Khusus untuk jahe karena sudah ada varietas unggul yang dilepas, maka karakterisasi plasma nutfah selanjutnya harus menggunakan pembanding varietas tersebut. Sehingga potensi sifat plasma nutfah yang diamati diketahui dengan jelas apakah lebih baik atau lebih buruk dari varietas unggul yang sudah ada.

4. Waktu pengamatan, pengamatan karakter morfologi dilakukan pada kondisi pertumbuhan vegetatif optimal biasanya umur 5-6 bulan setelah tanam.

5. Jumlah tanaman sampel, jumlah sampel yang diamati minimal 10 rumpun tanaman sampel tiap aksesinya. Sampel diambil dari tanaman yang terletak ditengah-tengah petak penanaman.


(23)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Dolok Saribu Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun dengan ketinggian tempat ± 1200 m dpl, desa Dolok Parmonangan Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun dengan ketinggian tempat ± 1300 m dpl, dan desa Hutaraja Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun dengan ketinggian tempat ± 1100 m dpl. Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014. Penentuan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan data produksi jahe tetinggi yang berada di setiap daerah. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh maka lokasi yang dipilih untuk melakukan pengamatan berada di tiga desa tersebut.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Simalungun letaknya diapit oleh 8 kabupaten, yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota Pematangsiantar. Letak astronomisnya antara 02036’-03018’ Lintang Utara dan 98032’-99035’ Bujur Timur dengan luas 4.386,60 km2 berada pada ketinggian 0-1400 meter diatas permukaan laut dimana 75 persen lahannya berada pada kemiringan 0-15% sehingga Kabupaten Simalungun merupakan Kabupaten Terluas ke-3 setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada di kawasan Danau Toba-Parapat. Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Raya sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Haranggaol Horison dengan rata-rata jarak tempuh ke ibukota Kabupaten 51,42 km dimana jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Ujung Padang 113 km (BPS, 2012).


(24)

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah beberapa tanaman jahe yang diambil dari tiga kecamatan dengan masing-masing kecamatan terdiri atas satu desa yaitu “desa Dolok Saribu Kecamatan Dolok Pardamean “desa Dolok Parmonangan Kecamatan Dolok Panribuan”, dan “desa Hutaraja Kecamatan Purba yang akan diteliti karakteristik morfologi dari masing-masing tanaman tersebut.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, gunting, parang, ember, jangka sorong, buku lapangan, alat ukur berupa timbangan dan meteran, spidol, kertas karton/kain putih, pulpen dan plastik.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang akan diselidiki (Nazir, 2011). Dalam hal penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik jahe yang ada di beberapa wilayah Kabupaten Simalungun. Pengambilan sampel diambil menggunakan metode purposive sampling merupakan teknik pengambilan yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Setiawan, 2005).


(25)

Penelitian dari tiga desa di Kabupaten Simalungun tersebut diketahui terdiri dari beberapa sampel yaitu :

Jahe desa Dolok Saribu (A) terdiri dari 15 sampel, yaitu : A1 A4 A7 A10 A13

A2 A5 A8 A11 A14 A3 A6 A9 A12 A15

Jahe desa Dolok Parmonangan (B) terdiri dari 15 sampel, yaitu : B1 B4 B7 B10 B13

B2 B5 B8 B11 B14 B3 B6 B9 B12 B15

Jahe desa Hutaraja (C) terdiri dari 15 sampel, yaitu : C1 C4 C7 C10 C13

C2 C5 C8 C11 C14 C3 C6 C9 C12 C15

Jumlah sampel/desa : 15 sampel Jumlah sampel keseluruhan : 45 sampel

Analisis data fenotipe pada karakter kuantitatif dilakukan untuk melihat keragaman yang ada pada populasi. Analisis perbandingan keragaman juga dilakukan dengan melihat perbandingan keragaman fenotipe dengan standar deviasi keragaman fenotipe.


(26)

Nilai keragaman fenotipe dihitung dengan rumus: σ2

p =

n-1 (∑x2) – [(∑x)2/n] σ2

p = Keragaman fenotipe x = Nilai sampel

n = Jumlah populasi yang diuji

Selanjutnya standar deviasi keragaman fenotipe dihitung berdasarkan rumus : Sdσ2p = σ2p

Sdσ2p = Standar deviasi keragaman fenotipe

Kriteria penilaian terhadap luas dan sempitnya keragaman ditentukan berdasarkan Anderson dan Bancroft (1952) dalam Pinaria, et, al., (1995) sebagai berikut:

Apabila σ2p > 2 x Sd σ2

p berarti bahwa keragaman luas (beragam) Apabila σ2p < 2 x Sd σ2

p berarti bahwa keragaman sempit (seragam)

Data kualitatif dan kuantitatif yang telah terstandarisasi diolah menggunakan program SPSS dengan analisis gerombol (cluster) untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar aksesi dari setiap sampel masing-masing jahe di tiga desa di Kabupaten Simalungun. Analisis cluster digunakan untuk melihat hubungan interdependensi (kekerabatan) antara seluruh set variabel yang diteliti dengan mengelompokkannya ke dalam obyek kelompok yang relatif homogen berdasarkan pada suatu set variabel yang dipertimbangkan untuk diteliti. Dalam analisis cluster pengelompokkan hubungan interdependensi dapat disajikan dalam dendogram (Sutanto, 2009).


(27)

PELAKSANAAN PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan survei yang telah dilakukan terlebih dahulu di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, kemudian setelah didapat informasi tersebut, survei dilakukan di Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun. Penentuan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan data produksi jahe tetinggi yang berada di setiap daerah. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh maka lokasi yang dipilih untuk melakukan pengamatan berada di desa Dolok Saribu Kecamatan Dolok Pardamean, desa Dolok Parmonangan Kecamatan Dolok Panribuan, dan desa Hutaraja Kecamatan Purba.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling, pengambilan sampel diambil untuk lokasi dan tanaman. Menurut Puslitbangbun (2007) jumlah sampel yang diamati minimal 10 rumpun tanaman sampel tiap aksesinya. Sampel diambil dari tanaman yang terletak di tengah-tengah petak penanaman.

Wawancara Langsung

Dilakukan wawancara langsung kepada petani dengan mengetahui luas lahan masing-masing kebun petani, cara pemeliharaannya, berapa jumlah populasi

tanaman, asal tanaman, cara perbanyakan, serta jumlah produksi (Lampiran 2, 3 dan 4). Kemudian dilakukan kegiatan eksplorasi tanaman untuk


(28)

Pengamatan Parameter Morfologi Batang Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman jahe diukur dari leher akar sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan meteran.

Warna Batang

Warna batang diamati secara visual dengan karakteristik warna batang yang telah ditentukan (Lampiran 7).

Diameter Batang(cm)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong dan diukur 5 cm dari atas tanah.

Jumlah Batang/Rumpun

Dihitung seluruh jumlah batang/rumpun yang dimiliki pada tanaman.

Bentuk Batang

Bentuk batang diamati secara visual dengan karakteristik bentuk batang yang telah ditentukan (Lampiran 7).

Morfologi Daun

Jumlah Daun pada Batang Utama (helai)

Dihitung seluruh jumlah daun yang telah terbuka di bagian batang utama pada tanaman.

Bentuk Daun

Bentuk daun diamati secara visual dengan karakteristik bentuk daun yang telah ditentukan (Lampiran 7).


(29)

Ujung Daun

Ujung daun diamati secara visual dengan karakteristik ujung daun yang telah ditentukan (Lampiran 7).

Pangkal Daun

Pangkal daun diamati secara visual dengan karakteristik pangkal daun yang telah ditentukan (Lampiran 7).

Panjang Daun (cm)

Dipilih daun yang memiliki ukuran daun terpanjang kemudian diukur dengan menggunakan meteran dari pangkal daun sampai ujung daun.

Lebar Daun (cm)

Lebar daun diukur dengan menggunakan meteran dari bagian tengah helaian daun yang terlebar.

Morfologi Akar Panjang Akar (cm)

Panjang akar diukur dari bawah pangkal batang yang berada dibawah tanah hingga ke ujung akar tanaman.

Bobot Akar (g)

Ditimbang bobot akar yang ada pada satu tanaman dengan menggunakan timbangan.

Bentuk Akar

Bentuk akar diamati secara visual dengan karakteristik bentuk akar yang telah ditentukan (Lampiran 7).


(30)

Morfologi Rimpang Bentuk Rimpang

Bentuk rimpang diamati secara visual dengan karakteristik bentuk rimpang yang telah ditentukan (Lampiran 7).

Warna Kulit Rimpang

Warna kulit rimpang diamati secara visual sesuai dengan karakteristik warna kulit rimpang (Lampiran 7).

Permukaan Rimpang

Permukaan rimpang diamati dengan cara meraba bagian permukaan dengan karakteristik permukaan rimpang (Lampiran 7).

Warna Daging Rimpang

Warna daging rimpang diamati secara visual dengan karakteristik warna daging rimpang yang telah ditentukan (Lampiran 7).

Jumlah Anak Rimpang

Dihitung jumlah tunas rimpang yang berada di seluruh bagian rimpang.

Bobot Total Rimpang (g)

Ditimbang bobot rimpang yang ada pada satu tanaman dengan menggunakan timbangan.


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Karakter-karakter Morfologis Jahe (Zingiber officinaleRosc.)

Hasil survei di tiga desa menunjukkan bahwa ditemukan jenis jahe yang berbeda pada setiap desa. Di desa dolok saribu terdapat 2 jenis jahe yaitu, jahe putih besar dan jahe merah, desa dolok parmonangan terdapat dua jenis yaitu jahe putih besar dan jahe putih kecil, dan di desa huta raja hanya terdapat 1 jenis jahe, yaitu jahe putih besar.

Dari setiap desa, dilakukan analisis data umum terhadap pemilik lahan dan karakteristik lahannya..

Tabel 1. Analisis data umum kuesioner pemilik lahan dan karakter lahan

Uraian Desa Dolok

Saribu

Desa Dolok

Parmonangan Desa Hutaraja

Nama Andi Saragih Namser Gultom Drs. Jansi Purba

Umur 32 tahun 33 tahun 48 tahun

Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki

Pekerjaan Petani Petani Kepala Desa

Pendidikan Terakhir SMA STM S1-Fisipol

Alamat Lahan

Desa Dolok Saribu Kecamatan Dolok Pardamean Desa Parmonangan Kecamatan Dolok Panribuan Desa Hutaraja Kecamatan Purba Luas Lahan Jarak Tanam 4 rante

(40 cm x 60 cm)

3 rante

(30 cm x 50 cm)

7 rante

(30 cm x 60 cm)

Ketinggian Tempat ± 1200 m dpl ± 1300 m dpl ± 1100 m dpl

Umur Tanaman ± 6 bulan ± 6 bulan ± 6 bulan

Jumlah Tanaman ± 7000 tanaman ± 7200 tanaman ± 14000 tanaman Nama Varietas Jahe putih besar ,

Jahe merah

Jahe putih besar,

jahe putih kecil Jahe putih besar Cara Perbanyakan Secara vegetatif

(rimpang)

Secara vegetatif (rimpang)

Secara vegetatif (rimpang) Asal Tanaman Bibit hasil vegetatif

(desa Parlembuan)

Bibit hasil vegetatif (Kampung Sirube-rube)

Bibit hasil vegetatif (Raya Huluan) Hasil Panen Pedagang pengumpul

hasil panen

Pedagang pengumpul hasil panen

Pedagang pengumpul hasil panen


(32)

Karakter lahan tertinggi terdapat pada desa Parmonangan yaitu ±1.300 m dpl, sedangkan lahan terendah pada desa Hutaraja yaitu ±1.100 m dpl. Umur tanaman yang dilakukan dalam penelitian pada ketiga desa rata-rata berumur ± 6 bulan. Jarak tanam terbesar terdapat pada desa Dolok Saribu yaitu 40 x 60 cm dan terendah pada desa Dolok Parmonangan yaitu 30 x 50 cm (Tabel 1).

Kemudian diperoleh hasil survei kegiatan eksplorasi tanaman untuk data paspor dan data informasi umum.

Tabel 2 Analisis data kegiatan eksplorasi tanaman untuk data paspor

Uraian Desa Dolok Saribu Desa Parmonangan Desa Hutaraja

No. Koleksi A1-A15 B1-B15 C1-C15

Nama Kolektor Indah Aryanti Indah Aryanti Indah Aryanti

Tanggal Koleksi 18-Sep-14 20-Sep-14 16-Sep-14

Sumber Benih Petani Petani Petani

Topografi Bergelombang Bukit Bukit

Tekstur Tanah Lempung berpasir* Lempung berpasir* Lempung berpasir*

Irigasi Sedang Sedang Sedang

Metode Sampling Acak Acak Acak

Status Contoh Varietas Lokal Varietas Lokal Varietas Lokal

Tipe Contoh Tanaman Tanaman Tanaman

Keterangan : *hasil uji laboratorium

Sumber bibit dari masing-masing desa diperoleh dari petani setempat. Berdasarkan topografinya didapat dua desa yang memiliki topografi berbukit yaiu pada desa Parmonangan dan desa Hutaraja, sedangkan pada desa Dolok Saribu bertopografi bergelombang. Metode sampling yang digunakan yaitu secara acak berdasarkan pertimbangan tertentu. Status contoh sampel yang diambil berasal dari varietas lokal. Sedangkan tipe contoh untuk penggunaan sampel di tiga desa dalam tanaman yang utuh (sesuai dengan karakter morfologi yang diidentifikasi) (Tabel 2).


(33)

Tabel 3. Analisis data kegiatan eksplorasi tanaman untuk data informasi umum

Uraian Desa Dolok Saribu Desa Parmonangan Desa Hutaraja

No Aksesi A B C

Negara Asal, Donor Indonesia Indonesia Indonesia

Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara

Kabupaten Simalungun Simalungun Simalungun

Kecamatan Dolok Pardamean Dolok panribuan Purba

Desa Dolok Saribu Parmonangan Hutaraja

Bahasa Pege Pege Pege

Kegunaan Komersial Komersial Komersial

Distribusi Banyak Banyak Banyak

Tanggal Registrasi 18-Sep-14 20-Sep-14 16-Sep-14

Negara asal/donor tanaman yang diidentifikasi di tiga desa berasal dari : Indonesia, Provinsi : Sumatera Utara, Kabupaten : Simalungun, Kecamatan : Dolok Pardamean (desa Dolok Saribu), Dolok Panribuan (desa Parmonangan), Hutaraja (desa Hutaraja). Masyarakat setempat menggunakan nama bahasa daerah dengan sebutan pege yang dikenal sebagai jahe.


(34)

2. Jahe Desa Dolok Saribu

Data hasil pengamatan parameter pada karakter morfologis batang, daun, akar dan rimpang jahe desa Dolok Saribu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Karakter-karakter morfologis Jahe

Pengamatan Parameter A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 Morfologi Batang

Tinggi Tanaman (m) 0,58 0,56 0,6 0,62 0,71 0,6 0,65 0,59 0,6 0,61 Warna Batang Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Diameter Batang (mm) 14,35 4,99 11,2 12,14 12,06 12,61 15,03 13,93 10,51 13,65

Jumlah Batang/Rumpun 3 4 4 4 3 4 3 3 3 5

Bentuk Batang Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Morfologi daun

Jumlah Daun/Batang 18 26 19 24 26 15 15 19 24 20 Bentuk Daun Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Ujung Daun

Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Pangkal Daun Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Panjang Daun (cm) 27,2 17,5 25,7 21,4 24,4 27,2 28,7 26,9 20,6 24,6 Lebar daun (cm) 3,1 2,4 3,1 2,8 3,3 3,5 3,6 3,1 2,8 3,1

Morfologi Akar

Panjang Akar (cm) 15,3 20,5 22,8 25,6 20,6 13,7 17,5 17,7 18,3 24,1 Bobot Akar (g) 16,27 18,63 19,97 19,64 17,11 10.17 11,94 12,67 15,68 19,67 Bentuk Akar Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Morfologi Rimpang

Bentuk Rimpang Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Warna Kulit Rimpang Putih

Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Permukaan Rimpang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Warna Daging Rimpang Kuning Kuning Kuning Kuning

Keabuan Kuning

Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning

Keabuan Kuning Jumlah Anak Rimpang 16 26 26 26 24 30 20 13 27 18


(35)

Pengamatan Parameter A11 A12 A13 A14 A15 Morfologi Batang

Tinggi Tanaman (m) 0,34 0,8 0,69 0,8 0,71

Warna Batang Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Diameter Batang (mm) 13,73 15,58 13,73 14 14,49

Jumlah Batang/Rumpun 3 3 5 4 6

Bentuk Batang Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Morfologi Daun

Jumlah Daun/Batang Bentuk Daun

Ujung Daun Pangkal Daun Panjang Daun (cm) Lebar daun (cm)

20 26 25 24 24

Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset

Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing

Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul

24,4 30,7 27,1 27,2 28,1

2,9 3,3 2,8 3,1 2,9

Morfologi Akar

Panjang Akar (cm) 26,2 31,4 37.8 24,4 21,2

Bobot Akar (g) 69,2 141,76 144,12 113,5 81,23

Bentuk Akar Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Morfologi Rimpang

Bentuk Rimpang Tidak Teratur Tidak

Teratur Tidak Teratur

Tidak

Teratur Tidak Teratur

Warna Kulit Rimpang Merah Merah Merah Merah Merah

Permukaan Rimpang Licin Licin Licin Licin Licin

Warna Daging Rimpang Abu-abu Muda Kekuningan Kuning Keabuan Abu-abu Muda Kekuningan Kuning Keabuan Abu-abu Muda Kekuningan

Jumlah Anak Rimpang 37 30 50 32 45


(36)

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jahe putih besar Desa Dolok Saribu memiliki karakteristik tinggi tanaman 0,5-0,7 m, warna batang hijau, diameter batang 4-15 mm, jumlah batang/rumpun 3-5 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 15-26 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 17-29 cm, lebar daun 2-4 cm, panjang akar 13-26 cm, bobot akar 10-20 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang lurus, warna kulit rimpang putih kekuningan, permukaan rimpang sedang, warna daging rimpang kuning dan kuning keabuan, jumlah anak rimpang 13-30, bobot total rimpang 204-305 g.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jahe merah Desa Dolok Saribu memiliki karakteristik tinggi tanaman 0,3-0,8 m, warna batang hijau, diameter batang 13-16 mm, jumlah batang/rumpun 3-6 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 20-26 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 24-31 cm, lebar daun 2-3 cm, panjang akar 21-38 cm, bobot akar 69-144 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang melengkung/tidak teratur, warna kulit rimpang merah, permukaan rimpang licin, warna daging rimpang abu-abu muda kekuningan dan kuning keabuan, jumlah anak rimpang 30-50, bobot total rimpang 224-283 g.


(37)

Gambar beberapa rimpang jahe yang terdapat di desa Dolok Saribu dapat dilihat pada gambar 5 sebagai berikut:

(a)

(b)

Gambar 5. Karakter morfologis bentuk dan warna rimpang jahe desa Dolok Saribu (a) jahe putih besar dan (b) jahe merah


(38)

2. Jahe Desa Dolok Parmonangan

Data hasil pengamatan parameter pada karakter morfologis batang, daun, akar dan rimpang jahe desa Dolok Parmonangan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Karakter-karakter morfologis Jahe

Pengamatan Parameter B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10

Morfologi Batang

Tinggi Tanaman (m) 0,73 0,72 0,61 0,55 0,74 0,77 0,67 0,73 0,7 0,57

Warna Batang Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Diameter Batang (mm) 11,22 11,83 11,92 12,57 15,74 15,46 13,6 12,26 13,87 11,99

Jumlah Batang/Rumpun 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4

Bentuk Batang Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Pipih Bulat Pipih Bulat Bulat Pipih Pipih Bulat Bulat Pipih Pipih Bulat Pipih Bulat Morfologi Daun

Jumlah Daun/Batang 20 28 26 23 27 24 24 28 27 20

Bentuk Daun Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Ujung Daun

Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Pangkal Daun Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul

Panjang Daun (cm) 27,7 24,2 22,6 20,2 24,9 25,9 23,6 23,7 24,3 21,3

Lebar daun (cm) 2,9 3,2 3,3 2,9 3,2 3,1 2,9 2,7 3,1 2,8

Morfologi Akar

Panjang Akar (cm) 28,1 37,7 25,8 22,6 25,2 28,6 21,1 36,1 32,9 18,9

Bobot Akar (g) 15,95 18,94 15,97 16,43 19,21 20,69 29.2 20,46 24,93 13.67

Bentuk Akar Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Morfologi Rimpang Bentuk Rimpang Tidak

Teratur Tidak Teratur Tidak Teratur Tidak Teratur Tidak

Teratur Lurus

Tidak Teratur

Tidak Teratur

Tidak

Teratur Lurus Warna Kulit Rimpang Kuning

Kecoklatan Putih Kekuningan Kuning Kecoklatan Kuning Kehijauan Kuning Kecoklatan Putih Kekuningan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kehijauan Permukaan Rimpang Sedang Sedang Kasar Kasar Kasar Sedang Sedang Sedang Sedang Kasar Warna Daging Rimpang Kuning

Keabuan Kuning Keabuan Abu-abu muda kekuningan Kuning Keabuan Abu-abu muda kekuningan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan


(39)

Pengamatan Parameter B11 B12 B13 B14 B15 Morfologi Batang

Tinggi Tanaman (m) 0,67 0,58 0,56 0,63 0,61

Warna Batang Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda

Diameter Batang (mm) 12,79 9,86 11,88 12,26 14,07

Jumlah Batang/Rumpun 8 4 4 5 7

Bentuk Batang Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih

Morfologi Daun

Jumlah Daun/Batang 27 20 22 23 30

Bentuk Daun Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset

Ujung Daun

Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing

Pangkal Daun Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul

Panjang Daun (cm) 28,1 26,1 22,6 23,2 24,2

Lebar daun (cm) 3,1 2,9 2,8 2,9 3,1

Morfologi Akar

Panjang Akar (cm) 22,3 21,2 26,9 31,6 26,3

Bobot Akar (g) 14.54 17,99 27,18 25,65 20,82

Bentuk Akar Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Morfologi Rimpang

Bentuk Rimpang Tidak Teratur Lurus Tidak Teratur Lurus Tidak Teratur

Warna Kulit Rimpang Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kehijauan Kuning Kehijauan Kuning Kecoklatan

Permukaan Rimpang Sedang Sedang Kasar Kasar Sedang

Warna Daging Rimpang Abu-abu muda

kekuni-ngan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan

Jumlah Anak Rimpang 68 37 49 53 73

Bobot Total Rimpang (g) 552,35 278,97 210,38 328,86 425,09


(40)

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jahe putih besar Desa Dolok Parmonangan memiliki karakteristik tinggi tanaman 0,5-0,8 m, warna batang hijau, diameter batang 11-16 mm, jumlah batang/rumpun 3-5 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 20-28 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 20-28 cm, lebar daun 2-3 cm, panjang akar 18-38 cm, bobot akar 13-30 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang lurus dan melengkung/tidak teratur, warna kulit rimpang kuning kecoklatan, putih kekuningan dan kuning kehijuan, permukaan rimpang sedang dan kasar, warna daging rimpang kuning keabuan dan abu-abu muda kekuningan, jumlah anak rimpang 41-75, bobot total rimpang 234-404 g.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jahe putih kecil Desa Dolok Parmonangan memiliki karakteristik tinggi tanaman 0,5-0,7 m, warna batang hijau muda, diameter batang 9-15 mm, jumlah batang/rumpun 4-8 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 20-30 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 22-28 cm, lebar daun 2-3 cm, panjang akar 21-32 cm, bobot akar 14-28 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang melengkung/tidak teratur dan lurus, warna kulit rimpang kuning kecoklatan,dan kuning kehijauan, permukaan rimpang sedang dan kasar, warna daging rimpang abu-abu muda kekuningan dan kuning keabuan, jumlah anak rimpang 37-73, bobot total rimpang 210-553 g.


(41)

Gambar beberapa rimpang jahe yang terdapat di desa Parmonangan dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut:

(a)

(b)

Gambar 6. Karakter morfologis bentuk dan warna rimpang jahe desa Parmonangan (a) jahe putih besar dan (b) jahe putih kecil


(42)

3. Jahe Desa Hutaraja

Data hasil pengamatan parameter pada karakter morfologis batang, daun, akar dan rimpang jahe desa Hutaraja dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Karakter-karakter morfologis Jahe

Pengamatan Parameter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15

Morfologi Batang

Tinggi Tanaman (m) 0,84 0,83 0,6 0,79 0,8 0,65 0,63 0,78 0,57 0,9 0,68 0,73 0,77 0,64 0,67 Warna Batang Hijau

Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Hijau Muda Diameter Batang (mm) 9,15 13,12 12,96 11,56 12,44 11,26 9,95 8,78 10,03 12,64 8,27 8,91 12,28 9,92 8,8

Jumlah Batang/Rumpun 4 6 4 6 5 5 2 4 5 6 6 4 7 5 8

Bentuk Batang Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Bulat Pipih Morfologi Daun

Jumlah Daun/Batang 24 32 27 30 29 26 22 27 19 32 24 27 26 22 24

Bentuk Daun Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Lanset Ujung Daun

Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Pangkal Daun Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Panjang Daun (cm) 27,4 24,9 19,9 22,2 28,7 22,9 17,6 22,6 22,8 28,6 25,2 25,2 25,2 20,4 23,1

Lebar daun (cm) 2,3 2,6 2,3 2,5 2,9 2,6 2,1 2,4 2,7 3,1 2,7 2,6 2,8 2,2 2,8

Morfologi Akar

Panjang Akar (cm) 23,6 18,2 23,1 20,5 27,6 21,3 26,1 24,2 19,2 32,6 22,3 19,8 27,2 21,5 23,1 Bobot Akar (g) 21,72 18,87 14,03 14,55 39,5 43,38 33,44 31,43 14,8 19,7 14,48 12,26 44,84 19,69 15,65 Bentuk Akar Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Morfologi Rimpang

Bentuk Rimpang Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus

Warna Kulit Rimpang

Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- Tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Kuning Kecokla- tan Permukaan Rimpang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Warna Daging Rimpang Keabuan Kuning

Abu-abu muda kekuni-ngan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan Kuning Keabuan


(43)

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jahe putih besar Desa Hutaraja memiliki karakteristik tinggi tanaman 0,5-0,9 m, warna batang hijau muda, diameter batang 8-14 mm, jumlah batang/rumpun 2-8 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 19-32 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 17-29 cm, lebar daun 2-4 cm, panjang akar 18-33 cm, bobot akar 12-45 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang lurus, warna kulit rimpang kuning kecoklatan, putih kekuningan dan kuning kehijuan, permukaan rimpang sedang, warna daging rimpang kuning keabuan dan abu-abu muda kekuningan, jumlah anak rimpang 26-62, bobot total rimpang 122-848 g.


(44)

Tabel 7. Keragaman kuantitatif jahe di tiga desa

Karakter

Lokasi penelitian

Dolok Saribu Dolok Parmonangan Hutaraja

Rataan ± Sd σ2p Kriteria Rataan ± Sd σ2p Kriteria Rataan ± Sd σ2p Kriteria Jahe Putih Besar

Tinggi Tanaman (m) 0.612 ± 0.042 0.002 Sempit 0.679 ± 0.077 0.006 Sempit 0.738 ± 0.094 0.009 Sempit Diameter Batang (mm) 12.047 ± 2.858 8.169 Sempit 12.578 ± 1.511 2.284 Sempit 10.671 ± 1.726 2.98 Sempit

Jumlah Batang/Rumpun 3,6 ± 0.699 0.489 Sempit 4 ± 0.471 0.222 Sempit 5.133 ± 1.457 2.124 Sempit

Jumlah Daun/Batang 20.6 ± 4.169 17.378 Luas 24.7 ± 3,02 9,122 Luas 26.067 ± 3.712 13.781 Luas

Panjang Daun (cm) 24.42 ± 3.546 12.577 Luas 23.5 ± 1,831 3,353 Luas 23.78 ± 3,146 9.9 Luas

Lebar daun (cm) 3.08 ± 0.352 0.124 Sempit 2.93 ± 0.157 0.025 Sempit 2.573 ± 0.276 0.076 Sempit

Panjang Akar (cm) 19.61 ± 3.82 14.59 Luas 27.7 ± 6.284 39.493 Luas 23.353 ± 3.781 14.294 Luas

Bobot Akar (g) 16.175 ± 3.529 12.451 Luas 19.541 ± 4.651 21.633 Luas 23.889 ± 11.447 131.027 Luas

Jumlah Anak Rimpang 22.66 ± 5.522 30.489 Luas 55.3 ± 11.106 123.344 Luas 43.4 ± 11.083 122.829 Luas Bobot Total Rimpang (g) 244.119 ± 40.33 1626.503 Luas 319.351 ± 57.321 3285.684 Luas 423.985 ± 185.253 34318.714 Luas Jahe Putih Kecil

Tinggi Tanaman (m) - - - 0.61 ± 0.043 0.002 Sempit - - -

Diameter Batang (mm) - - - 12.172 ± 1.535 2.356 Sempit - - -

Jumlah Batang/Rumpun - - - 5.6 ± 1.817 3.3 Sempit - - -

Jumlah Daun/Batang - - - 24.4 ± 3.611 13.04 Luas - - -

Panjang Daun (cm) - - - 24.84 ± 2.255 5.083 Luas - - -

Lebar daun (cm) - - - 2.96 ± 0.134 0.018 Sempit - - -

Panjang Akar (cm) - - - 25.66 ± 4.136 17.103 Luas - - -

Bobot Akar (g) - - - 21.236 ± 5.253 27.59 Luas - - -

Jumlah Anak Rimpang - - - 56 ± 13.054 170.4 Luas - - -

Bobot Total Rimpang (g) - - - 359.13 ± 133.373 17788.288 Luas - - -

Jahe Merah

Tinggi Tanaman (m) 0.668 ± 0.19 0.036 Sempit - - - -

Diameter Batang (mm) 14.306 ± 0.777 0.604 Sempit - - - -

Jumlah Batang/Rumpun 4.2 ± 1.304 1.7 Sempit - - - -

Jumlah Daun/Batang 23.8 ± 2.28 5.2 Luas - - - -


(45)

Hasil analisis keseragaman dengan perbandingan standar deviasi, terdapat kriteria variabilitas fenotipe dari masing-masing jenis jahe yang terdapat di setiap desa (Tabel 7.) yaitu diperoleh empat karakter sempit (seragam) pada karakter tinggi tanaman (m), diameter batang (mm), jumlah batang/rumpun, dan lebar

daun (cm). Sedangkan karakter luas (beragam) yaitu pada karakter jumlah daun/batang, panjang daun (cm), panjang akar (cm), bobot akar (g),


(46)

Hubungan Kekerabatan

Berdasarkan karakter morfologis jahe di tiga desa diperoleh nilai hubungan kekerabatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Hubungan kekerabatan jahe di tiga desa Kabupaten Simalungun dilihat dari Proximity matrix (dissimilarity matrix)

No. Nilai Koefisien Hubungan Kekerabatan

1 1,187 B8 B9

2 2,375 A3 A10

3 2,716 C8 C12

4 2,985 A4 A9

5 3,328 A6 A7

6 3,832 C4 C6

7 4,446 A1 A8

8 4,680 B12 C9

9 4,788 A11 A15

10 4,855 C4 C8

11 5,709 A12 A14

12 6,310 B2 B8

13 6,329 A3 A5

14 6,611 A1 A6

15 6,660 C4 C14

16 7,495 C3 C4

17 7,600 B4 B10

18 8,374 B3 B5

19 8,463 C10 C13

20 8,493 B1 B7

21 8,728 B13 B14

22 9,502 A4 B12

23 10,758 B1 B2

24 10,973 A1 A3

25 11,404 C1 C3

26 12,027 C2 C5

27 12,049 C1 A11

28 13,425 B4 B13

29 14,026 A13 A15

30 14,322 B11 B15

31 14,618 C1 C2

32 14,649 B1 B6

33 14,659 A12 A13

34 14,976 A1 A4

35 16,938 B3 B4

36 18,694 B11 C10

37 19,978 B1 B3

38 21,161 A2 C7

39 23,617 B11 C1

40 29,231 B1 B11

41 29,261 A11 A12

42 31,959 A1 B1

43 37,482 A1 A2


(47)

Dari tabel 8. Berdasarkan nilai jarak koefisien diperoleh kesimpulan bahwa semakin kecil nilai koefisien antara variabel satu dengan variabel lainnya maka semakin mirip hubungan kekerabatan pada kedua variabel tersebut. Sehingga diketahui bahwa tingkat kemiripan (kesamaan) tertinggi yang memiliki hubungan kekerabatan yaitu pada sampel B8 dan B9 sebesar 1,187 sedangkan tingkat kemiripan (kesamaan) terendah yang memiliki hubungan kekerabatan yaitu pada sampel A1 dan A11 sebesar 41,992.

Dari hasil penelitian di tiga desa Kabupaten Simalungun diperoleh dendogram hubungan kekerabatan dilihat dari ketidaksamaan antar variabel jahe di tiga desa pada masing-masing sampel dapat dilihat pada Gambar 9. berikut ini :

1

2 1a

1b 1aa

1ab Dendogram Hubungan Kekerabatan di Tiga Desa Kabupaten Simalungun


(48)

Pembahasan

Karakter-Karakter Morfologis Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan jenis jahe yang diidentifikasi merupakan daerah sentra produksi terbesar untuk pertanaman tanaman jahe di Kabupaten Simalungun. Dari karakteristik morfologis jenis-jenis jahe di tiga desa tersebut dapat dilakukan pengamatan secara visual. Pada masing-masing pengamatan di setiap desa untuk parameter bentuk batang, bentuk daun, ujung daun, pangkal daun serta bentuk akar terdapat persamaan karakterisitik morfologi.

Pada parameter tinggi tanaman untuk jahe putih besar desa Dolok Saribu antara 0,5-0,7 m, desa Dolok Parmonangan 0,5-0,8 m dan desa Hutaraja antara 0,5-0,7 m, untuk jahe putih kecil desa Dolok Parmonangan antara 0,5-0,7 m dan jahe merah desa Dolok Saribu antara 0,3-0,8 m. Ciri umum pada batang jahe di daerah Kabupaten Simalungun adalah batang ditutupi oleh pelepah-pelepah daun, basah dan mengandung banyak air, bagian batang yang terdapat dalam tanah, berdaging, berbuku-buku dan bercabang (Gambar 8b.). Hal ini sesuai dengan literatur Rostiana et. al., (1991) yang menyatakan bahwa jahe merupakan batang semu yang terdiri dari pelepah daun yang yang berpadu. Biasanya batang dihiasi titik-titik berwarna putih. Batang itu biasanya basah dan mengandung banyak air (succulent). Selain itu, pada bagian akar jahe, akar tumbuh dari bagian bawah rimpang sedangkan tunas tumbuh dari bagian atas rimpang yang akan menjadi anakan-anakan baru (Gambar 8h dan 8i). Hal ini sesuai dengan literatur Kementrian Pertanian (2011) yang menyatakan bahwa perakaran tanaman jahe


(49)

umurnya, hingga membentuk rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tumbuh dari bagian bawah rimpang, sedangkan tunas akan tumbuh dari bagian atas rimpang.

Hasil identifikasi jenis jahe desa Dolok Saribu, Dolok Parmonangan, dan Hutaraja menunjukkan bahwa pada karakter bentuk daun, ujung daun dan pangkal daun jahe terdapat persamaan yaitu berbentuk lanset dengan ujung daun yang meruncing serta memiliki pangkal daun yang tumpul (Gambar 8c.), daun jahe

juga terdiri atas pelepah dan helaian. Hal ini sesuai dengan literatur Ajijah et.al., (1997) yang menyatakan bahwa daun terdiri atas pelepah dan

helaian. Pelepah daun melekat membungkus satu sama lain sehingga membentuk batang. Helaian daun tersusun berseling, tipis berbentuk bangun garis sampai lanset. Ujung daun meruncing, pangkal daun membulat atau tumpul.

Ukuran daun jahe di tiga desa tergolong besar dibandingkan dengan ukuran daun jahe pada umumnya. Jahe putih besar desa Dolok Saribu antara panjang 17-29 cm dan lebar 2-4 cm, desa Dolok parmonangan antara panjang 20-28 cm dan lebar 2-3 cm dan desa Hutaraja antara panjang 17-29 cm dan lebar 2-4 cm. Jahe putih kecil desa Dolok Parmonangan antara panjang 22-28 cm

dan lebar 2-3 cm, dan jahe merah desa Dolok Saribu antara panjang 24-31 cm dan lebar 2-3 cm. Hal ini sesuai dengan literatur Ajijah, et. al., (1997) yang menyatakan bahwa daun berwarna hijau gelap pada bagian atas dan lebih pucat pada bagian bawah, tulang daun sangat jelas dan tersusun sejajar. Panjang daun berkisar antara 5-25 cm dan lebar 0,8-2,5 cm.

Perbungaan jenis jahe desa Dolok Saribu, Dolok Parmonangan, dan Hutaraja sama seperti perbungaan jenis-jenis jahe pada umumnya. Berdasarkan


(50)

hasil pengamatan bunga terletak pada ketiak daun pelindung. Bunga jahe terbentuk langsung dari rimpang dan berupa malai yang keluar di permukaan

tanah, tersusun dalam rangkaian bulir, berbentuk bulat telur atau jorong (Gambar 8d.) Hal ini sesuai dengan literature BPTP (2012) yang menyatakan

bahwa bunga berupa malai keluar di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur. Tangkai bunga hampir tidak berbulu, terdapat sisik pada tangkai bunga berjumlah 5-7 buah.

Morfologi rimpang jahe pada umumnya bervariasi tergantung dari jenis/varietasnya masing-masing. Hasil identifikasi yang dilakukan di tiga desa terdapat perbedaan yang sangat jelas mulai dari bentuk rimpang, warna kulit rimpang, permukaan rimpang, warna daging rimpang, jumlah anak rimpang serta bobot total rimpang. Pada desa Dolok Saribu diperoleh dua jenis jahe yaitu jahe putih besar dan jahe merah dengan bentuk rimpang yaitu lurus dan melengkung/tidak teratur, warna kulit rimpang yaitu putih kekuningan dan merah (Gambar 8e. dan 8g.), permukaan rimpang sedang dan licin, warna daging rimpang yaitu kuning, kuning keabuan, dan abu-abu merah, jumlah anak rimpang berkisar antara 13-30 dan 30-51, dengan bobot total rimpang antara 169-305 g dan 224-283 g. Pada desa Dolok Parmonangan juga diperoleh dua jenis jahe yaitu jahe putih besar dan jahe putih kecil dengan bentuk rimpang lurus dan melengkung/tidak teratur, warna kulit rimpang yaitu kuning kecoklatan, putih kekuningan, kuning kehijauan (Gambar 8e. dan 8f.), permukaan rimpang sedang dan kasar, warna daging rimpang yaitu kuning keabuan dan abu-abu muda kekuningan, jumlah anak rimpang berkisar antara 41-75 dan 37-73, dan bobot


(51)

hanya ditemukan satu jenis jahe saja yaitu jahe putih besar dengan bentuk rimpang lurus, warna kulit rimpang kuning kecokelatan (Gambar 8e.), permukaan rimpang yaitu sedang, warna daging rimpang yaitu kuning keabuan dan abu-abu muda kekuningan, jumlah anak rimpang berkisar antara 26-62 dan bobot total rimpang 122-848 g. Hal ini sesuai dengan literatur Prayitno (2002) yang menyatakan bahwa berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya ada tiga jenis jahe yang terkenal yaitu jahe gajah memiliki ukuran terbesar dibanding dua jenis jahe lain, berwarna kuning atau kuning muda. Jahe putih/kuning kecil sering disebut jahe emprit, warna jahe ini cenderung putih sedangkan ukurannya lebih kecil dibanding jahe gajah tetapi lebih besar dibanding jahe merah, memiliki bentuk pipih dan Jahe merah atau jahe sunti, berwarna merah muda, memiliki ukuran yang paling kecil dibanding dua jenis jahe lainnya.

Hasil analisis keseragaman dengan perbandingan keragaman standar deviasi, diketahui bahwa terdapat empat karakter kuantitatif yang sempit (seragam) pada masing-masing jenis jahe di setiap desa yaitu pada karakter tinggi tanaman (m), diameter batang (mm), jumlah batang/rumpun, dan lebar daun (cm). Sedangkan karakter luas (beragam) yaitu pada karakter jumlah daun/batang, panjang daun (cm), panjang akar (cm), bobot akar (g),

jumlah anak rimpang, dan bobot total rimpang (g) (Tabel 7.). Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetis dari masing-masing jenis jahe/varietas tersebut, sehingga melalui kegiatan eksplorasi dan identifikasi ini dapat dilihat perbedaan karakter morfologi dari setiap jenisnya dan menduga besarnya keragaman yang ada. Hal ini sesuai dengan literatur Bermawie (2005) yang menyatakan bahwa karakterisasi terhadap koleksi (aksesi) perlu dilakukan untuk


(52)

mendapatkan data sifat atau karakter morfologis agronomis dengan menduga seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki.


(53)

Hubungan Kekerabatan Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Beberapa Daerah Kabupaten Simalungun

Hasil dendogram (lihat gambar 9.) menunjukkan bahwa jahe di Kabupaten Simalungun terbagi dalam 2 kelompok utama yaitu kelompok 1 terdiri dari 40 sampel yaitu B8, B9, B2, B1, B7, B6, B3, B5, B4, B10, B13, B14, C2, C5, C11, C15, C8, C12, C4, C6, C14, C3, C1, C10, C13, B11, B15, A4, A9, B12, C9, A3, A10, A5, A6, A7, A1, A8, A2 dan A7 . Kelompok 2 hanya terdiri dari 5 sampel yaitu A12, A14, A13, A15 dan A11. Kelompok 1 memisah dengan kelompok 2 karena adanya perbedaan karakter rimpang (bentuk rimpang, warna kulit rimpang, permukaan rimpang, warna daging rimpang, jumlah anak rimpang dan bobot total rimpang). Karakter-karakter tersebut yang membedakan secara nyata antara jahe yang terdapat pada masing-masing desa, sehingga ketiga desa ini dapat dibedakan kedalam taksa yang berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur Widodo (2007) yang menyatakan bahwa berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya ada tiga jenis jahe yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah. Morfologi rimpang jahe ini bervariasi, tergantung dari jenis/varietasnya.

Pada kelompok 1(lihat gambar 9.) membentuk 2 sub kelompok besar yaitu kelompok 1a yang terdiri dari 38 sampel yaitu B8, B9, B2, B1, B7, B6, B3, B5, B4, B10, B13, B14, C2, C5, C11, C15, C8, C12, C4, C6, C14, C3, C1, C10, C13, B11, B15, A4, A9, B12, C9, A3, A10, A5, A6, A7, A1, dan A8, sedangkan kelompok 1b hanya terdiri dari 2 sampel saja yaitu A2 dan A7. Ini disebabkan karena adanya perbedaan yang jelas pada karakter seperti tinggi tanaman (m), diameter batang (mm), jumlah batang/rumpun, jumlah daun/batang, panjang daun (cm), lebar daun (cm), panjang akar (cm), bobot akar (g), jumlah anak rimpang


(54)

dan bobot total rimpang, sehingga dapat menyebabkan keragaman antar tanaman dalam satu daerah yang berbeda. Karakter kuantitatif ini menunjukkan variasi terutama perbedaan pada sifat kuantitatif yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor genetik dan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan literatur Sitepu (2011) yang menyatakan bahwa terjadinya variasi dalam suatu tanaman dapat disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan faktor keturunan atau genetik, keragaman penampilan tanaman dapat mengakibatkan adanya perbedaan sifat dalam tanaman atau perbedaan keadaan lingkungan atau kedua-duanya.

Pada kelompok 1a (lihat gambar 9.) membentuk 2 sub kelompok besar yaitu kelompok 1aa yang terdiri dari 27 sampel yaitu B8, B9, B2, B1, B7, B6, B3, B5, B4, B10, B13, B14, C2, C5, C11, C15, C8, C12, C4, C6, C14, C3, C1, C10, C13, B11, dan B15, pada kelompok ini terdapat sampel (B8 dan B9) yang memiliki nilai koefisien jarak terendah atau dengan kata lain memiliki banyak persamaan diantara keduanya, persamaan tersebut antara lain warna batang, bentuk batang, bentuk daun, ujung daun, pangkal daun, lebar daun (cm), bentuk akar, bentuk rimpang, warna kulit rimpang dan permukaan rimpang, sedangkan kelompok 1ab terdiri dari 11 sampel yaitu A4, A9, B12, C9, A3, A10, A5, A6, A7, A1 dan A8 membentuk satu kelompok berdasarkan persamaan pada karakter warna batang yaitu hijaun muda, diameter batang berkisar antara 12,28-14,07 mm, jumlah batang/rumpun berkisar antara 5-8, bentuk batang bulat pipih, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun berkisar antara 24,2-28,7 cm, lebar daun 2,6-3,1 cm, bentuk akar bulat, bentuk rimpang lurus sampai tidak teratur, warna kulit rimpang kuning kecoklatan, permukaan rimpang


(55)

sedang, warna daging rimpang abu-abu muda kekuningan sampai kuning keabuan.

Hubungan kekerabatan 45 sampel tanaman jahe di tiga desa Kabupaten Simalungun dari 20 karakter morfologi berbeda yang diamati dan diukur menunjukkan bahwa dari analisis dendogram tersebut dari 45 sampel tanaman jahe tidak membentuk satu kelompok berdasarkan wilayah yang diteliti, tetapi pengelompokkan tersebut berdasarkan atas banyaknya kesamaan karakter yang dimiliki. Penghanyutan genetik dan seleksi pada lingkungan yang berbeda dapat menyebabkan diversitas genetik yang lebih besar dibandingkan dengan jarak geografi, artinya bahwa meskipun suatu kultivar berasal dari daerah yang sama namun bila lingkungan tempat tumbuhnya berbeda akan mempengaruhi diversitas genetik, juga genotipe yang berasal dari daerah yang sama tidak selalu berada dalam kelompok yang sama. Semakin banyak persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya semakin banyak perbedaan ciri, maka semakin jauh hubungan kekerabatannya (Irawan dan Purbayanti, 2008),

Karakter-karakter morfologi pada jahe di tiga desa Kabupaten Simalungun yang membedakan antara jenis jahe satu dengan yang lainnya merupakan karakter genetik antara lain yaitu : tinggi tanaman, warna batang, diameter batang, jumlah batang/rumpun, jumlah daun/batang, panjang daun, lebar daun, panjang akar, bobot akar, bentuk rimpang, warna kulit rimpang, permukaan rimpang, warna daging rimpang, jumlah anak rimpang, dan bobot total rimpang.


(56)

Deskripsi Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Beberapa Daerah Kabupaten Simalungun

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilaksanakan di Beberapa Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan dilakukan deskripsi menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011 adalah sebagai berikut :

1. Jahe Desa Dolok Saribu Jahe Putih Besar

Tinggi tanaman 0,5-0,7 m, warna batang hijau, diameter batang 4-15 mm, jumlah batang/rumpun 3-5 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 15-26 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 7-29 cm, lebar daun 2-4 cm, panjang akar 13-26 cm, bobot akar 7-20 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang lurus, warna kulit rimpang putih kekuningan, permukaan rimpang sedang, warna daging rimpang kuning dan kuning keabuan, jumlah anak rimpang 13-30, bobot total rimpang 169-305 g dapat dilihat pada lampiran 14. Nama daerah : Dolok Saribu, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Kebun pak Andi Saragih dengan ketinggian tempat ± 1200 m dpl.

Jahe Merah

Tinggi tanaman 0,3-0,8 m, warna batang hijau, diameter batang 13-16 mm, jumlah batang/rumpun 3-6 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 20-26 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 24-31 cm, lebar daun 2-3 cm, panjang akar 21-42 cm, bobot akar 69-144 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang


(57)

warna daging rimpang abu-abu muda kekuningan dan kuning keabuan, jumlah

anak rimpang 30-51, bobot total rimpang 224-283 g dapat dilihat pada lampiran 14. Nama daerah : Dolok Saribu, Kecamatan Dolok Pardamean,

Kabupaten Simalungun. Kebun pak Andi Saragih dengan ketinggian tempat ± 1200 m dpl.

2. Jahe Desa Dolok Parmonangan Jahe Putih Besar

Tinggi tanaman 0,5-0,8 m, warna batang hijau, diameter batang 11-16 mm, jumlah batang/rumpun 3-5 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 20-28 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 20-28 cm, lebar daun 2-3 cm, panjang akar 16-43 cm, bobot akar 9-21 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang lurus dan melengkung/tidak teratur, warna kulit rimpang kuning kecoklatan, putih kekuningan dan kuning kehijuan, permukaan rimpang sedang dan kasar, warna daging rimpang kuning keabuan dan abu-abu muda kekuningan, jumlah anak rimpang 41-75, bobot total rimpang 234-404 g dapat dilihat pada lampiran 15. Nama daerah : Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Kebun pak Namser Gultom dengan ketinggian tempat ± 1300 m dpl. Jahe Putih Kecil

Tinggi tanaman 0,5-0,7 m, warna batang hijau muda dan hijau, diameter batang 9-15 mm, jumlah batang/rumpun 4-8 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 20-30 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 22-28 cm, lebar daun 2-3 cm, panjang akar 16-32 cm, bobot akar7-28 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang


(58)

melengkung/tidak teratur, warna kulit rimpang kuning kecoklatan,dan kuning kehijauan, permukaan rimpang sedang dan kasar, warna daging rimpang abu-abu muda kekuningan dan kuning keabuan, jumlah anak rimpang 37-73, bobot total rimpang 210-553 g dapat dilihat pada lampiran 15. Nama daerah : Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Kebun pak Namser Gultom dengan ketinggian tempat ± 1300 m dpl.

3. Jahe Desa Hutaraja Jahe Putih Besar

tinggi tanaman 0,5-0,9 m, warna batang hijau muda, diameter batang 8-14 mm, jumlah batang/rumpun 2-8 batang per rumpun, bentuk batang bulat pipih, jumlah daun/batang 19-32 daun/batang, bentuk daun lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, panjang daun 17-29 cm, lebar daun 2-4 cm, panjang akar 18-33 cm, bobot akar 8-55 g, bentuk akar bulat, bentuk rimpang lurus, warna kulit rimpang kuning kecoklatan, putih kekuningan dan kuning kehijuan, permukaan rimpang sedang, warna daging rimpang kuning keabuan dan abu-abu muda kekuningan, jumlah anak rimpang 26-62, bobot total rimpang 122-848 g dapat dilihat pada lampiran 16. Nama daerah : Hutaraja, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Kebun pak Drs. Jansi Purba dengan ketinggian tempat ± 1100 m dpl.


(59)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Terdapat 3 jenis jahe di Kabupaten Simalungun, yaitu jahe putih besar di Dolok Saribu, Dolok Parmonangan dan Hutaraja, jahe putih kecil di Dolok Parmonangan dan jahe merah di Hutaraja.

2. Pada karakter kualitatif, terdapat 5 persamaan karakter morfologi (bentuk batang, bentuk daun, ujung daun, pangkal daun dan bentuk akar) dan 6 perbedaan karakter morfologi (bentuk rimpang, warna kulit rimpang, permukaan rimpang, warna daging rimpang, jumlah anak rimpang dan bobot total rimpang).

3. Pada karakter kuantitatif, 4 karakter morfologi (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah batang/rumpun, dan lebar daun termasuk kedalam karakter sempit (seragam), dan 6 karakter morfologi (jumlah daun/batang, panjang daun, panjang akar, bobot akar, jumlah anak rimpang dan bobot total rimpang termasuk kedalam karakter luas (beragam).

4. Hubungan kekerabatan (kemiripan) tertinggi di Kabupaten Simalungun terdapat pada sampel B8 dan B9 dengan nilai koefisien jarak sebesar 1,187 sedangkan terendah pada sampel A1 dan A11 dengan nilai koefisien sebesar 41,992.

5. Dari hasil dendogram terbentuk ke dalam dua kelompok utama yaitu kelompok 1 terdiri dari 40 sampel, kelompok 2 terdiri dari 5 sampel. Kelompok 1 membentuk dua sub kelompok besar yaitu kelompok 1a terdiri dari 38 sampel dan kelompok 1b hanya terdiri dari 2 sampel saja. Dan


(60)

kelompok 1a membentuk dua sub kelompok yang lebih kecil lagi yaitu 1aa terdiri dari 27 sampel dan kelompok 1ab terdiri dari 11 sampel.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh data tentang karakter-karakter morfologis jahe di beberapa daerah lainnya.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Ajijah, N., B. Martono., N. Bermawie., dan E.A. Hadad. 1997. Botani dan Karakteristik. Di dalam : Sitepu D., Sudiarto, N. Bermawie, Supriadi, D. Soetopo, Rosita S.M.D, Hernani, A.M. Rivai, editors. Monograf no 3 : Jahe. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Badan Litbang Deptan. hlm. 10-17.

BPS., 2012. Simalungun Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. Katalog BPS : 1102001.1209.

BPTP., 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Jahe. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, Medan.

Bermawie, N., B. Martono., N. Ajijah., S. F. Syahid., dan E. A. Hadad., 2003. Status Pemuliaan Tanaman Jahe. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. 15(2) : 39-56.

Bermawie, N., 2005. Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman. Buku Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. hal. 38-52.

Bermawie, N., 2006. Usulan Pelepasan Varietas Unggul Jahe. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. (tidak dipublikasi).

Connole, H. C., 1993. Issue and methods in research. Dealdn University, Geelong.

Cronquist, A., 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press, New York. hlm. 1177-1180.

Devy, L., dan Sastra, D. R., 2006. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap

Kultur In Vitro Tanaman Jahe. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 8(1) : 7-14.

Dirjen Perkebunan. 2010-2019. Statistik Perkebunan Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta. Diakses dari 2015.

Hapsoh dan Y. Hasanah., 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press, Medan.

Holttum, R. E., 1950. The Zingiberaceae of The Malay Peninsula. The Gardens Bulletin.


(62)

Irawan, B., dan K. Purbayanti., 2008. Karakterisasi dan Kekerabatan Kultivar Padi Lokal di Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Seminar Nasional PTTI 21-23 Oktober 2008.

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Penyusunan Deskripsi Varietas Hortikultura. Direktorat Perbenihan Hortikultura dan Direktorat Jenderal Hortikultura.

Lembaga Penelitian Undana., 2006. Analisis Komoditas Unggulan dan Peluang Usaha (Jahe). Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kupang, Kupang.

Mansyah E., A., Baihaki, R. Setiamiharja., J.S. Darsa., Sobir., dan R.Poerwanto., 2003. Variabilitas Fenotipik Manggis pada Beberapa Sentra Produksi di Pulau Jawa. Jurnal Holtikultura. 13(3) :147-156.

Nasir, M., 2001. Keragaman Genetik Tanaman dalam Makmur, A (Ed.) Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Nazir, M., 2011. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia Cetakan Ketujuh, Bogor.

Nurainas dan Yunaidi. 2007. Panduan Lapangan Jahe-Jahean Liar di Taman Nasional Siberut. Garisatra, Padang. hlm. 4-9.

Pandey, B. P., 2003. A Textbook of Botany : Angiosperm. First Edition. S. Chand & Company Ltd. Ram Nagar, New Delhi. pp. 351.

Pinaria, A., Baihaki., R. Setiamihardja., dan A. A. Darajat. 1995. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Biomassa 53 Genotip Kedelai. Zuriat 6:6-15.

Prayitno, D., 2002. Tanaman Obat dan Manfaatnya. IP2TP, Yogyakarta.

Puslitbangbun., 2007. Petunjuk Pelaksanaan pengelolaan Plasma Nutfah Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan., Bogor. Rahayuningsih, S., 2006. Pengaruh Kolkisin Terhadap Keragaan Fenotipe dan

Jumlah Kromosom Jahe Emprit (Zingiber officinale Rosc.) Asal In Vitro. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Renwain, J., A. Hartana., G. G. Hambali, dan F. Rumawas. 1994. Ubi Jalar Tetraploid dan Prospeknya Sebagai Sumber Genetik dalam Program Pemuliaan Ubi Jalar Pentaploid. Zuriat. 5(2) : 8-15.


(1)

Lampiran 14. Gambar Tanaman Jahe Desa Dolok Saribu


(2)

Lampiran 15. Gambar Tanaman Jahe Desa Dolok Parmonangan


(3)

Lampiran 16. Gambar Tanaman Jahe Desa Hutaraja


(4)

Lampiran 17. Hasil Analisi Software Menggunakan SPSS Statistics 19.

Average Linkage (Between Groups)

Agglomeration Schedule

Stage

Cluster Combined

Coefficients

Stage Cluster First Appears

Next Stage Cluster 1 Cluster 2 Cluster 1 Cluster 2

1 23 24 1.187 0 0 12

2 3 10 2.375 0 0 13

3 38 42 2.716 0 0 10

4 4 9 2.985 0 0 22

5 6 7 3.328 0 0 14

6 34 36 3.832 0 0 10

7 1 8 4.446 0 0 14

8 27 39 4.680 0 0 22

9 41 45 4.788 0 0 27

10 34 38 4.855 6 3 15

11 12 14 5.709 0 0 33

12 17 23 6.310 0 1 23

13 3 5 6.329 2 0 24

14 1 6 6.611 7 5 24

15 34 44 6.660 10 0 16

16 33 34 7.495 0 15 25

17 19 25 7.600 0 0 28

18 18 20 8.374 0 0 35

19 40 43 8.463 0 0 36

20 16 22 8.493 0 0 23

21 28 29 8.728 0 0 28

22 4 27 9.502 4 8 34

23 16 17 10.758 20 12 32

24 1 3 10.973 14 13 34

25 31 33 11.404 0 16 27

26 32 35 12.027 0 0 31

27 31 41 12.049 25 9 31

28 19 28 13.425 17 21 35

29 13 15 14.026 0 0 33

30 26 30 14.322 0 0 36

31 31 32 14.618 27 26 39

32 16 21 14.649 23 0 37

33 12 13 14.659 11 29 41

34 1 4 14.976 24 22 42

35 18 19 16.938 18 28 37

36 26 40 18.694 30 19 39

37 16 18 19.978 32 35 40

38 2 37 21.161 0 0 43

39 26 31 23.617 36 31 40


(5)

41 11 12 29.261 0 33 44

42 1 16 31.959 34 40 43

43 1 2 37.482 42 38 44

44 1 11 41.992 43 41 0

ERASE FILE='C:\Users\indah\AppData\Local\Temp\spss1224\spssclus.tmp'.

PROXIMITIES ZTinggi_Tanaman ZWarna_Batang ZDiameter_Batang ZJumlah_Batang_Rumpun ZJumlah_Daun_Batang ZPanjang_daun ZLebar_Daun ZPanjang_Akar ZBobot_Akar

ZBentuk_Rimpang ZWarna_Kulit_Rimpang ZPermukaan_Rimpang ZWarna_Daging_Rimpang ZJumlah_Anak_Rimpang

ZBobot_Total_Rimpang

/MATRIX OUT('C:\Users\indah\AppData\Local\Temp\spss1224\spssclus.tmp') /VIEW=CASE

/MEASURE=SEUCLID /PRINT NONE

/ID=Sampel


(6)

Lampiran 18. Bagan Alir penelitian

PEMILIHAN LOKASI

PENENTUAN SAMPEL

PENGAMATAN

Pengamatan Data Utama

Pengamatan Data Pendukung

1.

Data Kualitatif

a.

Karakter Tinggi Tanaman

b.

Karakter Daun

c.

Karakter Akar

d.

Karakter Rimpang

2.

Data Kuantitatif

a.

Produksi Rimpang

1.

Kuisioner

a.

Pemilik Lahan/Petani

b.

Luas Lahan

c.

Ketinggian Tempat

d.

Umur Tanaman

e.

Asal-Usul Tanaman

f.

Perbanyakan Tanaman

g.

Hasil/Produksi Jahe

2.

Data Paspor

3.

Data Informasi Umum

HASIL PENELITIAN


Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

2 33 87

Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

0 0 12

Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

0 0 2

Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

0 0 4

Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

0 0 9

Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan pada Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

0 0 22

Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan pada Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

0 0 14

KATA PENGANTAR - Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan pada Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Beberapa Desa Kabupaten Simalungun

0 0 9