Pengertian profesionalitas Profesionalitas Konselor

11 kompetensi konselor profesional yang dilakukan untuk mengetahui produk akhir standar kompetensi konselor profesional di Indonesia. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa : 1 tingkat performansi aktual kompetensi konselor profesional secara keseluruhan berada pada kategori cukup 67.61; 2 tingkat performansi aktual kompetensi konselor profesional yang berlatar belakang pendidikan BK berada pada tingkat tinggi 70.13, sedangkan yang berlatar belakang bukan BK berada pada tingkat cukup 63.67; 3 kategorisasi kompetensi inti, spesifik, bersama serta rasionel pentingnya masing-masing dimensi kompetensi konselor profesional; 4 keadaan standar tingkat ambang batas; 5 standar akhir kompetensi konselor profesional. Temuan di atas bermakna bahwa kualitas kinerja kompetensi konnselor profesional seyogianya dibenahi sesuai standar idealnya oleh LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Asosiasi Bimbingan dan Konseling. Dalam perpustakaanupi.edu Atas dasar pemikiran tersebut di atas menunjukkan bahwa seorang konselor dituntut bekerja secara profesional. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin dilakukan observasi tentang tingkat profesionalitas konselor.

2.2 Profesionalitas

2.2.1 Pengertian profesionalitas

Menurut Prayitno dan Amti 1994 : 350, “profesionalitas” adalah sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta sederajat pengetahuan dua kualitas dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. 12 Sedangkan Surya 1991 : 125 menyatakan bahwa “profesonalitas” adalah sikap mental yang senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan dirinya sebagai petugas profesional. Menurut para ahli, profesionalitas menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister mengemukakan bahwa profesionalitas bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi juga memiliki tingkah laku yang di persyaratkan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa profesionalitas adalah sikap dan kualitas para anggota suatu profesi yang senantiasa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian serta memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan untuk mewujudkan dirinya sebagai petugas profesional.

2.2.2 Profesionalitas Konselor

2.2.2.1 Pengertian profesionalitas konselor Konselor sebagai tenaga pelaksana pendidikan, hendaknya bertindak secara profesional dengan harapan tujuan nasional dapat tercapai secara optimal. Dalam penelitian ini profesionalitas konselor didasarkan pada kompetensi profesionalitas. Profesionalitas di sini sebagai suatu spesialisasi dari jabatan yang diperoleh melalui studi dan training, bertujuan mensuplay ketrampilan melalui pelayanan dan bimbingan kepada orang lain untuk mendapatkan bayaran fee atau gaji. Sedangkan kompetensi menurut W. Robert Houston adalah sebagai 13 suatu tugas yang memadai, atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemapuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Menurut W. R. Hauston 1974 : 7 sesorang yang dinyatakan profesional dibidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakatnya. Kecakapan kerja tersebut diejawantahkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial, dan memenuhi standart kriteria tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang dilayaninya. Secara nyata orang yang kompeten tersebut mampu bekerja dibidangnya secara efktif dan efisien. Kadar kompetensi seseorang tidak hanya menunjuk kuantitas kerja tetapi sekaligus menunjuk pada kualitas kerja. Uji kompetensi Konselor atau BK adalah alat yang dapat digunakan untuk mengembangkan standar kemampuan professional guru BK. Berdasarkan uji kompetensi dapat diketahui kemampuan rata-rata guru BK, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa yang perlu mendapatkan pembinaan secara kontinu, serta siapa yang telah mencapai standar kemampuan minimal Mulyasa, 2005 : 189. Menurut Sutomo dkk 1998 : 2 Kompetensi menunjuk kuantitas serta kualitas layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik yang bersangkutan secara standar. Kompetensi merupakan usaha yang menggambarkan apa yang diharapkan, dikehendaki, didambakan, diantisipasi, dilatih dan sebagainya. Kompetensi menunjuk pada performance atau perbuatan yang bersifat 14 rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan. Kompetensi diartikan pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang terrefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Natawidjaja 2006:6, ”kompetensi penguasaan materi akademik profesional adalah kemampuan yang mencakup sosok tubuh disiplin ilmu bimbingan dan konseling beserta bagian-bagian dari disiplin ilmu terkait dan penunjuang, yang melandasi kinerja, profesional atau akademik atau kepakaran lulusan program studi bimbingan”. Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standart kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan Depdiknas, 2004 : 3. Uji kompetensi konselor, baik secara teoritis maupun secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui penigkatan kualitas konselor. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap konselor akan menunjukkan kualitas konselor yang sebenarnya. Oleh karena itu untuk menjamin dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh konselor sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya maka diperlukan standart kompetensi konselor. Pengembangan profesionalitas konselor menjadi perhatian secara global, karena konselor memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan bimbingan dan layanan-layanan, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa peserta didik 15 yang mampu bertahan dalam era hiperkompetensi. Tugas konselor adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan ketrampilan. Tugas mulia ini menjadi berat karena bukan saja konselor harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional. 2.2.2.2 Kriteria konselor profesional Menurut sejumlah para ahli seperti McCully, 1963; Tolbert, 1972; dan Nugent, 1981 dalam Prayitno, dan Erman Amti 2004 : 339 menyatakan bahwa kriteria konselor profesional dapat dilihat dari karakteristik yang harus dimiliki guru BK konselor diantaranya : a. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang mempunyai fungsi atau kebermaknaan sosial yang sangat menentukan. b. Untuk mewujudkan fungsi tersebut maka para anggota profesi harus menampilkan pelayanan yang khusus didasarkan atas teknik-teknik intelektual dan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang unik. c. Selain dilakukan secara rutin pelayanan juga bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah. d. Para anggota profesi BK harus memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu yang didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis dan eksplisit, bukan hanya didasarkan pada akal sehat Common sense. e. Diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang cukup lama untuk dapat menguasai kerangka ilmu tersebut. f. Para anggota profesi BK secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupun sertifikasi. g. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan pendapat dan pertimbangan serta pembuatan keputusan 16 tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan profesional yang dimaksud. h. Pelayanan yang diberikan lebih mementingkan pelayanan sosial daripada pelayanan yang lebih mementingkan keuntungan yang bersifat ekonomis. i. Ada standar tingkah laku yang ditetapkan sebagai kode etik yang diterapkan, sanksi pun harus tegas dan jelas. j. Para anggota profesi konselor harus selalu berusaha meningkatkan dan menyegarkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota profesi. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan tentang karakteristik konselor profesional, konselor dapat dikatakan profesional apabila seorang konselor mempunyai ketrampilan-ketrampilan dasar dan pengetahuan yang luas baik pengetahuan umum maupun pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang luas dan mendalam, para anggota profesi BK dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan, dan latihan, serta lisensi ataupun sertifikasi. Dalam memberikan layanan konselor harus lebih mementingkan pelayanan sosial daripada mementingkan pelayanan yang bersifat ekonomis. Apabila konselor mempunyai karakteristik yang sebagaimana telah dijelaskan di atas maka konselor tersebut dapat dikatakan konselor yang profesional Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 192005, maka rumusan kompetensi 17 akademik dan profesional konselor dapat dipetakan, diukur, dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional a. Kompetensi Pedagogis Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Dalam hal ini kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru BK yaitu kemampuan dalam memberikan bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami malas belajar. Salah satunya adalah dengan pembiasaan belajar siswa Depdikbud, 1999:33. Pembiasaan belajar dipandang dapat mengatasi perilaku malas belajar karena dalam kegiatan pembiasaan belajar siswa diarahkan untuk memiliki kebebasan belajar yang baik, atau dengan kata lain siswa dicegah untuk tidak melakukan perilaku malas belajar. b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampauan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Dalam hal ini guru BK harus mempunyai kepribadian yang mantap artinya mampu mengendalikan diri dan memberikan pelayanan bimbingan konseling kepada siswa yang membutuhkannya dengan menjaga kode etik profesi konselor. Serta berakhlak dan bijaksana dalam setiap pengambilan tindakan sehingga dapat dijadikan teladan bagi siswa-siswinya. c. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemapuan penguasaan materi bimbingan dan konseling secara luas dan mendalam guna membantu siswa dalam 18 memecahakan masalahnya secara mandiri dengan tetap memegang kode etik profesi yang ada. d. Kompetensi sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan penguasaan kompetensi ini siswa yang memiliki masalah tidak akan merasa enggan untuk berkonsultasi dengan guru BK, karena setiap harinya sudah terjalin interaksi yang baik antara siswa dan guru. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan tentang standar kompetensi konselor, bahwa seorang konselor dinyatakan profesional yaitu seorang konselor yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan, hal tersebut ditunjukkan atau dibuktikan dengan penguasaan empat standar kompetensi konselor, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, sesuai dengan yang dijelaskan oleh peraturan menteri pendidikan nasional nomor 27 Tahun 2008 yaitu rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan, diukur, dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Empat kompetensi dasar konselor tersebut di atas secara rinci dijelaskan dalam Permendiknas NO. 27 Tahun 2008, sebagai berikut : 19 A. KOMPETENSI PEDAGOGIK KOMPETENSI INTI KOMPETENSI 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya. 1.2 Mengimplementasikanprinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran 1.3 Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan 2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli 2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan 2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan 2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan 2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan 2.5. Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan 3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan 3.1 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal 3.2 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus 3.3 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah, serta tinggi. 20 B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 4.1 Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 4.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain 4.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih 5.1 Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi 5.2 Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya 5.3Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya 5.4Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya. 5.5Toleran terhadap permasalahan konseli 5.6 Bersikap demokratis. 3. Menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang kuat 6.1Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten 6.2Menampilkan emosi yang stabil. 6.3Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan 6.4Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi 4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi 7.1Menampilkan tindakan yang cerdas,kreatif, inovatif, dan produktif 7.2Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri 7.3Berpenampilan menarik dan menyenangkan 7.4 Berkomunikasi secara efektif 21 C. KOMPETENSI SOSIAL 1. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja 8.1 Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain guru, wali kelas, pimpinan sekolahmadrasah, komite sekolahmadrasah di tempat bekerja 8.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak- pihak lain di tempat bekerja 8.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja seperti guru, orang tua, tenaga administrasi 2. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling 9.1 Memahami dasar, tujuan, dan ADART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi 9.2 Menaati Kode Etik profesi bimbingan dan Konseling 9.3 Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi 3. Mengimplementasikan kolaborasi Antar profesi 10.1Mengkomunikasikanaspek-aspek profesional bimbingan dan konseling kepada organisasi profesi lain 10.2 Memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling 10.3 Bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi lain. 10.4 Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan 22 D. KOMPETENSI PROFESIONAL 1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli 11.1 Menguasai hakikat asesmen 11.2Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling 11.3Menyusun danmengembangkan instrument asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling 11.4Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli. 11.5Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli. 11.6Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan 11.7Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling 11.8Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat 11.9Menampilkan tanggung jawab professional dalam praktik asesmen 2. Menguasaikerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling 12.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling. 12.2Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling. 12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling. 12.4 Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja. 12.5 Mengaplikasikan pendekatan modeljenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. 23 12.6 Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling 3. Merancangprogram Bimbingan dan Konseling 13.1 Menganalisis kebutuhan konseli 13.2 Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan 13.3 Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling 13.4 Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling 4. Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif 14.1 Melaksanakan program bimbingan dan konseling. 14.2 Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling. 14.3 Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli 14.4 Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling 5. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling. 15.1 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling 15.2 Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling 15.3 Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait 15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling 6. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional 16.1 Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional. 16.2 Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor 16.3 Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah konseli. 24 16.4 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan 16.5 Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi 16.6 Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepent ingan pribadi konselor 16.7 Menjaga kerahasiaan konseli 7. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling 17.1 Mema ha mi berbaga i je nis dan metode penelitian 17.2 Ma mpu mer a nc a ng p e ne lit ia n bimbingan dan konseling 17.3 Melaksaanakan penelitian bimbingan dan konseling 17.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling Pengembangan profesionlitas konselor menjadi perhatian secara global, karena konselor memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi- informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiper kompetisi. Tugas konselor adalah membantu peserta didik agar melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja konselor mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional. 25 Menurut Wibowo, Mungin Eddy 2005 : 352 kegiatan profesional yang dilakukan oleh konselor berdasarkan kode etik konselor adalah sebagai berikut: a. Penyimpanan dan penggunaan informasi meliputi: 1 Catatan tentang diri klien yang meliputi dari hasil wawancara, testing, surat menyurat, rekaman dan data lain, semuanya untuk riset atau pendidikan calon konselor, asalkan identitas klien dirahasiakan. 2 Penyampaian informasi mengenai klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain membutuhkan persetujuan klien. 3 Keterangan mengenai bahan professional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya. 4 Adalah kewajiban konselor untuk memegang rahasia klien. Kewajiban ini tetap berlaku walaupun dia tidak lagi berdinas lagi sebagai konselor. b. Penggunaan Tes Psikologi meliputi: 1 Sesuatu jenis tes hanya boleh diberikan kepada petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor harus smemeriksa dirinya, apakah ia mempunya kewenangan yang dimaksud. 2 Testing diperlukan bila dibutuhkan data tentang sifat atau cirri kepribadian yang menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih luas, misalnya taraf intellegensi, minat, bakat khusus dan kecenderungan dalam pribadi seseorang. 3 Data hasil testing itu harus di integrasikan dengan informasi lainyang telah diperoleh dari klien sendiri atau sumber lain. 4 Data hasil testing diperlukan setaraf seperti data yang informasi tentang klien. 5 Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus disampaikan pada klien dengan diserttai 26 penjelasan tentang arti dan kegunaannya. 6 Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak yang diberi tahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan tidak merugikan klien. 7 Pemberian sesuatu jins tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes yang bersangkutan. c. Riset meliputi: 1 Dalam melakukan riset dimana manusia tersangkut dengan masalahnya sabagai subyek, harus dihindari hal-hal yang dapat merugikan subyek yang bersangkutan. 2 Dalam melaporkan hasil riset dimana tersangkut klien sebagai subyek maka harus dijaga identitas harus dirahasiakan. d. Layanan Individu Hubungan dengan Klien meliputi: 1 Konselor harus menghormati harkat pribadi integritas dan keyakinan klien. 2 Konselor harus menempatkan klien di atas kepentingan pribadinya. 3 Demikianpun dia tidak boleh memberikan pelayanan bantuan di luar bidang pendidikan, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki. 4 Dalam menjalankan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan-pembedaan atas dasar suku, bangsa, warna kulit, kepercayaan ataustatus sosial ekonomi. 5 Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang tidak akan mencampuri urusan pribadi orang lain, tanpa ijin dari orang yang bersangkutan. 6 Konselor bebas memilih siapa saja yang akan diberikan bantuan, akan tetapi dia harus memperhatikan bantuan lebih-lebih dalam keadaan darurat atau banyak orang yang menhendaki bantuan. 7 Kalau konselor sudah turun tangan membantu seseorang, maka dia tidak akan melalaikan kliennya itu menarik diri tanpa memberitahukan terlebih dahulu 27 kepada klien tersebut, walinya atau orang yang bertanggung jawab kepadanya. 8 Konselor harus menjelaskan kepada kliennya hubungan yang sedang dibina dan batas-batas tanggung jawab masing-masing. 9 Hubungan konselor mengandung kesetiaan ganda kepada klien, msyarakat, atasan dan rekan-rekan sejawat. 10 Apabila timbul masalah antara klien dengan konselor tempat bekerja, maka konselor harus menyampaikan situasinya kepada klien dan atasannya. Dalam hal ini klien harus diminta untuk mengambil keputusan apakah ia ingin meneruskan hubungan konseling dengannya. 11 Konselor akan memberikan bantuan professional kepada keluarganya, teman-teman karibnya, sehingga hubungan professional dengan orang-orang tersebut mungkin dapat terancam. 12 Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor meskipun proses konseling belum mencapai suatu yang kongkrit. e. Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan atau Ahli Lain meliputi: 1 Dalam rangka pemberian layanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa ragu- ragu tentang seseuatu hal, maka ia harus mengadakan konsultasi dengan rekan-rekan selingkungan profesi. 2 Konselor harus mengakhiri hubungan koseling dengan klien bila akhirnya ia menyadari tidak dapat memberikan pertolongan kepda kliennya, baik karena kekurangannya kemampuan atau keterbatasan pribadinya. 3 Bila mengirimkan kepada ahli lain dan disetujui oleh klien maka menjadi tanggung jawab konselor untuk menyarankan kepada klien mengenai orang atau badan yang mempunyai konselor. 4 Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim kepada ahli lain, akan tetapi klien menolak 28 pergi ke ahli lain yang disarankan oleh konselor, maka konselor mempertimbangkan apa baik dan buruknya kalau hubungan diteruskan lagi. Profesionalitas konselor dalam penelitian ini adalah konselor sekolah yang memiliki kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan komptensi sosial dalam menjalankan tugas serta tanggungjawabnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

2.2.3 Fungsi dan Tugas Konselor

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN LATIHAN DUMBBELL KICKBACKS DENGAN LATIHAN ONE ARM OVERHEAD DUMBBELL EXTENSIONS TERHADAP KEMAMPUAN BACKHAND LOB BULUTANGKIS

0 13 86

Perbedaan Latihan Drive dengan Diumpan Terus Menerus dan Bergantian Terhadap Kemampuan Drive Pada Mahasiswa Putra Peserta IKK Tenis Jurusan PKLO FIK UNNES Tahun 2011

0 6 85

TINGKAT KECAKAPAN PUKULAN BACKHAND OVERHEAD LOB MAHASISWA IKK BULUTANGKIS I JURUSAN PKLO FIK UNNES TAHUN 2012

0 5 74

Pengaruh Latihan Pukulan Overhead Lob dengan Pola Mengumpan dan Pola Bergantian Terhadap Hasil Pukulan Overhead Lob Pada Pemain Bulutangkis Putra Usia 11 13 Tahun PB. Pendowo Semarang Tahun 2011

0 70 97

Perbedaan Latihan Drive dengan Diumpan Terus Menerus dan Bergantian Terhadap Kemampuan Drive Pada Mahasiswa Putra Peserta IKK Tenis Jurusan PKLO FIK UNNES Tahun 2011.

0 0 1

Hubungan antara Fleksibilitas togok,kekuatan otot lengan dan footwork dengan pukulan overhead lob pada mahasiswa IKK bulutangkis 1 PKLO UNNES tahun 2010.

0 0 1

SUMBANGAN KEKUATAN GENGGAMAN, PANJANG LENGAN, DAN TINGGI BADAN TERHADAP KETEPATAN PUKULAN DROPSHOT PENUH PADA MAHASISWA PUTRA IKK BULUTANGKIS JURUSAN PKLO UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2010.

0 0 2

Efektifitas Teknik Pegangan Terhadap Hasil Pukulan Smash Pada Mahasiswa IKK Bulutangkis PKLO FIK UNNES Tahun 2010.

0 0 2

PENGARUH LATIHAN GROUNDSTROKE DENGAN METODE ROTATION DAN RALLYERS AND RUNNERS TERHADAP KEMAMPUAN RALLY 3 MENIT PADA MAHASISWA PUTRA PESERTA IKK TENIS JURUSAN PKLO FIK UNNES TAHUN 2011.

0 0 1

Hubungan antara Kekuatan Tangan,Panjang Lengan, dan Tinggi Badan dengan Ketepatan Pukulan Smash Penuhpada Mahasiswa IKK Bulutangkis FIK UNNES Tahun 2008.

0 5 89