PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FISIKA MENGGUNAKAN PRAKTIKUM KONVENSIONAL DAN SIMULASI KOMPUTER BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII SMP MA’ARIF

(1)

THE DIFFERENCES OF ACADEMIC ACHIEVEMENT AND SCIENCE PROCESS SKILLS IN SCIENCE PHYSICS SUBJECT USING

CONVENTIONAL PRACTICE AND COMPUTER SIMULATION BASED ON STUDENT ENTRY

BEHAVIOR OF SMP MA’ARIF (LEVEL-7).

The purpose of this research to analyze and find (1) the difference the performance of academic discrepancy based on laboratory techniques, (2)the difference the difference the performance of academic discrepancy based on entry behavior, (3) the interaction between the practice and entry behavior on student achievement, (4) the difference in science process skills based on variety of techniques, (5) the difference in science process skills based on entry behavior student and, (6) the interaction between the lab and the entry behavior based on science process skills.

The study was conducted in junior high school (SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar, Lampung tengah). The research method used observation technique and questionnaires, also all data being analyzed factotial design. The results showed that (1) there was difference in academic achievement of sciences based on practice technique because value sig,000 < 0,05 so H1 received, (2) there was difference academic achievement of sciences based on entry behavior, because value sig 0,048 < 0,05 so H1 received, (3) there is no interaction practice technique and entry behavior student based on academic achievement, because value sig 466 > 0,05 so Ho received, (4) there was difference science process skills student based on practical technique, sig 0,000 < 0,05 so H1 received, (5) there was no difference science process skills based on entry behavior student because value sig 0,597 > 0,05 so Ho received and, (6) ) there is no interaction between the lab and the entry behavior based on science process skills student, value 0,932> 0,05 so Ho received.

Keywords : practice, entry behavior student, academic achievement, science process skills


(2)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FISIKA MENGGUNAKAN PRAKTIKUM

KONVENSIONAL DAN SIMULASI KOMPUTER BERDASARKAN KEMAMPUAN

AWAL DI SMP MA’ARIF Oleh

Joko Nugroho

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menemukan (1) perbedaan prestasi belajar yang disebabkan perbedaan teknik praktikum, (2) perbedaan prestasi belajar yang disebabkan perbedaan kemampuan awal (3) interaksi praktikum dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, (4) perbedaan ketrampilan proses sains yang disebabkan perbedaan teknik praktikum (5) perbedaan ketrampilan proses sains yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan awal siswa dan (6) interaksi praktikum dan kemampuan awal terhadap ketrampilan proses sains siswa.

Penelitian dilakukan di SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Lampung Tengah. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi dan angket serta dianalisis menggunakan desain faktorial.

Hasil penelitian diperoleh (1) ada perbedaan prestasi belajar IPA yang disebabkan teknik praktikum karena nilai sig,000 < 0,05 sehingga H1 diterima. (2) ada

perbedaan prestasi belajar siswa yang disebabkan kemampuan awal,karena nilai sig 0,048< 0,05 sehingga H1 diterima. (3) tidak ada interaksi teknik praktikum dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar, karena nilai sig 466 > 0,05 sehingga Ho diterima,(4) ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang disebabkan teknik praktikum, 0,000 < 0,05 Sehingga H1 diterima. (5) tidak ada perbedaan keterampilan proses sains siswa disebabkan kemampuan awal siswa, karena nilai sig 0,597 > 0,05 sehingga Ho diterima dan (6) tidak ada interaksi teknik praktikum dan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan proses sains siswa, nilai sig 0,932> 0,05 sehingga Ho diterima.

Kata kunci : praktikum , kemampuan awal siswa, prestasi belajar, keterampilan proses sains


(3)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS MATERI FISIKA MENGGUNAKAN

PRAKTIKUM KONVENSIONAL DAN SIMULASI

KOMPUTER BERDASARKAN KEMAMPUAN

AWAL SISWA KELAS

VII SMP MA’ARIF

Oleh :

JOKO NUGROHO

Tesis

Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG


(4)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS MATERI FISIKA MENGGUNAKAN

PRAKTIKUM KONVENSIONAL DAN SIMULASI

KOMPUTER BERDASARKAN KEMAMPUAN

AWAL SISWA KELAS

VII SMP MA’ARIF

(Tesis)

Oleh :

JOKO NUGROHO

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Grafik Suhu terhadap Kalor ... 41

2.2 Perubahan Wujud Zat ... 43

2.3 Arus Konduksi ... 46

2.4 Arus Konveksi ... 47

2.5 Kalor Perpindahan dari Matahari sampai Bumi ... 48

2.6 Bagan Langkah-Langkah Pembelajaran Praktikum Konvesional dengan Simulasi Komputer ... 54

2.7 Model Interaksi Prestasi Belajar yang Dijelaskan oleh Variabel Model Praktikum dan Motivasi Belajar Siswa ... 55

2.8 Hubungan Teoritis Perbadaan Prestasi Belajar dan Keterampilan Proses Sains antara Siswa yang Praktikum Konvensional dengan Simulasi Komputer ... 56

4.1 Corak Interaksi Pada Analisis Teknik Praktikum dan Kemampuan Awal Belajar Terhadap Prestasi Belajar ... 93

4.2 Interaksi Keterampilan Proses Sains Terhadap Teknik Praktikum dan Kemampuan Awal Siswa... 98


(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 7

1.3Pembatasan Masalah ... 7

1.4Rumusan Masalah ... 8

1.5Tujuan Penelitian ... 9

1.6Manfaat Penelitian ... 10

1.6.1 Secara Teoritis ... 10

1.6.2 Secara Praktis ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kegiatan Praktikum ... 11

2.1.1 Teori Belajar... 11

2.1.2 Prestasi Belajar ... 14

2.1.3 Ketrampilan Proses Sains ... 16

2.1.4 Teori Desain Pembelajaan ASSURE ... 20

2.1.5 Kemampuan Awal Siswa ... 30

2.1.6 Praktikum Konvensional ... 32

2.1.7 Praktikum Simulasi ... 36

2.1.8 Tinjauan Materi Kalor ... 40


(7)

v

2.3 Kerangka Pemikiran ... 51

2.4 Hipotesis ... 57

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 58

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

3.2.1 Tempat Penelitian ... 60

3.2.2 Waktu Penelitian ... 61

3.3 Populasi dan Sampel ... 61

3.3.1 Populasi ... 61

3.3.2 Sampel ... 61

3.4 Alur Penelitian ... 61

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.4.1 Teknik test ... 63

3.4.2 Teknik Observasi ... 66

3.4.3 Teknik Angket ... 69

3.5 Variabel Penelitian ... 70

3.5.1 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 70

3.5.1.1 Definisi Konseptual ... 70

3.5.1.2 Definisi Operasional... 71

3.5.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 72

3.5.2.1 Hasil Belajar ... 72

3.6 Analisis Instrumen ... 74

3.6.1 Uji Validitas ... 74

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 76

3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 78

3.7.1 Analisis Data ... 78

3.7.2 Lembar Observasi Kinerja Siswa ... 78

3.8. Pengujian Hipotesis ... 79

3.8.1 Uji Normalitas ... 79

3.8.2 Uji Homogenitas ... 79


(8)

vi

3.8.4 Perumusan Hipotesis ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 87

4.1.1 Uji Normalitas ... 87

4.1.2 Uji Homogenitas ... 88

4.1.3 Data Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal ... 89

4.1.4 Data Prestasi Belajar Siswa ... 91

4.1.5 Data Keterampilan Proses Sains Siswa ... 94

4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 98

4.2.1 Kelas Kontrol ... 98

4.2.2 Kelas Eksperimen... 100

4.3 Pengujian Hipotesis ... 102

4.3.1 Hipotesis Pertama ... 102

4.3.2 Hipotesis Kedua ... 103

4.3.3 Hipotesis Ketiga ... 104

4.3.4 Hipotesis Keempat ... 105

4.3.5 Hipotesis Kelima ... 106

4.3.6 Hipotesis Keenam ... 106

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 107

4.4.1 Pengaruh Teknik Praktikum Terhadap Prestasi Belajar... 108

4.4.2 Pengaruh Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar ... 110

4.4.3 Interaksi Teknik Praktikum dan Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar ... 112

4.4.4 Pengaruh Teknik Praktikum Terhadap Keterampilan Proses Sains ... 112

4.4.5 Pengaruh Kemampuan Awal Terhadap Keterampilan Proses Sains... 115

4.4.6 Interaksi Teknik Praktikum dan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Keterampilan Proses Sains ... 116

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 117

BAB V . SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 118


(9)

vii

5.2 Implikasi ... 119

5.2.1 Implikasi Praktis... 119

5.2.2 Implikasi Teoritis ... 120

5.3 Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Uji Validitas Instrumen Soal Tes ... 127

2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Soal ... 128

3. Uji Normalitas ... 129

4. Uji Homogenitas ... 130

5. Analisis Uji Beda ... 131

6. Corak Interaksi ... 132

7.Deskripsi Data ... 133

8. Daya Serap Siswa ... 134

9. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ... 136

10. Daftar Nilai Siswa ... 138

11. Analisis Angket Kemenarikan ... 140

12. RPP Teknik Konvensional ... 141

13. RPP Teknik Simulasi Komputer... 161

14. Soal Uji Kopetensi Siswa Pretes ... 180

15. Soal Uji Kopetensi Siswa Postest ... 182

16. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Teknik Praktikum ... 184

17. LKS Teknik Praktikum Konvensional ... 186

18. LKS Teknik Praktikum Simulasi Komputer ... 197


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1 Ketrampilan Proses Sains Dasar dan Terpadu... 17

2.2 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains... 19

2.3 Tahap-Tahapan Model Instruksi Langsung ... 33

2.4 Tahap-Tahapan Model Simulasi ... 38

2.5 Kalor Jenis Zat ... 42

2.6 Titik Didih dan Kolor Jenis Zat ... 45

3.1 Desain Faktorial Penelitian ... 60

3.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

3.3 Kategori Skor Kohesivitas ... 65

3.4 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains ... 68

3.5 Pengkriteriaan Siswa Berdasarkan Hasil Angket Kemenarikan ... 70

3.6 Kisi-kisi instrumen pre test ... 72

3.7 Kisi-kisi dan post test ... 73

3.8 Kisi- Kisi Instrumen Ketrampilan Proses Sains ... 73

3.9 Hasil Validasi Soal Pretest ... 75

3.10 Hasil Validasi Soal Postets ... 76

3.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 77

3.12 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains ... 81

4.1 Ouput Uji Normalitas ... 86

4.2 Uji Homogenitas Prestasi Belajar ... 88

4.3 Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains ... 88


(12)

ix

4.5 Kategori Skor Kohesivitas Siswa ... 90 4.6 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal

dan Teknik Praktikum ... 91 4.7 Ouput Uji Beda Prestasi Belajar ... 92 4.8 Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Teknik Praktikum dan


(13)

(14)

(15)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan

suatu kaum sehingga mereka mereka merubah keadaan

yang ada pada diri mereka sendiri

”.

(Q.S Ar Ra’ad : 11)

Lebih baik berada pada urutan terakhir diantara

orang-orang pilihan daripada berada diurutan terdepan diantara

orang-orang terpurk

”.

Memang baik jadi orang penting, tapi lebih baik jadi

orang baik


(16)

PERSEMBAHAN:

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah

Rasululloh Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku kepada : 1. Bapak (Warsito) dan Ibuku (Siti Asiah) yang selalu memberikan,

semangat, motivasi, dan doa untuk kesuksesanku

2. Adik-adikku yang tercinta Ainia dan Khaino yang selalu memberikan do’a dan motivasi untuk kesuksesanku

3. Seluruh keluarga besar, yang terus memberikan do’anya, terima kasih

4. Teman-Teman seprofesiku di SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar

Lampung Tengah

5. Para pengajar dan pendidik hidupku yang telah mengajar dengan penuh

kesabaran

6. Teman-temanku mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan

7. Sahabat-sahabatku yang selalu membantuku, mendukung setiap

langkahku, dan selalu mendampingiku disetiap kesulitanku


(17)

RIWAYAT HIDUP

Joko Nugroho. Lahir di Simpang Agung, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah tanggal 09 November 1987, anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Warsito dan Ibu Siti Asiah.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Panca Bhakti Kecamatan Seputih Agung, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Simpang Agung, Lampung Tengah pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 8 Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Seputih Agung,Lampung Tengah, penulis terdaftar sebagai siswa jurusan IPA dan diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan MIPA, Jurusan Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Lampung dan meraih Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada tahun 2010. Pada tahun 2012 melanjutkan studi S-2 di FKIP Universitas Lampung Jurusan Teknologi Pendidikan.


(18)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Tesis dengan judul:

” Perbedaan Prestasi Belajar dan Keterampilan Proses Sains IPA Materi Fisika Menggunakan Praktikum Konvensional dan Simulasi Komputer Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa Kelas VII SMP Ma’arif”.

Tesis ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan

konstribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung Prof. Dr. Sudjarwo,


(19)

ii

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. Ketua Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Dr. Hj. Herpratiwi, M.Pd. Sekretaris Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung dan Dosen Pembahas II dalam penyusunan tesis ini.

6. Dr. Agus Suyatna, M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dosen Pembahas I dalam penyusunan tesis ini. 8. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP

Universitas Lampung berikut staf administrasinya.

9. Bapak Mustaqim, S.Pd.I. Kepala SMP Ma’arif Terbanggi besar yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 10.Kedua orang tuaku yang tercinta Bapak Warsito dan Ibuku Siti Aisah yang

tak henti-hentinya menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

11.Kedua adikku: Ainia dan Khaino terima kasih atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

12.Semua rekan seperjuangan mahasiswa, khususnya Angkatan 2012


(20)

iii

Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada didalamnya. Penulis berharap mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 2014 Penulis

JOKO NUGROHO NPM 1223011022


(21)

(22)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

Sesuai dengan Perturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Indonesia dijelaskan penyelenggaraan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup baik bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis siswa, melalui proses perencanaan, melaksanakan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien.

Agar memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya, siswa harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.


(23)

2 Proses interaksi antara pendidik, siswa, dan sumber belajar tentang

pengetahuan yaitu dengan cara mencari tahu tentang alam dan fenomena yang terjadi di dalamnya secara sistematis harus melalui proses penemuan. Jika hanya mengandalkan teori dari buku saja, sudah pasti siswa hanya handal secara teori tanpa mengetahui bagaimana cara mengaplikasikan dan

menjelaskan secara nyata dari apa yang mereka pelajari. Untuk menghindari hal tersebut maka guru harus sering melatih kemampuan berfikir ilmiah siswa agar siswa dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiahnya serta mampu menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah yaitu dengan kegiatan praktikum di laboratorium.

Jenis praktikum yang sering dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah praktikum konvensional yang menggunakan alat praktikum yang tersedia di laboratorium. Pembelajaran dengan praktikum dapat

dikembangkan dengan alat-alat yang tersedia di laboratorium sekolah. Praktikum konvensional dapat membentuk pengalaman bagi siswa apabila kemampuan psikomotorik, kognitif, dan afektif dilakukan secara besama-sama dalam menggunakan sarana laboratorium yang tersedia di sekolah. Praktikum konvensional juga dapat memberikan penghayatan secara mendalam terhadap apa yang dipelajari, sehingga apa yang diperoleh siswa dalam proses belajar tidak mudah dilupakan. Apabila siswa menggunakan praktikum konvensional, maka siswa akan memperoleh pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman yang telah ia lakukan.


(24)

3 Namun kegiatan praktikumkonvensionalini ada kalanya mempunyai

kelemahan diantaranya ketika siswa mengamati kegiatan yang sifatnya mikroskopis, artinya siswa mengamati benda-benda yang tidak kasat mata. Meskipun IPA Terpadu khususnya Materi Fisika adalah ilmu pengetahuan yang banyak mengamati fenomena-fenomena alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari tetapi proses terjadinya fenomena tersebut pada hakekatnya tidak kasat mata, namun hasilnya bisa kita lihat dan rasakan. Sebagai contoh siswa tahu bahwa air yang dipanaskan di dalam panci itu akan mendidih, tetapi proses perpindahan suhu tersebut siswa tidak mengetahui karena sifatnya mikroskopik, karena suhu berkaitan dengan gerak partikel-partikel. Hasilnya jika ditanya bagaimana proses perpindahan kalor dari satu benda ke benda lain siswa mengalami kesulitan. Masalah lain yang sederhana tetapi siswa kesulitan untuk menjelaskan mengapa marmer dan keramik menghantarkan panas lebih baik dibanding karpet, maka saat tubuh mengenai marmer (atau keramik) panas tubuh dengan mudah

berpindah ke marmer, sehingga tubuh terasa dingin. Permasalahan tersebut merupakan sebagian kecil masalah yang dihadapi siswa ketika menghadapi pertanyaan yang sifatnya diajak untuk berfikir kritis dan berhubungan dengan pengamatan mikrokopis.

Keadaan tersebut hanya salah satu contoh permasalahan pada praktikum konvensional yang tidak dapat dijelaskan melalui pengamatan. Tentu saja permasalahan tersebut tidak hanya terjadi saja pada pokok bahasan kalor, karena masih banyak pokok bahasan yang dalam proses pembelajarannya berhubungan dengan pengamatan mikroskopis. Semakin berkembangnya teknologi terutama dalam dunia pendidikan, simulasi komputer dapat menjadi


(25)

4 alternatif dalam pembelajaran salah satunya adalah simulasi komputer

komputer. Simulasi komputer merupakan alat bantu atau media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran.

Banyak kelebihan simulasi komputer ketika digunakan sebagai media pembelajaran di antaranya. Simulasi komputer merupakan media yang cocok untuk berbagai media pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kondisi para siswa. Simulasi komputer dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa. Akan tetapi

keberhasilan suatu eksperimen Audio-visual belum menjamin terwujudnya hal yang sama apabila dicoba dalam eksperimen. Hal ini mengingat idealisasi yang umum dilakukan dalam simulasi komputer yaitu hanya bermanfaat untuk memberi bekal pengetahuan saja. Simulasi komputer juga mengalami keterbatasan dalam memberikan pengalaman dan keterampilan yang nyata dalam melakukan proses praktikum. Namun simulasi komputer dapat dilakukan ketika percobaan secara langsung sangat rumit, tidak tersedia alat dan bahan karena mahal untuk digunakan di dalam kelas atau karena

praktikum yang dilakukan membahayakan praktikan. Disisi lain kita juga harus melihat motivasi siswa apakah siswa lebih nyaman dengan prkatikum konvensionalatau simulasi komputer karena hal itu sangat berpengaruh pada hasil belajar pada masing-masing siswa.


(26)

5 Observasi awal yang dilakukan di SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar

menunjukkan bahwa guru terkadang hanya memanfaatkan loboratorium ketika materi yang diajarkan mendukung untuk dilakukan praktikum, namun ketika menghadapi materi-materi yang dalam penjelasanya mempunayi sifat yang tak kasat mata guru hanya menjelaskan secara konvensional dengan memberikan gambar secara kasar. Hal ini tentu saja memberikan dampak yang kurang baik bagi pemahaman tentang konsep-konsep dari materi tersebut. Setiap siswa pasti mempunyai persepsi yang masing-masing berbeda jika penjelasan guru kurang begitu mendetail. Selain kepada guru, hasil wawancara kepada siswa menunjukkan adanya rasa tidak puas yang dihasilkan setelah melakukan kegiatan praktikum konvensional, misalnya keterbatasan waktu karena sering sekali praktikum dihentikan padahal sebagian kelompok siswa belum

memperoleh data yang dihasilkan.

Ada baiknya sebelum melaksanakan pembelajaran guru memperhatikan kemampuan awal siswa, hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam

mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Hasil kegiatan mengidentifikasi kemampuan awal merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogen siswa dalam kelas dapat diatasi, setidak-tidaknya banyak dikurangi.


(27)

6 Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan scientific yang meliputi, mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengkomunikasikan.

Pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. Pendekatan scientific kemundian diintegrasikan kedalam Keterampilan proses sains yang merupakan ketrampilan proses sains dasar. Oleh sebab itu ketrampilan proses sains menjadi tahapan-tahapan dalam melakukan kegiatan praktikum.

Pada ranah kognitif guru harus memahami kualitas pertanyaan yang diberikan kepada siswa, hal ini dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang

dihasilkan setelah siswa mendapatkan pengetahuan baru. Guru harus merencanakan tes pada tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang rendah hingga yang lebih tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas untuk mengetahui keefektifan simulasi komputer sebagai pengganti praktikum konvensional, serta untuk melihat adanya interaksi antara praktikum dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa maka harus dilakukan pengkajian terhadap kedua teknik praktikum tersebut. Untuk membuktikan keefektifannya maka keduanya dicobakan pada materi pelajaran kalor hal ini dipilih karena pada materi tersebut dapat dibantu dengan praktikum konvensionaldan simulasi komputer sehingga dari hasil proses belajar mengajar kita dapat menetukan mana yang lebih efektif dalam menanamkan konsep pada siswa. Maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Perbedaan prestasi belajar dan keterampilan proses sains IPA materi fisika menggunakan teknik praktikum


(28)

7 konvensional dan simulasi komputer berdasarkan kemampuan awal siswa kelas VII di SMP Ma’arif ”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. sering kali teknik praktikum konvensional tidak dapat menjelaskan materi yang sifatnya mikroskopis.

2. jarangnya menggunakan teknik praktikum untuk meningkatkan ketrampilan proses sains siswa.

3. materi kalor membutuhkan dukungan kegiatan praktikum 4. guru IPA Terpadu di SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar belum

memanfaatkan peralatan multimedia berbasis komputer. 5. guru sering tidak memperhatikan kemampuan awal siswa. 6. Interaksi antara teknik praktikum dan kemampuan awal siswa.

1.3Pembatasan masalah

Agar permasalahan tidak meluas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka penelitian ini dibatasi permasalahannya pada :

1. prestasi belajar siswa pada ranah kognitif mata pelajaran IPA terpadu khususnya pada materi fisika yang membutuhkan dukungan kegiatan praktikum masih rendah.

2. guru SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar menemukan kesulitan pada pelaksanaan teknik praktikum konvensional karena tidak dapat menjelaskan materi yang sifatnya mikroskopis.


(29)

8 3. fasilitas laboratorium komputer dapat dimanfaatkan untuk simulasi

komputer.

4. guru cenderung tidak memperhatikan kemampuan awal siswa sehingga siswa merasa merasa bosan dengan cara guru dalam menyampaikan materi.

5. Interaksi antara teknik praktikum dengan kemampuan awal siswa.

1.4Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. apakah ada perbedaan prestasi belajar yang disebabkan oleh perbedaan teknik praktikum?

2. apakah ada perbedaan prestasi belajar yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan awal siswa?

3. apakah ada interaksi antara praktikum dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa?

4. apakah ada perbedaan ketrampilan psoses sains yang disebabkan oleh perbedaan teknik praktikum?

5. apakah ada perbedaan ketrampilan proses sains yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan awal siswa?

6. apakah ada interaksi antara praktikum dan kemampuan awal siswa terhadap ketrampilan proses sains siswa?


(30)

9 1.5Tujuan penelitian

Secara umum tujuan penelitan adalah untuk menganalisis dan menemukan hasil belajar dan keterampilan proses sains yang menggunakan teknik

praktikum konvensionaldengan simulasi komputer pada pelajaran IPA Materi Fisika Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Lampung Tengah.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menemukan:

1. Perbedaan prestasi belajar yang disebabkan oleh perbedaan teknik

praktikum antara siswa yang menggunakan teknik praktikum konvensional dengan simulasi komputer.

2. Perbedaan prestasi belajar yang disebabkan oleh kemampuan awal siswa yang belajar menggunakan teknik praktikum konvensional dengan simulasi komputer.

3. Interaksi antara teknik praktikum dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa.

4. Perbedaan ketrampilan proses sains yang disebabkan oleh perbedaan teknik praktikum antara siswa yang menggunakan teknik praktikum konvensional dengan simulasi komputer.

5. Perbedaan ketrampilan proses sains yang disebabkan oleh kemampuan awal siswa antara siswa yang belajar menggunakan teknik praktikum konvensional dengan simulasi komputer.

6. Interaksi antara teknik praktikum dan kemampuan awal terhadap ketrampilan proses sains siswa.


(31)

10 1.6Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

Hasil penelitian secara teoritis mengungkapkan konsep, teori, prinsip dan prosedur Teknologi Pendidikan pada kawasan desain dan pemanfaatan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan praktikum pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA materi Fisika di Sekolah Menengah Pertama

1.6.2 Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk :

1 teknik praktikum konvensionaldan simulasi komputer dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelas VII pelajaran IPA materi Fisika.

2 teknik praktikum konvensional dan simulasi komputer dapat meningkatkan ketrampilan proses sains pada siswa kelas VII pelajaran IPA materi Fisika. 3 melihat adanya interaksi antara teknik praktikum dan kemampuan awal

terhadap prestasi belajar siswa

4 melihat adanya interaksi antara teknik praktikum dan kemampuan awal terhadap ketrampilan proses sains pada siswa kelas VII pelajaran IPA materi Fisika.

5 teknik praktikum simulasi komputer dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk mengatasi permasalahan jika teknik praktikum konvensional tidak dapat di lakukan karena keterbatasan alat praktikum.


(32)

11

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Kegiatan Praktikum 2.1.1 Teori Belajar

Teori konstruktivisme berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, tori-teori pemprosesan informasi dan teori psikologi kognitif yang lain. Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas yang bertahap bersifat universal dari fungsi intelektual, dari kongkret menuju abstrak. Sedangkan fokus utama Vygotsky adalah pada peran lingkungan terutama lingkungan sosial dan budaya anak yang mendorong pertumbuhan kognitif. Penganut konstruktivisme berpendapat bahwa guru tidak dapat begitu saja memberikan perngetahuan jadi pada siswanya, agar pengetahuan yang diberikan bermakna, siswa sendiri yang harus memproses informasi yang diterimanya, menstrukturnya kembali dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang dimilikinya (Baharudin, 2009 : 115).

Kontruktrvisme merupakan teori belajar yang berhubungan dengan cara

seseorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan pada penemuan makna (meaningfulness). Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil sebelumnya dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru (Sofyan, 2007: 8).


(33)

12 Para ahli konstruktivisme menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruk

pengetahuan terdahulu. Persepsi yang dimiliki siswa mempengaruhi

pembentukan persepsi baru. Siswa menginteipretasikan pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasarkan realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, (Slavin dalam Baharudin, 2009 : 116) menyatakan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajara di kelas. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan siswa untuk menyadari akan strategi belajar mereka sendiri.

Belajar menurut konstruktivisme bukanlah sekedar menghapal akan tetapi proses mengkonstruk pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pembenan dari orang lain seperti guru akan tetapi hasil dari proses mengkonstruk yang dilakukan setiap individu (Sanjaya, 2008: 246). Perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (disequilibrium), selain itu perlu di lihat juga pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi

kemampuan kelompok akan dapat meningkatkan perubahan secara konseptual.

Reigeluth dan Meril (degeng, 2005: 11) membagi variabel utama pembelajaran yaitu conditions-methods-outcomes. Ketiga variabel ini yaitu kondisi


(34)

13 pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran. Untuk variabel metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

a) Metode/ strategi untuk mengorganisasi isi pembelajaran b) Metode/strategi untuk menyampaikan isi pembelajaran c) Metode/strategi untuk mengelola pembelajaran

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah siswa harus bertanggung jawab terhadap prestasi belajar nya, siswa harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka. Penekanan belajar siswa secara aktif perlu dikembangkan. Dengan kata lain konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran seseorang.

Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oieh si belajar, siswa harus aktif melakukan kegiatan berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenulinya ada pada siswa (Budiningsih, 2005: 59).

Proses memperoleh pengetahuan dalam pandangan konstniktivisme adalah dengan jalan meningkatkan informasi baru kepada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara individual Damayanti (2006: 16). Dengan demikian


(35)

14 pengetahuan baru diperoleh beragam tergantung pada bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Internalisasi dari suatu pengetahuan terjadi bila seseorang menangkap infomasi baru.

Pendekatan kontruktivisme menekankan bahwa peran utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruk pengetahuan sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.

2.1.2 Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl dalam Gunawan(2011: 26) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti


(36)

15

(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate),

dan menciptakan (create). a. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.

b. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan

membandingkan (comparing). c. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan

permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural

(procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur

(executing) dan mengimplementasikan (implementing).

d. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

e. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.


(37)

16 Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

f. Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.

Penilaian itu dapat dilakukan dengan memberikan postest (test akhir evaluasi). Menurut Purwanto (2009: 67), tes formatif bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar, jadi dengan melihat perbedaan hasil pretest dan posttest, guru dapat mengetahui apakah proses pembelajaran berhasil dengan baik atau tidak. Apabila hasil pretest rendah sedangkan hasil posttest tinggi berarti proses belajar berhasil dengan baik. Dalam hal ini, hasil posttest merupakan evaluasi dari proses pembelajaran yang telah berlangsung.

2.1.3 Keterampilan Proses Sains

Depdikbud mendefinisikan keterampilan proses sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 138).

Nash dalam Nur dan Muslimin (2007: 3), mengatakan bahwa, ”Science is a way of looking at the world” sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Cara memandang sains


(38)

17 bersifat analisis, melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkan dengan objek lain sehingga keseluruhannya membentuk perspektif baru tentang objek yang diamati tersebut. Jadi sains dipandang sebagai suatu cara/ metode/ suatu pola berfikir terhadap sasaran dengan cermat dan lengkap.

American Association for the Advancement of Science mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Tabel 2.1. Keterampilan Proses Dasar dan Keterampilan Proses Terpadu. Keterampilan proses dasar Keterampilan proses terpadu

Pengamatan Pengontrolan variabel Pengukuran Interpretasi data Menyimpulkan Perumusan hipotesa

Meramalkan Pendefinisian variabel secara operasional

Menggolongkan Merancang eksperimen Mengkomunikasikan

Hal yang sama dinyatakan oleh Toharudin (2011: 35), keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip dalam rangka mengembangkan konsep yang telah ada atau

menyangkal penemuan sebelumnya. Depdiknas (2007: 6), menyatakan bahwa keterampilan proses yang harus dilatihkan melalui pembelajaran IPA terpadu, antara lain: mengidentifikasi masalah, melakukan pengamatan (observasi), menyusun hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan merumuskan simpulan.


(39)

18 Menurut Hill, Adam (2012) yang dikutip dari http://www.wisegeek.org/what-are-science-process-skills.htm (diunduh 15 Desember 2013 ) menyatakan;

The first of the science process skills, observation, involves noting the attributes of objects and situations through the use of the senses. Classification goes one step further by grouping together objects or situations based on shared attributes. Measurement involves expressing physical characteristics in quantitative ways. Communication brings the first three skills together to report to others what has been found by experimentation. Inference and prediction are the more sophisticated of the science process skills. Beyond simply seeing and reporting results, scientists must extract meaning from them. These skills can involve finding patterns in the results of a series of experiments, and using experience to form new hypotheses. It is also essential for a scientist to be able to distinguish his objective observations from his inferences and predictions. This is because scientific inquiry and study depend on objectivity and an avoidance of hasty assumptions in experimentation. Penjelasan di atas dapat dijelaskan hal pertama dari keterampilan proses sains yaitu pengamatan dengan melibatkan mencatat atribut objek dan situasi melalui indera. Kemudian mengklasifikasi dengan mengelompokkan objek atau situasi yang berdasarkan atribut yang sama. Pengukuran melibatkan mengungkapkan karakteristik fisik dengan cara kuantitatif. Komunikasi menyatukan keahlian tiga laporan kepada orang lain apa yang telah ditemukan oleh eksperimen.

Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. Pendekatan scientific dalam

pembelajaran IPA dapat diterapkan melalui keterampilan proses, keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran.


(40)

19 Di bawah ini merupakan indikator dan sub indikator ketrampilan proses sains: Tabel. 2.2 Indikator dan Sub Indikator Ketrampilan Proses Sains

No Indikator Sub indikator ketrampilan proses sains 1 Mengamati/

Observasi

Menggunakan sebanyak mungkin indera

Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan

2 Mengelompokkan/ klasifikasi

Mencatat setiap pengamatan secara terpisah Mencatat perbedaan dan kesamaan

Mengontraskan ciri-ciri Membandingkan

Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan

Menghubungkan hasil-hasil pengamatan 3 Menafsirkan/

Interpretasi

Menghubungkan hasil-hasil pengamatan Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan Menyimpulkan

4 Meramalkan/prediksi Menggunakan pola-pola hasil pengamatan Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Mengajukan Pertanyaan

Bertanya apa, bagaimana dan mengapa Bertanya untuk meminta penjelasan

Mengajukan pertanyaan yan berlatarbelakang hipotesis

6 Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah 7 Merencanakan

Penelitian /Percobaan

Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan

Menentukan variabel/ faktor penentu

Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan dicatat

Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

8 Menggunakan Alat/Bahan

Memakai alat/bahan

Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan


(41)

20 No Indikator Sub indikator ketrampilan proses sains 9 Menerapkan Konsep Menggunakan konsep yang telah dipelajari

dalam situasi baru

Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi 10 Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikan laporan secara

sistematis

Menjelaskan hasil percobaan dan penelitian Membaca grafik, tabel, atau diagram

Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa

Kriteria pemberian skor butir soal KPS harus diberi skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu. Untuk respon yang lebih kompleks, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan meminta penjelasan diberi skor 1.

2.1.4 Teori Desain Pembelajaran ASSURE

Model desain pembelajaran ASSURE dikembangkan oleh Sharon Smaldino, Robert Henich, James Russell dan Michael Molenda. Model desain

pembelajaran ASSURE berusaha untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang bermakna dengan memanfaatkan media dan teknologi yang akan membuat siswa belajar secara aktif. Perancangan media pembelajaran terhadap Materi Kalor disusun dengan berdasarkan pada Model Pengembangan ASSURE.

Menurut Smaldino (2012: 110) terdapat enam langkah yang menjadi indikasi dari penamaan model tersebut, yaitu analyse learners (menganalis pembelajar), state learning objectives (menyatakan standar dan tujuan), select methods, media and materials (memilih strategi, teknologi, media dan materi), utilise media and


(42)

21 materials (gunakan media dan bahan), require learner participation ( partisipasi siswa dalam pembelajaran), evaluate / review (mengevaluasi dan merevisi). Keenam langkah-langkah Model Pengembangan ASSURE tersebut dapat diterapkan untuk merancang suatu rancangan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Untuk membuat rancangan media yang akan digunakan dalam Materi Kalor berdasarkan Model ASSURE harus dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang sudah ditetapkan dalam Model ASSURE tersebut.Sebagaimana akan dijelaskan dibawah ini mengenai langkah-langkah merancang media pembelajaran terhadap Materi Kalor.

1. Analisis Pembelajar

a) General Characteristics

Merupakan gambaran dari kelas keseluruhan, seperti jumlah siswa, usia, tingkat guru an, faktor sosial ekonomi, budaya atau etnis, keanekaragaman, dan seterusnya. Dengan demikian karakteristik pembelajaran dapat

memberi pengarahan dalam membantu memilih metode pembelajaran dan media.

b) Specific Entry Competencies

Merupakan gambaran dari jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa baik atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki sebelum memenuhi syarat yang akan dicapai dalam ketrampilan dan tingkah laku.

Memberikan soal pretest terkait materi pelajaran sebelumnya dan materi pelajaran baru yang akan dibahas.


(43)

22 c). Learning Style

Merupakan gambaran dari prefensi gaya belajar masing-masing siswa. Artinya sifat psikologis yang mempengaruhi bagaimana kita menanggapi rangsangan yang berbeda. Pertama-tama Guru akan mengamati gaya belajar siswa, yang diantaranya gaya belajar auditorial, visual, dan kinestetik. Gaya belajar sampel heterogen pada setiap kelas karakter siswa berbeda-beda dalam gaya belajarnya, yang terbaik adalah menggabungkan banyak cara untuk menyajikan informasi sebanyak mungkin.

Hasil Desain Tahap Analisis Pembelajar

Materi : Kalor

Pendekatan Pembelajaran: Pendekatan Scinetific

Media : Buku / bahan ajar, makromediaflash Evaluasi tahap awal : Soal Pretest

Gaya belajar : Auditorial, visual, dan kinestetik

2. State Standards And Objectives

i. Pentingnya merumuskan tujuan dan standar dalam pembelajaran ii. Tujuan pembelajaran yang berbasis ABCD

iii. Tujuan pembelajaran dan perbedaan individu

Kinerja dari tujuan digunakan untuk menyatakan gambaran apa yang siswa harapkan dari hasil pembelajaran. Dengan demikian, tujuannya adalah gambaran dari hasil pembelajaran yang bertujuan untuk pelajaran dan harus bersifat


(44)

23 Siswa dapat :

i. Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari.

ii. Melakukan percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya serta pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda. iii. Melakukan penyelidikan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,

dan radiasi. a. Audience

Pembelajaran ini diberikan untuk siswa, bukan guru , untuk lebih fokus pada apa yang siswa lakukan, bukan pada apa yang guru lakukan. Contonya, dalam materi kalor guru dapat menggunakan media komputer dan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum ini merupakan bentuk media untuk membantu siswa dapat memahami secara langsung akan segala hal yang berkaitan

dengan materi tersebut. Sedangkan simulasi menyajikan bentuk visual yang dibuat interaktif untuk menjelaskan tentang materi kalor tersebut.

Dalam pelaksanaannya, guru sebagai guru hanya membimbing dan mengarahkan serta membantu memberikan solusi kepada siswa jika mengalami kendala dalam melaksanakan praktik yang dilakukan. Guru memberikan tanggung jawab penuh terhadap masing-masing kelompok untuk dapat menyelesaikan tugasnya masing-masing. Sehingga, dengan begitu siswa akan saling bekerja sama turut aktif berpartisipasi dan fokus akan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Selain itu dapat juga dengan media komputer menggunakan program makromedia flash siswa diajak untuk berinteraktif


(45)

24 pada sebuah simulasi yang menampilkan tentang konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, perubahannya serta pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda dan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

b. Behavior

Tujuannya adalah menggambarkan kemampuan baru yang dimiliki siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Jadi, perilaku atau kemampuan siswa yang dapat diukur dan dapat diamati, perlu ditunjukan sebagai hasil

pembelajaran. Contohnya, setelah melaksanakan praktikum, tentunya siswa telah memiliki pengetahuan serta kemampuan akan materi kalor. Hal ini dapat diketahui setelah diadakannya post test. Post test dilakukan bertujuan untuk menguji seberapa besar daya pengetahuan serta kemampuan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum atau berinteraktif dengan simulasi komputer. c. Condition

Keadaan atau kondisi siswa bertujuan untuk menunjukan ketrampilan atau kemampuan yang diajarkan. Sebuah pernyataan tujuan harus mencakup kondisi di mana hasilnya dapat diamati. Jadi, harus menyertakan peralatan, perkakas, alat bantu, atau referensi siswa yang akan digunakan atau tidak digunakan dan kondisi lingkungan khususnya tempat pembelajaran

dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan praktik kalor tentunya ada banyak yang mendukung dapat berlangsungya kegiatan pembelajaran tersebut.


(46)

25 d. Degree

Persyaratan terakhir bertujuan agar lebih baik dalam menunjukan prestasi belajar yang dapat diterima dan akan dinilai. Jadi, sejauh mana ketrampilan yang dikuasai dan dapat diterima.

Klasifikasi tujuan yang memiliki nilai praktis, serta metode yang tergantung pada State objectives yang akan dicapai guru dapat diklasifikasikan menurut jenis utama hasil pembelajarannya.

3. Memilih metode, media dan materi (Selectmetode, media dan materi)

Dalam langkah ini, guru akan membangun jembatan antara siswa dan tujuan rencana sistematis untuk menggunakan media dan teknologi. Metode, media dan materi harus di pilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di

sampaikan,maka harus dilakukan pemilihan:

a) Metode pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para siswa, yang lebih unggul daripada yang lain atau yang

memberikan semua kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok.

b) Media yang cocok untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih, tujuan, dan siswa. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan multimedia komputer. Penyampaian dapat disajikan dengan mencari materi yang tersedia untuk mendukung penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.


(47)

26 c) Materi yang disediakan untuk siswa sesuai dengan yang dibutuhkan dalam

menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, siswa bisa merancang dan membuat materi sendiri.

Sebagai contoh, untuk memulai pelajaran perbedaan kalor dimulai dengan simulasi dan diikuti dengan kegiatan praktikum dan latihan. Guru memberikan tayangan makromediaflash kepada setiap siswa, guru menjelaskan tayangan dari media tentang kegiatan praktikum kalor dan juga memberi pengarahan kepada siswa mengenai hal yang terkait dengan tayangan di makromediaflash dan membuat kesimpulan dari tayangan tersebut. Metode ini dipilih karena siswa-siswa tingkat menengah pertama membutuhkan alternatif praktikum yang dapat membantu memicu ide mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu, semua siswa dapat terlibat satu sama lain dengan kegiatan yang direncanakan ini setelah masing-masing dapat melihat tugas yang mereka harus lakukan.

Memilih media yang sesuai untuk melaksanakan metode yang dipilih. Faktor dasar dalam pemilihan media adalah tergantung pada isi pelajaran, tujuan, metode dan siswa. Di dalam materi kalor ini, guru telah memilih untuk menggunakan macromedia flash yang berkaitan dengan materi, yang menarik dan memicu kemampuan awal siswa. Media ini juga dapat mendorong keaktifan masing-masing siswa. Penggunaan flash dilaksanakan saat guru menerangkan materi kalor kepada siswa. Guru menayangkan flash yang berisi tayangan kegiatan praktikum terhadap kalor dengan tujuan menarik minat murid terhadap pembelajaran dan pembelajaran ketika itu. Bahkan materi yang ditayangkan itu


(48)

27 juga membantu guru untuk mengajak siswa bertanya jawalb untuk memfasilitasi pendekatan kepada memperkenalkan materi saat itu yaitu, identifikasi kalor.

Pemilihan media yang berbasis teknologi pembelajaran sebagai media utama dalam model ASSURE ini yang menggunaan animasi dan gambar yang

dihasilkan dalam makromediaflash adalah bertujuan membantu siswa agar lebih mudah memahami materi. Penayangan makromediaflash juga dapat membantu siswa memahami teknik identifikasi terhadap kalor.

4. Memanfaatkan Media dan Materi (Utilize Media, and Materials)

Langkah keempat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan media dan materi oleh siswa dan guru . Menjelaskan bagaimana guru akan menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang tercantum dipilih, dimodifikasi, dan didesain. Guru harus menjelaskan secara rinci bagaimana akan menerapkannya ke dalam pelajaran, serta membantu siswa. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:

a) Preview materi

Melihat materi sebelum menyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran guru harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.

b) Siapkan bahan

Mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan guru dan siswa kemudian menentukan urutan materi dan penggunaan media serta


(49)

28 c) Siapkan lingkungan

Guru harus mengatur fasilitas yang digunakan siswa dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.

d)Siswa

Memberitahukan siswa tentang tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan bagaimana cara agar siswa dapat memperoleh informasi dan cara

mengevaluasi materinya

e) Memberikan pengalaman belajar

Penggunaan media dan bahan dalam pembelajaran adalah penting karena hal ini menjadi penentuan bagi efektivitas proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan berbagai media dalam mendukung pembelakaran di kelas. Dalam hal ini, untuk melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu dengan materi kalor digunakan media berupa makromediaflash yang berisi materi mengenai Suhu dan Kalor. Untuk bahan pembelajaran dapat digunakan buku teks pelajaran IPA Terpadu kelas VII juga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk materi kalor. Media dan bahan yang telah dipilih akan menyediakan lingkungan yang sesuai untuk pembelajaran siswa. Selain itu pemilihan bahan dan media tersebut adalah sesuai dengan pengalaman siswa, sehingga akhirnya dapat mendatangkan manfaat kepada siswa.

5. Pelajar Memerlukan Partisipasi (RequireLearner Participation)

Langkah ke lima dalam model pembelajaran ASSURE adalah dengan mewajibkan partisipasi siswa. Siswa belajar paling baik jika mereka secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Siswa yang pasif lebih banyak memiliki


(50)

29 permasalahan dalam belajar, karena guru hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa mempedulikan respon dari siswa. Apapun strategi

pembelajarannya guru harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi lainnya agar siswa aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian,guru harus menjelaskan bagaimana cara agar setiap siswa belajar secara aktif. Dalam suatu aktivitas pembelajaran, keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar sangatlah penting. Karena siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran akan dengan mudah mempelajari dan memahami materi pembelajaran, agar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, digunakan langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif adalah suatu kegiatan belajar

mengajar, dimana guru bertugas memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu kesimpulan sebagai aplikasi prestasi belajar melalui strategi pembentukan konsep, interpretasi data dan aplikasi prinsip.

Model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi

informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Program Makromedia flash


(51)

30 tersebut digunakan sebagai alat bantu yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. Dengan adanya media tersebut, diharapkan siswa mampu memahami materi yang disampaikan serta siswa mampu membangun sendiri konsep pembelajaran yang harus dicapai melalui pertanyaan-pertanyaan guru yang diarahkan ke tujuan pembelajaran.

6. Evaluasi dan Revisi

Langkah terakhir dalam model pembelajaran ASSURE adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi dan revisi merupakan komponen penting untuk

mengembangkan kualitas pembelajaran. Siapa saja dapat mengembangkan dan menyampaikan pelajaran, tetapi guru yang baik harus benar-benar dapat merefleksi pelajaran, mengetahui tujuan, menguasai strategi pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, dan melakukan penilaian serta dapat menentukan apakah unsur-unsur dari pelajaran itu efektif. Guru mungkin menemukan beberapa hal yang terlihat tidak efektif, apakah banyak siswa yang tidak menguasai materi. Jika terjadi itu, mungkin materi yang

disampaikan belum tepat untuk tingkatan kelas itu. Keefektifan dalam strategi pembelajaran juga bisa terjadi, misalnya siswa tidak terkemampuan awal atau strategi itu sulit dilaksanakan guru . Oleh karena itu, evaluasi adalah langkah yang penting untuk menilai prestasi siswa dan menilai metode pembelajaran dan media yang digunakan.

2.1.5 Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal juga bisa disebut dengan entry behavior merupakan langkah


(52)

31 tingkat kemampuan yang dimiliki para peserta didik. Dalam proses pemahaman, pengetahuan awal merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi

pengalaman belajar bagi para peserta didik untuk mengetahui kemampuan awal siswa, seorang guru dapat melakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal siswa tersebut.

Dalyono (2009:11) menjelaskan bahwa tes merupakan jenis eksperimen yang bertujuan untuk menyelidiki sifat-sifat individu atau golongan tertentu untuk kebutuhan praktis. Tes yang diberikan dapat berkaitan dengan materi yang akan diajar kepada siswa. Sedangkan Asrori (2009:45) perbedaan karakteristik

individual pada aspek intelektual tampak dengan gejala-gejala :

a. Ada anak yang cerdas, tetapi juga kurang cerdas atau bahkan kurang cerdas b. Ada yang dapat dengan segera memecahkan masalah yang berkaitan dengan

penyelesaian pekerjaan

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu yang sesudah ia mengalami situasi tadi (Gagne dalam Dalyono, 2009: 211). Belajar merupakan suatu pengetahuan yang terjadi melalui latihan atau pengalama, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan. Belajar dimulai dari yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih kompleks.

Mengidentifikasi kemampuan awal siswa dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas


(53)

32 perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, kemampuan awal belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, minat dll.

2.1.6 Praktikum Konvensional

Praktikum ( konvensional hands-on) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Praktikum konvensional merupakan sebuah praktikum langsung atau manual yang dilakukan secara nyata dengan menggunakan alat-alat laboratorium. Dalam praktikum konvensional akan terbentuk suatu penghayatan dan pengalaman untuk menetapkan suatu pengertian karena mampu membelajarkan secara bersama-sama kemampuan psikomotorik, kognitif dan afektif yang biasanya menggunakan sarana laboratorium atau sejenisnya.

Jadi teknik praktikum konvensional bagian dari pembelajaran yang bertujuan untuk menguji dan melaksanakan suatu teori dalam keadaan nyata dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk

memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya dapat di

lakukan oleh guru atau siswa itu sendiri. Teknik praktikum konvensional menggunakan media asli yang merupakan media tiga dimensi, sedangkan yang dimaksud dengan media asli disini adalah benda dalam keadaan yang sebenarnya dan seutuhnya.

Surakhmad dalam Ziad (2004: 22) mengungkapkan “Benda asli merupakan benda-benda riil yang dipakai manusia dalam kehidupan sehari-hari”.


(54)

33 Penggunaan media asli pada proses belajar mengajar akan mengefektifkan guru dalam menyampaikan pelajaran. Selain itu siswa juga akan lebih memahami informasi yang diberikan guru, karena media asli merupakan media tiga dimensi yang mempunyai bentuk, ukuran, tekstur, berat, warna dan keasliannya.

Model instruksi langsung terdapat 5 tahapan utama yang dimulai dengan

orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan guru, dan praktik mandiri. Kelima tahapan-tahapan model instruksi langsung

pembelajaran tersebut digambarkan pada tabel berikut: Tabel 2.3. Tahapan-Tahapan Model Instruksi Langsung

Tahap Kegiatan

1. Orientasi Guru menetukan materi pelajaran Guru meninjau pelajaran sebelumnya Guru menetukan tujuan pelajaran Guru menetukan prosedur pembelajaran

2. Presentasi Guru menjelaskan konsep atau ketrampilan baru

Guru menyajikan representasi visual atas tugas yang diberikan Guru memastikan pemahaman

3. Praktik yang Terstruktur

Guru menuntun kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah

Siswa merespon pertanyaan

Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat praktik yang telah benar

4. Praktik di Bawalh Bimbingan Guru

Siswa berpraktik secara semi-independen

Guru menggilir siswa untuk melakukan praktik dan mengamati praktik

Guru memberikan tanggapan balik berupa pujian, bisikan, maupun petunjuk

5. Praktik mandiri

Siswa melakukan praktik secara mandiri di rumah atau di kelas Guru menunda respon balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik

Praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama


(55)

34 Menurut Sucipto (2009: 20) “Metode praktikum mempunyai kelebihan sebagai berikut: (1) Siswa langsung dihadapkan pada permasalahan nyata; (2)

Keterampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari dari teori yang disampaikan guru dengan melakukan praktik; (3) Seorang siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan”.

Pernyataan tersebut nampak bahwa dalam pembelajaran praktikum dapat

memberikan kesempatan kepada siswa secara langsung untuk memahami materi dari percobaan yang dilakukan. Karena dalam hal ini siswa terjun langsung dalam praktikum, sehingga keterampilan yang dimiliki oleh siswa lebih baik dan lebih meningkat dibandingkan tanpa melakukan praktikum. Sehingga dari sini diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dan yakin terhadap teori yang sudah diberikan.

Jadi media asli merupakan dasar dari media yang digunakan dalam kegiatan praktik, karena kegiatan praktik pada intinya memberikan sebuah bukti nyata dari sebuah konsep, maka media yang mempunyai sebuah bentuk, ukuran, berat, warna, dan keasliannya yang lebih mudah untuk memberikan teori yang ada.

Adapun aspek yang penting dalam menggunakan media asli adalah:

1. Memakai media asli akan menjadi tidak wajar apabila alat yang di gunakan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.

2. Menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas siswa, siswa

seharusnya ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sendiri sebagai pengalaman yang berharga.


(56)

35 3. Tidak semua hal dapat ditampilkan di kelas sebab alat-alat yang terlalu besar

atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas. 4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.

Praktikum konvensional ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawalh ini.

Kelebihan menggunakan praktikum konvensional :

1. Perhatian siswa dapat dipusatkan dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat diamati.

2. Perhatian siswa akan lebih terpusat pada apa yang ditampilkan, jadi proses siswa akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian siswa kepada masalah lain.

3. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar. 4. Dapat menambah pengalaman anak didik.

5. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan. 6. Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pembelajaran lebih jelas dan

kongkrit.

7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.

Dari segi kelemahan dalam menggunakan media asli adalah: 1. Memerlukan waktu yang cukup banyak.

2. Apabila terjadi kekurangan alat dan bahan, menjadi kurang efesien. 3. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli

bahan-bahannya.


(57)

36 5. Apabila siswa tidak aktif maka kegiatan menjadi tidak efektif.

Agar teknik praktikum konvensional benar-benar efektif dalam kegiatannya, perlu memperhatikan beberapa hal meliputi aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek afektif. Pada ranah kognitif dapat dilatihkan dengan memberi tugas, memperdalam teori yang berhubungan dengan tugas hands on activity yang dilakukan, menggabungkan berbagai teori yang telah diperoleh, menerapkan teori yang pernah diperoleh pada masalah yang nyata. Ranah psikomotorik dapat dilatihkan melalui: memilih, mempersiapkan, dan menggunakan seperangkat alat atau instrumen secara tepat dan benar. Ranah afektif dapat dilatihkan dengan cara: merencanakan kegiatan mandiri, bekerjasama dengan kelompok kerja, disiplin dalam kelompok kerja, bersikap jujur dan terbuka serta menghargai ilmunya.

2.1.7 Simulasi Komputer

Simulasi komputer adalah bentuk praktik yang memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis dan interaktif yang sifatnya mengembangkan ketermpilan peserta belajar. Smaldino (2012: 43) Simulasi mungkin melibatkan dialog peserta, manipulasi materi dan perlengkapan, atau interaksi dengan komputer. Maka dengan simulasi lingkungan pekerjaan yang kompleks dapat ditata hingga menyerupai dunia nyata. Selain harus mencerminkan situasi yang sederhana, simulasi harus bersifat eksperimental artinya simulasi menggabarkan proses yang sedang berlangsung.


(58)

37 Teknik praktikum simulasi adalah bentuk praktik yang sifatnya untuk

mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Teknik ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya (Nursidik, 2008: 44).

Praktikum simulasi merupakan teknik praktikum yang memanfaatkan software sebagai pendukung pelaksanaannya. Materi disajikan dalam bentuk simulasi atau proses terjadinya sesuatu, cara atau prosedur kerja dan mengejakan sesuatu dengan dan tanpa alat khusus dengan sajian animasi yang lengkap.

Setyono (2010: 67) menyatakan “Visualisasi pelajaran fisika dengan komputer merupakan salah satu alternatif pilihan media instruksional untuk pembelajaran fisika dengan alasan bahwa:

1. Komputer tersedia dimana-mana.

2. Biaya pembuatan program cukup murah.

3. Dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena fisika yang a. Bersifat dapat membahayakan siswa.

b. Peralatan eksperimen dan demonstrasinya sukar atau tidak tersedia di sekolah.

c. Sukar diamati oleh indra mata.

4. Dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik secara klasikal (presentasi di depan kelas) maupun individual.

Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan pekerjaan yang


(59)

38 kompleks dapat ditata hingga menyerupai dunia nyata. Untuk mensimulasikan suatu situasi, komputer harus menanggapi tindakan seperti halnya yang terjadi dalam situasi kehidupan sesungguhnya.

Model simulasi terdapat 4 tahapan utama yang dimulai dengan orientasi, latihan partisipasi, pelaksanaan simulasi, dan wawancara partisipan. Keempat tahapan-tahapan model simulasi tersebut digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Tahap-Tahapan Model Simulasi

Tahap Kegiatan

1. Orientasi Menyajikan topik luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi

Menjelaskan simulasi

Menyajikan ikhtisar simulasi 2. Latihan

Partisipasi

Membuat skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipilih, dan tujuan)

Menugaskan peran

Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat 3. Pelaksanaan

Simulasi

Memimpin aktivitas simulasi dan administrasi simulasi Mendapatkan respon balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan efek keputusan)

Menjelaskan kesalahan konsepsi Melanjutkan simulasi 5. Wawancara Partisipan (Satu atau beberapa aktivitas berikutnya)

Menyimpulkan kejadian dan persepsi

Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangan Menganalisis proses

Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata Menghubungkan simulasi dengan materi pelajaran Menilai dan merancang simulasi kembali

Sumber : Joyce & Weil (2009:444) 1. Kegunaan Simulasi :

a) Memberikan gambaran realita pada peserta.


(60)

39 dikuasai peserta.

2. Keuntungan simulasi:

a) Peserta faham benar terhadap suatu kegiatan.

b) Resiko pekerjaan yang berbahaya menjadi lebih kecil. c) Belajar dari berbuat dan meniru.

3. Kelemahan simulasi:

a) Perlu peralatan untuk simulasi. b) Kreativitas peserta tidak diperlukan.

c) Situasi buatan tidak selalu sama dengan sebenarnya. Simulasi dalam proses pembelajaran dibutuhkan ketika:

1. Model sangat rumit dengan banyak variabel dan komponen yang saling berinteraksi.

2. Hubungan antar variabel tidak sejalan. 3. Model memiliki variasi yang acak.

4. Ketika keluaran dari model akan divisualisasikan kepada audience. Selanjutnya tahapan simulasi adalah:

1. Memahami sistem yang akan disimulasikan. 2. Mengembangkan model matematika dari sistem. 3. Mengembangkan model matematika untuk simulasi. 4. Membuat program (software) komputer.

5. Menguji, memverifikasi dan memvalidasi keluaran komputer. 6. Mengeksekusi program simulasi untuk tujuan tertentu.

Simulasi komputer dalam kegiatan praktikum khususnya pelajaran IPA Terpadu dapat dijadikan alternatif ketika praktikum konvensional mengalami beberapa


(61)

40 kendala. Kelebihan-kelebihan media virtual yang dimiliki oleh simulasi

komputer adalah masalah yang sering terjadi dikegiatan praktikum konvensional. Simulasi komputer lebih bisa menjelaskan proses-proses kejadian yang terjadi pada kegiatan praktikum namun tidak bisa dijelaskan oleh praktikum

konvensional. Selain itu dengan simulasi komputer siswa lebih kecil berisiko mengalami kecelakaan di labolatorium karena siswa dihadapkan oleh perangkat komputer dan software kemudian secara interaktif siswa menjalankan software tersebut dan melihat proses praktikum yang sedang dilakukan.

2.1.8 Tinjauan Materi Kalor Perpindahannya

Subtopik “Suhu dan Perubahannya” masuk dalam tema besar bagian dari materi pokok “Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor”.Secara esensial, pembelajaran pada subtopik ini mengenalkan siswa pada kalor, pengaruhnya, perpindahannya, dan penerapannya baik pada makhluk hidup maupun dalam kehidupan sehari-hari. Energi panas pada hakikatnya adalah energi gerak relatif partikel-partikel penyusun benda saat suhunya lebih dari 0 0K. Semakin besar suhunya, energi panas benda semakin besar. Semakin besar massa benda, energi panas benda semakin besar. Besar energi panas juga dipengaruhi oleh jenis benda.

1. Pengertian Kalor

Kalor merupakan energi panas yang berpindah. Satuan kalor = satuan energi, dalam SI bersatuan Joule. Satuan energi yang lain adalah kalori. Satu kalori adalah kalor untuk menaikkan suhu 1 g air hingga naik 1oC. Ekivalennya: 1 kalori = 4,186 J. Ekivalensi ini didapat dari percobaan Joule.


(62)

41 Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang

dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal).

2. Kalor pada Perubahan Suhu

Untuk benda yang tidak berubah wujud, kalor untuk perubahan suhu benda berbanding lurus dengan massa benda dan kenaikan suhu benda, serta

bergantung pula pada jenis bendanya. Jenis benda ini secara kuantitas disebut kalor jenis, yakni kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg benda sehingga suhunya naik 1 K. Kalor jenis air 4200 J/(kg K). Secara matematis: Grafik perubahan suhu terhadap kalor yang diberikan (atau waktu

pemanasan):

Gambar 2.1 Grafik suhu terhadap kalor 3. Kalor dan Perubahan Wujud

Perubahan wujud beserta kalor yang diperlukan atau diserap benda yang berubah wujud dapat dilihat dalam buku pegangan siswa.

S

u

h

u

B

en

d

a


(1)

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kemampuan keterampilan proses sains berdasarkan teknik praktikum. Keterampilan proses sains siswa yang menggunakan teknik konvensional lebih tinggi dari teknik praktikum simulasi komputer. Sedangkan berdasarkan kemampuan awal tidak ada berbedaaan, namun rata-rata keterampilan proses sains siswa yang menggunakan teknik praktikum konvensional lebih tinggi

dibandingkan pada siswa yang menggunakan teknik praktikum simulasi komputer.

5.2.2 Implikasi Teoritis

Teknik praktikum konvensional dan teknik praktikum simulasi yang diberikan berlandaskan paham konstruktivistik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan melalui interaksi siswa dengan alat-alat praktikum maupun media-media yang digunakan untuk praktikum. Teknik praktikum baik berbasis konvensional maupun simulasi dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif dengan prinsip belajar konstruktivis yakni belajar sebagai proses pembentukan pengetahuan bukan proses menerima pengetahuan dan sangat dipengaruhi oleh proses interaksi lingkungan dan sifat serta karakteristik dari materi pelajaran. Pengalaman belajar siswa yang diperoleh dari lingkungan memberikan bekal bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman berharga yang dapat dijadikan siswa pedoman dan tujuan belajarnya. Implikasinya dalam pembelajaran guru harus merancang pembelajaran yang


(2)

dapat memfasilitasi siswa untuk mengkonstruks sendiri pengetahuannya melalui pengalaman otentik dan bermakna.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbedaan prestasi belajar IPA Materi Fisika siswa berdasarkan teknik praktikum dan kemampuan awal baik yang praktikum dengan teknik konvensional maupun simulasi peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1.Bagi sekolah yang memiliki laboratorium komputer agar memanfaatkan komputer untuk alternatif dalam kegiatan praktikum.

2.Teknik praktikum simulasi sebaiknya sering diterapkan karena dapat meningkatkan prestasi belajar.

3.Teknik praktikum konvensional efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

4.Bagi praktisi pendidikan, hendaknya mengembangkan pemanfaatan media komputer sebagai media pembelajaran fisika.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asrori, Mohammad. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Baharuddin , Azizan. 2009. Wacana Sejarah dan Falsafah Sains - Pemantapan

Pengajian Sejarah, Falsafah dan Dasar Sains. Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur.http://ukm.my › patma. . Diakses3 Juli 2013

http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/

Baharudin dan Nur Wahyudi.2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiningsih, Asri.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Damayanti. 2006. Program Pendidikan untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam. Jakarta: Grasindo.

Degeng.2011. Konteks Teori Elaborasi. Teknologi Pendidikan Universitas surabaya. http://blog.tp.ac.id/konteks-teori-elaborasi.diakses 4 Mei 2014

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. . 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Darsono.2013. Pengaruh penerapan metode percobaan IPA terpadu

terhadapketerampilan proses sains siswa kelas VIII di SMP N 1

Kalasan.http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=2&cad=rja&ved=0CDQQFjAB&url=http%3A%2F%2Feprints.uny.a c.id%2F9166%2F3%2FBAB%2520II. Diakses3 Juli 2013


(4)

Gunawan, Imam dan Anggarini.2011. Taksonomi bloom – revisi ranah kognitif: Kerangka landasan untuk pembelajaran, Pengajaran, dan penilaian. PGSD FIP IKIP PGRI Madiun

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Harjanto.2008.Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Hill .2012. http://www.wisegeek.org/what-are-science-process-skills.htm

diunduh 15 Desember 2013

Hotmartogi R. Sihole dan Manihar Situmorang. 2009. Efektivitas Metode Praktikum Pada Pengajaran Gugus Fungsional Di SMA Toba Samosir. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains.

uap.unnes.ac.id/.../penerapan_pendekatan_contextua_4401405003. Diakses pada tanggal 2 Juli 2013

Joyce & Weil.2009. Models of Teaching. New Jersey : Prentice-Hall

Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMP. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Nursidik,Yahya.2008. kumpulan Metode Pembelajaran/Pendampingan. Tersedia pada media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013.

Muslich ,Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur.2011.Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Nur ,Muhammad dan Muslimin. 2007. Hakikat Sains. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UNY

Purwanto.2004.Psikologi Pendidikan.Bandung: Rosdakarya

Purwanto, PsikologiPendidikan (Bandung :Remaja Rasya Karya, 2009), h. 84http://irfan-irfanfauzan.blogspot.com/2011/09/skripsi-bab-ii.html. Diakses pada tanggal 23 Juni 2013.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rusman. 2011. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Saifuddin. 2005. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(5)

Sanjaya,Wina.2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Prenada Media Grup.

Sardiman, Interaksi, h. 26.http://irfan-irfanfauzan.blogspot.com/2011/09/skripsi-bab-ii.html. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013.

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja

Sarini, Putri. 2012.Pengaruh Virtual Experiment Terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Singaraja.

pasca.undiksha.ac.id › index.php › jurnal_ipa › article ›.Diakses3 November 2013

Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Penerbit Elang Mas.

ShalahudinMahfudzh, PengantarPsikologiPendidikan, (Surabaya :BinaIlmu, 1990), h. 97.http://irfan-irfanfauzan.blogspot.com/2011/09/skripsi-bab-ii.html. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Smaldino, Sharon E. Deborah L Lowther. James D Rusel. 2012. Instructional Technology and Media for Learning. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall. Smith dan Puntambekar.2010. Examining the combination of Physical and

virtual experiments In an inquiry science classroom.compasswiki.org

›.Diakses 10 Oktober 2013

Sofyan.2007.Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru.

http://www.slideshare.net/sofyannardisaputra/buku-2-pedoman-pk-guru-15632306#btnNext. Diakses pada tanggal 09 November 2013.

Sucipto. 2009. Metode-Mengajar-Praktek/-. tersedia pada

sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2009/12/.../ Diakses pada tanggal 23 Juli 2013. Sudarsono, Joko. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003.

Jakarta : Rineka Cipta

Sudesti, Resti .2013.Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Smp Pada Subkonsep Difusi Osmosis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/4160/. Diakses 18 Juli 2014.


(6)

. 2009.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung :Rosdakarya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualititatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriyatman.2011. Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Simulasi Komputer Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah Dan Keterampilan Proses Sains. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/4160/. Diakses 18 Juli 2014.

Toharudin.2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik /Humaniora. Yogyakarta: Humaniora

Tanwil, M. (2007).Efektivitas pembelajaran berbasis simulasi komputer pada topik superposisi gelombang untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.file.upi.edu › FPMIPA › JUR._PEND._FISIKA ›

AHMAD_SAMSUDIN › Publikasi. Diakses pada tangal 19 November

2013

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini.2006.Menajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara

Usman,M. 2010.Menjadi Guru Profesional.Bandung :Rosdakarya Widhiarso. http://widhiarso.staff.ugm.ac.id › files. Diakses pada tangal 23

November 2013

Winkel, W. S. 2009. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.

Ziad, Touriq. 2004. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Media Komputer dengan Media Asli Pada Siswa Kelas 1 SMAN 9 Bandar Lampung. Skripsi Universitas Lampung: Bandar Lampung.

.http://fisika%20Dasar/Suhu%20dan%20Kalor/MP_323.html#skala-termometer.Diakses pada tanggal 23 Juni 2013

.http://118.98.166.67/file_storage/materi_pokok/MP_424/Flash/perambatan Kalor%20.swf. Diakses pada tanggal 23 Juni 2013


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

1 13 58

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FISIKA MENGGUNAKAN PRAKTIKUM KONVENSIONAL DAN SIMULASI KOMPUTER BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL DI SMP MA’ARIF

0 21 115

EFEK MODEL INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMP.

1 5 29

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMP KELAS VII TP. 2015/2016.

3 11 32

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEDISIPLINAN BELAJARSISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALITAHUN AJARAN

0 4 8

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL, MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERHITUNG TERHADAP PRESTASI PENGARUH KEMAMPUAN AWAL, MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERHITUNG TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen).

0 0 14

PENGARUH PRAKTIKUM VIRTUAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X PADA MATERI VERTEBRATA

0 1 253

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BERBAH.

0 0 72

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR IPA-FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 JELBUK Laily Rachmia S.

0 1 6

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

0 0 12