KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI POLDA LAMPUNG

(1)

Oleh

CITA NUR SEPTIANI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

WOMEN LEADERSHIP AT LAMPUNG POLICE DEPARTMENT

BY

CITA NUR SEPTIANI

The number of women who get space and opportunity to occupy a strategic positions in public sector is still limited. Because in order to reach the strategic position they deal with male domination. This situation also such as in the Police Department which semi military organization structure and always related with masculinity. The purpose of this research is to analyze factors that determine women can be a leaders at Lampung Police Department and analyze whether women leadership at Lampung Police Department used transformational leadership style.

This research used descriptive method with qualitative approach. Data collections techniques in this research are depth interview, documentation, and observation. The result of this research shows that every women leaders at Lampung Police Department have ability and qualified and based on that requirements women can become a leader at Lampung Police Department .On the other hands the leadership style of women leaders at Lampung Police Department is match with transformational leadership style.

Recomendations from this research are 1) women leaders at Lampung Police Department need to cooperate with field who handle about entrepreneurial spirit for better understanding about it 2) increase knowledge of leaders by doing routine coordination in order to create better understanding about job description so that could avoid miss perception about it.


(3)

ABSTRAK

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI POLDA LAMPUNG

Oleh

CITA NUR SEPTIANI

Dalam sektor publik, secara kuantitas masih sangat kecil jumlah perempuan yang mendapatkan ruang dan kesempatan menduduki posisi strategis karena untuk mencapai puncak karirnya masih berhadapan dengan dominasi laki-laki seperti pada organisasi kepolisian yang berstruktur semi militer dan identik dengan maskulin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor - faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi pemimpin di Polda Lampung dan menganalisis apakah kepemimpinan perempuan di Polda Lampung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa setiap pemimpin perempuan di Polda Lampung telah memiliki kemampuan dan memenuhi syarat yang menentukan perempuan dapat menjadi pemimpin di Polda Lampung. Selain itu pemimpin perempuan di Polda Lampung juga memiliki karakter gaya kepemimpinan transformasional.

Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah 1) pemimpin perempuan di Polda Lampung perlu bekerjasama dengan bidang yang berurusan dengan berwiraswasta untuk lebih memahami mengenai mewirausahakan birokrasi public, 2) menambah pengetahuan pemimpin untuk menyamakan persepsi mengenai tugas dengan setiap anggota agar tidak ada banyak persepsi yang dibangun dengan rutin mengadakan koordinasi untuk mendapatkan kesepakatan pada setiap tugas.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Penulis dilahirkan di Garut Jawa Barat pada tanggal 27 September 1992 dari pasangan Bapak Ahmad Yani dan Ibu Siti Ruqoyah. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai dari TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1997-1998, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 6 Sukajawa Bandar Lampung sejak tahun 1998-2004. Pendidikan lanjut tingkat pertama penulis tempuh pada tahun 2004-2007, di SMPN 10 Bandar Lampung. Jenjang pendidikan tingkat atas penulis tempuh di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bandar Lampung sejak tahun 2007-2010. Di tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Selama menjadi mahasiswa penulis coba ikut aktif dalam berbagai organisasi di

lingkungan kampus Universitas Lampung. Organisasi tersebut ikut

mengembangkan karakter dan kepribadian penulis dalam masa yang akan datang terutama saat kuliah. Dimulai dengan aktif di tingkat Fakultas yakni tercatat dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMAGARA).


(9)

sayang dan cinta dari keluarga, saudara, serta teman-teman, membuat penulis termotivasi untuk membahagiakan orang-orang disekeliling penulis.


(10)

Allah (QS. At-Taubah : 116)

Miliki mimpi (visi) yang benar-benar besar, karena mimpi

yang kecil, yang biasa-biasa saja, tidak mempunyai kekuatan

untuk menggerakkan hati manusia.( Goethe )

Pemimpin mencapai suksesnya melalui pelayanan kepada

orang lain, bukan dengan mengorbankan orang lain.

(H.Jackson Brown, Jr)

Kepemimpinan adalah kemampuan mendapatkan

hasil/pencapaian luar biasa dari orang-orang biasa.


(11)

Dengan segala kekurangan dan kerendahan hati Puji syukur atas nikmat ALLAH SWT

Karya ini ku Persembahkan Untuk :

Kakek dan Nenek ku tercinta Kakek Ruswa (alm) dan Nenek Sadiah (alm) serta Kakek Yuyu Yuharna, BA dan Nenek Komariah S.Pd .

Babeh dan Mama terima kasih untuk semua pengorbanan, doa, dukungan, dan masukan yang selalu diberikan kepada penulis agar

tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan.

Adikku Dika Nugraha terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini, semoga cita-cita kita untuk membuat orang tua

bangga akan terlaksana dengan sempurna.

Rahmad Ario Baskoro, S.H yang selalu mendampingiku

Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Unila


(12)

(13)

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’ alamin penulisan panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas ridho, rahmat, dan kasih sayang-Nya

penulis dapat menyelesaikan sekripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan

Di Polda Lampung” yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan baik secara moril, materi, berupa petunjuk, bimbingan, nasehat, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah banyak memberi arahan, bimbingan, saran, motivasi dan nasihat sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini.

2. Ibu Meiliyana, S.IP., M.A. selaku pembimbing pembantu yang telah banyak

memberikan arahan, bimbingan, saran, nasihat, motivasi dan masukan

sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini.


(14)

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini serta turut membantu memberi saran dan motivasi kepada penulis selama kuliah.

4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara yang telah memberi arahan kepada penulis selama kuliah.

5. Drs.Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung khususnya Ilmu Administrasi Negara, terimaksih atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Ibu Nur selaku Staf Jurusan Administrasi Negara yang telah banyak membantu selama penulis menjadi mahasiswa.

8. Ibu AKBP. Drs. Hj. Sulistyaningsih yang telah memberikan banyak informasi, masukan, motivasi, serta inspirasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Ibu AKP.Entiyati yang telah memberikan banyak informasi dan arahan kepada penulis.

10. Ibu Ipda. Rusnawati yang telah memberikan banyak informasi serta pengetahuan kepada penulis.

11. Kedua orangtua penulis, untuk babeh dan mama terima kasih untuk semua pengorbanan, doa, dukungan, dan masukan yang selalu diberikan kepada penulis agar tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan. Untuk Kakek dan Nenek ku tercinta Kakek Ruswa (alm) dan Nenek Sadiah


(15)

selama ini, semoga cita-cita kita untuk membuat orang tua bangga akan terlaksana dengan sempurna, amin.

12. Rahmad Ario Baskoro, S.H terima kasih untuk semua doa, dukungan yang diberikan, kritik dan saran agar penulis lebih baik, serta kasih sayang yang diberikan selama ini dan selalu mendampingiku. Semua doa terbaik semoga didengar allah SWT untuk masa depan kita berdua, amin.

13. Sahabat-sahabat masa kecilku Yussi Fitria, Desiana Putri, Novalia Astika. Dan sahabat-sahabat tercinta Shintya Yuniana, Isnaini Desnita Sari, Nanda Putri Pratama, Lidwina Swastikarani Lintang Kinanti, Ersalia Dewi Nursita.

14. Teman-teman KKN Itqoh Fathayu Haisimi, Monica Syamsurya, Sheila Jatu Garcia, Andini Fitria Hadi, Cici Metha Sari, Amalia NH, Agustia Pratiwi, Helen Yuseva Ayu, Budiarto, Andi Subardi, Dimas Pratama Siddarta, Hendra, Yasni, dan Tika.

15. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu mendengarkan keluh kesah, curhatan, dan selalu memberikan semangat motivasi dan dukungannya. Indah Putri Sari ( Berawal kenal saat Propti karena sama-sama mahasiswa yang masuk lewat jalur UM sampai sekarang yang selalu jadi temen di semua hal. Semoga langgeng sama kak donni. Ditunggu lagi curhatannya ya ndun), Erisa Tri Anggraini ( Makasih selalu kasih motivasi untuk berhijab dan selalu jadi temen yang baik meskipun suka antagonis), Intan Ayu Maysanti ( Temen baikku dari SMA sampai kuliah, doakan ya tana biar kami juga cepet dapet pekerjaan yang baik), Pandu Pamungkas ( Peri baik hati ), Desmon Eka


(16)

16. Almamater Administrasi Negara 2010 Tercinta dan semua angkatan mahasiswa Administrasi Negara yang telah banyak memberikan semangat dan cerita indah untuk di kenang selama kuliah. Untuk Astria, Sari, Sahara, Rizka, Dita makasih karena sudah berbagi ilmu selama ini, Untuk Nuzul, Karina, Nona, Shela, Meri, dan Cory, makasih buat masukan dan motivasi nya selama penyusunan skripsi ini. Teman-teman geng Mutar Fadri, Jodi, Ade, Aris, Yogis, Anjas senang bisa berteman dengan kalian. Temen-temen seperjuangan dari awal kuliah geng nya Lica, Lusi, Gusti, Bunga M, Helsi. Temen- temen kelas genap Nurul A, Hanny M, Dewinta, Maritha. Dan semua teman-teman satu angkatan 2010, Yulia, Cahya, Maya, Rahma, Nurul, Putri, Datas, Hadi, Bunga J, Rofi’I, Efridho, Julian, Anisa, Satria, Abdu, Aden, Hepsa, Abil, Ali I, Ali, S, Shelli, Loy, Bogel, Uyung, Rizal, Eeng, Indah P, Maya L, Enggi, Dora, Jeni Sari, Ani, Ijal, Gideon, Wayan, Ardy, Daus, Gery.

Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapat balasan dari Allah SWT dan penulis meminta maaf apabila ada kesalahan tanpa sengaja dan yang pernah tersakiti dalam kehidupan penulis. Semoga sekripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, Oktober 2014

Penulis,


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR BAGAN ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kepemimpinan... 12

1. Konsep Pemimpin ... 12

2. Konsep Kepemimpinan ... 13

3. Syarat-syarat Kepemimpinan ... 15

4. Fungsi Kepemimpinan ... 16

5. Gaya Kepemimpinan ... 19

6. Gaya Kepemimpinan Perempuan ... 23

7. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional ... 24

8. Peran Kepemimpinan ... 31

9. Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan ... 34

10. Perbedaan Leadership dan Management ... 36

11. Peranan Manajer ... 37

B. Tinjauan Tentang Kepemimpinan Dalam Organisasi Polri ... 39

1. Tuntutan Mutu Kepemimpinan di Polri ... 41

2. Aplikasi Kepemimpinan Polri ... 43

C. Tinjauan Tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender ... 45


(18)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 51

B. Fokus Penelitian ... 52

C. Lokasi Penelitian ... 54

D. Teknik Pengumpulan Data ... 54

E. Teknik Analisis Data... 57

F. Teknik Keabsahan Data ... 59

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Polda Lampung ... 63

B. Bidang Humas Polda Lampung ... 66

C. Dikmas Lantas Polda Lampung ... 68

D. PJR Ditlantas Polda Lampung ... 70

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 72

Fokus 1: Faktor-faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi Pemimpin di Polda Lampung 1. Kemandirian ( berhasrat memajukan diri sendiri) ... 74

2. Besar rasa ingin tahu ... 76

3. Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam ... 78

4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan ... 81

5. Perfeksionis ... 84

6. Mudah menyesuaikan diri ... 86

7. Ulet ... 89

8. Waspada, peka, jujur, optimistis, berani, gigih, ulet realistis ... 91

9. Komunikatif ... 93

10. Berjiwa wiraswasta ... 96

11. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko ... 98

12. Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya ... 100

13. Berpengatahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan ... 101

14. Memiliki motivasi tinggi ... 103

15. Daya inovasi ... 104

Fokus 2: Gaya Kepemimpinan Transformasional 1. Toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian ... 107

2. Energi yang terpelihara ... 109

3. Nafsu untuk kualitas ... 111

4. Ketabahan ... 113


(19)

6. Kepercayaan ... 117 7. Keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain ... 120

B. Pembahasan... 122 Fokus 1: Faktor-faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi

Pemimpin di Polda Lampung

Fokus 2: Gaya Kepemimpinan Transformasional

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 166 B. Saran ... 167 DAFTAR PUSTAKA


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Distribusi PNS Berdasarkan Kelompok Jenis Jabatan Dan

Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 3 Tabel 1.2. Nama Polisi Wanita Yang Menduduki Jabatan Strategis Di

Indonesia ... 6 Tabel 3.1. Informan Penelitian ... 55 Tabel 3.2. Dokumen Terkait Kepemimpinan Perempuan di Polda Lampung ... 56 Tabel 5.1. Riwayat Jabatan AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih ... 118


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Memberikan pendidikan kepada siswa siswi Patroli Keamanan Sekolah (PKS) dan Buku bahan pengajaran ekstrakulikuler pendidikan Lalu

Lintas untuk sekolah……… 79

Gambar 5.2 Panit PJR Induk 01 sebagai penembak jitu………. 80

Gambar 5.3 Kegiatan Bakti Sosial dengan masyarakat……….. 82

Gambar 5.4 Kabid Humas berdiskusi dengan wartawan/wapimred majalah ruwa

jurai……….. 82

Gambar 5.5 Panit PJR Induk 01 dan anggota………. 90

Gambar 5.6 Informasi untuk masyarakat dan call center bidang humas Polda

Lampung ………. 91

Gambar 5.7 Kanit Dikmas Turun ke jalan untuk menertibkan kendaraan…. 92 Gambar 5.8 Kanit dikmas saat sosialisasi pada pelajar dan pegawai………. 94

Gambar5.9 Prestasi AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih………. 105

Gambar 5.10 Panit PJR Induk 01 saat bertugas dengan anggota…………... 110


(22)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1. Peranan-Peranan Manajer ... 38 Bagan 4.1. Struktur Organisasi Bidang Humas Polda Lampung ... 66 Bagan 4.2. Struktur Organisasi Dikmas Lantas Polda Lampung ... 68


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan adalah sebuah hubungan saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut ( bawahan ) dengan tujuan adanya perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama. Dalam hal ini seorang pemimpin harus memiliki suatu program dan perilaku bersama-sama anggota kelompok dengan menggunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik, mendorong, memotivasi, dan mengkoordinasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu,hal yang penting dalam sebuah kepemimpinan adalah adanya pengaruh serta efektifnya kekuasaan dari seorang pemimpin sebagaimana yang diungkapkan Locke dalam Sinambela (2006:103) bahwa kepemimpinan adalah suatu titik sentral proses kegiatan suatu kelompok.

Kemampuan dalam memimpin antara laki-laki dan perempuan tentu berbeda-beda. Struktur sosial dalam masyarakat masih menjadikan pemimpin laki-laki lebih memegang peranan penting dalam sektor pubik dibandingkan dengan pemimpin perempuan. Pemimpin laki-laki sering dianggap mempunyai status yang lebih tinggi dari perempuan. Eisenstein dalam Irianto (2006:468) mengatakan bahwa mekanisme yang memihak kaum laki-laki


(24)

(maskulin) telah menyatu dalam birokrasi. Dari perbedaan pandangan tersebut terdapat perlakuan diskriminatif terhadap perempuan yang bekerja di sektor publik khususnya.

Dalam sektor publik, jabatan yang dapat diduduki oleh perempuan masih dirasa sangat sedikit. Seperti halnya kepemimpinan, budaya patriakhi di Indonesia menyebabkan perempuan menjadi sulit untuk menjadi pemimpin dan masih menjadi kontroversial. Patriaki adalah konsep bahwa laki-laki memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat dalam pemerintahan, militer, pendidikan, industri, dan lainnya. Contohnya, ketika Megawati mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia menggantikan K.H Abdurrahman Wahid, banyak elemen masyarakat termasuk tokoh-tokoh agama di Indonesia yang memperdebatkan fenomena kepemimpinan perempuan saat itu. Pencatatan sejarah pemimpin-pemimpin perempuan belum bisa memberikan referensi untuk mengakui kemampuan perempuan menjadi pemimpin terutama di suatu organisasi. Masih minimnya ruang serta kesempatan yang dimiliki oleh perempuan untuk mencapai puncak karirnya juga merupakan salah satu alasan bahwa pemimpin perempuan belum bisa memberikan referensi yang dapat diakui kemampuannya dalam memimpin. Berikut ini adalah tabel jumlah PNS menurut jenis jabatan dan jenis kelamin di Indonesia.


(25)

Tabel 1.1 Distribusi PNS Berdasarkan Kelompok Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin

No. Jabatan PNS Pria Persen ( % )

Wanita Persen ( % )

1. Fungsional Umum 1.117.046 63,86 632.039 36,14

2. Fungsional

Tertentu

947.970 40,58 1.388.005 59,42

3. Struktural 195.592 70,42 82.153 29,58

4. Eselon I 529 79,91 133 20,09

5. Eselon II 11.209 84,96 1.985 0,15

6. Eselon III 49.080 79,40 12.730 20,60

7. Eselon IV 129.752 66,61 65.030 0,33

8. Eselon V 5.022 68,82 2.275 31,18

Jumah 2.260.608 51,82 2.102.197 48,18

Sumber : bkn.go.id ( Distribusi PNS berdasarkan Kelompok Jenis Jabatan & Jenis Kelamin, Desember 2012).

Kemudian pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2011, peran perempuan dalam pengambilan keputusan masih relatif kecil yaitu jika melihat persentase pejabat struktural PNS yang dipilih menurut jenis kelamin tampak bahwa laki- laki masih mendominasi jabatan struktural dengan persentase sebesar 79,91 persen. Sementara persentase pejabat struktural perempuan hanya sebesar 24,09 persen ( Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ). Hal ini menunjukan bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan masih relatif kecil.

Oleh sebab itu perlu upaya serius untuk mendorong perempuan agar dapat setara dengan laki-laki. Kenyataan hingga saat ini pemimpin perempuan di Indonesia masih dianggap belum menunjukan referensi yang dapat diakui kemampuannya terutama di sektor publik, padahal sebenarnya masing-masing pemimpin baik itu laki-laki maupun perempuan mempunyai kelebihan masing-masing dalam memimpin. Dalam Amandemen UUD Pasal 28 D ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan


(26)

persamaan kedudukan dalam hukum, pekerjaan dan memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Dengan demikian semakin jelas posisi dan kedudukan wanita dilindungi oleh hukum positif Indonesia.

Pemimpin yang ideal tidak hanya memenuhi kriteria popularitas dan elektabilitas, tapi juga kapabilitas dan kepemimpinan yang kuat serta tegas (strong leadership) serta ketulusan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Diantara sejumlah pemikiran mengenai konsep kepemimpinan yang saat ini sedang banyak dibicarakan terdapat salah satu pemikiran bahwa perempuan lebih cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan

transformasional yaitu gaya yang tujuan utamanya adalah untuk

memotivasi orang lain dengan mengubah kepentingan individu kepada tujuan organisasi dengan mendorong orang lain untuk berpartisipasi dalam

organisasi, memperkuat komunikasi dan menciptakan loyalitas,

meningkatkan apresiasi kepada setiap individu dan menyemangati orang lain dengan antusiasme serta motivasi (Rosener dalam Silvestri 2003:106).

Perempuan mempunyai kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin. Perempuan mampu, dan selayaknya patut diberi apresiasi. Seperti yang dikemukakan oleh Hijab dalam Hadiz (2004:405) yang menggunakan tiga indikator untuk menjelaskan atau menilai seberapa besar kekuasaan yang dimiliki perempuan. 1) partisipasi dalam proses demokrasi. 2) undang-undang yang mengatur masalah status personal. 3) akses perempuan dalam pendidikan dan gaji kerja. Dengan begitu semakin banyak perempuan


(27)

yang terwakili dalam lembaga pemerintahan atau parlemen; semakin (adanya) undang-undang yang memberi persamaan hak pada pencapaian status personal tanpa membedakan jenis kelamin;semakin tinggi tingkat pendidikan dan gaji kerja perempuan, maka semakin tinggi/besar pula kekuasaan yang dimiliki.

Secara kuantitas masih sangat kecil jumlah perempuan yang masih mendapatkan ruang dan kesempatan menduduki posisi strategis karena untuk mencapai puncak karirnya masih berhadapan dengan dominasi laki-laki. Grant dan Tancred dalam Irianto (2006:472) mengatakan karena

adanya dual structure unequal representation, yaitu representasi

perempuan yang timpang dalam struktur birokrasi , maka sebagian besar perempuan ditempatkan pada tempat yang tidak mempunyai kekuasaan (powerless positions).

Salah satu contoh organisasi di Indonesia yang berhasil mendudukkan perempuan sebagai pemimpin adalah organisasi Kepolisian. Kepolisian merupakan organisasi yang berstruktur semi militer dengan tugas utama untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Dengan slogan melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat polisi dituntut untuk bisa dekat dengan masyarakat. Salah satu faktor agar tujuan tersebut dapat tercapai, dipengaruhi oleh pemimpinnya. Struktur organisasi Kepolisian yang semi militer, menyebabkan jumlah perempuan yang bisa menjadi pemimpin masih sedikit. Selama ini perempuan masih dianggap tidak mampu untuk menjadi pemimpin.


(28)

Namun tidak demikian halnya dengan beberapa polisi wanita (Polwan) di Polda Lampung. Dari jumlah polisi wanita (Polwan) yang telah memiliki ruang jabatan, ada beberapa polisi wanita (Polwan) yang memiliki jabatan dan prestasi kerja yang menonjol diantara lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa pemimpin perempuan memiliki kemampuan memimpin yang baik diantara mayoritas pemimpin laki-laki di dalam organisasi yang berstruktur semi militer dan identik dengan maskulin.

Yang pertama adalah seorang polisi wanita (Polwan) yang berhasil menduduki posisi sebagai Kabid Humas di Polda Lampung saat ini yaitu AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih. Berikut ini adalah daftar nama polisi wanita (Polwan) yang menduduki jabatan strategis di Indonesia.

Tabel 1.2 Daftar Nama Polwan Yang Menduduki Jabatan Strategis No. Nama Pangkat Jabatan

1. Ida Oetari Poernamasasi, S.Ap BRIGJEN

POL

Pati Bareskrim Polri (Direktur PD BNN)

2. Basaria Panjaitan,S.H.,M.H BRIGJEN

POL

Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol

3. Soepartiwi, S.Pd.,M.si BRIGJEN

POL

Kadiklatsusjatrans Lemdikpol

4. Dra.Sri Handayani KOMBES

POL

Kasepolwan Lemdikpol

5. Siti Masitah Handayani KOMBES

POL

Kapusdik Intel Lemdikpol

6. Dra.Pudji Astuti,M.M KOMBES

POL

Dirbinmas Polda Jatim

7. Dra.Tri Isna Yulisati, M.M KOMBES

POL

Karosarpras Polda Kep. Babel

8. Dra.Evie Suoth KOMBES

POL

Karorena Polda Gorontalo

9. Rhein Anggraini,S.E KOMBES

POL

Kabidkeu Polda Jabar

10. Dr.MS. Handayani, M.Si.,

DFM., APT

KOMBES POL

Kalabforcab Surabaya Puslabfor Bareskrim Polri

11. Dra.Tanti Septiyani AKBP Kapolres Wonogiri Polda

Jateng


(29)

Polda Jatim

13. Henny Sorta Lubis, S.Sos AKBP Kapolres Sabang Polda Aceh

14. Dra.Ni Wayan Sri Yudayatni

W.,S.Ik

AKBP Kapolres Klungkung Polda

Bali

15. Esterlina Sroyer,Ba AKBP Kapolres Biak Numfor Polda

Papua

16. Dra.Henny Ja.Posumah,M.M AKBP Kapolres Minahasa Polda

Sulut

17. Josefien Marlien Tawas, S.H.,

M.H

AKBP Kapolres Tomohon Polda

Sulut

18. Endang Widowati,S.H AKBP Dirtahti Polda Jabar

19. Tri Ningsih AKBP Ka SPN Polda Maluku

20. Dra.Hj.Sulistyaningsih AKBP Kabidhumas Polda Lampung

21. Lisma Dunggio,Bsc AKBP Kabidhumas Polda Gorontalo

22. Dra.Kasiani AKBP Kabidkeu Polda Diy

23. Quintilani Mentang, S.H., M.H AKBP Kabidkum Polda Sulut

24. Drg.Agustini P.,Sp.perio AKBP Kabiddokkes Polda Banten

25. Komang Ayu Astini, S.E AKBP Kasetum Polda Bali

Sumber : Humas.polri.go.id ( Juli 2013)

Selain berhasil menduduki posisi sebagai salah satu pimpinan utama di Polda lampung, beliau merupakan salah satu polisi wanita (Polwan) yang memiliki kesempatan untuk menjalankan kepemimpinan dalam sektor publik. Seperti yang dikatakan oleh de Beauvoir dalam Irianto (2006:466) yaitu untuk menjadi manusia sempurna, menuju kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, maka perempuan harus mempunyai akses di dunia publik.

Berdasarkan hasil pra riset dengan Kabid Humas Polda Lampung AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih pada tanggal 15 November 2013, sebelum menjabat sebagai Kabid Humas Polda Lampung beliau sudah melakukan promosi jabatan untuk menjadi seorang Kapolres, namun berdasarkan promosi jabatan tersebut beliau di percaya dan diberi tanggung jawab oleh atasannya untuk melaksanakan tugas sebagai Kabid Humas di Polda Lampung. Berdasarkan hal tersebut menurut Morison dalam Irianto


(30)

(2006:471) menegaskan bahwa perhatian atasan merupakan salah satu faktor penting untuk mendobrak glass ceiling bagi perempuan. Hierarki wewenang ini menjadi peluang jika atasan yang laki-laki ataupun perempuan memiliki perspektif gender. Hal ini menjadi bagian penting untuk memajukan karir perempuan dalam birokrasi. Berdasarkan riwayat jabatan beliau dan program unggulan yang dimiliki, Kabid Humas Polda Lampung bersama 7 Polda di seluruh Indonesia lainnya terpilih menjadi salah satu dari 31 Polda seluruh Indonesia yang ditunjuk oleh kedutaan Amerika untuk mengikuti Pelatihan media dan polisi di kedutaan Amerika.

Kemudian yang kedua adalah salah satu polisi wanita (Polwan) yang saat ini menduduki jabatan sebagai Kanitdikmas di Ditlantas Polda lampung yaitu AKP.Entiyati . Selama masa jabatannya telah banyak pengalaman yang beliau dapatkan dari berbagai kesempatan menduduki jabatan yang di dapatkan. Riwayat Jabatan beliau antara lain adalah : 1) Pama Polda Lampung, 2) Paur Jianma Ditlantas Polda Lampung, 3) Kanit Dikmas Lantas Poltabes Bandar lampung, 4)Pamin Sat PJR Ditlantas polda Lampung, 5) Panit II Dikmas Lantas Polda Lampung, 6) Kanitdikmas Lantas Ditlantas Polda Lampung, 7) Kanit Dikyasa Polda Lampung, 8) Kanitdikmas Lantas Ditlantas Polda Lampung.

Kemudian yang ketiga merupakan salah satu polisi wanita (Polwan) yang bertugas sebagai Panit PJR Induk 01 yaitu Ipda. Rusnawati yang saat ini menjadi satu- satunya opsnal di lapangan dari polisi wanita (Polwan) yang membawahi 7 anggota dalam regunya di PJR Induk 01. Sebelum Menjadi


(31)

Panit PJR Induk 01 seperti sekarang ini terdapat berbagai pengalaman yang didapatkan beliau dalam bertugas dan salah satunya yaitu berkat kemampuannya sebagai penembak jitu (sniper) dapat membawa beliau menjadi anggota pengamanan Ring 1 Kepresidenan, semasa presiden

Soeharto dan bertanggung jawab mendampingi tamu VVIP

Negara,diantaranya saat APEC di Jakarta beliau bertanggung jawab mendampingi istri orang nomor satu di Amerika Serikat yaitu Hillary Clinton. (Sumber : Majalah Lantas Lampung Edisi 20 bulan September 2013).

Memperhatikan permasalahan di atas yaitu minimnya kesempatan bagi para perempuan untuk mencapai puncak karirnya kemudian dengan melihat beberapa prestasi kerja serta keberhasilan beberapa Polisi Wanita (Polwan) di Polda Lampung menjadi seorang pemimpin perempuan diantara jajaran pimpinan utama Polda Lampung yang didominasi laki-laki serta melihat riwayat jabatannya maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ Kepemimpinan Perempuan di Polda Lampung “


(32)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah:

1. Apakah faktor - faktor yang menentukan perempuan dapat menjadi pemimpin di Polda Lampung ?

2. Apakah kepemimpinan perempuan di Polda Lampung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis apakah faktor - faktor yang

menentukan perempuan dapat menjadi pemimpin di Polda Lampung ;

2. Menganalisis apakah kepemimpinan perempuan di Polda Lampung

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi studi Ilmu

Administrasi Negara, khususnya mengenai mata kuliah


(33)

2. Secara praktis

Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak yang terkait mengenai Kepemimpinan Perempuan di Polda Lampung.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kepemimpinan

1. Konsep Pemimpin

Pemimpin artinya seseorang yang mempunyai kemampuan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat terselenggara dengan efisien. Selanjutnya, agar terjadi ketertiban dalam kegiatan organisasi diperlukan pengaturan mengenai pembagian tugas , cara kerja dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain.

Pemimpin dapat diartikan predikat yang disandang seseorang sebagai pemimpin yang memiliki kewenangan , maka pemimpin tersebut wajib melaksanakan fungsiya. Berikut ini adalah pengertian pemimpin menurut beberapa ahli :

1. Menurut Kartono (1982:51) menyatakan pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakann orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu.

2. Menurut Kouzes dalam Pasolong (2004:17) mengatakan bahwa pemimpin adalah vionir sebagai orang yang bersedia melangkah


(35)

kedalam situasi yang tidak diketahui. Pemimpin yang mempunyai visi yang jelas dapat menjadi penuntun dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin.

3. Menurut Sudriamunawar dalam Pasolong (2006:1) mengatakan pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerjasama kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Menurut Matondang (2008:5) mengatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan sesuai yang diinginkan.

Dari berbagai pengertian di atas maka penulis mencoba memberikan pengertian mengenai pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka melakukan kerjasama kearah pencapaian tujuan bersama yang telah ditentukan.

2. Konsep Kepemimpinan

Banyak konsep tentang definisi kepemimpinan dari ahli administrasi dan manajemen. Salah satu konsep kepemimpinan menurut Joseph C Rost dalam Sinambela (2006:103) yaitu bahwa kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.

Selanjutnya pengertian kepemimpinan lebih dipertajam lagi oleh Locke dalam Sinambela (2006:103) yakni kepemimpinan adalah suatu titik


(36)

sentral proses kegiatan kelompok. Dalam hal ini kepemimpinan melahirkan berbagai gagasan baru, yang memberikan dorongan lahirnya perubahan atau perbaikan kegiatan dan seluruh proses kegiatan kelompok, baik dari segi struktur, suasana dan aktivitas kelompok tersebut.

Kemudian dalam Thoha (1983;5) menyatakan bahwa kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Kemudian Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktifitas untuk mempengaruhi orang orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Dan menurut Matondang (2008:5) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang lain agar mau atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan. Ada juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah hubungan interaksi antara pengikut

(follower) dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga aplikasi yang terkandung dalam hal ini yaitu : (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain yaitu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk


(37)

menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.

Dari berbagai pengertian di atas, penulis mencoba memberi pengertian bahwa kepemimpinan adalah suatu kewenangan yang disertai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan memberikan inspirasi untuk menggerakkan orang-orang yang berada di bawah koordinasinya dalam rangka mencapai tujuan bersama.

3. Syarat-syarat Kepemimpinan

Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu :

a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Menurut Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam Kartono (2009:36) menuliskan kemampuan pemimpin dan syarat yang harus dimiliki ialah :


(38)

1) Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism)

2) Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda (curious)

3) Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam 4) Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan 5) Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna 6) Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi

7) Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” berhenti

8) Waspada, peka, jujur, optimistis, berani, gigih, ulet realistis 9) Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato

10) Berjiwa wiraswasta

11) Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko

12) Tajam firasatnya, tajam, dan adil pertimbangannya 13) Berpengatahuan luas, dan haus akan ilmu pengetahuan

14) Memiliki motivasi tinggi, dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealism tinggi

15) Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi,dan daya inovasi

4. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepimpinan

berhubungan langsung dengan situasi dalam kehidupan

kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan di luar situasi itu. fungsi kepemimpinan


(39)

gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antarindividua di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi yaitu :

a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin

b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi.

Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu :

a. Fungsi Intruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai

komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimnana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan motivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah

b. Fungsi Konsultasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap


(40)

berikutnya konsultasi dari pemimpin pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan

berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan

menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pemimpin akan dapat dukungan, dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.

c. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktigkan orang-orang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana

d. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi


(41)

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

5. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Tiga tipe kepemimpinan menurut Veithzal (2009), yaitu : a. Tipe kepemimpinan Otoriter

Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal, kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibanding dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah

b. Tipe kepemimpinan kendali bebas

Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberi kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat


(42)

c. Tipe kepemimpinan demokratis

Menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang yang dipimpinnya sebagai subyek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seprti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, krativitas, inisiatif yang berbeda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe kepemimpinan ini berusaha memanfaatkan aktif, dinamis, dan terarah, dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

Kemudian Kartono (2009:80-87) membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut :

1. Tipe Karismatis

Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.

2. Tipe paternalistis dan maternalistis

Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut :

a) Dia dianggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan


(43)

b) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective)

c) Jarang dia memberikan kesempatan keapda bawahan untuk mengambil keputusan sendiri

d) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesemaptan kepada bawahan untuk berinisiatif

e) Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri

f) Selalu bersikap maha tahu dan maha besar

Selanjutnya tipe kepemimpinan yang maternalistis juga mirip dengan tipe yang paternalistis, hanya dengan perbedaan adanya sikap over-protective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol, disertai kasih sayang yang berlebih-lebihan.

3. Tipe Militeristis

Tipe Sifatnya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luaran saja yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter.

4. Tipe Otokratis

Kepemimpinan otokratis itu mendasar diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau

berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show. Dia

berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa konsultasi dengan bawahannya.


(44)

5. Tipe Laisser Faire

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun

dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan

tanggungjawab pun harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dan merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis, sebab duduknya sebagai direktur atau pemimpin-ketua dewa, komandan, kepala-biasanya diperolehnya melui penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme.

6. Tipe Populistis

Worsley dalam bukunya the third world dalam kartono (1982:85) mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat. Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional.

7. Tipe Administratif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.

8. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu


(45)

mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian pada spesialis dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan

demokratif juga sering disebut sebagai kepemimpinan group

developer.

6. Gaya Kepemimpinan Perempuan

Menurut Rosener dalam Silvestri (2003:106) terdapat perbedaan dalam cara dimana perempuan dan laki-laki menggambarkan diri mereka sebagai pemimpin. Perempuan lebih cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional yaitu gaya yang tujuan utamanya adalah untuk memotivasi orang lain dengan mengubah kepentingan individu kepada tujuan organisasi dengan mendorong orang lain untuk

berpartisipasi dalam organisasi, memperkuat komunikasi dan

menciptakan loyalitas, meningkatkan apresiasi kepada setiap individu dan menyemangati orang lain dengan antusiasme serta motivasi. Sebaliknya, laki-laki cenderung memiliki karakter sebagai pemimpin transaksional yaitu melihat prestasi kerja sebagai serangkaian transaksi dengan bawahan, memberikan apresiasi atas jasa atau memberikan hukuman bagi yang tidak bekerja semestinya. Laki-laki lebih mungkin untuk menggunakan kekuasaan yang berasal dari organisasi dan otoritas formal.


(46)

7. Karakter Kepemimpinan Transformasional

Karakter dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang berbeda, dan karakter kepemimpinan adalah untuk membedakan kualitas para pemimpin yang akan memberikan warna dalam operasionalisasi kepemimpinannya di ranah praktik. Menjadi seorang pemimpin transformasional membutuhkan karakter yang mampu untuk mempengaruhi orang lain secara individu. Kemudian melakukan upaya pemberdayaan di lingkungan organisasi yang dipimpinnya. Karakter ini dapat meningkatkan keefektifan kepemimpinan dalam memimpin organisasinya sehingga akan memberikan dampak

positif dalam meningkatkan kinerja organisasi. Pemimpin

transformasional merupakan agen perubahan yang dapat membangun visi dan misi organisasi bersama (shared-vision and shared-mission) serta melakukan pemberdayaan (empowermance)untuk meningkatkan kualitas SDM agar dapat mencapai kinerja yang lebih dari yang diharapkan (extra-ordinaryataubeyond expectation).

Menurut Koehler dan Pankowskin dalam Maulana ali (2012:104) ada tujuh karakter kepemimpinan transformasional yang harus dibangun, yaitu:

1. Toleransi yang tingi terhadap ketidakpastian ( high tolerance for uncertainty)

Dengan memberikan toleransi terhadap sesuatu yang tidak menentu berarti pemimpin telah menerima kemungkinan adanya perubahan di lingkungan organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin bukan saja berada dalam suatu perubahan tetapi mereka harus mampu menyebabkan


(47)

perubahan. Para pemimpin di pemerintahan sehari-hari berhadapan dengan ketidakpastian, karena kekurangan data yang akurat dalam proses manajemennya. Namun bagaimana juga perubahan yang dilakukan oleh pemimpin transformasional tidak akan membuat suatu yang tidak kondusif di lingkungan organisasi, tetapi menjadikan pengalaman yang berharga.

Toleransi yang rendah untuk kepastian (low tolerance for certainty). Kepastian berarti isu-isu sudah pasti akan terjadinya atau sudah ditetapkannya, sebagai contoh nilai (values), keyakinan (beliefs), misi (mission), dan prinsip-prinsip manajemen ( management principles). Pemimpin organisasi percaya bahwa ide-ide tersebut adalah dasar untuk mengelola organisasi dengan efektivitas yang tinggi, sehingga tidak diperlukan inisiatif untuk suatu perubahan menyesuaikan dengan kondisi atau dinamika lingkungan yang berkembang.

2. Energi yang terpelihara (sustained energy)

Energi adalah kapasitas melakukan kegiatan. Pemimpin

transformasional adalah seorang yang energik. Di dalam pemerintahan, stereotipikal administrator adalah seseorang datang kekantor terlambat, waktu makan siang yang panjang dan pulang lebih awal dari waktu yang ditentukan, ini tentu tidak benar. Kebanyakan administrator pemerintah bekerja untuk waktu yang lebih panjang dari yang ditetapkan. Bekerja pada waktu yang panjang, bagaimanapun juga tidak membuat seorang administrator menjadi pemimpin.


(48)

Karakter yang lebih penting dari kepemimpinan transformasional adalah kemauan untuk komit dengan energy yang ada dan mendukung

asosiasi. Mereka tidak hanya mampu melaksanakann tugas

administratif, tetapi mereka dapat memberikan waktu bersama asosiasinya dalam berbagai tingkatan. Mereka berada di pertemuan-pertemuan tim dalam rangka proses pemberdayaan dan berpartisipasi sebagai anggota tim. Mereka mempunyai energy untuk mereview data secara berhati-hati yang dihasilkan proses pemberdayaan. Daripada bersembunyi di dalam kantornya , pemimpin transformasional adalah secara terus menerus bergerak, mendengar asosiasi mereka dan mengidentifikasi serta menghilangkan kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi pada saat tim berproses. Pemimpin transformasional tidak pergi bekerja dengan terus-menerus duduk di dalam kantornya, memecahkan persoalan-persoalan, dan bertemu dengan anggota asosiasinya. Hentikan pertentangan, dan datang ke kantor untuk bekerja membuat sesuatu kontribusi yang positif, mereka adalah enerjetik.

3. Nafsu untuk kualitas (passion for quality)

Administrator pemerintahan paling senang apabila dapat

menyelesaikan pekerjaan sesuai sasaran dan kuota yang telah ditentukan. Pemimpin transformasional selalu berusahadoing the right thing dengan antusias untuk mencapai hasil yang luar dari kebiasaan (extraordinary).


(49)

4. Ketabahan (perseverance)

Apa yang dilakukan pemimpin transformasional adalah mencoba memberikan pengikut atau bawahan suatu kekuasaan untuk mengontrol proses, dalam rangka melakukan proses pemberdayaan, yang tentu akan menghadapi banyak perlawanan, rintangan, dan hambatannya.

Pemimpin transformasional memahami bahwa semua pegawai di dalam organisasi harus memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan yugas dan kewajibannya. Mereka membutuhkan upaya meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Walaupun banyak perlawanan, rintangan, dan hambatan yang dihadapi, tetapi mereka

tidak pernah menyerah dan berhenti. Namun, pemimpin

transformasional tidak akan berupaya untuk menhindari atau lari dari

perlawanan, rintangan dan hambatan tersebut, bahkan senang

menghadapi tantangan tersebut. Walaupun banyak yang mengkritik dan berbicara tentang kepemimpinan di belakangnya, dia terima dengan senang hati. Dengan penuh keyakinan dan ketabahan

melaksanakan program-program perubahan mind-set, struktur, dan

perilaku organisasi sesuai dengan nilai, kepercayaan, dan prinsip-prinsip organisasi.

5. Pencitraann diri yang positif (positive self-image)

Pertama kita harus yakin bahwa karakter dapat dirubah dengan suatu proses pemberdayaan. Orang-orang yang memiliki karakter cari


(50)

selamat atau tidak yakin dirinya dapat merubah karakter dirinya, tidak akan mampu merubah karakter orang lain. Mereka takut melakukan pemberdayaan karena takut menghadapi resiko atau konsekuensinya. Apabila dia tidak percaya kepada dirinya sendiri maka dia tidak akan percaya dengan orang lain. Jika mereka tidak merasa mereka bekerja akan memberi arti dan memberi nilai tambah, mereka tidak akan termotivasi untuk lebih meningkatkan derajat kepuasannya terhadap hasil pekerjaan yang dilakukannya, maka dia tidak akan mungkin dapat mendorong orang lain untuk bekerja dengan tuntutan hasil yang tinggi pula.

Pemimpin transformasional membutuhkan pemikiran yang didasarkan pada mental yang kuat. Citra dirinya sendiri harus positif dapat secara baik dan efektif berhubungan dengan orang lain yang akan berusaha merusak konsep-konsep yang telah direncanakan. Pemimpin transformasional harus memiliki gambaran mental yang positif, sebagai seorang jujur ( honest ), cerdas ( Intelligent ), memahami organisasi ( knowledgeable about their organization), proaktif ( proactive ), dan visioner (visionary), dengan perhatian yang

sungguh-sungguh atau tulus ( genuine concern ) kepada rakyat dan

organisasinya.

Pencitraan diri yang positif itulah sebagai modal untuk melakukan proses pemberdayaan. Dengan memahami pencitraan diri yang positif memungkinkan dia untuk menilai kekuatan dan kelemahannya, serta menyebabkan dia tidak takut akan gagal dalam tugasnya. Dia selalu


(51)

berfikir sukses tidak gagal. Sebagai konsekuensinya, tidak takut menempatkan kepentingan pribadinya yang kedua dan kepentingan organisasi yang pertama.

6. Kepercayaan (credibility)

Karakteristik yang membantu seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain adalah kepercayaan. Kepercayaan didefinisikan sebagai ‘ perceived trust you attach to a person’ ( Koehlen dan Pankowski dalam Maulana ali (2012:109). Kepercayaan ada 2 dimensi, yaitu kewenangan (authoritativeness) dan karakter. Dimensi yang pertama, otoritas, adalah persepsi pengikut yang berkaitan dengan kompetensi pemimpin, otoritas dan reliabilitas. Cara mengukur derajat kepercayaan dapat dilakukan dengan menjawab 5 pertanyaan berikut ini, yaitu 1) Is the leader informed? 2)Is the leader Intelligent? 3) Is the leader qualified? 4) Is the leader reliable? 5) Is the leader valuable to the organization ?

Pemimpin transformasional dengan tingkat kepercayaan yang tinggi akan dihargai positif oleh pengikutnya dalam menjawab lima pertanyaan terseut. Dimensi kedua dari pada kepercayaan dan karakter adalahpola perilaku yang diterima karena moralitas dan reputasinya. Untuk melihat karakter seorang pemimpin, ada dengan menggunakan lima pertanyaan berikut ini : 1) Is the leader honest? 2) Is the leader friendly? 3) Is the leader pleasant? 4) Is the leader nice? 5) Is the leader unselfish?. Pemimpin transformasional dicirikan dengan


(52)

karakter yang dibangun atas otorisasi yang diberikan padanya dan sekaligus nilai kepercayaan.

7. Keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain (strong desire to influence others)

Memiliki keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain bukan berarti sang pemimpin perlu mengontrol mereka. Kebanyakan administrator lebih suka mempraktekan otoritas dan komando, mengatur atau bias juga membatasi perilaku meraka. Di satu pihak, mempengaruhi berarti melakukan sesuatu aksi pengaruh yang tidak menggunakan otoritas yang ada, tetapi berdasarkan kepada kekuatan karakter, keahlian, dan atau pengetahuan. Pemimpin transformasional dibutuhkan untuk mengontrol proses, bukan orangnya. Pemimpin transformasional memiliki keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orangnya, agar mereka menerima konsep yang dapat menuntun mereka.

Pemimpin transformasional menginginkan pengikutnya untuk

memahami akurat konsep dan nilai-nilai yang ditawarkan. Pemimpin transformasional juga memiliki keinginan yang kuat untukk

menyamakan konsep dan belief, tidak hanya kepada orang-orang

tertentu saja, tetapi pada semua orang yang terlibat di dalam organisasi.

Pemimpin transformasionalnya merasa senang kalau ada yang membantah pendapatnya; memberikan saran, kritik, dan koreksi.


(53)

Dengan demikian, ia juga tidak menabukan adanya perbedaan pendapat, dan dinamika konflik sepanjang hal tersebut bermanfaat bagi organisasi, dan didukung oleh argument-argumen yang rasional untuk memperbaiki organisasi.

Dalam kesempatan seperti itu, pemimpin transformasional akan meyakinkan kepada orang lain bahwa konsep yang ditawarkannya masuk akal. Pemimpin transformasional juga tidak akan mendominasi pertemuan dan mendominasi pembicaraan. Mungkin saja pemimpin transformasional tersebut menganggap sudah selayaknya dia tidak bicara dalam pertemuan tersebut manakala pertemuan berjalan efektif dan memiliki kontribusi untuk menyempurnakan organisasi secara terus menerus.

8. Peran Kepemimpinan

Pemimpin berdasarkan konsep teoritis sebagaimana yang telah dikemukakan memiliki tanggungjawab yang besar baik dalam suatu birokrasi pemerintahan maupun swasta. Dengan demikian peranan pemimpin dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan yang dialami, sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpin. Sedangkan kepemimpinan menurut Sinambela dalam Pasolong (2008:31), terdiri atas 3 tingkatan yaitu (1) pemimpin tingkat atas (top management), (2) pemimpin tingkat menengah (middle management) dan (3) pemimpin tingkat bawah (lower management). Berdasarkan berbagai pendapat dari pakar kepemimpinan , maka peran pemimpin dijelaskan sebagai berikut :


(54)

1) Peran Pengambilan Keputusan, yaitu pemimpin birokrasi sebagai top manager khususnya, memiliki kewenangan mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan manajerial yang berarti memutuskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang melakukannya, dan kapan akan dilakukan. Dalam hal ini menetapkan sasaran, prioritas, strategi, struktur formal, alokasi sumber-sumber daya, pertunjukan tanggungjawab dan pengaturan

kegiatan-kegiatan. Tujaunnya adalah untuk memastikan

pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi kegiatan-kegiatan, penggunaan sumber-sumber yang berubah-ubah. Aspek yang paling penting dari kebanyakan bentuk pengambilan keputusan adalah memutuskan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingan

relatifnya (resource allocation), termasuk perencanaan

pengambangan prosedur-prosedur unttuk menghindari masalah-masalah (potential problem analysis) dan pengembangan prosedur untuk melakukan tanggapan secara cepat dan efektif terhadap masalah-masalah krisis-krisis yanga tidak dapat dihindari (contigency planning).

2) Peran mempengaruhi, yaitu pemimpin birokrasi harus dapat

memberikan pengaruh kepada bawahannya, sehingga mau

bekerjasama dalam merealisasikan suatu program kerja. Pemimpin birokrasi dapat mengembangkan berbagai teknik mempengaruhi bawahan, dan ini sebenarnya mudah bagi pemimpin birokrasi publik karena kewenangan atasan sangat tinggi. Tetapi kalau hanya


(55)

mengandalkan kewenangan semata-mata, juga tidak akan memberikan efek yang berarti terhadap bawahan. Pemimpin birokrasi dapat memodifikasi kewenangan dan keunggulan-keunggulan sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin birokrasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar peran mempengaruhi bawahan yang efektif, yaitu (a) menjadikan seorang pemimpin birokrasi yang jujur, adil, terhadap semua bawahan tanpa pilih kasih (b) berusaha memberikan contoh dalam bekerja dan bertindak, (c) bersikap arif dan bijaksana terhadap bawahan yang melakukan pelanggaran, (d) senantiasa melibatkan bawahan dalam berbagai kegiatan (e) tumbuhkan rasa percaya diri pada bawahan, bahwa mereka memiliki kemampuan dan etos kerja yang tinggi, dan (f) usahakan bawahan tetap merasa dihargai, dengan menjadi mereka sebagai partner atau tim kerja.

3) Peran memotivasi, yaitu berkaitan dengan pemberian dorongan kepada pegawai untuk bekerja lebih giat. Hubungan pengaruh dan motivasi adalah kalau peran mempengaruhi efektif, maka peran motivasi akan lebih mudah dilakukan. Sebaliknya jika pemimpin tidak mampu menanamkan pengaruh terhadap bawahannya, maka sulit baginya untuk memahami benar-benar karakter bawahannya yang berbeda kemampuan, pengetahuan dan perilaku.

4) Peran antar pribadi, yaitu peran stratejik pada peran antar pribadi dalam kaitannya dengan kedudukannya sebagai pemimpin birokrasi,


(56)

adalah sebagai figur atau tokoh yang cukup dihargai. Pemimpin harus menampilkan perilaku yang baik dan benar, seperti etos kerja yang tinggi, disiplin, dan sikap positif lainnya, pemimpin birokrasi harus menempatkan diri sebagai penuntun, pemberdaya, dan pendorong bagi bawahannya.

5) Peran informasional, yaitu peran informasional yang dimiliki seorang pemimpin birokrasi sangat strategis, mengingat pemimpin birokrasi adalah pemegang kunci, khususnya informasi tentang birokrasi yang dipimpinya. Kemampuan komunikasi sangatlah diperlukan oleh seorang pemimpin agar dapat menjadi komunikator yang efektif.

Peran informasional adalah menjelaskan kepada bawahan

menyangkut rencana-rencana kebijakan-kebijakan, serta harapan peran, dan instruksi tentang cara pekerjaan harus dilakukan tanggungjawab bagi para bawahan atau anggota lain, dan tujuan, tujuan kinerja dan otoritas rencana tindakan untuk mencapainya.

9. Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktivitas dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang di bebankan pada dirinya. Bila produktivitas naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif, maka disebut sebagai pemimpin yang berhasil. Sedang apabila produktivitasnya menurun dan kepemimpinannya dinilai tidak efektif dalam jangka waktu tertentu, maka disebut sebagai pemimpin yang gagal.


(57)

Beberapa indikator keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi menurut Kartono (2009:228-230) adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kinerja dan pemberian pelayanan organisasi yang meliputi:

a) Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan ; b) Kinerja dari organisasi tersebut

2. Semakin rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen yang meliputi :

a) Pengeloaan sumber daya manusia, alam, dana, sarana dan waktu yang makin ekonomis dan efisien ;

b) The right man in the right place, dengan delegation of authority/ pendelegasian wewenang yang luas ;

c) Struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi, dan ada integritas dari semua bagian ;

d) Target dan sasaran yang ingin dicapai selalu terpenuhi, sesuai dengan ketentuan jadwal waktu ;

e) Organisasi dengan cepat dan tepat dapat menyesuaikan diri pada tuntutan perkembangan dan perubahan dari luar organisasi (masyarakat, situasi dan kondisi sosial politik dan ekonomis). 3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi yang meliputi :

a) Terdapat iklim psikis yang mantap, sehingga orang merasa aman dan senang bekerja ;

b) Ada disiplin kerja, disiplin diri, rasa tanggung jawab, dan moral yang tinggi dalam organisasi ;


(58)

c) Terdapat suasana saling mempercayai, kerjasama kooperatif, dan etik kerja yang tinggi ;

d) Komunikasi formal dan informal yang lancer dan akrab ; e) Ada kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadap organisasi ; f) Tidak banyak terdapat penyelewengan dalam organisasi ; g) Ada jaminan-jaminan sosial yang memuaskan.

10. PerbedaanLeadershipdanManagement

Kepemimpinan dan manajemen sering kali disamakan pengertiannya dengan banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya ada perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan didalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan diantara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap saat dan dimanapun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengarui perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya Dengan demikian, kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau kelompok, dan bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi.

Dalam arti yang luas kepemimpinan dapat digunakan setiap orang tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Seperi yang dikemukakan dalam beberapa rumusan pengertian bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,


(59)

atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain kearah tercapainnya suatu tujuan tertentu. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen.

Dari penjelasan tersebut maka dapat saja terjadi seorang manajer

berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu

mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpinn belum tentu harus menyandang jabatan manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kata lain, seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorangleaderatau pemimpin.

11. Peranan Manajer

Suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seorang manajer memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan, yang setiap saat ia perlukan untuk berinteraksi.


(60)

Lingkungan itu luas dan beraneka macam, dan masing-masing manajer akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi peranan yang harus dimainkan pada hakikatnya tidak ada perbedaan.

Menurut Henry Mintzberg ada 3 peranan utama yang dimainkan oleh setiap manajer dimana pun letak hierarkinya. Dari 3 peranan utama ini kemudian olehnya diperinci menjadi 10 peranan. Sepuluh peranan tersebut jika digambarkan dapat dilihat sebagai berikut :

Bagan 2.1 Peranan-peranan Manajer

Otoritas Formal dan Status

Peranan Hubungan Antar Pribadi

a. Figurehead

b. Pemimpin

c. Perantara

Peranan Informasi

a. Monitor

b. Disseminator

c. Juru Bicara

Peranan Pembuat Keputusan

a. Enterpreneur

b. Penghalau

gangguan

c. Pembagi sumber


(61)

B. Tinjauan Tentang Kepemimpinan Dalam Organisasi Polri

Seperti halnya teori organisasi dan teori manajemen, maka teori suatu konsep kepemimpinan juga sangat banyak. Bahkan sebanyak buku dan pengarang masalah kepemimpinan. Begitu kompleksnya masalah kepemimpinan dalam jaman modern ini mengakibatkan pendalaman pengertian dan aplikasinya menjadi cukup rumit dan tidak mudah. Namun dari sebanyak teori atau konsep kepemimpinan itu terdapat benang-benang merah yang merupakan dasar-dasar pokok makna dan hakekat kepemimpinan yang menampilkan unsur-unsur dasar kepemimpinan itu adalah ( Kunarto 2001:120 ) :

1. Kemampuan mempengaruhi orang lain adalah inti dari kepemimpinan.

2. Dalam kepemimpinan harus ada posisi memimpin (atasan) dan yang dipimpin, bawahan ataufollower.

3. Upaya untuk mempengaruhi dilaksanakan dengan proses komunikasi

4. Upaya untuk mempengaruhi bertujuan untuk memotivasi dan menggerakkan orang lain

5. Menggerakan orang lain berkepentingan langsung dengan tujuan yang harus dicapai oleh kelompok organisasi .

Memahami pengertian dan unsur-unsur dasar kepemimpinan lalu memerlukan pencermatan khusus tentang berbagai hal berupa catatan-catatan :


(62)

a) Untuk dapat mempengaruhi orang lain, dalam organisasi modern lalu membutuhkan kemampuan-kemampuan : (a) Memanfaatkan fakta dan data untuk menyajikan argumen menuju alasan-alasan pemikiran yang logis. (b). Bersikap bersahabat untuk mendukung upaya mencapai tujuan organisasi (c). Memotivasi, memobilitasai dan mengaktifkan orang lain untuk bekerja kerjas (d.) Melakukan negosiasi. (e). Menggunakan pendekatan langsung bahkan pemaksaan bila perlu. (f.) Mengupayakan dukungan dari atasan dan otoritas tertinggi atas tujuan organisasi (g). Memberi hukuman atas kesalahan dan memberi penghargaan kepada yang berprestasi. (h). Bertindak kreatif, inovatif, inspiratif dan penuh keteladanan

b) Pemimpin yang baik harus menguasai dan mampu memecahkan berbagai permasalah organisasi secara tepat dan cepat khususnya menyangkut hal-hal : (a) permasalahan dasar menyakut tugas dan pekerjaan yang harus diselesaikan kelompok maupun individu. (b). Kebutuhan, kesulitan dan harapan kelompok dan individu.

c) Terdapat beberapa ciri dasar yang membedakan seorang pemimpin dengan bukan pemimpin antara lain : (a). Pemimpin itu mempunyai kepribadian yang seimbang dengan membutatnya tetap tenang dalam menghadapi masalah apapun. (b).Pergaulan sosial, penampilan fisik yang cekatan dan terampil serta intelektual yang memiliki tingkat rasionalitas tinggi, relatif lebih tinggi dari yang bukan pemimpin. (c).


(63)

Pemimpin biasanya mempunyai perilaki spesifik yang tidak mampu ditampilkan oleh orang yang bukan pemimpin.

1. Tuntutan Mutu Kepemimpinan Di Polri

Secara khusus memang diperlukan tolak ukur atau kriteria keberhasilan kepemimpinan di lingkungan POLRI agar menciptaan satuan POLRI yang profesional, efektif, efisien, modern, bersih, berwibawa, dan dicintai masyarakat. Untuk itu, tuntutan mutu kepemimpinan di POLRI antara lain sebagai berikut :

a) Integritas Pribadi Pemimpin.

Suatu kriteria dasar kepemimpinan adalah integritas pribadi. b) Kepemimpinan yang baik di POLRI.

Seorang pemimpin di POLRI, karena harus membina,

membimbing, mengayomi dan melayani masyarakat dan sekaligus para anak buah (pelaksana POLRI) di lapangan, maka padanya dituntut kemampuan kepemimpinan bersifat multi dimensional. Apalagi, setiap anggota POLRI sebenarnya adalah pemimpin ditengah masyarakat. Polisi apapun pangkatnya, seorang diri ditengah-tengah kegiatan masyarakat dipasar, dijalan, dikeramaian atau apapun, maka dia harus mampu bertindak menanggulangi pelanggaran hukum dan memelihara keamanan, ketertiban umum. Atas kenyataan itu semua maka seorang POLRI khususnya unsur pimpinan dituntut kemampuan kepemimpinan yang berkualitas sebagai :


(64)

1. Pemimpin harus handal serta mumpuni dalam arti telah berbekal diri endapan ilmu pengetahuan dan iman taqwa yang seimbang padu

2. Manajer yang tangguh

3. Guru yang mahir, tekun dan sabar 4. Bapak yang selalu membimbing 5. Kepala dari keluarga yang bahagia

6. Mediator, koordinator dan stabilisator terpercaya 7. Panutan dari teladan yang ideal

Sifat dan sikap-sikap itu sangat diperlukan. Karena tanpa adanya hal-hal itu, sulit untuk diperoleh Polisi atau satuan polisi yang mampu menjawab harapan masyarakat disemua tempat dan disetiap saat. Khusus bagi pemimpin POLRI yang telah berkesempatan menjalani pendidikan perwira dan memiliki kualitas akademis yang cukup, padanya dituntut kemampuan perwira akademis yang inti-intinya terdiri :

1. Mampu menganalisa masalah secara konsepsional, dengan memanfaatkan pengetahuan

2. Mampu memanfatkan teori sebagai landasan teori pelaksanaan tugas.

3. Mampu menjelaskan masalah secara sistematis, dengan bahasan yang dimengerti

4. Haus ilmu untuk meningkatkan profesionalisme atau kemampuan dalam melaksanakan tugas


(65)

5. Bersifat kritis dalam menangani masalah, medan tugas hendaknya selalu dijadikan tantangan, dijadikan obyek penelitian dan pengkajian, guna menciptakan metode pemecahan yang lebih tepat dan lebih akurat.

6. Mampu menuangkan pendapatan dalam tulisan ilmiah.

2. Aplikasi Kepemimpinan Polri

Dalam penjelajahan pemikiran tentang eksistensi seorang pemimpin, maka pemimpin yang baik akan mampu memberdayakan bukan hanya dirinya sendiri melainkan masyarakat dan satuannya. Beberapa aplikasi Kepemimpinan Polri antara lain :

1) Pemberdayaan Pemimpin POLRI.

Memang kepemimpinan itu perlu ditanamkan dengan pendidikan dan selalu harus dilatih dan dikembangkan secara terus menerus, berkelanjut dan berkeseimbungan dalam upaya untuk dapat selalu memelihara dan meningkatkan kualitas atau mutu kepemimpinan. Bukan hanya untuk menunjang pelaksana tugas saja, namun juga untuk meniti jenjang karier, yang semakin tinggi pangkat dan kedudukannya berari memerlukan kadar kepemimpinan yang harus semakin tinggi pula. Cakrawala pandang, wawasan dan profesionalisme yang harus semakin mantap dan semakin berbobot. Karenanya internalisasi kepemimpinan harus semakin intens.


(66)

2) Pemberdayaan masyarakat.

Kepemimpinan yang tangguh itu pada gilirannya akan dimanfaatkan untuk maksimalisasi keberhasilan pelaksanaan tugas. Untuk itu yang terbaik adalah memberdayakan masyarakat yang mengarah terbentuknya individu masyarakat

yang disebut law abiding citizens yang dalam semangat

pelaksanaan tugas polisi di Indonesia mengandung unsur : (1) Masyarakat yang sadar hukum, (2) masyarakat yang patuh dan taat hukum (3) masyarakat yang memiliki daya tangkal yang tinggi serta mampu melawan setiap tindak kejahatan dan pelanggaran hukum.

3) Pemberdayaan Satuan.

Pemimpin yang tangguh juga harus mapu memberdayakan satuan yang dikendalikannya. Unsur-unsur yang mutlak harus dikendalikan, dibina dan dibangun kinerja atau performance-nya adalah : (1). Pelaksanaan manajerial, dalam arti segenap

sistem manajemen baik yang berlingkup operasional

pembinaan maupun administratif harus dapat terselenggara dengan tertib, accountable, lancar, efektif dan efisien serta makin profesional dan modern. (2). Pelaksanaan pelatihan yang bermakna melatih anggota satuan agar dapat selalu siap menghadapi tugas yang seberat apapun, siap siaga, siap diri dan siap operasional. Pelatihan juga bermakna melatih jiwa kepemimpinan unsur-unsur pemimpin pembantunya. Juga


(67)

pelatihan pemberdayaan masyarakat. (3). Penyediaan sarana dan prasarana kelengkapan tugas secara memadai dalam arti

jumlah dan kualitasnya mencukupi (4). Peningkatan

kesejahteraan dalam arti mendukung kebutuhan minimal, sehingga membawa ketenangan dan unsur positif dalam bertugas, melalui 4 upaya pemberdayaan satuan itu akan melahirkan sistem dan metoda profesional yang handal.

C. Tinjauan Tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender

Sejak sepuluh tahun terakhir kata gender telah memasuki perbendaharaan di

setiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Kata gender dalam bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Inggris. Apabila dilihat dalam kamus tidak dapat dibedakan secara jelas pengertian kata sex dan gender. Untuk memahami gender, maka harus dibedakan kata gender dengan sex ( dalam Fakih:2004:7) . Sex (jenis kelamin) merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkangender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.

Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, yaitu melalui pembentukan, disosialisasikan,


(68)

diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial dan kultural melalui ajaran keagamaan maupun negara.

United Nations Economic dan Social Council (1997) menyatakan bahwa mengarustamakan perspektif gender adalah proses memeriksa pengaruh terhadap perempuan dan laki-laki setelah dilaksanakannya sebuah rencana, termasuk legislasi dan program-program, dalam berbagai bidang dan di semua tingkat. Ini adalah sebuah strategi untuk membuat masalah dan pengalaman perempuan maupun laki-laki menjadi bagian yang menyatu dengan rencana, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian kebijakan dan program dalam semua aspek politik, ekonomi, dan sosial supaya perempuan dan laki-laki sama-sama mendapatkan manfaatnya dan ketidaksetaraan (inequality) tidak berlanjut yang tujuan akhirnya adalah kesetaraan gender.

Kesetaraan gender adalah tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin seseorang dalam memperoleh kesempatan dan alokasi sumber daya , manfaat atau mengakses pelayanan. Berbeda halnya dengan keadilan gender merupakan keadilan pendistribusian manfaat dan tanggung jawab perempuan dan laki- laki. Konsep yang mengenali adanya perbedaan kebutuhan dan kekuasaan antara perempuan dan laki- laki, yang harus diidentifikasi dan dan diatasi dengan cara memperbaiki ketidakseimbangan antara jenis kelamin. Masalah gender muncul bila ditemukan perbedaan hak, peran, dan tanggung jawab karena adanya nilai- nilai sosial budaya yang tidak menguntungkan

salah satu jenis kelamin (lazimnya perempuan). (Sumber:


(69)

Kesetaraan gender merupakan konsep yang menyatakan bahwa semua manusia (baik laki-laki maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang kaku dan prasangka-prasangka. Hal ini bukan berarti laki-laki dan perempuan harus selalu sama tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Sedangkan keadilan gender adalah keadilan dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan sesuai kebutuhan mereka. Hal ini mencakup perlakuan yang setara atau perlakuan yang berbeda tetapi diperhitungkan ekuivalen dalam hak, kewajiban, kepentingan dan kesempatannya (Unesco, 2002:20).


(70)

D. Kerangka Pikir

Dalam sektor publik, jabatan yang dapat diduduki oleh perempuan masih dirasa sangat sedikit karena untuk mencapai puncak karirnya masih berhadapan dengan dominasi laki-laki. Kenyataan hingga saat ini pemimpin perempuan masih dianggap belum menunjukan referensi yang dapat diakui kemampuannya terutama di sektor publik, padahal sebenarnya masing-masing pemimpin baik itu laki-laki maupun perempuan mempunyai kelebihan masing-masing dalam memimpin.

Diantara sejumlah pemikiran mengenai konsep kepemimpinan yang saat ini sedang banyak dibicarakan terdapat salah satu pemikiran bahwa perempuan lebih cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional yaitu gaya yang tujuan utamanya adalah untuk memotivasi orang lain dengan mengubah kepentingan individu kepada tujuan organisasi dengan mendorong orang lain untuk berpartisipasi dalam organisasi, memperkuat komunikasi dan menciptakan loyalitas, meningkatkan apresiasi kepada setiap individu dan menyemangati orang lain dengan antusiasme serta motivasi (Rosener dalam Silvestri 2003:106).

Salah satu contoh organisasi di Indonesia yang berhasil mendudukkan perempuan sebagai pemimpin adalah organisasi Kepolisian. Kepolisian merupakan organisasi yang berstruktur semi militer dengan tugas utama untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Dengan slogan tersebut polisi dituntut untuk bisa dekat dengan masyarakat. Salah satu faktor agar tujuan tersebut dapat tercapai, dipengaruhi oleh pemimpinnya. Struktur organisasi Kepolisian yang semi militer, menyebabkan jumlah perempuan


(1)

8 Bapak BRIGPOL. Made Agus Selaku Anggota PJR Induk 01

“Menurut saya Panit kami di PJR Induk 01 mampu menjadi seorang pemimpin karena kinerjanya yang baik. Beliau juga dapat dipercaya oleh anggota dalam pelaksanaan tugas serta ramah karena untuk menciptakan anggota Polri yang humanis”

Menurut saya Panit PJR Induk 01 mampu menjadi pemimpin karena kinerjanya yang baik, bias dipercaya, dan ramah.

Kesimpulan : Pemimpin perempuan di Polda Lampung dianggap mampu dan dapat dipercaya menjadi seorang pemimpin karena berwibawa, tegas, ramah, melayani masyarakat dengan baik, memiliki kelebihan atau kecakapan.

g. Keinginan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain

No Informan Hasil Wawancara Substansi

1 Ibu AKBP. Dra. Hj. Sulistyaningsih Selaku Kabid Humas Polda Lampung .

“Dalam beberapa pekerjaan ketika saya sebagai pemimpin memiliki konsep akan saya paparkan pada anggota, kemudian saya akan mempersilahkan para anggota untuk memiliki gagasan dan mengeluarkan pokok pikiran masing-masing untuk menyempurnakan konsep saya dan ketika konsep tersebut sudah mendapat kesepakatan dari semua pihak akan saya hormati.”

Pemimpin memiliki konsep dan mempersilahkan anggota untuk menyempurnakan konsep yang sama.

2 Ibu IPDA. Iin Indriati Selaku Kaur Renmin Humas.

“Pada setiap kesempatan ibu kabid selalu memberikan kesempatan kepada anggota untuk berkontribusi agar memahami konsep dan gagasan yang beliau berikan dengan memaparkan terlebih dahulu bagaimana konsep tersebut dan setiap anggota dipersilahkan untuk memberikan masukan yang sesuai dan rasional serta bermanfaat”

Pada setiap kesempatan ibu kabid selalu memberikan kesempatan kepada anggota untuk berkontribusi.

3 Ibu AKP. Entiyati Selaku Kanit Dikmas Ditlantas Polda Lampung

“Pada setiap rapat biasanya saya memaparkan terlebih dahulu perihal apa yang akan dibahas, setelah anggota memahami konsep saya kemudian saya memberikan kesempatan untuk anggota yang akan memberikan masukan selama hal tersebut rasional dan sesuai”

Pemimpin memaparkan konsep, kemudian member kesempatan pada anggota untuk member masukan.

4 Ibu BRIPKA. Foni Salimubun Selaku Anggota Dikmas Ditlantas Polda Lampung

“Dalam setiap rapat ibu Kanit mengumpulkan semua anggota kemudian beliau menjelaskan apa yang menjadi tujuan agar kami paham kemudian beliau memberikan kesempatan kami untuk berkontribusi untuk menyempurnakannya”

Ibu kanit menjelaskan tujuannya kemudian beliau memberikan kesempatan kami untuk berkontribusi untuk menyempurnakannya.

5 Ibu IPDA. Rusnawati Selaku Panit PJR Induk 01

“Dalam bertugas pada kesempatan untuk membicarakan dan menyamakan konsep baik berkumpul secara formal maupun tidak selalu kami lakukan agar tugas berjalan dengan aman, nyaman, dan sesuai dengan ketentuan. Dalam proses tersebut saya yang mengontrol pertemuan dan saya terbuka untuk menerima pandangan anggota”

Dalam proses menyamakan konsep saya mengontrol pertemuan dan saya terbuka untuk menerima pandangan anggota.


(2)

6 Bapak BRIGPOL. Made Agus Selaku Anggota PJR Induk 01

“Kami melaksanakan tugas sesuai dengan perintah, program, dan peraturan yang berlaku. Namun, ketika pemimpin kami memiliki konsep kami sebagai anggota diberikan kesempatan untuk berbicara dan berkontribusi langsung dalam pertemuan tersebut”

Ketika pemimpin kami memiliki konsep kami sebagai anggota diberikan kesempatan untuk berbicara dan berkontribusi langsung dalam pertemuan tersebut.

Kesimpulan : Setiap pemimpin yang memiliki konsep akan memaparkan dahulu agar anggota memahami konsep yang diberikan pemimpin kemudian pemimpin mengontrol pertemuan dengan mempersilahkan anggota untuk berkontribusi memberikan gagasannya secara rasional agar menyempurnakan konsep yang sudah ada.

WAWANCARA BERSAMA KABID HUMAS POLDA LAMPUNG

WAWANCARA BERSAMA KANIT DIKMAS DITLANTAS POLDA LAMPUNG


(3)

WAWANCARA BERSAMA WAPIMRED MAJALAH KOMUNITAS LALU LINTAS

DAN KEPALA SEKOLAH BAITUL JANNAH


(4)

(5)

(6)