keuangan invetory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio terhadap gross profit
margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri batang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian yaitu, apakah inventory turnover ratio, account payable
to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap gross profit margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
BEI?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working
capital to total asset ratio dan debt ratio secara simultan dan parsial terhadap
gross profit margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan bermanfaat untuk : 1.
Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam mengetahui pengaruh inventory turnover ratio, account payable to cost of
goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio
secara simultan terhadap gross profit margin. 2.
Bagi perusahaan, penelitian di diharapkan agar dijadikan sebagai pertimbangan bagi manejemen perusahaan dalam mengambil keputusan
bisnis yang berhubungan dengan rasio keuangan dalam rangka memaksimumkan laba perusahaan untuk masa akan datang.
3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
dalam membuat keputusan investasi pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan
referensi untuk peneltian selanjutnya pada bidang analisi rasio laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
PSAK No.1 tahun 2012 menjelaskan bahwa :
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Kemudian terdapat juga pengertian laporan keuangan menurut Kasmir 2008 : 07 “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. Berdasarkan pengertian PSAK No.1 tahun 2012 dan juga Kasmir bahwa laporan
keuangan digunakan untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan berguna dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan
keuangan pada suatu periode tertentu. Komponen dalam laporan keuangan lengkap terdiri dari PSAK No.1
tahun 2012: a.
Laporan posisi keuangan neraca pada akhir periode, b.
Laporan laba rugi komprehensif selama periode, c.
Laporan perubahan ekuitas selama periode, d.
Laporan arus kas selama periode,
Universitas Sumatera Utara
e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lain, dan f.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 2012 bahwa: Tujuan laporan keuangan untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen stewardship,
atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.1.3. Analisis Rasio Keuangan
Fahmi 2006 menyatakan rasio keuangan atau financial ratio sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan
. Menurut Raval 2006 dalam penelitian yang dilakukan Bashar dan Islam 2014 “A financial ratio can give a financial analyst and excellent picture of a
company’s situation and the trends that are developing.” Analisis rasio adalah membandingkan antara 1 unsur-unsur neraca, 2 unsur-unsur laporan laba-rugi,
3 unsur-unsur neraca dan laporan laba – rugi, serta 4 rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lainnya Samsul, 2006:143. Menurut
Harahap 2011 : 297 “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.” Oleh karena itu, rasio keuangan merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk mengukur kinerja
perusahaan. Rasio keuangan menggunakan informasi yang bersumber dari laporan
keuangan perusahaan dan membantu dalam menginterpretasikan angka-angka yang terdapat laporan keuangan ke dalam kalimat yang dapat dimengerti
mengenai kondisi yang terjadi dalam perusahaan dalam Wijaya, 2014. Dengan mengipentrasikan angka-angka yang terdapat di dalam laporan keuangan dan
membandingkan antara satu rasio dengan rasio lainnya sehingga mendapatkan informasi yang diiginkan dan dapat memberikan pendapat ataupun penilaian.
Analisis dengan menggunakan rasio laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan yang tepat dan cepat.
Menurut Harahap 2011 : 298 analisis rasio ini memiliki keunggulan
dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan. b.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model preediksi Z-score. e.
Menstandarisir size perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time series”. g.
Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
2.1.3.1. Jenis – Jenis Rasio Keuangan
Terdapat banyak rasio yang dapat dihitung dengan laporan keuangan. Enekwe, Okwo, dan Ordu 2013 : 107 menyatakan: “The successful selection and
use of appropriate financial ratio is one of the key elements of the firm’s financial strategy.” Secara umum rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok:
1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara
tepat waktu. Kasmir 2008 : 110 menyatakan bahwa “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.” Dengan rasio likuiditas
pengguna laporan keuangan dapat melihat apakah perusahaan tersebut likuid atau illikuid, jika likuid berarti perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya.
Sedangkan illikuid berarti perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Working
Capital to Total Asset NWCTA. NWCTA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Rasio NWCTA menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. Dalam praktiknya menurut Kasmir
2008:251 modal kerja perusahaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: modal kerja kotor gross working capital dan modal kerja bersih net working capital.
Penelitian ini menggunakan modal kerja bersih. Net working capital merupakan seluruh komponen dalam aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban
lancar. Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek, utang gaji, dan utang pajak, dan utang lancar lainnya.
Setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya guna meningkatkan likuiditasnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja
yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Terdapat hubungan yang erat antara penjualan dan modal kerja. Kenaikan pada volume penjualan maka investasi dalam persediaan dan piutang juga akan
meningkat, ini berarti akan meningkatkan modal kerja. Net Working Capital dipergunakan untuk menggambarkan kelebihan
aktiva lancar diatas hutang lancar. Rasio NWCTA yang rendah menunjukkan tingkat likuiditas yang rendah juga. Perusahaan yang sehat memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi. 2.
Rasio Solvabilitas Leverage Ratio Rasio ini juga berfungsi untuk meggambarkan bagaimana perusahaan
mendanai kegiatan usahanya, apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas. Pada umumnya perusahaan memperoleh pendanaan dari dua sumber yaitu
dari modal sendiri dan modal pinjaman. Perusahaan dapat memilih salah satu dari
Universitas Sumatera Utara
sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Pada dasarnya kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perusahaan harus bisa
menyeimbangkan dari kedua sumber dana tersebut agar dapat memaksimalkan kekurangan dan kelebihan masing-masing sumber dana. Menurut Harahap 2011 :
303 rasio ini dapat dibagi menjadi; Rasio Utang atas Modal Debt to Equity Ratio, Rasio Pelunasan Utang Debt Service Ratio, dan Rasio Utang atas Aktiva
Debt Ratio. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt
Ratio. Debt ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca berapa bagian utang terhadap total aktiva. Semakin kecil rasio ini
maka akan semakin aman solvable maka total aktiva juga harus besar. Sebaliknya apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin
banyak, maka akan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya Kasmir 2008 : 156. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi
kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu diperhatikan adalah
stabilitas laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Rasio Aktivitas Activity Ratio
Rasio Aktivitas menunjukkan seberapa efesiensinya perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya. Rasio ini juga dapat digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dalam mengukur tingkat efesiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya
harus disesuaikan dengan ukuran dan jenis perusahaan tersebut. Manajemen harus mengambil atau membuat keputusan dan kebijakan agar perusahaan dalam
memaksimalkan tingkat penggunaan sumber daya yang ada. Rasio aktivitas dapat diklasisifikasikan menjadi total perputaran operasi
aset bersih, perputaran piutang receivable turnover, jumlah hari penjualan dalam persediaan days’ sales in receivable, perputaran persediaan inventory turnover,
jumlah hari penjualan dalam persediaan days’ sales in inventory, perputaran modal kerja bersih net working capital turnover, perputaran aset jangka panjang
fixed asset turnover, dan Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio Creditors’ Velocity.
Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perputaran persediaan inventory turnover dan average account payable cost of
goods sold ratio creditors velocity: a.
Perputaran Persediaan Inventory Turnover Rasio ini mengukur tingat efisiensi perusahaan dalam mengelola
persediaan barang dagangan. Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 217 bahwa inventory turnover adalah “memberitahu kita seberapa banyak persediaan
berputar menjadi piutang melalui penjualan selama tahun terkait”. Persediaan termasuk dalam aset lancar, menurut PSAK 14 Persediaan adalah aset:
Universitas Sumatera Utara
• Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa
• Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
• Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa. Perusahaan harus bisa dalam mengatur persediaan inventory control,
karena persediaan tidak selalu ada setiap saat. Tidak adanya persediaan perusahaan akan dihadapkan dengan resiko bahwa perusahaan tidak dapat
memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat terhentinya proses produksi dan larinya pelanggan. Sedangkan jika persediaan yang berlebihan akan menyebabkan
pengeluaran perusahaan bertambah untuk biaya penyimpan persediaan tersebut, menyebabkan tinggi nya uang yang menganggur dan meningkatnya biaya tenaga
kerja. Baik persediaan barang jadi finished goods, persediaan barang dalam proses work in process, maupun persediaan bahan mentah raw material
perusahaan harus mengusahakan agar ketiga persediaan ini tetap dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin.
Rumus untuk menghitung inventory turnover menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 221:
Semakin tinggi rasio perputaran persediaan menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik, sedangkan jika rasio
inventory turnover rendah menunjukkan terdapat persediaan yang berlebihan, yang berarti apakah persediaan tersebut tidak terjual dengan baik atau ada alasan
Universitas Sumatera Utara
lain . Emekekwue 2005 mengatakan “stock turnover ratio seeks to identify the leght of time that stock is held as inventory before it is converted to cash”.
b. Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio Creditors’ Velicoty
Liabilitas atau utang menurut PSAK per 1 Juni 2012 adalah utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Liabilitas dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu;
liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Perbedaan antara kedua jenis liabilitas tersebut adalah pada jangka waktunya. Jatuh tempo untuk liabilitas
jangka pendek adalah dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan dan sebaliknya jatuh tempo liabilitas jangka panjang adalah adalah
lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan. Okwuosa 2005 dalam Enekwe 2013 mengatakan bahwa creditor’s
velocity juga bisa disebut dengan creditor’s turnover. Rasio ini menunjukkan hubungan antara rata-rata utang usaha dengan harga pokok penjualan. Leahy
2012:38 mengatakan “bahwa rasio ini digunakan untuk menunjukkan efek pinjaman terhadap profitabilitas perusahaan”. Rasio ini juga mengukur bagaimana
kemampuan perusahaan dalam menegosiasi aturan dalam pembelian. Hasil rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan keuntungan yang
diberikan dalam hal fasilitas kredit yang akan berdampak terhadap kerugian terhadap laba perusahaan yang disebabkan oleh bunga dari kredit yang dipinjam
serta menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya. Sedangkan jika hasil rasio ini rendah menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak menggunakan diskon pembelian yang ada dan akan meningkatkan beban pokok penjualan dan akan mengurangi laba perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan harus mengatur agar rasio ini tidak boleh terlalu tinggi maupun terlalu rendah karena akan berdampak terhadap laba perusahaan.
Rumus dari Creditor’s Velocity adalah:
4. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Mary et.al 2012 dalam Bashar 2014 mengatakan
bahwa rasio profitabilitas merupakan patokan dalam mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Manfaat yang diberikan oleh
rasio profitabilitas juga dapat membantu perusahaan untuk mengukur tingkat efektvitas manajemen suatu perusahaan. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Kondisi perusahaan yang tidak ber-laba, akan membuat perusahaan sulit untuk melakukan kegiatan operasinya
baik sehari-hari maupun untuk perkembangan, serta akan sulit untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari luar.
Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor gross profit margin, margin laba bersih net profit margin, return on
investment, dan return on net work. Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
margin laba kotor gross profit margin.
Universitas Sumatera Utara
Syahyunan 2013 : 94 menjelaskan bawah “gross profit margin digunakan untuk mengukur efesiensi pengendalian harga pokok biaya produksi,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 222 dalam Wjiaya 2014
“memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”. Rumus
untuk menghitung gross profit margin adalah:
2.1.4. Gross Profit Margin
Menurut Bashar 2014 : 59 mengatakan “Gross Profit Margin is what is left after the costs of goods sold have been subtracted from net sales.” Gross
profit margin merupakan hubungan antara laba kotor terhadap total penjualan. Laba kotor dapat dihitung dengan rumus total penjualan dikurangi dengan harga
pokok penjualan. Margin laba kotor berbeda dengan laba kotor, jika margin laba kotor
adalah rasio antara laba kotor terhadap penjualan. Maka laba kotor merupakan laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban
perusahaan. Adapun laba kotor merupakan laba yang pertama kali diperoleh oleh perusahaan. Faktor – faktor yang menentukan besarnya laba kotor adalah:
1. Faktor penjualan, ditentukan oleh besarnya:
a. Harga jual b. Jumlah barang yang dijual
2. Faktor harga pokok penjualan, ditentukan oleh besarnya:
Universitas Sumatera Utara
a. Harga pokok rata - rata b. Jumlah barang yang dijual
Engel 1996 dalam Bashar 2014 mengatakan bahwa rasio gross profit margin merupakan alat ukur yang penting bagi perusahaan, karena rasio tersebut
melihat pada arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dalam perusahaan. Rasio gross profit margin yang rendah menunjukkan bahwa laba perusahaan
rendah yang disebabkan oleh harga pokok penjualan yang cukup tinggi dibandingkan dengan penjualannya. Sebaliknya, jika rasio margin laba kotor
semakin tinggi maka penjualan relatif lebih tinggi dibanding harga pokok penjualan. Laba kotor yang tinggi juga menunjukkan bahwa perusahaan mampu
untuk menutup biaya administrasi dan biaya penjualan, sehingga perusahaan akan dinilai baik dan akan meningkatkan daya tarik baik investor maupun kreditor
untuk menanamkan modal maupun meminjamkan dana. Analisis margin laba kotor sering digunakan dalam perencanaan keuangan atau penganggaran, namun
teknik ini juga dapat digunakan dalam analisis laporan keuangan.
2.2. Hubungan antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat 2.2.1. Hubungan
Inventory Turnover Ratio terhadap Gross Profit Margin
Inventory Turnover Ratio merupakan salah satu rasio aktivitas. Menurut Subramanyam 2012 : 43 menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis
profitabilitas rasio yang paling baik digunakan adalah pemanfaatan aset asset utilization atau juga disebut perputaran turnover.
Universitas Sumatera Utara
Rasio inventory turnover yang tinggi menandakan perputaran persediaan yang besar, yang berarti penjualan persediaan yang cepat terjadi dimana barang
persediaan yang dimiliki perusahaan tidak tersimpan lama di gudang sejak dibeli atau diproduksi sampai persediaan tersebut terjual. Jika penjualan meningkat
maka akan meningkatkan laba perusahaan juga. Jika laba perusahaan meningkat maka rasio gross profit margin juga meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bashar 2014 menunjukkan bahwa inventory turnover ratio memiliki pengaruh terhadap gross profit margin. Hal tersebut sama seperti penelitian yang
dilakukan oleh Enekwe et.al 2013 yang menunjukkan bahwa hubungan yang signifkan terhadap gross profit margin. Berdasarkan pemikiran – pemikiran
tersebut, dapat diturunkan hipotesis yaitu: Inventory turnover ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin.
2.2.2. Hubungan Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio terhadap
Gross Profit Margin
Account payable to cost of goods sold ratio adalah salah satu rasio aktivitas. Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efesiensinya perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya nya. Rasio ini menunjukkan hubungan antara rata- rata utang usaha dengan harga pokok penjualan.
Semakin besar account payable to cost of goods sold ratio maka menunjukkan bahwa tingkat utang yang tinggi yang akan menyebabkan laba
perusahaan turun karena perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tersebut serta beban bunga yang disebabkan kewajiban yang belum dibayar. Jika laba
perusahaan turun maka rasio gross profit margin juga rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bashar 2014 menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
account payable to cost of goods sold ratio memiliki pengaruh terhadap gross profit margin. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tersebut, dapat diturunkan
hipotesis yaitu: Account payable to cost of goods sold ratio berpengaruh
signifikan terhadap gross profit margin.
2.2.3. Hubungan Net Working Capital to Total Asset Ratio terhadap Gross
Profit Margin
Net working capital to total asset ratio merupakan salah satu dari rasio likuiditas. Kasmir 2008 : 110 menyatakan bahwa “Rasio likuiditas digunakan
untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.” Rasio net working capital to total asset yang tinggi menunjukkan net
working capital yang tinggi. Net working capital merupakan selisih antara aset lancar dengan hutang lancar. Berarti modal kerja yang lancar menunjukkan bahwa
kegiatan operasional perusahaan berjalan dengan lancar dan juga menunjukkan perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya, dengan demikian pendapatan
yang diperoleh juga meningkat. Jika pendapatan perusahaan meningkat secara tidak langsung laba juga meningkat maka rasio gross profit margin juga
meningkat. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tersebut, dapat diturunkan
hipotesis yaitu: net working capital to total asset ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin.
2.2.4. Hubungan Debt Ratio terhadap Gross Profit Margin
Debt ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas leverage. Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca
berapa bagian utang terhadap total aktiva.
Universitas Sumatera Utara
Semakin rendah debt ratio menunjukkan tingkat hutang yang rendah juga, berarti meunjukkan perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya sehingga
pendapatan perusahaan juga meningkat. Sedangkan jika debt ratio tinggi menunjukkan pendanaan dengan kewajiban semakin banyak, maka semakin sulit
bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dan membuat perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasionalnya dengan baik dan akan mengurangi laba.
Jika laba perusahaan turun maka rasio gross profit margin juga rendah. Menurut penelitian yang dilakukan Arowoshegbe dan Idialu 2013 : 99 bahwa debt ratio
mempengaruhi secara simultan terhadap operating profit margin dan net profit margin. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis
yaitu: debt ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin.
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain : 1.
Penelitian Bashar dan Islam 2013, dengan penelitian yang berjudul ”Determinants of Profitability in the Pharmaceutical Industry of
Bangladesh”. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan tahunan 5 perusahaan farmasi yang dipilih untuk periode 5 tahun yaitu
mulai tahun 2008 sampai 2012. Variabel bebas yang digunakan adalah Selling and General Administrative Expenses Net Sales Ratio, Average
Inventory Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable Net Sales Ratio, Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio,
Depreciation Net Sales. Sedangkan profitabilitas diwakili oleh Gross Profit Margin. Hasil penelitian menunjukkan hanya Inventory Cost of
Universitas Sumatera Utara
Goods Sold Ratio dan Account Payable Cost of Goods Sold yang determinan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan farmasi di
Bangladesh. 2.
Penelitian Leahy dan Taft 2012, dengan judul penelitian”The Determinants of Profitability in The Pharmaceutical Industry”. Sampel
yang digunakan 21 perusahaan farmasi di Amerika pada tahun 2001 yang memiliki kode SIC Standard Industrial Classification 2834 yang
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki laba bersih lebih besar dari 50 juta US Dollar. Variabel bebas yang digunakan adalah Selling and
General Administrative Expenses Net Sales Ratio, Average Inventory Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable Net Sales Ratio,
Average Account Payable Cost of Goods Sold Ratio, Depreciation Net Sales. Sedangkan profitabilitas diwakili oleh Gross Margin, Operating
Margin, dan Berry Ratio. Hasil penelitian menunjukkan pada Gross Profit Margin tidak terdapat variabel bebas yang mempengaruhi secara determinan
terhadap profitabilitas perusahaan. Pada Operating Margin hanya Depreciation Net Sales yang mempengaruhi secara signifikan positif
determinan. Sedangkan pada Berry Ratio hanya Average Inventory Cost of Goods Sold Ratio yang mempengaruhi secara signifikan positif determinan.
3. Penelitian Enekwe, Okwo dan Ordu 2013, dengan penelitian yang
berjudul”Financial Ratio Analysis as a Determinant of Profitability in Nigerian Pharmaceutical Industry”. Data yang digunakan bersumber dari
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi tahunan 5 perusahaan farmasi yang dipilih untuk periode 11 tahun yaitu mulai tahun 2001 sampai
Universitas Sumatera Utara
2011. Variabel bebas yang digunakan adalah Inventory Turnover Ratio, Debtors’ Turnover Ratio, Creditors’ Velocity Ratio, dan Total Asset
Turnover Ratio. Sedangkan profitabilitas diwakili oleh Gross Profit Margin. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan hubungan negatif antara
semua variabel bebas dengan profitabilitas. Secara parsial, hanya variabel inventory turnover ratio yang memiliki hubungan signifikan terhadap
profitabilitas. 4.
Penelitian Wijaya 2014, dengan judul penelitian ”Pengaruh Inventory Turnover Ratio dan Debtors’ Turnover Ratio Terhadap Gross Profit
Margin: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Sampel yang digunakan 13 perusahaan maunfaktur
yang terdaftar di BEI Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 - 2012. Variabel bebas yang digunakan adalah Inventory Turnover Ratio ITR dan
Debtors’ Turnover Ratio DTR dengan variabel dependennya Gross Profit Margin GPM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ITR dan
DTR secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap GPM pada tingkat signifikansi 95. Namun secara parsial, hanya variabel DTR yang
berpengaruh terhadap GPM 5.
Penelitian Meriewaty dan Setyani 2005, dengan penelitian yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di
Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ.” Variabel penelitiannya adalah current ratio, quick ratio, working capital to total
assets, total debt to equity ratio, total debt to total capital assets, long term debt to equity ratio, total assets turnover, inventory turnover, average day’s
Universitas Sumatera Utara
inventory, working capital turnover, gross profit margin, net profit margin, return on investment, dan return on equity terhadap earning after tax dan
operating profit . Periode penelitian adalah tahun 1999 – 2003 pada perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di BEJ. Hasilnya
menunjukkan bahwa rasio total debt to total capital assets, total assets turnover, dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap
perubahan kinerja untuk earning after tax. Sedangkan rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja untuk operating
profit adalah current ratio. 6.
Penelitian Arowoshegbe dan Idialu 2013, dengan penelitian yang berjudul “Capital Structure and Profitability of Quoted Companies in Nigeria.”
Variabel independen yang digunakan adalah debt ratio, total asset turnover ratio, current ratio, age, size, dan capital intensity terhadap net profit
margin dan operating profit margin. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan tahunan 60 perusahaan non keuangan di Nigeria yang
dipilih untuk periode 15 tahun yaitu mulai tahun 1996 sampai 2010. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa operating profit margin memiliki hubungan yang signifikan terhadap enam variabel independen secara simultan.
Sedangkan net profit margin memiliki hubungan yang signifikan terhadap enam variabel independen secara simultan, serta terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara profitabilitas dan struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Tedahulu
Nama Judul
Variabel yang digunakan
Metode Analisis
Hasil Penelitian Bashar
dan Islam 2013
Determinants of Profitability
in the Pharmaceutica
l Industry of Bangladesh
Selling and General
Administrative Expenses Net
Sales Ratio, Average
Inventory Cost of Goods
Sold Ratio, Average
Account Receivable
Net Sales Ratio, Average
Account Payable Cost
of Goods Sold Ratio,
Depreciation Net Sales, dan
Gross Profit Margin
Analisis Regresi
Linear Berganda
dan model koefisien
Pearson. Inventory Cost
of Goods Sold Ratio dan
Average Account
Payable Cost of Goods Sold
Ratio memiliki determinan yang
signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan
farmasi di Bangladesh.
Leahy dan Taft
2012 The
Determinants of Profitability
in The Pharmaceutica
l Industry Selling and
General Administrative
Expenses Net Sales Ratio,
Average Inventory
Cost of Goods Sold Ratio,
Average Account
Receivable Net Sales
Ratio, Average Account
Payable Cost of Goods Sold
Ratio, Depreciation
Regresi Linear
Berganda Pada Gross
Margin tidak terdapat variabel
independen yang
mempengaruhi secara
determinant terhadap
profitabilitas perusahaan.
Pada Operating Margin hanya
Depreciation Sales yang
mempengaruhi secara positif
signifikan
Universitas Sumatera Utara
Net Sales. Gross Profit
Margin, Operating
Margin, Gross Margin,
Operating Margin, dan
Berry Ratio. determinant.
Pada Berry Ratio hanya
Average Inventory Cost
of Goods Sold Ratio yang
mempengaruhi secara positif
signifikan determinant.
Enekwe, Okwo dan
Ordu 2013
Financial Ratio Analysis
as a Determinant of
Profitability in Nigerian
Pharmaceutica l Industry
Inventory turnover ratio,
debtors’ turnover ratio,
creditors’ velocity ratio,
total asset turnover ratio,
dan gross profit margin
Regresi Linear
Berganda Secara simultan
menunjukkan hubungan
negatif antara semua variabel
bebas dengan profitabilitas
dan secara parsial, hanya
variabel inventory
turnover ratio yang memiliki
hubungan signifikan
terhadap profitabilitas.
Universitas Sumatera Utara
Wijaya 2014
Pengaruh Inventory
Turnover Ratio Dan Debtors’
Turnover Ratio Terhadap
Gross Profit Margin: Studi
Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Inventory Turnover
Ratio ITR dan Debtors’
Turnover Ratio DTR,
dan Gross Profit Margin
GPM Regresi
Linear Berganda
ITR dan DTR secara simultan
berpengaruh secara signifikan
terhadap GPM pada tingkat
signifikansi 95. Namun
secara parsial, hanya variabel
DTR yang berpengaruh
terhadap GPM
Meriewaty dan
Setyani 2005
Analisis Rasio Keuangan
Terhadap Perubahan
Kinerja pada Perusahaan di
Industri Food and Beverages
yang Terdaftar di BEJ
Current ratio, quick ratio,
working capital to total
assets, total debt to equity
ratio, total debt to total
capital assets, long term debt
to equity ratio, total assets
turnover, inventory
turnover, average day’s
inventory, working
capital turnover,
gross profit margin, net
profit margin, return on
investment, return on
equity. Earning after
tax dan operating
profit Regresi
Linear Berganda
Pada earning after tax; total
debt to total capital assets,
total assets turnover, dan
return on investment
berpengaruh signifikan
terhadap perubahan
kinerja.
Pada operating profit hanya
current ratio yang
berpengaruh signifikan
terhadap perubahan
kinerja.
Universitas Sumatera Utara
Arowoshe gbe dan
Idialu 2013
Capital Structure and
Profitability of Quoted
Companies in Nigeria
Debt ratio, total asset
turnover ratio, current ratio,
age, size, dan capital
intensity. Net profit margin
dan operating profit margin
Regresi Linear
Berganda Operating profit
margin memiliki hubungan yang
signifikan terhadap enam
variabel independen
secara simultan.
Net profit margin memiliki
hubungan yang signifikan
terhadap enam variabel
independen secara simultan.
Terdapat hubungan
negatif yang signifikan antara
profitabilitas dan struktur
modal.
Sumber : Data diolah peneliti, 2014
2.4. Kerangka Konseptual