Siklus Aseksual Siklus Seksual

2.2. Siklus Hidup Parasit Malaria

Dalam siklus hidupnya Plasmodium mempunyai dua hospes yaitu manusia dan nyamuk. Siklus aseksual yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit terjadi didalam nyamuk disebut sporogoni .

2.2.1. Siklus Aseksual

26 Sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina masuk dalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit sporozoit tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulainya siklus eksoeritrositik. Didalam sel parenkim hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel parenkim hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas berada dalam plasma darah sebagian mengalami fagositosis. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut siklus pre-eritrositik.atau ekso-eritrositik . Siklus eritrositik dimulai saat merozoit masuk sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma dan mulai membentuk tropozoit. Tropozoit muda berkembang menjadi tropozoit matang, kemudian sitoplasma semakin kompakpadat dan inti atau kromatin membelah diri menjadi beberapa merozoitskizon muda dan membelah diri lagi menjadi lebih banyak merozoit skizon matang kemudian eritrosit pecah mengeluarkan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan bebas berada dalam plasma darah, Merozoit dapat masuk sel darah merah lainnya lagi untuk mengulangi siklus skizogoni. Selain dapat memasuki eritrosit kembali dan ada Universitas Sumatera Utara dari beberapa tropozoit matang tidak membelah diri menjadi merozoit melainkan gametosit.

2.2.2. Siklus Seksual

26 Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk.Gametosit yang ada di darah tidak di cerna oleh sel-sel tubuh lain. Pada gamet jantan, kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir parasit. Di pinggir ini beberapa filament dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membrane basal dinding lambung nyamuk. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista . Didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar ludah nyamuk dan bila nyamuk menggigitmenusuk manusia memungkinkan sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik . 26 Scheme Life Cycle Malaria. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Skema Siklus Hidup Plasmodium Farmedia CD-ROM 2.3. Prinsip Transmisi Malaria Malaria menyebar dari seorang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini terinfeksi dengan bentuk seksual parasit yaitu gametosit, ketika menghisap darah manusia yang terinfeksi malaria. Gametosit berkembang dalam tubuh nyamuk selama 6 -12 hari, setelah itu nyamuk ini akan dapat menginfeksi manusia sehat bila ia menghisap darahnya. Intensitas transmisi malaria di suatu daerah adalah kecepatan inokulasi parasit malaria di suatu daerah tersebut. Keadaan ini menunjukkan angka annual entomological inoculation rate EIR, yaitu jumlah rata-rata infeksi akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi pada penduduk daerah tersebut Universitas Sumatera Utara selama periode satu tahun. Angka EIR ini menentukan seberapa besar perluasan dan epidemiologi malaria serta pola klinis penyakit secara lokal. Pada daerah dengan transmisi rendah dengan angka EIR ≤ 0,01 yang terdapat didaerah zone seperti temperate zone seperti Caucasus dan Central Asia dimana transmisi malaria sedikit dan terbatas. Diantara kedua daerah ekstrim ini, ada daerah dengan musim yang tidak stabil seperti daerah Asia dan Amerika Latin dengan EIR ≤ 10 dan selalu berkisar antara 1 -2, dan situasi dengan musim yang stabil didaerah Afrika Barat dengan EIR antara 10 – 100. Proporsi nyamuk yang terinfeksi secara lokal berhubungan dengan jumlah manusia yang terinfeksi di daerah tersebut. Oleh karena itu, dengan mengurangi jumlah orang yang terinfeksi di suatu daerah, akan menurunkan tingkat transmisi malaria didaerah tersebut, dan juga menurunkan angka prevalensi dan insidensi secara lokal. 27

2.4. Diagnosis Malaria