• Koefisien X
1
yaitu ITR β
1
sebesar 0,033 menunjukkan bahwa setiap kenaikan inventory turnover ratio satu satuan, maka Y GPM gross
profit margin akan meningkat sebesar 0.033 atau 3,3 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
• Koefisien X
2
APCOGS β
2
sebesar 0,124 menunjukkan bahwa setiap kenaikan account payable to cost of goods sold ratio satu satuan, maka Y
GPM gross profit margin akan meningkat sebesar 0,124 atau 12,4 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
• Koefisien X
3
NWCTA β
3
sebesar 0,033 menunjukkan bahwa setiap kenaikan net working capital to total asset ratio satu satuan, maka Y
GPM gross profit margin akan meningkat sebesar 0.047 atau 4,7 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
• Koefisien X
3
DR β
4
sebesar -0,205 menunjukkan bahwa setiap kenaikan debt ratio satu satuan, maka Y GPM gross profit margin akan menurun
sebesar 0,205 atau 20,5 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
4.4.2. Analisis Koefisien Determinasi
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi R
2
a. Predictors: Constant, LN_DR, LN_ITR, LN_APCOGS, LN_NWCTA b. Dependent Variable: GPM
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20, 2015
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1
.570
a
.325 .291
.14425
Universitas Sumatera Utara
Koefisien korelasi R adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Koefisien determinasi dikatakan kuat jika nilai R berada diatas 0,5 dan mendekati 1. Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam
menjelaskan sangat sedikit, sebaliknya semakin mendekati satu maka model semakin baik.
a. R sebesar 0,570 berarti hubungan antara inventory turnover ratio, account
payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio, dan debt ratio terhadap gross profit margin sebesar 57,00 .
b. Adjusted R Square sebesar 0,291. Hal ini berarti menunjukkan bahwa
gross profit margin variabel dependen mampu dipengaruhi oleh inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net
working capital to total asset ratio, dan debt ratio variabel independen sebesar 29,1 , serta sisanya 70,9 dipengaruhi oleh variabel lainnya
yang tidak diteliti pada penelitian ini. c.
Standard Error of the Estimate SEE adalah 0,14425 yang mana semakin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi
variabel dependen.
4.4.3. Uji Signifikansi Simultan Uji F
Menurut Ghozali 2006 : 84 uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang diuji dalam uji F ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
H
1
: Inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio, dan debt ratio berpengaruh secara
simultan terhadap gross profit margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
Uji ini akan dilakukan dengan membandingkan signifikansi F
hitung
dengan F
tabel
dengan ketentuan: •
Jika F
hitung
F
tabel
pada α 0.05, maka H1 ditolak
• Jika F
hitung
F
tabel
pada α 0.05, maka H1 diterima.
Tabel 4.10 Hasil Uji F
a. Dependent Variable: GPM
Berdasarkan tabel 4.10 maka diperoleh hasil sebagai berikut: •
Nilai F hitung sebesar 9,732 dan nilai F tabel 2,48 9,732 2,48, maka F
hitung
F
tabel
sehingga H1 diterima. •
Nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05 yang menunjukkan bahwa H1 diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working
ANOVA
a
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
.810 4
.203 9.732
.000
b
Residual 1.686
81 .021
Total 2.496
85 b. Predictors: Constant, LN_DR, LN_ITR, LN_ARCOGS, LN_NWCTA
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20, 2015
Universitas Sumatera Utara
capital to total asset ratio, dan debt ratio secara simultan berpengaruh terhadap gross profit margin.
4.4.4. Uji Signifikansi Parsial Uji t