ANALISIS BAURAN RITEL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBLIAN (Survei pada Pembeli Pakaian Remaja di Ramayana Rajabasa, Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS BAURAN RITEL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBLIAN

(Survei pada Pembeli Pakaian Remaja di Ramayana Rajabasa, Bandar Lampung)

Oleh Lana Windyarti

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pempelian. Variabel independen terdiri dari Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Pelayanan (X4) dan Fasilitas Fisik (X5).

Variabel dependennya adalah keputusan pembelian di Ramayana Raja Basa, Bandar Lampung. Sampel berjumlah 97 responden yang diambil dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Analisis dilakukan dengan pengolahan data menggunakan SPSS versi 16.0 yang dijalankan dengan media komputer. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa produk, harga dan pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan variabel promosi dan fasilitas fisik berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Dari uji hipotesis dapat diketahui bahwa produk, harga, promosi, pelayanan dan fasilitas fisik secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dan harga berpengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau menggunakan variabel-variabel independen lainnya, untuk semakin menyempurnakan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian.

Kata Kunci : Produk, Harga, Promosi, Pelayanan, Fasilitas Fisik, Keputusan Pembelian


(2)

ANALISIS BAURAN RITEL DAN PENGARUHNYA

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

(Survei Pada Pembeli Pakaian Remaja di Ramayana Raja Basa, Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Lana Windyarti

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

ANALISIS BAURAN RITEL DAN PENGARUHNYA

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei pada Pembeli

Pakaian Remaja di Ramayana Rajabasa, Bandar Lampung)

Oleh

Lana Windyarti

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

Riwayat hidup

Penulis bernama lengkap Lana Windyarti terlahir di Sekampung, Lampung Timur pada tanggal 13 Desember 1991 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, putri dari bapak Rudiono dan Ibu Wiji Astuti.

Pendidikan formal didapat penulis pada tahun 1998, tepatnya di SD Negeri 1 Hargomulyo yang diselesaikan pada tahun 2004. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sekampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Selanjutnya, jenjang pendidikan menengah atas penulis selesaikan di SMA Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada program strata 1 (S1) melalui Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Pada awal tahun 2013 penulis berkesempatan menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kampung Kayu Batu Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan.


(8)

Moto

Jangan pernah takut pada bayangan,

Karena dibalik bayangan selalu ada cahaya.

(Lana Windyarti)

Bekerja keraslah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup

selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu

meninggal esok hari.

(Ibnu Umar)

Bertaqwa kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua,

Insyaalloh Barokah Hidup Kita


(9)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur dan cinta kasihku kepada Sang Pencipta yang

Maha Kuasa, Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan

kebahagiaan bagi umatNya..

Ku persembahkan karya ku ini kepada:

Kedua orang tuaku, bapak dan ibu..

Terimakasih atas segala pengorbanan serta Kasih sayang dengan

penuh ketulusan dan keikhlasan yang telah bapak dan ibu berikan

untukku..

Semoga kalian dapat sedikit berbangga atas apa yang sudah aku raih

saat ini, meskipun aku belum bisa memberikan kebahagian lebih untuk

kalian..

Semua Keluarga, sahabat, dan orang-orang yang menyayangiku…

dan


(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin.

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu sesuai dengan harapan penulis dengan judul “Analisis Bauran Ritel dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian” disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk orang lain.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan, dukungan, motivasi, semangat, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak mungkin skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Seluruh staf Pembantu Dekan (PD I, PD II, PD III) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untiversitas Lampung.

3. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(11)

4. Bapak Ahmad Rifa’i, S.Sos., M.Si. selaku sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung serta selaku dosen penguji pada ujian skripsi, terimakasih atas segala saran dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Wheny Khristianto, S.Sos, M.A.B. selaku dosen pembimbing utama, terimakasih untuk segala arahan, bimbingan, serta keikhlasannya dalam mendidik dan membantu mahasiswa selama masa perkuliahan. yang telah sabar dan banyak memberikan arahan serta bimbingannya dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Maulana Agung P, S.Sos, M.A.B. selaku dosen pembimbing kedua yang telah sabar dan banyak memberikan arahan serta bimbingannya dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Dian Komarsyah S.A.B., M.A.B. selaku dosen Pembimbing Akademik penulis selama menempuh studi di Universitas Lampung.

8. Seluruh jajaran dosen dan staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu.

9. Ayah dan ibuku tersayang, rasanya beribu terimakasih tidak akan cukup saya ucapkan untuk membalas budi atas segala kasih sayang, perhatian, semangat serta doa yang tulus dalam mendidikku hingga sampai sekarang ini. Hanya bapak dan ibu yang menjadi semangatku saat ini, aku berjanji akan selalu berusaha menjadi anak yang bisa bapak dan ibu banggakan. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang luar biasa, kesehatan dan umur yang panjang untuk bapak dan ibu. Amin.


(12)

10. Kedua mbak ku tersayang, yang selalu rajin menanyakan kabar memberikan doa, dukungan dan semangat untuk aku “terimakasih mbak atas segala do’a kalian”. Serta adekku yang selalu jadi penyemangat tiap kali aku merasa bosan karena ada yang bisa digangguin.

11. Super big thank’s untuk Gank Kum-Kum: Ngok-Ngok (Devi), Parkjon (Erlyn), dan Milotok (Mila) atas suportnya. Kapan-kapan kita kumpul bareng lagi.

12. Peluk dan cium untuk Cucok Rumpi mamak Ranis yang cerewet banget seperti emak tiri. Makasih karna telah merelakan kostannya untuk dijadikan markas ngemes untuk kita selagi menanti jam kuliah. Lala yang paling embul, dikurangi sedikit ya penyakit lolanya. Nata yang selalu simpel tapi hoby bikin rempong kita semua, kapan-kapan kita ‘debat’ lagi ya. Si Lid yang paling pendiem, inget selalu ‘wejangan’-ku ya Lid. Serta Petrik (Icha) Sagala yang sukanya tiba-tiba menghilang, tetap semangat Trik supaya bisa segera menyusul kami. Kalian semua memberikan warna di salah satu lembar kosong dalam hidupku.

13. Teman-teman satu kontrakanku Ngayang (Annisa Sholeha), “Abang pasti pulang dek”. Meninyiti (Tika), volume suara harap diperhalus ya Nyit. Ngalupi (Ayu), ayo-ayo Ngalup kita lari pagi biar ‘langsing’. Kemudian Ngaprodit (Odite), hati-hati loh Dit jangan suka makan balon nanti tambah tembem loh.

14. Teman-teman seperjuangan Masbro (Harry Hardianto), Kokoh Boby, bang Daniel, Ifan, Babang (Hari Candra), Ari, Andi Subardi, Ruslan, Mustakim, Meika, Intan, Tera, Ade, Melisa, Devi, Devi Damanik, Anggi, Deny serta


(13)

teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya, senang bisa kenal kalian.

15. Sahabat-Sahabatku dari masa SMA: Intan (Ningrum), Puput, Pujai, Pemo, Fikih, Sariem, “terimakasih atas kebersamaan dengan kalian.

16. Untuk seluruh teman-teman KKN Desa Kayu Batu kecamatan Gunung Labuhan, Desis, Aji, Ayu, Ira Gebot, Ade, dan Ari. Terimakasih atas kebersamaannya 40 hari tinggal bersama kalian, ya walaupun kadang-kadang ada konflik karena tidak sependapat, tapi itu menjadi pembelajaran dan pendewasaan bagi kita.

17. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

18. Terimakasih kepada Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori... 8

2.1.1 Pengertian Retailing ... 8

2.1.2 Pengertian Retailing Mix ... 9

2.1.3 Tujuan Retailing Mix... 9

2.1.4 Fungsi dan Karakteristik Retailing ... 10

2.1.5 Jenis Retailing ... 10

2.1.6 Tipe-tipe Pengecer ... 15

2.1.7 Unsur-unsur Retailing Mix (Bauran Eceran)... 18

2.1.8 Pengertian Keputusan Pembelian ... 21

2.1.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian .... 22

2.1.10 Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 22

2.2 Keterkaitan antar Variabel ... 26

2.2.1 Hubungan Retailing Mix dengan Keputusan Pembelian ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu ... 27

2.4 Kerangka Pemikiran... 29

2.5 Hipotesis ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian... 31

3.2 Variabel Penelitian ... 31

3.2.1 Variabel Independen ... 31

3.2.2 Variabel dependen ... 32

3.3 Definisi Operasional dan Indikatornya ... 32

3.4 Penentuan Populasi dan Sampel ... 35

3.4.1 Populasi ... 35


(15)

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.5.1 Data Primer ... 37

3.5.2 Data Sekunder ... 37

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.6.1 Kuesioner ... 38

3.6.2 Dokumen ... 38

3.7 Metode Pengolahan Data ... 39

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

3.8.1 Uji Validitas ... 39

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 41

3.9 Analisis Regresi Linier Berganda ... 43

3.10Uji Asumsi Klasik ... 43

3.11Uji Hipotesis ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Umun Ramayana ... 50

4.1.1 Sejarah Ramayana ... 50

4.2 Gambaran Umum Responden ... 54

4.2.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

4.2.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Umur ... 55

4.2.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56

4.2.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan ... 56

4.2.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan per Bulan ... 57

4.2.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Besar Transaksi tiap Bulan ... 58

4.3 Hasil Analisis Data ... 59

4.3.1 Deskripsi Jawaban Responden ... 59

4.3.1.1 Variabel Produk ... 59

4.3.1.2 Variabel Harga ... 60

4.3.1.3 Variabel Promosi ... 62

4.3.1.4 Variabel Pelayanan ... 63

4.3.1.5 Variabel Fasilitas Fisik ... 64

4.3.1.6 Variabel Keputusan Pembelian ... 65

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 67

4.4.1 Uji Multikolinearitas ... 67

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 68

4.4.3 Uji Normalitas ... 69

4.4.4 Uji Autokorelasi ... 71

4.5 Pengujian Regresi Linear Berganda ... 71

4.6 Uji Hipotesis ... 74

4.6.1 Koefisien Determinasi (�2) ... 74

4.6.2 Uji F (Uji Simultan) ... 75

4.6.3 Uji t (Uji Parsisal) ... 76

4.7 Pembahasan... 78


(16)

5.1. Kesimpulan ... 89 5.2. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34

Tabel 2 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 41

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 41

Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 42

Tabel 5 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 6 Responden Berdasarkan Umur... 55

Tabel 7 Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56

Tabel 8 Responden Bedasarkan Pengeluaran per Bulan ... 57

Tabel 9 Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan per Bulan ... 58

Tabel 10 Responden Berdasarkan Besar Transaksi Tiap Kunjungan ... 58

Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Variabel Produk ... 59

Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Variabel Harga ... 60

Tabel 13 Distribusi Jawaban Responden Variabel Promosi ... 62

Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pelayanan ... 63

Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Variabel Fasilitas Fisik ... 64

Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden untuk Item Keputusan Pembelian ... 65

Tabel 17 Hasil Uji Multikolinearitas ... 68

Tabel 18 Hasil Uji Autokorelasi ... 71


(18)

Tabel 20 Hasil Koefisien Determinasi ... 75 Tabel 21 Hasil Uji F ... 76 Tabel 22 Hasil Uji t ... 77


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Klasifikasi Usaha Eceran ... 17

Gambar 2 Tahapan Proses Keputusan Pembelian ... 23

Gambar 3 Kerangka Pemikiran ... 29

Gambar 4 Struktur Organisasi Dewan Komisaris ... 53

Gambar 5 Struktur Organisasi Dewan Direksi... 53

Gambar 6 Grafik Scatterplot ... 69


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian Lampiran 3 Hasil Output SPSS Lampiran 4 R Tabel

Lampiran 5 F Tabel Lampiran 6 T Tabel


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan globalisasi mengakibatkan keberadaan pasar tradisional mulai tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut bisnis ritel. Bisnis ritel saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyak bermunculan bisnis ritel tradisional yang mulai membenah diri menjadi bisnis modern maupun bisnis modern sendiri yang baru lahir. Keberadaan ritel khususnya ritel modern yang semakin masuk ke dalam aktifitas keseharian masyarakat disebabkan karena adanya perubahan pola berbelanja di masyarakat. Perubahan pola berbelanja ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkenaan langsung dengan diri seseorang yaitu keadaan psikologis, karakteristik individual, dan juga faktor-faktor yang secara tidak langsung berhubungan tetapi memiliki pengaruh yaitu lingkungan sosial. Selain itu, dengan tersedianya sistem informasi yang canggih, memungkinkan bisnis ritel mampu menyediakan produk-produk baru, pelayanan yang sangat cepat, teliti, yang pastinya bisa memuaskan pelanggan. Dengan adanya perkembangan usaha distribusi, jasa dan peluang pasar yang cukup terbuka, maupun upaya pemerintah untuk mendorong perkembangan usaha ritel melalui peraturan dan undang-undang, turut mendukung perkembangan bisnis ritel.


(22)

2

Definisi pedagang eceran (retailing) merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis. Sedangkan Berman dan Evans (2001) menyatakan:

“Retailling consist of those business activities involved in the sale of goods and services to consumers for personal, family, or household use. It is the final stage of the distribution process”.

Yang artinya adalah “usaha eceran terdiri dari aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa ke konsumen untuk penggunaan pribadi, keluarga atau rumah tangga. Ini merupakan tahap terakhir dari proses distribusi”. Bauran penjualan eceran adalah semua variabel yang dapat digunakan sebagai strategi pamasaran untuk berkompetisi pada pasar yang dipilih. Faktor-faktor bauran ritel terdiri dari lokasi (location), barang dagangan (merchandise), harga (price), promosi (promotion), pelayanan (sevice), suasana dalam toko (atmosfer), dan karyawan toko (costumer service). Adapun fungsi dari bisnis ritel adalah menyediakan barang dan jasa, menjual barang dalam eceran/pecahan, menyediakan stok/inventory, dan pelayanan (Berman dan Evans, 2001).

Pengertian keputusan pembelian yaitu mengidentifikasikan semua pilihan yang mungkin untuk memecahkan persoalan itu dan menilai pilihan-pilihan secara sistematis dan obyektif serta sasaran-sasarannya yang menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan


(23)

3

memergunakan barang yang ditawarkan. Para pemasar harus memahami setiap sisi perilaku konsumen. Para konsumen melewati lima tahap proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa bauran ritel terdiri dari beberapa faktor sebagai berikut:

1) Lokasi

Lokasi merupakan hal yang paling penting dalam melakukan perdagangan. Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel (retail marketing mix), karena pemilihan lokasi yang tepat untuk sebuah gerai bisa membuat peritel lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis.

2) Pelayanan

Pelayanan adalah tindakan atau keterampilan yang dapat ditawarkan oleh siapapun yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu, pelayanan dapat disertakan pada produk yang berbentuk fisik. Unsur pelayanan adalah unsur yang memiliki peranan penting dalam persaingan non-harga dengan pengecer-pengecer lain.

3) Produk

Produk adalah keseluruhan dari penawaran yang dilakukan secara normal oleh perusahaan kepada konsumen dalam memberikan pelayanan, letak toko, dan nama barang dagangannya. Konsumen akan memberikan kesan yang baik terhadap suatu toko apabila toko tersebut dapat menyediakan barang yang


(24)

4

dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu, peritel harus tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen.

4) Harga

Harga sangat berhubungan dengan nilai dasar dari persepsi konsumen karena harga merupakan komponen yang paling penting dalam nenentukan posisi dan harus diputuskan sesuai dengan pasar sasarannya. Harga adalah suatu moneter atau ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang dapat ditukarkan agar memperoleh kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.

5) Suasana dalam Toko

Dalam sebuah toko suasana dalam toko sangatlah penting. Hal ini berperan penting dalam memikat minat pembeli. Bukan hanya produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, tetapi suasana yang nyaman sebuah toko atau gerai juga turut berpengaruh dalam keputusan pembelian.

6) Karyawan

Elemen manusia termasuk orang-orang yang terlibat langsung dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan, merupakan salah satu faktor yang berperan penting bagi semua organisasi. Wiraniaga dalam perusahaan ritel jasa berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa pelayanan yang diberikan. Keputusan dalam pemilihan wiraniaga itu berarti berhubungan dengan seleksi, training, motivasi dan manajemen sumber daya manusia. Konsumen biasanya menginginkan wiraniaga yang ramah, sopan dan siap membantu konsumen pada saat membutuhkan bantuan pelayanan.


(25)

5

7) Promosi

Promosi adalah ramuan khusus dari iklan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan perusahaan untuk mencapai tujuan iklan dan pemasarannya.

Ramayana merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Bandar Lampung. Ramayana yang ada di Bandar Lampung terletak di Jl. Raden Intan No.1, Pasar Bawah, Enggal, Tanjung Karang, Bandarlampung - Lampung Bandar Lampung Plaza. Sementara baru-baru ini dibangun kembali Ramayana yang terletak di Jl. Zaenal Abidin Pagaralam (Rajabasa), Bandar Lampung, Lampung dengan nama Ramayana Robinson.

Meskipun tergolong baru, akan tetapi Ramayana Robinson ini memiliki pengunjung yang bisa dibilang cukup ramai. Terutama pada akhir pekan seperti hari sabtu dan minggu, yang pengunjungnya lebih ramai daripada saat hari kerja, karena banyak masyarakat yang ingin berakhir pekan atau sekedar menikmati festival band yang diadakan. Tidak kalah ramai apabila dibandingkan dengan mal lain yang ada di Bandar Lampung.

Pengunjung biasanya paling banyak terdiri dari para remaja, meskipun tak sedikit pula para Ibu Rumah Tangga yang turut meramaikan mal tersebut. Menilik hal ini, penulis mencoba untuk melakukan penelitian di Ramayana Robinson ini terutama pada pembeli pakaian remaja. Mengingat para remajalah yang memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi serta selera yang berubah-ubah.

Ada banyak penelitian yang mengulas tentang bauran ritel untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan bauran ritel dan mengetahui faktor apa yang


(26)

6

berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS BAURAN RITEL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN(survei pada pembeli pakaian remaja di Ramayana Raja Basa, Bandar lampung), yang didalamnya akan diulas secara rinci mengenai faktor-faktor penentu bauran ritel dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian pada Ramayana kota Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, peneliti akan menyampaikan permasalahan antara lain:

1. Seberapa besar faktor produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian? 2. Seberapa besar faktor harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian? 3. Seberapa besar faktor promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian? 4. Seberapa besar faktor pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian? 5. Seberapa besar faktor fasilitas fisik berpengaruh terhadap keputusan

pembelian?

6. Seberapa besar faktor produk, harga, promosi, pelayanan, dan fasilitas fisik secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian? 7. Variabel mana dalam bauran ritel yang paling dominan berpengaruh terhadap

keputusan pembelian? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian:


(27)

7

2. Menjelaskan pengaruh harga terhadap keputusan pembelian. 3. Menjelaskan pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian. 4. Menjelaskan pengaruh pelayanan terhadap keputusan pembelian. 5. Menjelaskan pengaruh fasilitas fisik terhadap keputusan pembelian.

6. Menjelaskan pengaruh bauran ritel secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian.

7. Menjelaskan variabel yang paling dominan terhadap keputusan pembelian dalam faktor-faktor bauran ritel.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Peneliaian ini merupakan suatu bukti bahwa peneliti telah dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat selama menempuh kuliah kedalam dunia kerja sekaligus dapat mengetahui faktor-faktor yang menentukan Bauran Ritel, dapat menjelaskan pengaruh faktor Bauran ritel secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian, dan dapat menjelaskan variabel yang paling dominan terhadap keputusan pembelian dalam faktor-faktor Bauran Ritel. Selain itu, sebagai pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan perusahaan kedepan agar dapat lebih bersaing dan terus berkembang.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu membawa kontribusi positif untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang manajemen pemasaran.


(28)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Retailing

Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Meningkatnya tingkat konsumsi dan hasrat berbelanja masyarakat membuat industri ini semakin dilirik oleh para pelaku bisnis. Berikut adalah definisi retailing menurut para ahli:

1) Menurut Levy dan Weitz (2001) “Retailing adalah satu rangkaian aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna barang dan jasa yang dijual kepada

konsumen untuk konsumsi pribadi atau rumah tangga”. Jadi konsumen yang

menjadi sasaran dari retailing adalah konsumen akhir yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri.

2) Menurut Berman dan Evans (2001) “Retailing merupakan suatu usaha bisnis yang berusaha memasarkan barang dan jasa kepada konsumen akhir yang

menggunakannya untuk keperluan pribadi dan rumah tangga”. Produk yang

dijual dalam usaha retailing adalah barang, jasa maupun gabungan dari keduanya.

3) Menurut Kotler (2000) retailing yaitu: “Penjualan eceran meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang atau jasa pada konsumen akhir

untuk dipergunakan yang sifatnya pribadi, bukan bisnis”.

4) Menurut Gilbert (2003) Retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi.

Berdasarkan definisi-definisi retailing di atas dapat disimpulkan pengertian retailing adalah semua kegiatan bisnis yang melibatkan penjualan barang dan jasa


(29)

9

kepada konsumen akhir untuk dipergunakan sebagai keperluan pribadi dan rumah tangga, bukan bisnis.

2.1.2 Pengertian Retailing Mix (Bauran Eceran)

Menurut Kotler dalam Melisa (2012), retailing mix adalah sekelompok perlengkapan pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran, bauran eceran meliputi semua tindakan yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan akan produknya itu sendiri dan semua tindakan yang mungkin dilakukan oleh perusahaan itu dapat disimpulkan sebagai satu kelompok variabel yang diantaranya adalah produk, lokasi, harga, dan promosi.

Berman dan Evans dalam Munir dan Dirgantara (2010), memberikan definisi bahwa retailing mix adalah: “This mix is a firm particular combination of this factor: store location, operating procedures, good service offered, pricing tactics, store atmosphere, customer service, and promotion methods”. Yang artinya bahwa bauran ini adalah gabungan dari pada faktor-faktor sebagai berikut: lokasi toko, prosedur operasi, pelayanan yang ditawarkan, strategi penetapan harga, suasana toko, pelayanan konsumen, dan metode promosi.

2.1.3 Tujuan Retailing Mix (Bauran Eceran)

Berman dan Evans dalam Munir dan Dirgantara (2010) mengatakan bahwa orientasi dari pada pedagang eceran adalah:

a. Orientasi Terhadap Konsumen

Pengecer harus menentukan sifat-sifat dan keinginan para konsumen, pada umumnya konsumen menginginkan dapat membeli barang atau jasa yang


(30)

10

terbaik dengan uang yang mereka miliki dan mereka dapat berbelanja disatu tempat sehingga mengurangi jumlah waktu perjalanan yang harus mereka lakukan. Perilaku konsumen memang terus berubah. Pengecer yang tahu produk yang ingin dibeli konsumen, dimana mereka ingin membeli, berapa harga yang mereka bayarkan, dan bagaimana mempromosikan penjualan agaknya akan menjadi pengecer yang berhasil dalam usaha eceran.

b. Usaha Koordinasi

Pengecer paling berhasil adalah mereka yang dapat mengoordinasikan perencanaan dan menyusun aktivitas secara menyeluruh untuk mencapai efisiensi yang maksimum.

c. Orientasi Terhadap Tujuan

Pengecer menetapkan satu atau lebih tujuan yang ingin diraih, tujuan itu meliputi:

1. Tujuan pada penjualan

2. Tujuan pencapaian keuntungan 3. Tujuan terhadap pemuasan publik 4. Tujuan penciptaan citra perusahaan. 2.1.4 Fungsi dan Karakteristik Retailing

Menurut Berman dan Evans (2001) pada intinya karakteristik retailing ada tiga, yaitu:

1) Small Average Sale

Tingkat penjualan retailing pada toko tersebut relatif kecil, dikarenakan targetnya merupakan konsumen akhir yang membeli dalam jumlah kecil. 2) Impulse Purchase

Pembelian yang terjadi dalam retailing sebagian besar merupakan pembelian yang tidak direncanakan. Hal ini yang harus dicermati pengecer, yaitu bagaimana mencari strategi yang tepat untuk memaksimalkan pembelian untuk mengoptimalkan pendapatan.

3) Popularity Of Stores

Keberhasilan dari retailing sangat tergantung akan popularitas dan image dari toko atau perusahaan. Semakin terkenal toko atau perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat kunjungan yang pada akhirnya berdampak pada pendapatan.

2.1.5 Jenis Retailing

Kotler (2000) mengklasifikasikan pengecer berdasarkan lini produk yang mereka jual, yaitu:


(31)

11

1. Pengecer Toko (Store Retailing), yang termasuk dalam kategori ini adalah: a) Specialty Store (Toko Khusus)

Adalah toko spesial yang menjual lini produk sempit dengan suatu ragam barang yang terdapat di dalam lini tersebut. Dalam hal ini, retailer mencoba untuk melayani konsumen dari satu atau sejumlah kecil segmen pasar dengan cara menyediakan produk-produk khusus. Pada umumnya volumenya tidak terlalu besar, milik pribadi, dan badan hukumnya berbentuk usaha perorangan, firma atau CV. Toko khusus dapat diklasifikasikan lagi menurut tingkat kekhususan lini produknya. Toko pakaian merupakan toko lini tunggal; toko pakaian pria merupakan toko sangat khusus. Specialty Store bervariasi menurut:

(1) Tipe, pilihan, dan mutu produk (2) Harga

(3) Ukuran

b) Toko Serba Ada (Departement Store)

Adalah lembaga eceran yang menawarkan berbagai macam lini produk dengan mutu pilihan. Biasanya toko seperti ini mempunyai volume usaha yang besar, kondisi keuangannya lebih kuat, dan badan hukumnya berbentuk perseorangan terbatas atau paling tidak berbentuk CV. Ada dua macam departement store retailing, yaitu:

(1) Line Departement Store

Menawarkan sejumlah besar jenis barang dagangan. (2) Limited Line Departement Store

Menawarkan beberapa macam barang, pada umumnya barang-barang lunak seperti pakaian, handuk, sprei dengan orientasi model dan harga yang mahal.

c) Toko Kebutuhan Sehari-hari (Convenience Store)

Adalah toko yang relatif kecil dan terletak di daerah pemukiman atau di jalur high traffic, memiliki jam buka yang panjang (24 jam) selama tujuh hari dalam seminggu, dengan tingkat perputaran yang tinggi dan menjual lini produk convenience yang terbatas seperti minuman, makanan ringan, permen, rokok, dll. Jam buka yang panjang dan karena konsumen hanya

membeli di toko ini hanya sebagai “pelengkap” menyebabkan toko ini

menjadi suatu operasi dengan harga tinggi. d) Pasar Swalayan (Supermarket)

Adalah toko dengan operasi relatif besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi. Swalayan dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti produk-produk bahan makanan, daging, ikan segar, sayur, buah-buahan, minuman kaleng, cucian, dan produk-produk perawatan rumah tangga. Kini banyak supermarket yang melengkapi tawarannya dengan barang-barang non food seperti deterjen, sabun mandi, sendok dan garpu.


(32)

12

e) Toko Diskon (Discount Store)

Adalah toko yang menjual secara reguler barang-barang standar dengan harga lebih murah karena mengambil margin yang lebih rendah dan menjual dengan volume yang lebih tinggi. Umumnya menjual merek nasional, bukan barang bermutu rendah. Saat ini pengecer diskon telah bergerak dari barang dagangan umum ke khusus, seperti toko diskon alat-alat olahraga, toko elektronik, dan toko buku.

f) Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailers)

Adalah pengecer yang membeli pada harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan menetapkan harga konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Mereka cenderung menjual persediaan barang dagangan yang berubah-ubah dan tidak stabil sering merupakan sisa, tidak laku, dan cacat yang diperoleh dengan harga lebih rendah dari produsen atau pengecer lainnya. Pengecer potongan harga telah berkembang pesat dalam bidang pakaian, aksesoris, dan perlengkapan kaki. Ada tiga jenis utama pengecer potongan harga, yaitu:

(1) Toko Pabrik (Factory Outlet)

Toko yang dimiliki dan dioperasikan oleh produsen dan biasanya menjual barang yang berlebih, tidak diproduksi lagi dan tidak reguler. (2) Pengecer Potongan Harga Independen (Independent Off-Price

Retailer)

Toko yang dimiliki dan dijalankan oleh pengusaha atau divisi dari perusahaan pengecer besar.

(3) Klub Gudang/Klub Grosir

Toko yang menjual pilihan terbatas dari produk makanan bermerek, perlengkapan rumah tangga, pakaian dan bermacam produk lain dengan diskon besar bagi anggota yang membayar iuran tahunan. g) Toko Super (Superstore)

Adalah kombinasi dari supermarket dan discount store (toko yang menyediakan sejumlah besar barang (full line product) dengan harga murah. Toko Super rata-rata memiliki ruang jual 35.000 kaki persegi dan bertujuan memenuhi semua kebutuhan konsumen untuk pembelian makanan maupun bukan makanan secara rutin. Mereka biasanya menawarkan pelayanan seperti cucian, membersihkan, perbaikan sepatu, penguangan cek, dan pembayaran tagihan, serta makan siang murah. (1) Toko Kombinasi (Combination Store)

Toko kombinasi merupakan diversifikasi usaha pasar swalayan ke bidang obat-obatan, dengan luas ruang jual sekitar 55.000 kaki persegi.

(2) Hypermarket

Adalah toko yang lebih luas dari supermarket dengan ukuran berkisar antara 80.000 sampai 220.000 kaki persegi. Pasar ini tidak menjual


(33)

13

barang-barang yang rutin dibeli tetapi juga meliputi mebel, perkakas besar dan kecil, pakaian dan banyak jenis lainnya.

(3) Ruang Pamer Katalog (Catalog Show-Room)

Adalah toko yang menjual cukup banyak pilihan produk-produk dengan marjin tinggi, perputarannya cepat, bermerek dengan harga diskon. Produk-produk yang dijual meliputi perhiasan, alat-alat pertukaran, perkakas kecil, mainan dan alat-alat olahraga.

Menurut KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) terdapat tambahan dua kategori lagi mengenai bauran ritel, yaitu:

a. Mom & Pop Store

Yaitu toko berukuran relatif kecil yang dikelola secara tradisional, umumnya hanya menjual bahan pokok/kebutuhan sehari-hari yang terletak di daerah perumahan/pemukiman. Jenis toko ini dikenal sebagai toko kelontong.

b. Mini market

Yaitu toko berukuran relatif kecil yang merupakan pengembangan dari Mom & Pop Store, dimana pengelolaannya lebih modern, dengan jenis barang dagangan lebih banyak, misalnya Indomaret.

Store Retailing juga bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah pelayanan yang ditawarkan (amount of services) yaitu:

a. Swalayan (Self Service Retailing)

Pelanggan melakukan sendiri proses menemukan, membandingkan dan memilih barang yang akan dibeli.

b. Swapilih (Self Selection Retailing)

Kategori ini pelayan dilibatkan dalam proses menemukan suatu barang, meskipun pelayan tidak melakukan pelayanan secara penuh.

c. Pelayanan Terbatas (Limited Services Retailing)

Kategori ini lebih banyak memberikan bantuan penjualan, karena para pengecer jenis ini mempunyai lebih banyak informasi.

d. Pelayanan Penuh (Full Service Retailing)

Memberikan pelayanan penuh kepada konsumen. Pramuniaga siap membantu setiap proses menemukan, membandingkan dan memilih produk yang akan dibeli.

e. Penjualan Eceran Bukan Toko (Non-Store Retailing), yang termasuk pengecer bukan toko adalah:

a) Penjualan Langsung (Direct Selling)

Merupakan bentuk penjualan yang telah ada dari berabad-abad yang lalu dimulai dari pedagang keliling yang berkembang menjadi industri yang


(34)

14

menjual produknya dari rumah ke rumah dan dari kantor ke kantor. Terdapat 3 jenis utama penjualan langsung, yaitu:

(1) Penjualan Satu-satu (One to One selling)

Yaitu bentuk penjualan dimana wiraniaga mengunjungi dan mencoba menjual produk kesatu pembeli potensial.

(2) Penjualan Satu ke Banyak (One to Many Selling)

Seorang wiraniaga datang ke rumah seseorang yang mengundang teman dan tetangganya ke satu acara demo promosi. Wiraniaga kemudian mendemonstrasikan produk itu kepada konsumen. Jika ada konsumen yang tertarik maka wiraniaga siap menerima pesanan. (3) Pemasaran Bertingkat (Multi Level Marketing)

Merupakan salah satu bentuk variasi penjualan langsung dimana perusahaan merekrut para usahawan independen yang bertindak sebagai distributor produk mereka. Para distributor itu seakan merekrut orang lain untuk menjual produk mereka, biasanya ke rumah pelanggan.

b) Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran ini berawal dari penawaran lewat surat dan katalog. Seiring perkembangan zaman, pemasaran ini sekarang mencakup berbagai cara untuk menjangkau orang. Termasuk di dalamnya pemasaran lewat telepon (telemarketing), pemasaran tanggapan langsung lewat televisi (program home shoping), dan belanja elektrik.

c) Mesin penjual otomatis (Automatic Vending)

Perkembangan teknologi berdampak pula pada perkembangan pemasaran. Hai ini dibuktikan dengan munculnya suatu alat penjual otomatis, dimana tidak memerlukan adanya wiraniaga dalam pengoperasiannya. Biasanya alat ini diletakkan di tempat-tempat strategis yang dilewati orang.

d) Jasa Pembelian (Buying Services)

Merupakan suatu pengecer tanpa toko yang melayani konsumen khusus, biasanya karyawan organisasi-organisasi besar (contoh: sekolah, rumah sakit). Para anggota organisasi menjadi anggota jasa pembeli dan berhak membeli dari suatu daftar pengecer terpilih yang telah setuju memberikan bagi anggota jasa pembelian.

f. Organisasi Pengecer (Retailer Organization) Terdapat lima tipe organisasi pengecer, yaitu: a) Jaringan Sukarela (Voluntary Cooperatif)

Adalah kelompok pengecer independen yang didukung oleh suatu pedagang besar, yang melakukan pembelian borongan dan perdagangan umum.

b) Koperasi Pengecer (Retailing Cooperatif)

Adalah pengecer-pengecer independen yang membentuk organisasi pembelian terpusat dan melakukan promosi bersama.

c) Koperasi Konsumen (Consumer Cooperatif)

Adalah suatu toko yang dikelola dan dimiliki oleh konsumen yang membentuk suatu komunitas.


(35)

15

Adalah suatu organisasi yang membeli hak untuk mengoperasikan dan memiliki suatu aktivitas bisnis.

e) Konglomerat Perdagangan (Merchandising Conglomerate)

Perusahaan yang berbentuk bebas yang menggabungkan beberapa lini dan bentuk eceran yang berbeda-beda di bawah kepemilikan yang terpusat serta menyatukan fungsi distribusi dan manajemen.

f) Jaringan Toko Koperasi (Corporate Chain Store)

Adalah dua atau lebih toko yang umumnya dimiliki dan dikontrol, mengerjakan pembelian dan perdagangan yang terpusat dan menjual lini perdagangan yang sama.

Menurut Kotler (2000) berdasarkan bentuk pemilikannya, pengecer dapat digolongkan ke dalam dua kategori sebagai berikut:

a) Independent store

Yaitu toko yang tidak dimiliki oleh sekelompok orang, melainkan milik pribadi seseorang yang juga merupakan pimpinan dari toko tersebut. Dalam kategori ini, pengusaha lebih bebas dalam menentukan kebijaksanaan dan strategi pemasarannya.

b) Corporate Chain Store

Yaitu beberapa toko berada di bawah satu organisasi dan dimiliki oleh sekelompok orang. Masing-masing toko menjual lini produk sama dan struktur distribusinya juga sama.

2.1.6 Tipe-tipe Pengecer

Untuk mempermudah penggolongan usaha eceran, Stanton (1984), membuat 4 (empat) klasifikasi, yaitu:

a. Berdasarkan volume penjualan (Size of Store, by sales volume)

Volume penjualan merupakan salah satu dasar dalam mengelompokan pedagang eceran, karena bedanya ukuran akan memberikan pengaruh terhadap permasalahan manajemen yang berbeda. Misalnya dalam hal pembelian, promosi dan pengeluaran biaya. Dengan klasifikasi ini, pedagang eceran dibagi menjadi dua, yaitu pedagang eceran dengan skala besar (large scale retailer) dan pedagang eceran dengan skala kecil (small scale retailer).

b. Berdasarkan jajaran produk yang dikelola (Extent of product lines handled) Berdasarkan jajaran produk yang dikelola dapat digolongkan menjadi: General merchandise dan limited line store, General merchandise store adalah pedagang eceran yang menjual berbagai macam produk, contoh: departement store. Sedangkan limited line store adalah pedagang eceran yang menjual


(36)

16

barang-barang tertentu (specialty store), contoh: toko sepatu, toko buku, toko mebel.

c. Berdasarkan kepemilikan (Form of ownership)

Berdasarkan bentuk kepemilikan umumnya pedagang eceran digolongkan menjadi:

1) Corporate Chain Store

Adalah organisasi yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih toko eceran yang dimiliki dan dikelola secara sentral.

2) Independent Retailer

Adalah pedagang eceran yang berdiri sendiri, dimiliki dan dikelola oleh pemilik tidak tergantung pada organisasi atau toko lainnya.

3) Rantai Sukarela dan Asosiasi Pengecer

Adalah akibat timbulnya persaingan dari corporate chain store sehingga membawa pengecer independent membentuk asosiasi yang dapat berupa rantai sukarela (kelompok yang disponsori oleh produsen/wholesaler) atau asosiasi retail independen (gabungan berupa retail independen).

4) Franchising

Adalah usaha eceran yang terbentuk dari perjanjian kontrak antara franchiser sebagai pemilik hak paten merek dengan franchise, dengan cara franchise membeli hak untuk menjual barang atau jasa atas nama franchiser.

d. Metode Operasi (Method of Operation)

Berdasarkan metode operasinya pedagang ecerean dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) tipe, yaitu:

a. Full Service Retailling

Full Service Retailling adalah bentuk pedagang eceran yang sudah umum, yang memberikan pelayanan sepenuhnya. Bentuk ini khususnya diberikan untuk barang-barang yang memerlukan banyak penjelasan atau perlu dicocokan dulu sebelum membeli, misalnya: barang elektronik, pakaian butik.

b. Supermarket Retailling

Supermarket Retailling adalah bentuk pedagang eceran skala besar yang menyediakan berbagai jenis barang yang dikelompokan menurut jenis produk masing-masing, memberikan kebebasan dan melayani sendiri bagi pelanggannya.

c. Discount Retailling

Discount Retailling adalah toko eceran skala besar yang menawarkan produknya dengan harga yang lebih murah atau memberikan potongan harga yang cukup besar, tetapi dengan pelayanan yang lebih sedikit, pengambilan keuntungan dari jenis ini kecil, mereka mengharapkan tingkat turn over yang tinggi.

d. Non-Store Retailling

Non-Store Retailling adalah pedagang eceran yang menawarkan produknya langsung kepada konsumen tanpa mempergunakan toko, bentuknya antara lain:


(37)

17

a) House Selling or Door to door Selling, yaitu penjualan dengan menawarkan produknya langsung ke rumah konsumen, umumnya dengan cara mendatangi dari pintu ke pintu rumah konsumen. Ada juga dengan cara menyelenggarakan sales presentation.

b) Mail Order Selling, yaitu penjualan dengan menggunakan katalog atau daftar barang-barang yang ditawarkan dan pemesanan dilakukan dengan menggunakan surat pemesanan.

c) Automatic Vending, yaitu cara penjualan dengan menggunakan mesin yang secara otomatis akan melayani pembeli.

Klasifikasi bauran ritel dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:

Sumber: Stanton (1984)

Gambar 1

Klasifikasi Usaha Eceran

CLASSIFICATION OF RETAILERS

BY SALES VOLUME

a.Large Scales Retailers b.Small Scales Retailers

BY PRODUCT LINES CARRIED

a.General Mrchandise Store (Departement Store, Variety Store) b.Limited Line Stores

(Shoes, Furniture, Hardware, Bakery, Apparel)

BY FORM OWNERSHIP

a.Corporate Chain b.Independent Retailers

c.Association of Independent Retailer

d.Franchising

BY METHOD OF OPERATION

a.Full Service Retailling b.Supermarket Retailling c.Discount Retailling

d.Non Store Retailling (door to door, mail order, vending machines)


(38)

18

2.1.7 Unsur-unsur Retailing Mix (Bauran Eceran)

Menurut Davidson (1997), retailing mix terdiri dari enam unsur utama, yaitu: fasilitas fisik, persediaan barang, harga, promosi, pelayanan, dan organisasi dan personel yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Fasilitas fisik

Pemilihan lokasi dan fasilitas fisik sangatlah berperan dalam keberhasilan sebuah perusahaan eceran. Hal ini dikarenakan lokasi dan fasilitas fisik merupakan faktor penentu dominasi dalam pasar tertentu. Disamping itu juga fasilitas berpengaruh terhadap tingkat kunjungan konsumen dari toko yang lokasinya merupakan kunci dari kemampuan sebuah perusahaan retailing dalam menarik perhatian konsumen. Fasilitas fisik yang baik akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

2. Persediaan Barang

Persediaan barang dilakukan untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan dari konsumen yang menjadi target pasar dan permintaan dari strategi keuangan perusahaan. Masalah yang dihadappi dalam persediaan barang adalah bagaimana menyesuaikan produk yang ditawarkan dengan kondisi permintaan segmen pasar yang menjadi target pasar. Disamping itu, seorang retailer harus menyediakan barang yang tepat, pada tempat dan waktu yang tepat, dengan jumlah dan harga yang tepat pula.

3. Harga

Penetapan harga memainkan peranan penting di dalam persaingan usaha retailling. Dengan demikian kebijakan penetapan harga sangat penting dan harus dipikirkan dengan hati-hati agar tujuan perusahaan dapat tercapai, namun demikian pada beberapa kasus tertentu misalnya convenience store harga bukanlah sesuatu yang penting bagi konsumen.

4. Promosi

Promosi merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang digunakan oleh pedagang eceran untuk meningkatkan minat konsumen untuk membeli.

5. Pelayanan

Merupakan aktivitas dan fasilitas yang menyertai penjualan barang dengan tujuan mempermudah dan memuaskan kegiatan belanja konsumen.

6. Organisasi dan Personel

Merupakan struktur organisasi perusahaan eceran serta komitmen orientasi pelanggan oleh jajaran personalianya.


(39)

19

Menurut Utami (2010), komponen bauran ritel (Retailing Mix) antara lain: 1) Produk

Produk adalah keseluruhan dari penawaran yang dilakukan secara normal oleh perusahaan kepada konsumen dalam memberikan pelayanan, letak toko, dan nama barang dagangannya. Konsumen akan memberikan kesan yang baik terhadap suatu toko apabila toko tersebut dapat menyediakan barang yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu, peritel harus tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen (Utami, 2010).

“A product is a tangiable and intangiable attributes, including packaging, color, price, manufacturer’s and retailer, wich the buyer may accept as offering want satisfaction”. Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima pembeli guna memuaskan keinginannya (Stanton dalam Alma, 2009).

2) Harga

Harga sangat berhubungan dengan nilai dasar dari persepsi konsumen karena harga merupakan komponen yang paling penting dalam nenentukan posisi dan harus diputuskan sesuai dengan pasar sasarannya. Tjiptono (2008) mengungkapkan bahwa harga adalah suatu moneter atau ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang dapat ditukarkan agar memperoleh kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.


(40)

20

3) Promosi

Promosi adalah ramuan khusus dari iklan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan perusahaan untuk mencapai tujuan iklan dan pemasarannya. Bell dalam Swasta dan Irawan (2008) berpendapat bahwa promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan. Sedangkan menurut Nikels dalam bukunya Swasta dan Irawan (2008) promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Menurut Douglas dan Lawrence dalam Triyono (2006), indikator dari promosi adalah:

1. Media promosi yang digunakan, artinya sejauh mana media promosi dan informasi yang digunakan dapat menarik hati konsumen.

2. Potongan harga, artinya jenis promosi dengan menetapkan harga yang lebih rendah dari harga semula pada suatu barang dan merk tertentu. 3. Pemberian kupon berhadiah, artinya jenis promosi dengan memberi hadiah

berupa barang melalui kupon pembelian yang dapat ditukar secara langsung atau dengan cara undian.

4) Pelayanan

Pelayanan menurut Kotler (2007) adalah tindakan atau keterampilan yang dapat ditawarkan oleh siapapun yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu, pelayanan dapat disertakan pada produk yang berbentuk fisik. Unsur pelayanan adalah unsur yang memiliki peranan penting dalam persaingan non-harga dengan pengecer-pengecer lain.


(41)

21

5) Fasilitas Fisik

Fasilitas fisik merupakan faktor penentu dalam mendominasi pangsa pasar yang diinginkan oleh perusahaan, karena penguasaan pasar dapat dicapai apabila perusahaan mendapat kedudukan yang baik sehingga dapat menciptakan citra perusahaan bagi para konsumennya. Secara spesifik, beberapa elemen penting yang dapat lebih menonjolkan citra dari suatu toko yaitu beberapa arsitektur yang baik, desain eksterior dan interior yang menarik, sumber daya manusia yang memadai, penyediaan barang yang baik, lambang dan logo, penempatan lokasi dan nama toko yang dapat menarik perhatian. Nama toko berperan penting karena sebagian besar dari elemen tersebut berkaitan dengan peritel yang ditampilkan secara fisik. Adapun faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu kestrategisan, apakah daerah tersebut dapat dijadikan pusat bisnis atau bukan dan bagaimana arus lalu lintasnya. Arus lalu lintas mempengaruhi penempatan lokasi toko ritel karena dapat menarik konsumen untuk mengunjungi toko tersebut, bahkan berbelanja (Utami, 2010).

2.1.8 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan suatu tindakan pemilihan atas berbagai alternatif yang dimiliki oleh konsumen, sebagaimana yang didefinisikan oleh Tjiptono (2002) sebagai berikut: “Proses pengambilan keputusan pembelian merupakan proses yang dimulai dari pengenalan masalah yang dapat dipecahkan melalui pembelian beberapa produk. Untuk keperluan ini, konsumen mencari informasi tentang produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik


(42)

masing-22

masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya. Evaluasi produk atau merek akan mengarah kepada keputusan pembelian selanjutnya konsumen akan

mengevaluasi hasil dari keputusannya”.

2.1.9 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian

Kotler (2000), mengemukakan bahwa latar belakang dan keadaan diri tersebut meliputi:

a. Faktor Kebudayaan

Merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri maka perilaku manusia sebagian besar dipelajari. Faktor kebudayaan ini terdiri dari unsur-unsur budaya, sub budaya dan kelas sosial. b. Faktor Sosial

Merupakan kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang baik itu keluarga maupun masyarakat sekitar. Yang terdiri dari unsur-unsur kelompok acuan, keluarga serta peranan dan status.

c. Faktor Personal

Yang terdiri dari unsur-unsur usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri.

d. Faktor Psikologis

Merupakan dorongan yang kuat untuk mengarahkan seseorang agar dapat mencapai kepuasan terhadap kebutuhannya. Dengan mengetahui konsumen, pemasar juga dapat memahami bagaimana produk mereka dapat mempengaruhi rencana sasaran dan kehidupan para pelanggan potensial. Faktor psikologis ini terdiri dari unsur-unsur motivasi, persepsi, pengetahuan dan kepercayaan.

2.1.10 Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Tugas retailer adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Dalam proses keputusan pembelian, yaitu suatu rangkaian tindakan fisik maupun mental yang dialami oleh


(43)

23

seorang konsumen dalam melakukan pembelian, Kotler (2000), menggambarkan sebagai berikut:

Sumber: Kotler (2000)

Gambar 2

Tahapan Proses Keputusan Pembelian

Gambar 2 memperlihatkan suatu “model tahapan” dari proses pembelian. Konsumen melalui lima tahap: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelas bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan mempunyai konsekuensi lama setelah pembelian. Lima tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengenalan Masalah

Kesadaran adanya kebutuhan merupakan tahap pertama dari tahapan proses pembelian, setelah pembeli menyadari adanya perbedaan antara keadaan yang

Pengenalan Masalah

Evaluasi Alternatif

Perilaku Pasca Pembelian Pencarian Informasi


(44)

24

sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan. Kesadaran akan adanya kebutuhan dapat digerakan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli (rangsangan internal) atau dari luar (rangsangan eksternal).

Konsumen mengenali keinginan yang tidak terpenuhi dengan bermacam cara. Dua hal yang paling umum terjadi ketika produk mutakhir tidak tampil sebagaimana mestinya dan ketika konsumen mencari sesuatu supaya berada ditangannya. Konsumen juga mengenali keinginan yang tidak terpenuhi ketika mereka menyadari ciri-ciri suatu produk melebihi keistimewaan yang biasa dirasakannya. Keinginan tersebut biasanya diciptakan oleh iklan dan kegiatan retailing mix.

Jika kebutuhan tersebut sudah diketahui, maka pembeli akan memahami kebutuhan mana yang harus segera dipenuhinya dan kebutuhan mana yang dapat ditunda pemenuhannya. Para retailer dituntut untuk dapat memahami hal apa yang dapat menggerakan kebutuhan tertentu dalam konsumen. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengumpulkan informasi dari beberapa konsumen, sehingga dapat mengetahui dan mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering menimbulkan minat terhadap suatu produk. Kemudian pemasar-pemasar tersebut dapat mengembangkan strategi-strategi pemasaran yang akan merangsang minat konsumen.

2. Pencarian Informasi

Pada tahap ini konsumen yang mulai tergugah minatnya atau terdorong mencari informasi lebih banyak lagi untuk memuaskan kebutuhannya. Pencarian informasi dapat terjadi secara internal, eksternal, maupun keduanya. Pencarian informasi internal adalah proses mengingat kembali informasi yang tersimpan didalam ingatan. Informasi yang tersimpan ini sebagian besar berasal dari pengalaman sebelumnya atas suatu produk. Sebaliknya, pencarian informasi eksternal adalah mencari informasi dilingkungan luar kita.

Perhatian utama pasar adalah sumber-sumber informasi utama yang akan dicari konsumen dan kepentingan relatifnya terhadap keputusan pembelian sesudahnya. Sumber-sumber informasi konsumen tersebut adalah :

a) Sumber pribadi: Keluarga, teman, tetangga, kenalan.

b) Sumber komersil: Iklan, pramuniaga, penyalur, kemasan, pameran. c) Sumber umum: Media massa, organisasi konsumen, lembaga konsumen. d) Sumber pengalaman: Pernah mengalami, menguji, menggunakan produk. 3. Evaluasi Alternatif

Setelah mendapatkan informasi dan merancang sejumlah pertimbangan dari produk alternatif yang tersedia, konsumen siap untuk membuat suatu keputusan. Konsumen akan menggunakan informasi yang tersimpan didalam ingatan, ditambah dengan informasi yang diperoleh dari luar untuk membangun suatu kriteria tertentu. Standar ini membantu konsumen untuk


(45)

25

mengevaluasi dan membandingkan alternatif tersebut. Salah satu cara yang dipakai untuk memperkecil jumlah pilihan dalam sejumlah pilihan dan dalam sejumlah pertimbangan adalah dengan memilih atribut produk dan kemudian mengeluarkan semua produk yang tidak mempunyai atribut tersebut. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut produk yang dianggap menonjol. Mereka akan memberikan paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari.

Konsumen kemudian sampai pada pendirian (pertimbangan, preferensi) terhadap alternatif merek melalui suatu prosedur evaluasi. Para konsumen ternyata menggunakan prosedur evaluasi yang berbeda-beda untuk membuat suatu pilihan antara objek-objek dengan atribut banyak.

4. Keputusan Membeli

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi diantara merek-merek dalam kelompok pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk suatu maksud pembelian untuk membeli merek yang paling disukai. Namun demikian, dua faktor dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian.

Faktor utama adalah sikap atau pendirian orang lain. Sampai dimana pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada dua hal: 1). intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen, dan 2). motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Konsumen juga akan melakukan tindakan setelah pembelian dan menggunakan produk tersebut yang mendapat perhatian dari pemasar. Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk dibeli tetapi terus sampai periode setelah pembelian.

Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya guna produk tersebut berada dibawah harapan pelanggan, pelanggan tersebut akan merasa kecewa. Sebaliknya jika daya guna produk tersebut memenuhi harapan, maka pelanggan akan merasa puas.

Konsumen membentuk harapan mereka atas dasar pesan-pesan yang diterima dari penjual, teman dan sumber informasi lain. Jika penjual membesar-besarkan manfaat produk, konsumen akan mengalami harapan yang tidak tercapai yang menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar jarak antara harapan dan hasil yang dirasakan, semakin besar ketidakpuasan konsumen. Disini tergantung bagaimana cara konsumen menanggulanginya. Sebagian konsumen memperbesar jarak ini ketika produk tersebut tidak sempurna, dan


(46)

26

mereka sangat tidak puas. Konsumen lain meminimalisasi jarak ini dan tidak begitu kecewa.

Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, dia akan menunjukan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang merasa puas juga cenderung akan mengatakan hal-hal yang lebih baik mengenai suatu merek kepada orang lain.

Seorang konsumen yang merasa tidak puas akan berusaha untuk mengurangi

ketidaksesuaian karena umat manusia berusaha keras untuk “menciptakan

keselarasan internal, konsistensi atau kecocokan antara pendapat, pengetahuan, dan nilai-nilai”. Konsumen yang tidak puas akan mengambil satu dari dua tindakan berikut. Mereka mungkin berusaha untuk mengurangi ketidakpuasan ini dengan membuang atau mengambalikan produk tersebut, atau mereka mungkin berusaha untuk mengurangi ketidakpuasan dengan mencari informasi yang mungkin memperkuat nilai tinggi produk tersebut (atau menghindari informasi yang mungkin memperkuat nilai rendahnya). Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa perilaku pembelian mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan konsumen mengambil tindaka keputusan pembelian.

2.2 Keterkaitan Antar Variabel

2.2.1 Hubungan Retailing Mix dengan Keputusan Pembelian

Karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembeli menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Retailing mix, menggabungkan fasilitas fisik, persediaan barang, harga, promosi, pelayanan dan organisasi personel, menjadi suatu program terpadu untuk menarik para pembeli dan orang lain yang berkaitan dengan keputusan pembelian (Davidson, 1997).

“There are several factors influence consumer store choise behavior. They are include store location, physical design assortment, prices, advertising, sales promotion, personel and service”. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa


(47)

27

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu toko, antara lain produk, harga, promosi, layanan, dan fasilitas fisik. Jadi konsumen akan memilih untuk berbelanja di toko atau tempat tertentu saja, apabila konsumen merasa bauran ritel di toko tersebut sesuai dengan prioritas konsumen, contohnya jika konsumen dalam berbelanja mengutamakan kenyamanan dan layanan yang memuaskan, maka konsumen akan memilih dan berbelanja di toko yang dapat memenuhi keinginannya tersebut. Loudon dan Bitta dalam Utami, 2010.

2.3 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa peneliti terdahulu yang berhubungan dengan bauran ritel, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Bayu Nurbiyanto (2013), terdapat lima faktor yang memengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor Produk, Harga, Promosi, Fasilitas Fisik, dan Pelayanan. Faktor Produk, Harga, Promosi, Fasilitas Fisik, dan Pelayanan memiliki pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap keputusan pembelian dengan nilai �ℎ� �� 22.854 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000 (P<0.05). Kelima faktor yang terbentuk memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian. Faktor Produk dengan ℎ� �� sebesar 2.411 dan tingkat signifikansi 0.018 (P<0.05), faktor Harga dengan ℎ� �� sebesar 3.348 dan tingkat signifikansi 0.001 (P<0.05), faktor Promosi dengan ℎ� �� sebesar 4.161 dan tingkat signifikansi 0.000 (P<0.05), dan faktor Fasilitas Fisik dengan ℎ� �� sebesar


(48)

28

2.369 dan tingkat signifikansi 0.020 (P<0.05), serta faktor Pelayanan dengan

ℎ� �� sebesar 3.408 dan tingkat signifikansi 0.001 (P<0.05). Faktor harga

memiliki pengaruh yang dominan terhadap keputusan pembelian karena memiliki nilai beta paling tinggi yaitu sebesar 0,477.

2. Penelitian oleh Yuda Melisa (2012). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melakukan pembelian pada Mega Prima Swalayan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-Probability sampling dengan cara Purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat pengaruh persediaan barang (X) yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Y) konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh.

3. Penelitian oleh Arief Rahmat (2012). Secara simultan maupun parsial bauran eceran (Retail Mix) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Carrefour Palembang Square. Presentasi merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Carrefour Palembang Square.

4. Penelitian oleh Bebet Wijayanto, Apriatni Endang, dan Sari Listyorini (2013). Berdasarkan analisis regresi linier sederhana, semua variabel secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen. Pada analisis ini variabel harga berpengaruh terbesar terhadap loyalitas konsumen.


(49)

29

2.4 Kerangka Pemikiran

Ada beberapa komponen dalam Bauran Ritel yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, diantaranya adalah produk, harga, promosi, pelayanan, dan fasilitas fisik. Berikut adalah gambar 3 untuk memudahkan pemahaman terhadap pengaruh Bauran Ritel terhadap keputusan pembelian.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan teori, tinjauan literature serta kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1: Faktor produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. H2: Faktor harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. H3: Faktor promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. H4: Faktor pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Produk (x1)

Harga (x2)

Promosi (x3)

Fasilitas Fisik (x5)

Pelayanan (x4)

Keputusan Pembelian (y)


(50)

30

H5: Faktor fasilitas fisik berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. H6: Faktor produk, harga, promosi, pelayanan, dan fasilitas fisik secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.


(51)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Menurut Singarimbun dan Efendi (2002), penelitian explanatory merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang akan diteliti serta untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2004), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi variabel dependen, yaitu variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti, dan variabel independen, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel dependen (Ferdinand, 2006).

3.2.1 Variabel Independen

Variabel independen menurut Sugiyono (2008) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel Variabel bebas (independent variable) yang dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen,


(52)

32

baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif (Ferdinand, 2006). Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah retailing mix yang di dalamnya mencakup Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Pelayanan (X4), Fasilitas Fisik

(X5).

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen menurut Sugiyono (2008) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembelian (Y).

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya

Variabel-variabel yang diteliti yaitu produk, harga, promosi, pelayanan, fasilitas fisik, dan keputusan pembelian.

1. Produk (X1)

Produk adalah barang yang ditawarkan atau dijual di gerai swalayan (Ma’ruf, 2005).

2. Harga (X2)

Menurut Kotler (dikutip dari jurnal Dahmiri, 2009), “Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli untuk mendapatkan produk tertentu”. Harga juga dapat mengomunikasikan posisi nilai tentang produk atau merek tersebut kepada pasar.


(53)

33

3. Promosi (X3)

Promosi ialah komunikasi yang dilakukan oleh swalayan kepada konsumen untuk menawarkan produk yang dijual dalam gerainya (Ma’ruf, 2005).

4. Pelayanan (X4)

Pelayanan menurut Kotler (2007) adalah tindakan atau keterampilan yang dapat ditawarkan oleh siapapun yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu, pelayanan dapat disertakan pada produk yang berbentuk fisik.

5. Fasilitas Fisik (X5)

Fasilitas fisik merupakan faktor penentu dalam mendominasi pangsa pasar yang diinginkan oleh perusahaan, karena penguasaan pasar dapat dicapai apabila perusahaan mendapat kedudukan yang baik sehingga dapat menciptakan citra perusahaan bagi para konsumennya. Secara spesifik, beberapa elemen penting yang dapat lebih menonjolkan citra dari suatu toko yaitu beberapa arsitektur yang baik, desain eksterior dan interior yang menarik, sumber daya manusia yang memadai, penyediaan barang yang baik, lambang dan logo, penempatan lokasi dan nama toko yang dapat menarik perhatian. Nama toko berperan penting karena sebagian besar dari elemen tersebut berkaitan dengan peritel yang ditampilkan secara fisik. Adapun faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu kestrategisan, apakah daerah tersebut dapat dijadikan pusat bisnis atau bukan dan bagaimana arus lalu lintasnya. Arus lalu lintas mempengaruhi penempatan lokasi toko ritel karena dapat


(54)

34

menarik konsumen untuk mengunjungi toko tersebut, bahkan berbelanja (Utami, 2010).

6. Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan pembelian merupakan suatu tindakan pemilihan atas berbagai alternatif yang dimiliki oleh konsumen, sebagaimana yang didefinisikan oleh Tjiptono (2002) sebagai berikut: “Proses pengambilan keputusan pembelian merupakan proses yang dimulai dari pengenalan masalah yang dapat dipecahkan melalui pembelian beberapa produk.

Tabel 1

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator Pengukuran

Produk

Produk adalah barang yang ditawarkan atau dijual di gerai

swalayan (Ma’ruf,

2005)

a. Jenis produk yang ditawarkan b. Jumlah merek

produk yang ditawarkan

c. Jumlah persediaan produk yang ada

1 = Sangat Setuju 2 = Setuju 3 = Netral 4 = Tidak Setuju 5 = Sangat Tidak

Setuju

Harga

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli untuk mendapatkan produk tertentu (Dahmiri, 2009)

a. Harga produk

sesuai dengan harapan

b. Harga sesuai

dengan kualitas produk

c. Perbedaan harga dengan swalayan lain

1 = Sangat Setuju 2 = Setuju 3 = Netral 4 = Tidak Setuju 5 = Sangat Tidak

Setuju Promosi Promosi ialah komunikasi yang dilakukan oleh swalayan kepada konsumen untuk menawarkanproduk yangdijual dalamgerainya (Ma’ruf, 2005) a. Mempublikasikan

toko melalui

media cetak atau elektrnik

b. Adanya diskon atau obral

c. Program undian berhadiah

1 = Sangat Setuju 2 = Setuju 3 = Netral 4 = Tidak Setuju 5 = Sangat Tidak

Setuju

Pelayanan

Tindakan atau keterampilan yang dapat ditawarkan oleh

a. Pelayanan yang baik

b. Tanggap terhadap

1 = Sangat Setuju 2 = Setuju 3 = Netral


(55)

35

siapapun yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu, pelayanan dapat disertakan pada produk yang berbentuk fisik (Kotler, 2007) keluhan c. Penampilan karyawan menarik

4 = Tidak Setuju 5 = Sangat Tidak

Setuju

Fasilitas Fisik

Citra dari suatu toko yaitu beberapa arsitektur yang baik, desain eksterior dan

interior yang menarik, sumber daya manusia yang memadai, penyediaan barang yang baik, lambang dan logo, penempatan lokasi dan nama toko yang dapat menarik perhatian (Utami, 2010) a. Kenyamanan dalam toko b. Kemenarikan dalam toko c. Penempatan barang mudah dicari

1 = Sangat Setuju 2 = Setuju 3 = Netral 4 = Tidak Setuju 5 = Sangat Tidak

Setuju

Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan pembelian merupakan proses yang dimulai dari pengenalan masalah yang dapat dipecahkan melalui pembelian beberapa produk (Tjiptono, 2002)

a. Pilihan mengenai toko

b. Kecocokan terhadap produk

c. Pembelian produk

1 = Sangat Setuju 2 = Setuju 3 = Netral 4 = Tidak Setuju 5 = Sangat Tidak

Setuju

3.4Penentuan Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan yang terdiri dari obyek atau subyek yang berkualitas dengan spesifikasi karakteristik yang ditentukan oleh peneliti untuk diolah dan kemudian dapat disimpulkan. Karena jumlah populasi yang relatif banyak, maka digunakan metode pengambilan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung remaja Ramayana Raja Basa, Bandar Lampung.


(56)

36

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dengan jumlah tertentu dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2008). Penarikan dengan sampel dilakukan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, menghadapi populasi yang begitu banyak. Data yang diperoleh dari sampel tersebut kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulannya dan kesimpulan tersebut berlaku untuk populasi. Karena sampel ini merupakan sebagian jumlah yang mewakili populasi, maka sampel harus betul-betul representatif. Sampel pada penelitian ini adalah pembeli pakaian remaja di Ramayana Raja Basa, Bandar Lampung.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik aksidental. Pengambilan sampel dengan teknik aksidental atau accidental sampling ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan atau siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai sampel, dan bila orang yang ditemui tersebut dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001). Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan kuesioner pada pembeli pakaian remaja Ramayana Rajabasa, Bandar Lampung.

Teknik pengambilan sampel apabila populasinya tidak diketahui secara pasti, digunakan teknik sampling kemudahan. Menurut Wibisono dalam Riduan dan Akdon (2013), rumus dalam menghitung sampel yang tidak diketahui sebagai berikut:

= �/2 �

2

= 1,96 . 0,25 0,05

2


(57)

37

Dengan begitu peneliti yakin dengan tingkat kepercayaan 95% bahwa sampel random berukuran 96,04 ≈ 97 akan memberikan selisih estimasi dengan � kurang dari 0,05. Jadi, sampel yang diambil sebesar 97 orang.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. DataPrimer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari obyeknya (Supranto, 2003). Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner mengenai tanggapan konsumen berkenaan dengan produk, harga, promosi, palayanan, dan fasilitas fisik yang mempengaruhi keputusan pembelian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi dan sudah dipublikasikan (Supranto, 2003). Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku, jurnal-jurnal dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kajian, serta informasi lain yang dapat melalui sistem on-line (internet).

3.6 Metode pengumpulan Data

Adapun cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan kuesioner dan dokumentasi.


(1)

2. Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh produk, harga, promosi, pelayanan, dan fasilitas fisik secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya, yaitu keputusan pembelian. Dengan df1= (k-1) dan df2= (n-k-1), maka nilai F dapat dirumuskan sebagai berikut:

�=� � − −

− � Keterangan:

�2 = Koefisien korelasi ganda

� = Jumlah sampel = Jumlah prediktor Sumber: Sugiyono (2011)

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

Variabel-variabel bebas (produk, harga, promosi, pelayanan, fasilitas fisik) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya (keputusan pembelian), dan sebaliknya.

Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005):

1. Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel Apabila F tabel > F hitung, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila F tabel < F hitung, maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi.


(2)

49

Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3. Uji Koefisien Determinasi ()

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005). Nilai koefisien determinasi adalah 0 <�2< 1. Nilai �2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen kedalam model, maka pasti meningkat tidak peduli apakah variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tidak seperti �2, nilai Adjusted �2 dapat naik atau turun apabila terdapat tambahan variabel independen ke dalam model. Oleh karena itu sebaiknya digunakan nilai Adjusted �2 untuk mengevaluasi model regresi terbaik. (Ghozali, 2005). �2 dapat dirumuskan sebagai berikut:

� = +…. +

Keterangan:

�2 = Koefisien korelasi ganda

1…. 5 = Koefisien regresi masing-masing variabel

1…. 5 = Variabel (Produk, Harga, Promosi, Pelayanan, Fasilitas Fisik)


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh bauran ritel (retailing mix) terhadap keputusan pembelian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor produk, harga, promosi, pelayanan, dan fasilitas fisik. Faktor produk, harga, promosi, pelayanan, dan fasilitas fisik memiliki pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

2. Kelima faktor yang terbentuk yang memiliki pengaruh signifikan secara parsial diantaranya adalah produk, harga, dan pelayanan. Sedangkan faktor yang memiliki pengaruh tidak signifikan adalah promosi dan fasilitas fisik.

3. Faktor harga memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan pembelian karena memiliki nilai paling tinggi dalam perhitungan.


(4)

90

5.2Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka saran yang bisa diberikan adalah: 1. Variabel produk, harga, dan pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel keputusan pembelian. Diharapkan Ramayana terus meningkatkan kualitas dari segi produk, harga, dan pelayanan untuk membantu meningkatkan pembelian. Ketersediaan produk ditambah lagi agar konsumen yang ingin membeli memiliki banyak pilihan.

2. Variabel promosi dan fasilitas fisik mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Diharapkan Ramayana terus meningkatkan kualitas dari segi promosi dan fasilitas fisik meskipun variabel-variabel tersebut berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian.

3. Variabel harga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian. Menanggapi hal ini pihak Ramayana sebaiknya tetap mempertahankan pada segi harga yang sudah ada, mengingat responden menganggap harga pakaian remaja di Ramayana terjangkau dan sesuai dengan kualitas barang.

4. Lebih meningkatkan lagi kualitas produk, harga, promosi, pelayanan, dan fasilitas fisik agar konsumen semakin banyak yang datang dan meningkatkan omset. Dari segi promosi, sebaiknya Ramayana lebih meningkatkan lagi kualitasnya terutama untuk diskon. Lebih diperbanyak lagi diskon-diskon yang ada, bukan hanya pada hari-hari besar tetapi juga pada tiap akhir bulan dan menambah besar ya diskon. Dari segi pelayanan lebih ditingkatkan lagi kualitas keramahan dan kecekatan karyawannya. Dari segi fasilitas fisik ditambah lagi, misalnya diberi tempat duduk untuk beristirahat para konsumen yang merasa lelah setelah berbelanja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka

Cipta.

Berman, Evans. 2001. Retail Managemet: A Strategic Approach. New Jersey: Prentice Hall. Dahmiri, 2009. Pengaruh Bauran Penjualan Eceran (RETAILING MIX) Terhadap Citra

Department Store (STUDI PADA RAMAYANA DEPARTMENT STORE KOTA JAMBI), Jurnal Manajemen Pemasaran Modern, Vol.1 no. 1 Januari-Juni 2009 ISSN 2985-0972

Davidson, William R. 1997. Strategic Marketing Mix, 5th Edition. The Mc Graw Hill Companies, Inc.

Ferdinand, Augusty T. 2006. Metode Penelitian Manajemen : Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi, BP Undip, Semarang.

Ghozali, Imam dan Fuad, 2005. Structural Equation Modelling, Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.54, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

---. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi ke-3. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Gilbert, David. 2003. Retailing Marketing Management. 2th Edition. England, Endinburgh Gate: Pearson Educated Limited.

Supranto, J. 2003. Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi Lima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran, PT. Prenhallindo, Jakarta.

---. 2007. Manajemen Pemasaran 1dan 2, Edisi Keduabelas. Jakarta: PT Indeks. Levy, Michael dan Weitz, Bortan A. 2001. Retailing Management. 4th Edition. USA :

Richard D. Irwin, Inc.

Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Retail, Penerbit PT. Gramedis Pustaka Utama, Jakarta.

Melisa, Yuda. 2012. Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Universitas Negeri Padang.


(6)

Munir, M. Misbakhul dan I Made Bayu Dirgantara. 2010. Analisis Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mini Market Permata di Kecamatan Balapulang. Nurbiyanto, Bayu. 2013. Pengaruh Bauran Ritel (Retailing mix) Terhadap Keputusan

Pembelian pada Konsumen Griya Batik MX Mall Malang. Universita Brawijaya Malang. Rahmat, Arief. 2012. Pengaruh Bauran Eceran (Retail Mix) Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen pada Carrefour Palembang Square. Universitas Binadarma Palembang.

Riduwan, dan Akdon. 2013. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Cetakan Kelima. Alfabeta, Bandung.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, 2002. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Stanton, W.J. 1984. Prinsip Pemasaran.Erlangga, Jakarta.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Alfabeta, Bandung. ---. 2004. Metode penelitian Bisnis. Bandung: CV Alpha Beta.

---. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. ---. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sulistiyawan, Fauzan. 2008. Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian pada Alfamart di Jl. Gjayana Malang. Universitas Negeri Malang.

Swasta, Basu & Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta. Liberty Offset. Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. ---. 2008. Strategi Pemasaran Edisi ketiga. Yogyakarta: Andi.

Triyono, Sigit, 2006. Sukses Terpadu Bisnis Ritel, Dari Merchandising sampai Shrinkage. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Utami, Christina Whidya. 2010. Manajemen Ritel. Jakarta: Salemba Empat.

Wijayanto, Bebet, Apriatni Endang dan Sari Listyorini. 2013. Pengaruh Bauran Ritel Terhadap Loyalitas Konsumen di Supermarket Sri Ratu Peterongan. Universitas Diponegoro Semarang.