29
Menurut Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Menurut Biro Pusat Statistik, 2008 BPS perhitungan produktivitas tenaga kerja adalah dengan membagi kuantitas hasil dengan kuantitas penggunaan
masukan tenaga kerja, di mana masukan tenaga kerja dapat dihitung dalam hari kerja setara pria HKSP, hari orang kerja HOK, ataupun dalam perhitungan
waktu kerja satu tahun. Adapun perhitungan hari kerja setara pria HKSP yang berlaku di kalangan pertanian yaitu untuk pria, wanita dan anak laki-laki berumur
10 tahun maka berturut-turut adalah sebesar 1; 0,7; dan 0,5 HKSP dan dapat bekerja penuh dalam 7 jam perhari.
3 Bahan Baku Sebagai Faktor Produksi
Menurut Sukanto Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo 1998:199 mengatakan bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
penting. Kekurangan bahan dasar yang tersedia dapat berakibat terhentinya proses produksi karena habisnya bahan baku untuk diproses. Tersedianya bahan dasar
yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Oleh karena itu perlu diadakan perencanaan dan pengaturan terhadap bahan dasar
ini baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya.
a. Lilin Batik Sebagai Bahan Baku
Di samping mori kain sebagai bahan baku, pembuatan warna batik juga menggunakan malam atau “lilin batik” sebagai bahan perintang. Bahan perintang
30
dalam proses pembatikan, malam “lilin batik” digunakan untuk menutup hiasan sehingga membebaskannya dari bahan pewarna ketika dilakukan proses
pencelupan. Lilin batik merupakan campuran beberapa macam bahan diantaranya yaitu: paraffin, kote lilin lebah, gondorukem getah pohon pinus, damar mata
kucing, lilin gladhagan lilin bekas, kendal lemak dari tumbuhan dan minyak kelapa atau lemak hewan. Semua bahan ramuan tersebut dapat diperoleh di dalam
negeri.
b. Obat Pewarna Sebagai Bahan Baku
Proses pembuatan batik menggunakan obat pewarna, baik zat warna nabati maupun zat warna buatan. Zat warna nabati berasal dari daun, kulit kayu, pokok
kayu, akar pohon atau umbi. Contoh pewarna nabati misalnya, daun nila untuk warna biru atau kebiru-hitam, akar pohon mengkudu untuk warna merah, kayu
tegeran atau kunyit untuk warna kuning, kulit kayu tingi untuk merah-cokelat, dan kayu soga untuk warna cokelat.
Semua obat pewarna nabati dapat diperoleh di dalam negeri, sedangkan zat warna buatan sampai saat ini didatangkan dari luar negeri, antara lain Jerman
HOECHST, Inggris ICI, Swiss CIBA Perancis FRANCOLOR, Amerika DU PONT dan Italia ACNA. Efie Eka Wanty, 2006:26
2.1.8 Usaha Kecil Menengah
Menurut UU RI No 20 Tahun 2008 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
31
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.
Adapun kriteria usaha kecil menurut UU RI No 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan lebih dari Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.00,00 tiga ratus
juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus rupiah.
Sedangkan World Bank tahun 2008 memberikan kriteria untuk usaha kecil sebagai berikut:
1. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi 3 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi 3 juta Menurut UU RI No 20 Tahun 2008 usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan.
32
Menurut UU No 20 Tahun 2008 Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh
milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 dua
milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.
2.1.9 Batik
Menurut Konsesus Nasional 12 Maret 1996, Batik adalah karya seni rupa pada kain, dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai
perintang warna. Menurut Konsesus tersebut dapat diartikan bahwa yang membedakan batik dengan tekstil pada umumnya adalah proses pembuatannya.
Batik digolongkan salah satu karya seni dan dapat dibedakan menjadi 5 golongan besar. Prinsip dasar penggolongan batik antara lain:
1. Batik tulis adalah batik yang diperoleh dengan cara menggunakan canting
tulis sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin batik pada kain.
2. Batik cap adalah batik yang diperoleh dengan menggunakan canting cap
sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin batik pada kain.
3. Batik kombinasi adalah batik yang diperoleh dengan menggunakan canting tulis dan canting cap sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin
batik pada kain.
33
4. Batik modern adalah batik yang diperoleh dengan pelekatan lilin batik pada kain, tidak menggunakan canting tulis atau canting cap, tetapi
menggunakan kuas atau alat lain disesuaikan kebutuhannya. Batik modern
sering disebut dengan batik lukis.
5. Batik bordirprada adalah batik, baik batik tulis, cap atau kombinasi yang sebagian dari motifnya gambarnya diberi warna-warni tertentu sesuai
dengan selera, dengan cara dibordir dan atau diberi warna emasperak
dengan menggunakan canting tulis atau kuas.
Pada ketentuan Konsensus Nasional 1996, terdapat 6 pokok hal penting
dalam batik: 1. Canting tulis
2. Canting cap 3. Lilin batik malam
4. Desainmotif 5. Pewarna Zat Warna
6. Mediakain Batik yang dimaksud adalah suatu karya seni pada sehelai kain dengan
berbagai corak dan warna yang dibuat dengan alat yang berupa canting dengan menggunakan lilin batik atau malam sebagai perintang warnanya kemudian
dicelupkan pada zat warna.
2.2 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1.
34
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N o
Nama Peneliti
Judul Variabel
Penelitian Hasil
Penelitian
1. Djoko Sudantoko
2010 Desertasi
Pemberdayaan Industri Batik
Skala Kecil di Jawa Tengah
Studi Kasus di Kabupaten
dan Kota Pekalongan
Y = Produksi batik
X1 = bahan baku X2 = bahan
penolong X3 = tenaga kerja
X4 = peralatan X5 = minyak
tanah X6 = kayu bakar
X7 = luas tempat usaha
a. Hasil yang diperoleh adalah bahwa variabel bahan baku, bahan
penolong, tenaga kerja, minyak tanah dan kayu bakar berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap produksi industri kecil
batik di Pekalongan. Sedangkan untuk variabel peralatan dan luas
usaha memberikan tanda negatif dan tidak signifikan. Hasil lainnya
adalah bahwa pada umumnya pengrajin batik skala kecil belum
seluruhnya melakukan kegiatan secara efisien yang dapat dilihat dari
tingkat efisiensi produksi batik. Tingkat efisiensi teknis pelaku
usaha batik skala kecil di Pekalongan cukup bervariasi antara
0,607 sampai dengan 0,9597 dengan rata-rata efisiensi teknis sebesar
0,8675 berarti belum efisien.
2. Dian Budiyanto
2011 Skripsi
Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap
Produksi Industri Kecil
Batik di Kecamatan
Pekalongan Barat dan
Kecamatan Pekalongan
Selatan Kota Pekalongan
Y = Produksi batik
= Tenaga kerja
= modal = Bahan
baku a. Hasil analisis regresi di Kecamatan
Pekalongan Barat secara parsial, tenaga kerja positif mempengaruhi
produksi batik sebesar 0,215. Modal positif mempengruhi produksi batik
sebesar 0,237. Bahan baku positif mempenagruhi produksi batik
sebesar 0,475. Sedangkan hasil analisis regresi di
Kecamatan Pekalongan Selatan secara parsial, tenaga kerja positif
mempenagruhi produksi batik sebesar 0,159. Modal positif
mempenagruhi produksi batik sebesar 0,463. Bahan baku positif
mempenagruhi produksi batik sebesar 0,286.
35
3. Agus
Setiawan 2006
Skripsi Analisis
Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi pada Industri
Kecil Genteng di
Desa Tegowanuh
Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung
Y = Produksi genteng
= Tenaga kerja
= Peralatan = Bahan
baku = Bahan
bakar a. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Agus Setiawan diperoleh nilai return to scale
sebesar 0,353. Hal ini bahwa usaha genteng berada
pada skala hasil yang menurun. Nilai decreasing return to scale
sebesar 0,353.
b. Berdasarkan penghitungan pendapatan dan biaya usaha industri
genteng didapat nilai RC ratio sebesar 1,199. Hal ini berarti bahwa
usaha industri genteng menguntungkan untuk dikelola.
c. Efisiensi teknis sebesar 0,872. Angka efisiensi teknis sudah
mendekati 1, hal ini menunjukan bahwa penggunaan faktor-faktor
produksi sudah hampir efisien. Namun dari hasil penghitungan
efisiensi harga diperoleh hasil sebesar 0,953. Artinya usaha
genteng tidak efisiensi secara alokatif. Di mana perlu dilakukan
pengurangan input.
d. Dari hasil penghitungan efisiensi ekonomi diperoleh hasil sebesar
0,830. Hal ini berarti bahwa usaha industri genteng tidak efisien
sehingga perlu dilakukan pengurangan faktor-faktor produksi
agar efisien.
36
2.3 Kerangka Berfikir