di antara sesama wajib pajak, Dalam keadaan yang sama, para wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama pula.
2 Pajak yang harus dibayar oleh seseorang harus terang certain dan tidak
mengenal kompromis not arbitrary. Dalam asas “certainity” ini, kepastian hukum yang dipentingkan adalah yang mengenai subjek objek,
besarnya pajak, dan juga ketentuan mengenai waktu pembayarannya. 3
“Every tax ought to be levied at the time, or in the manner, in which it is most likely to be convenient for the contributor to pay it”. Teknik
pemungutan pajak yang dianjurkan ini yang juga disebut “convenience of payment” menetapkan bahwa pajak hendaknya dipungut pada saat yang
paling baik bagi para wajib pajak, yaitu saat sedekat dekatnya dengan detik diterimanya penghasilan yang bersangkutan.
4 “Every tax ought to be so contrived as both to take out and to keep out of
the pockets of the people as little as possible over and above what it brings into to public treasury of the State”. Asas efisiensi ini menetapkan bahwa
pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat hematnya; jangan sekali- kali biaya pemungutan melebihi pemasukan pajaknya.
12
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan
12
R. Santoso Brotodihardjo, SH. Pengantar Ilmu Hukum Pajak , Bandung : Refika Aditama, Bandung. Cet Pertama Edisi Keempat, 2003, hal.27-28.
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.
2. Sumber Data
Sumber Data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini dibagi adalah data sekunder yang terdiri dari 3 tiga bahan hukum yakni :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat
13
1 Undang-undang Dasar 1945.
Bahan hukum primer yang digunakan adalah :
2 Undang-undang No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah. 3
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4
Peraturan menteri dalam Negeri No.27 Tahun 2009 pedoman penetapan izin gangguan di daerah.
5 Perda Kota Medan No 37 tahun 2002, tentang Pendirian Lokasi Usaha
Rekreasi dan Hiburan Umum b.
Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan mengenai bahan hukum sekunder yaitu berupa literatur-literatur.
14
13
Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : IND- HILLCO, 2001, hal. 13.
14
Ibid
Universitas Sumatera Utara
c. Bahan hukum tersier
Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
15
3. Teknik Pengumpulan Data
Bahan hukum tersier yang digunakan adalah: Kamus bahasa Indonesia :
Penulisan ini dilakukan dengan studi pustaka yaitu dengan cara membaca buku dan mempelajari literatur yang diolah dan dirumuskan secara sistematis
sesuai dengan masing-masing pokok bahasannya. 4.
Analisis Bahan Hukum Analisa bahan hukum yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisa
bahan hukum deduktif, artinya perumusan analisa dari hal yang umum yakni mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perizinan tempat hiburan;
dengan memenuhi syarat-syarat yang berlaku di Dinas Pariwisata Kota Medan
15
Ibid
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
A. Pengertian Tempat Hiburan