BAB IV PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN
DAN PENGENDALIAN
A. Pengertian penyelenggaraan Perizinan
Pola otonomi daerah yang digunakan di Indonesia saat ini membawa dampak terhadap kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan. Dalam pola desentralisasi memberi kewenangan pada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan di daerahnya. Dengan kewenangan ini, bupati memiliki kewenangan melalui peraturan daerah perda meregulasikan peraturan yang
berdampak pada bertambahnya Pendapatan Daerah. Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan.
Izin merupakan instrumen pemerintah dalam melakukan pengendalian untuk mencapai tujuannya. Menurut Ahmad Sobana; mekanisme perizinan izin
yang diterbitkan untuk pengendalian dan pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan
perkembangan yang ingin dicapai, disamping untuk mengendalikan arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi serta kendala yang disentuh untuk
berubah. Berkembangnya ragam pelayanan publik dan kian tingginya tuntutan
pelayanan publik yang lebih efisien, cepat, fleksibel, berbiaya rendah serta
Universitas Sumatera Utara
memuaskan, akan menjadikan negara pada posisi “kewalahan” manakala masih tetap memaksakan dirinya sebagai satu-satunya institusi yang “paling sah” dalam
memberikan pelayanan. Bahkan jika ia tetap menempatkan diri sebagai agen tunggal dalam memberikan pelayanan, pastilah akan berada pada posisi “payah”.
Karena itu, mengurus sesuatu yang semestinya tidak perlu diurus, haruslah ditinggalkan oleh negara; agar lebih berkonsentrasi pada urusan-urusan yang lebih
strategis dan krusial. Karena itu, konsep desentralisasi sebenarnya bermaksud untuk
mengurangi beban negara yang berlebihan dan tidak semestinya. Ia merekomendasikan berbagai hak, wewenang, tugas dan tanggungjawab dengan
masyarakat baik terorganisir maupun tidak dalam mengurusi dan memberikan pelayanan publik agar tidak semakin “kepayahan”. Bahkan ia memberikan
rekomendasi agar rakyat diperbolehkan mengurusi dirinya sendiri; dan tidak serba menyerahkan segala urusannya kepada negara.
Kebijakan pemerintah dalam memperluas kompetensi pelayanan sudah sejak diterbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63KEPM.PAN72003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Kemudian kebijakan pelayanan publik dituangkan dan Peraturan Menteri Pendayagunaan No. PER26M.PAN052006 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Pelayanan Publik, yang kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2010
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik. Dalam Rangka
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Kompetisi antar Kabupaten atau Kota, yang mengatur antara lain: komponen dan indikator penilaian sebagai berikut:
1. 2.
Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi pelayanan publik;
3. Kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat;
4. Kebijakan pemberian penghargaan dan penerapan sanksi;
5. Pembinaan teknis terhadap unit pelayanan publik;
6. Kebijakan korportisasi unit pelayanan publik;
7. Pengembangan manajemen pela-yanan;
8. Kebijakan peningkatan profesi-onalisme pejabat atau pegawai di bidang
pelayanan publik;
9. Penghargaan di bidang pening-katan kualitas pelayanan publik;
10. Kebijakan pembangunan kemasyarakatan dan kesejahteraan;
11.
Kebijakan dalam men-dorong pembangunan ekonomi daerah; Kebijakan pengembangan dan pemanfaatan e-government; Keduabelas,
Penerapan standar ISO 9001-2000.
Pendayagunaan aparatur negara pada dasarnya adalah pembinaan, penertiban dan penyempurnaan aparatur negara baik dari aspek kelembagaan, sumberdaya manusia
aparatur, tata laksana, dan pengawasan. Percepatan pendayagunaan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi dengan sasaran mengubah pola pikir mindset,
budaya kerja culture-set, dan sistem manajemen pemerintahan, sehingga peningkatan kualitas pelayanan publik lebih cepat tercapai. Upaya tersebut dilaksanakan secara
berkelanjutan dan berkesinambungan yang berujung pada pelayanan publik yang prima. Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik terutama dalam melaksanakan evaluasi kinerja pelayanan publik serta
Universitas Sumatera Utara
dalam upaya mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik, maka diperlukan pemberian apresiasi terhadap unit pelayanan publik yang telah melaksanakan pelayanan
prima yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah, aman, berkeadilan dan akuntabel, berupa pemberian penghargaan sebagai bagian dari pembinaan aparatur negara. Pemberi-an
penghargaan tersebut merupakan langkah strategis dalam rangka mendorong upaya perbaikan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik ialah dengan memberikan
stimulus atau motivasi, semangat perbaikan dan inovasi pelayanan serta melakukan penilaian untuk mengetahui gambaran kinerja yang obyektif dari unit pelayanan.
Kebijakan reformasi birokrasi bagi penye-lenggaraan pelayanan perijinan dituangkan dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan
Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu Di Daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang perijinan dibentuk unit pelayanan perijinan terpadu
dengan sebutan badan atau kantor. Sedangkan besaran organisasi Badan danatau Kantor ditetapkan berdasarkan
klasifikasi besaran organisasi perangkat daerah. Kalau unit pelayanan perijinan terpadu menggunakan bentuk Badan apabila variabel besaran organisasi perangkat daerah
mencapai nilai lebih dari 70 tujuh puluh. Sedangkan kalau unit pelayanan terpadu meng-gunakan bentuk Kantor apabila variabel besaran organisasi perangkat daerah
mencapai nilai kurang atau sama dengan 70 tujuh puluh. Untuk menghitung variabel besaran organisasi menggunakan pedoman pada
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
1. Simplifikasi, keamanan dan kepastian. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut
Badan Perijinan Terpadu danatau Kantor Perijinan Terpadu menyelenggarakan fungsi:
2. Pelaksanaan penyusunan program Badan danatau Kantor;
Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan;
Universitas Sumatera Utara
3. 4.
Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan;
5. Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan;
Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan. Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pelayanan Publik dilakukan oleh pimpinan unit
pelayanan perijinan. Pimpinan penyelenggara pelayanan perijinan wajib secara berkala mengadakan eva-luasi terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan perijinan. Kegiatan
evaluasi ini dilakukan secara berkelanjutan dan hasilnya secara berkala dilaporkan kepada Bupati atau Walikota. Dalam melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik harus
menggunakan indikator yang jelas dan terukur sesuai ketentuan yang berlaku. Ketentuan dimaksud dapat mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.
1. Badan Perijinan Terpadu danatau Kantor Perijinan Terpadu mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, Pengawasan
penyelenggaraan pelayanan perijinan, dilakukan melalui:
2. Pengawasan melekat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3.
Pengawasan fungsional yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Tuntutan masyarakat pada era desentralisasi terhadap pelayanan publik yang berkualitas akan semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah
sangat ditentukan oleh kemampuannya mengatasi berbagai permasalahan di atas
Pengawasan masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, berupa laporan atau pengaduan.
Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu menyediakan pelayanan publik yang memuaskan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat
diajukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
37
1. Penetapan Standar Pelayanan. Standar pelayanan memiliki arti yang sangat
penting dalam pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk menyediakan pelayanan dengan
suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar perpaduan harapan- harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara pelayanan. Penetapan
standar pelayanan yang dilakukan melalui proses identifikasi jenis pelayanan, identifikasi pelanggan, identifikasi harapan pelanggan,
perumusan visi dan misi pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu dan biaya pelayanan. Proses ini tidak hanya akan
memberikan informasi mengenai standar pelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga informasi mengenai kelembagaan yang mampu mendukung
terselenggaranya proses manajemen yang menghasilkan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Informasi lain yang juga dihasilkan
adalah informasi mengenai kuantitas dan kompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan serta distribusinya beban tugas pelayanan
yang akan ditanganinya. 2.
Pengembangan Standard Operating Procedures SOP. Untuk memastikan bahwa proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten diperlukan adanya
37
Atep Adya Brata ,Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Gramedia.2003, hal. 12
Universitas Sumatera Utara
Standard Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang dilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat
berjalan sesuai dengan acuan yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten. Disamping itu SOP juga bermanfaat dalam hal:
a. Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika
terjadi hal-hal tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu berhalangan hadir, maka petugas lain dapat
menggantikannya.Oleh karena itu proses pelayanan dapat berjalan terus;
b. Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai
dengan peraturan yang berlaku; c.
Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadap kesalahan prosedur jika terjadi penyimpangan dalam
pelayanan; d.
Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan- perubahan tertentu dalam prosedur pelayanan;
e. Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian
pelayanan; f.
Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang akan diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani
satu proses pelayanan tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas
dan tangungjawab yang jelas;
Universitas Sumatera Utara
3. Pengembangan Survey Kepuasan Pelanggan. Untuk menjaga kepuasan
masyarakat, maka perlu dikembangkan suatu mekanisme penilaian kepuasan masyarakat atas pelayanan yang telah diberikan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Dalam konsep manajemen pelayanan, kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila produk pelayanan yang diberikan oleh penyedia pelayanan
memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu, survey kepuasan pelanggan memiliki arti penting dalam upaya peningkatan pelayanan
publik; 4.
Pengembangan Sistem Pengelolaan Pengaduan. Pengaduan masyarakat merupakan satu sumber informasi bagi upaya-upaya pihak penyelenggara
pelayanan untuk secara konsisten menjaga pelayanan yang dihasilkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu didisain
suatu sistem pengelolaan pengaduan yang secara dapat efektif dan efisien mengolah berbagai pengaduan masyarakat menjadi bahan masukan bagi
perbaikan kualitas pelayanan; Sedangkan dari sisi makro, peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilakukan melalui pengembangan model-model
pelayanan publik. Dalam hal-hal tertentu, memang terdapat pelayanan publik yang pengelolaannya dapat dilakukan secara private untuk menghasilkan
kualitas yang baik. Beberapa model yang sudah banyak diperkenalkan antara lain: contracting out, dalam hal ini pelayanan publik dilaksanakan oleh swasta
melalui suatu proses lelang, pemerintah memegang peran sebagai pengatur; franchising, dalam hal ini pemerintah menunjuk pihak swasta untuk dapat
menyediakan pelayanan publik tertentu yang diikuti dengan price regularity
Universitas Sumatera Utara
untuk mengatur harga maksimum. Dalam banyak hal pemerintah juga dapat melakukan privatisasi.
Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik juga perlu didukung adanya restrukturisasi birokrasi, yang akan memangkas berbagai kompleksitas
pelayanan publik menjadi lebih sederhana. Birokrasi yang kompleks menjadi ladang bagi tumbuhnya KKN dalam penyelenggaraan pelayanan
B. Pengendalian, bentuk pelayanan perizinan dan pengendalian