f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time series”. g.
Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
2.1.3.1. Jenis – Jenis Rasio Keuangan
Terdapat banyak rasio yang dapat dihitung dengan laporan keuangan. Enekwe, Okwo, dan Ordu 2013 : 107 menyatakan: “The successful selection and
use of appropriate financial ratio is one of the key elements of the firm’s financial strategy.” Secara umum rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok:
1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara
tepat waktu. Kasmir 2008 : 110 menyatakan bahwa “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.” Dengan rasio likuiditas
pengguna laporan keuangan dapat melihat apakah perusahaan tersebut likuid atau illikuid, jika likuid berarti perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya.
Sedangkan illikuid berarti perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Working
Capital to Total Asset NWCTA. NWCTA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Rasio NWCTA menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. Dalam praktiknya menurut Kasmir
2008:251 modal kerja perusahaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: modal kerja kotor gross working capital dan modal kerja bersih net working capital.
Penelitian ini menggunakan modal kerja bersih. Net working capital merupakan seluruh komponen dalam aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban
lancar. Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek, utang gaji, dan utang pajak, dan utang lancar lainnya.
Setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya guna meningkatkan likuiditasnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja
yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Terdapat hubungan yang erat antara penjualan dan modal kerja. Kenaikan pada volume penjualan maka investasi dalam persediaan dan piutang juga akan
meningkat, ini berarti akan meningkatkan modal kerja. Net Working Capital dipergunakan untuk menggambarkan kelebihan
aktiva lancar diatas hutang lancar. Rasio NWCTA yang rendah menunjukkan tingkat likuiditas yang rendah juga. Perusahaan yang sehat memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi. 2.
Rasio Solvabilitas Leverage Ratio Rasio ini juga berfungsi untuk meggambarkan bagaimana perusahaan
mendanai kegiatan usahanya, apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas. Pada umumnya perusahaan memperoleh pendanaan dari dua sumber yaitu
dari modal sendiri dan modal pinjaman. Perusahaan dapat memilih salah satu dari
Universitas Sumatera Utara
sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Pada dasarnya kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perusahaan harus bisa
menyeimbangkan dari kedua sumber dana tersebut agar dapat memaksimalkan kekurangan dan kelebihan masing-masing sumber dana. Menurut Harahap 2011 :
303 rasio ini dapat dibagi menjadi; Rasio Utang atas Modal Debt to Equity Ratio, Rasio Pelunasan Utang Debt Service Ratio, dan Rasio Utang atas Aktiva
Debt Ratio. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt
Ratio. Debt ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca berapa bagian utang terhadap total aktiva. Semakin kecil rasio ini
maka akan semakin aman solvable maka total aktiva juga harus besar. Sebaliknya apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin
banyak, maka akan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya Kasmir 2008 : 156. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi
kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu diperhatikan adalah
stabilitas laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Rasio Aktivitas Activity Ratio
Rasio Aktivitas menunjukkan seberapa efesiensinya perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya. Rasio ini juga dapat digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dalam mengukur tingkat efesiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya
harus disesuaikan dengan ukuran dan jenis perusahaan tersebut. Manajemen harus mengambil atau membuat keputusan dan kebijakan agar perusahaan dalam
memaksimalkan tingkat penggunaan sumber daya yang ada. Rasio aktivitas dapat diklasisifikasikan menjadi total perputaran operasi
aset bersih, perputaran piutang receivable turnover, jumlah hari penjualan dalam persediaan days’ sales in receivable, perputaran persediaan inventory turnover,
jumlah hari penjualan dalam persediaan days’ sales in inventory, perputaran modal kerja bersih net working capital turnover, perputaran aset jangka panjang
fixed asset turnover, dan Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio Creditors’ Velocity.
Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perputaran persediaan inventory turnover dan average account payable cost of
goods sold ratio creditors velocity: a.
Perputaran Persediaan Inventory Turnover Rasio ini mengukur tingat efisiensi perusahaan dalam mengelola
persediaan barang dagangan. Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 217 bahwa inventory turnover adalah “memberitahu kita seberapa banyak persediaan
berputar menjadi piutang melalui penjualan selama tahun terkait”. Persediaan termasuk dalam aset lancar, menurut PSAK 14 Persediaan adalah aset:
Universitas Sumatera Utara
• Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa
• Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
• Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa. Perusahaan harus bisa dalam mengatur persediaan inventory control,
karena persediaan tidak selalu ada setiap saat. Tidak adanya persediaan perusahaan akan dihadapkan dengan resiko bahwa perusahaan tidak dapat
memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat terhentinya proses produksi dan larinya pelanggan. Sedangkan jika persediaan yang berlebihan akan menyebabkan
pengeluaran perusahaan bertambah untuk biaya penyimpan persediaan tersebut, menyebabkan tinggi nya uang yang menganggur dan meningkatnya biaya tenaga
kerja. Baik persediaan barang jadi finished goods, persediaan barang dalam proses work in process, maupun persediaan bahan mentah raw material
perusahaan harus mengusahakan agar ketiga persediaan ini tetap dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin.
Rumus untuk menghitung inventory turnover menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 221:
Semakin tinggi rasio perputaran persediaan menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik, sedangkan jika rasio
inventory turnover rendah menunjukkan terdapat persediaan yang berlebihan, yang berarti apakah persediaan tersebut tidak terjual dengan baik atau ada alasan
Universitas Sumatera Utara
lain . Emekekwue 2005 mengatakan “stock turnover ratio seeks to identify the leght of time that stock is held as inventory before it is converted to cash”.
b. Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio Creditors’ Velicoty
Liabilitas atau utang menurut PSAK per 1 Juni 2012 adalah utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Liabilitas dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu;
liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Perbedaan antara kedua jenis liabilitas tersebut adalah pada jangka waktunya. Jatuh tempo untuk liabilitas
jangka pendek adalah dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan dan sebaliknya jatuh tempo liabilitas jangka panjang adalah adalah
lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan. Okwuosa 2005 dalam Enekwe 2013 mengatakan bahwa creditor’s
velocity juga bisa disebut dengan creditor’s turnover. Rasio ini menunjukkan hubungan antara rata-rata utang usaha dengan harga pokok penjualan. Leahy
2012:38 mengatakan “bahwa rasio ini digunakan untuk menunjukkan efek pinjaman terhadap profitabilitas perusahaan”. Rasio ini juga mengukur bagaimana
kemampuan perusahaan dalam menegosiasi aturan dalam pembelian. Hasil rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan keuntungan yang
diberikan dalam hal fasilitas kredit yang akan berdampak terhadap kerugian terhadap laba perusahaan yang disebabkan oleh bunga dari kredit yang dipinjam
serta menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya. Sedangkan jika hasil rasio ini rendah menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak menggunakan diskon pembelian yang ada dan akan meningkatkan beban pokok penjualan dan akan mengurangi laba perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan harus mengatur agar rasio ini tidak boleh terlalu tinggi maupun terlalu rendah karena akan berdampak terhadap laba perusahaan.
Rumus dari Creditor’s Velocity adalah:
4. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Mary et.al 2012 dalam Bashar 2014 mengatakan
bahwa rasio profitabilitas merupakan patokan dalam mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Manfaat yang diberikan oleh
rasio profitabilitas juga dapat membantu perusahaan untuk mengukur tingkat efektvitas manajemen suatu perusahaan. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Kondisi perusahaan yang tidak ber-laba, akan membuat perusahaan sulit untuk melakukan kegiatan operasinya
baik sehari-hari maupun untuk perkembangan, serta akan sulit untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari luar.
Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor gross profit margin, margin laba bersih net profit margin, return on
investment, dan return on net work. Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
margin laba kotor gross profit margin.
Universitas Sumatera Utara
Syahyunan 2013 : 94 menjelaskan bawah “gross profit margin digunakan untuk mengukur efesiensi pengendalian harga pokok biaya produksi,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 222 dalam Wjiaya 2014
“memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”. Rumus
untuk menghitung gross profit margin adalah:
2.1.4. Gross Profit Margin