1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Feces kotoran manusia yang terinfeksi oleh bakteri Vibrio cholerae banyak ditemui di permukaan air. Melalui makanan, seperti sayuran yang telah
dipupuk dengan feces individu terinfeksi dan tidak dibersihkan pada saat mengkonsumsinya. Oleh karena itu, penularan bakteri ini dapat melalui air,
makanan, maupun sanitasi lingkungan yang buruk dikarenakan telah terkontaminasi feces individu terinfeksi Amelia, 2005.
Penyakit akibat bakteri Vibrio cholerae disebut kolera. Brauer 2008: 395 menyatakan individu yang tertular penyakit kolera kebanyakan tidak
menunjukkan gejala sama sekali, tetapi kotoran mereka menular. Penyakit kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi usus akibat bakteri Vibrio
cholera. Penyakit kolera sangat mudah menyebar jika tidak segera ditangani. Wabah besar biasanya berhubungan dengan air yang terkontaminasi. Ada 4
mekanisme kontrol utama yang direkomendasikan oleh World Health Organization WHO yaitu pembuangan kotoran manusia yang hygienis, pasokan
air bersih, makanan yang bersih dan dimasak, serta vaksinasi.
2 Amelia 2005 mengungkapkan terjadi tujuh pandemik kolera yang
dimulai pada awal tahun 1800. Pandemik ketujuh terjadi pada awal tahun 1961 bermula di Indonesia, kemudian kasus kolera menyebar ke Asia Selatan, Timur
Tengah, sebagian Eropa dan Afrika. WHO 2014 melaporkan Afrika adalah benua dengan negara terbanyak tertular penyakit ini. Menurut data yang
diperoleh, terdapat sekitar 3 - 5 juta kasus kolera dan 100 – 120 ribu diantaranya
meninggal setiap tahun di dunia. Berikut kasus kolera yang terjadi di beberapa benua.
Gambar 1.1 Kasus Penyakit Kolera dari Tahun 1989-2013 WHO, 2014 Berdasarkan Gambar 1.1, kasus dunia terbanyak pada tahun 1991 dan
2011 yaitu lebih dari 500 ribu kasus. Kasus selanjutnya, negara yang tertular penyakit kolera diantaranya adalah Meksiko sebanyak 184 kasus di tahun 2013
dan Sudan sebanyak 586 kasus di tahun 2014. Oleh karena kasus kolera yang tiap tahun terus
– menerus ada, maka penyakit menular ini tidak bisa diremehkan dan diabaikan.
3 Kontribusi di bidang kesehatan, matematika dapat menganalisa perilaku
penyebaran penyakit melalui suatu model. Salah satu modelnya adalah SIR Susceptible-Infected-Recover. Kermack dan McKendrik adalah orang yang
pertama kali memperkenalkan model matematika SIR pada tahun 1927. Model tersebut digunakan untuk mengamati penyebaran penyakit menular pada suatu
populasi. Selanjutnya, populasi pada model SIR dibagi menjadi tiga kelas yaitu Susceptible S untuk menyatakan populasi sehat dan rentan terhadap penyakit,
Infected I untuk menyatakan populasi yang terinfeksi penyakit dan dapat sembuh, serta Recover R untuk menyatakan populasi yang sembuh dan kebal
terhadap penyakit. Perhatian akan penyebaran penyakit kolera ditunjukkan dalam
matematika. Salah satunya telah dilakukan oleh Emvudu dan Kokomo 2012 tentang analisa kestabilan model epidemik kolera berdasakan model SIR melalui
bilangan reproduksi dasar. Penelitian lain yaitu Wang dan Wang 2014 meneliti tentang analisa kestabilan model epidemik kolera berdasarkan model SIR dengan
pertumbuhan bakteri dan pergerakannya melalui bilangan reproduksi dasar pula. Salah satu pengendalian terhadap penyakit kolera adalah dengan vaksinasi.
Menurut UNICEF 2009 menyatakan pencegahan penyakit kolera sangat efektif dengan vaksinasi, selain itu didukung dengan monitoring. Penelitian tentang
vaksinasi telah dikembangkan. Sun dan Hen 2010 menganalisa stabilitas global bebas penyakit dan endemik berdasarkan model SIR dengan beberapa strategi
vaksinasi dilihat dari bilangan reproduksi dasar. Selanjutnya, Shu dan Yang 2013 juga menganalisa kestabilan berdasakan model SIR dengan vaksinasi
4 melalui banyak jalan transmisi dilihat dari bilangan reproduksi dasar yang
berbeda. Oral Cholera Vaccine OVC direkomendasikan WHO 2014 untuk vaksin penyakit kolera yang disebabkan bakteri Vibrio cholerae. Sementara,
penelitian tentang vaksinasi untuk penyakit kolera dilakukan Paul dkk. 2013 dengan menganalisa titik kesetimbangan endemik model kolera berdasarkan
model SIR dan memodifikasi dengan berbagai strategi kontrol dilihat dari bilangan reproduksi dasar.
Selanjutnya, penelitian optimal kontrol model SIR dengan vaksinasi oleh Gul Zaman, dkk 2008 menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin. Sementara,
penelitian tentang pengendalian penyakit kolera telah dilakukan oleh Wang dan Modnak 2011 dengan menganalisa titik kesetimbangan model epidemiologi
kolera dan optimal kontrol menggunakan metode Prinsip Minimum Pontryagin pula.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dijabarkan, pada tugas akhir ini akan diformulasikan penyebaran penyakit kolera melalui model SIR. Selanjutnya,
melalui model tersebut akan dianalisa kestabilan di sekitar titik kesetimbangan model. Sementara, optimal kontrol model untuk penyebaran penyakit kolera
berdasarkan model SIR dengan vaksinasi menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin. Secara umum, berikut bagan alur dari permasalahan yang akan
dibahas.
5 Gambar 1.2 Bagan Alur Menyelesaikan Optimal Kontrol Model SIR dengan
Vaksinasi Solusi optimal kontrol dari Gambar 1.2 diharapkan dapat menurunkan
populasi kelas individu susceptible dengan pemberian vaksin, sehingga populasi kelas individu recover menjadi meningkat.
B. Rumusan Masalah