Uji SD Bioline sebagai Diagnostik Alternatif Malaria Falciparum, Vivax dan Mix Infeksi

(1)

UJI SD BIOLINE SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF

MALARIA FALCIPARUM, VIVAX DAN MIX INFEKSI

T E S I S

Oleh

HARURIKSON LUMBAN TOBING 097111019

PROGRAM MAGISTER KLINIK-SPESIALIS PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN


(2)

UJI SD BIOLINE SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF

MALARIA FALCIPARUM, VIVAX DAN MIXED INFECTION

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kedokteran Bidang Patologi Klinik Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARURIKSON LUMBAN TOBING 097111019

PROGRAM MAGISTER KLINIK-SPESIALIS PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Uji SD Bioline sebagai Diagnostik Alternatif Malaria Falciparum, Vivax dan Mix Infeksi Nama Mahsiswa : Harurikson Lumban Tobing

Nomor Induk Mahsiswa : 097111019

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Patologi Klinik

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Pembimbing I

(dr. Muzahar DMM SpPK (K)

Pembimbing II

(dr Endang H.Gani,DTM&H Sp.Par (K)

Disahkan Oleh: Ketua Departemen Patologi Klinik

FK-USU/RSUP H.Adam malik Medan

Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik FK-USU/ RSUP H.Adam malik Medan

NIP. 194910111979011001

(Prof.dr.Adi Koesoema Aman, SpPK-KH)

NIP. 19487111979032001


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Adi Koesoema Aman, SpPK-KH __________

Anggota : 1. Prof. DR. dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH __________

2. Prof. dr. Herman Hariman, PhD,SpPK-KH __________

3. Prof. dr. Burhanuddin Nasution, SpPK-KN __________

4. dr. Ricke Loesnihari, MKed(Clin.Path), SpPK-K __________

5. dr. Muzahar DMM, SpPK-K __________


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas segala Kasih dan Anugerah Allah Yang Maha Kuasa, sehingga saya dapat mengikuti dan menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan dapat menyelesaikan karya tulis (tesis) ini yang berjudul

Uji SD Bioline Sebagai Diagnostik Alternatif Malaria Falciparum, Vivax dan Mix Infeksi.

1.

Selama saya mengikuti pendidikan dan selama proses penyelesaian penelitian untuk karya tulis ini, saya telah mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan dan pengarahan serta dorongan baik materil dan moril dari berbagai pihak sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini. Untuk semua itu perkenankanlah saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih saya yang tidak terhingga kepada :

2.

Yth, Dr. Muzahar, DMM, SpPK-K, sebagai pembimbing saya yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan, bantuan dan dorongan selama dalam pendidikan dan proses penyusunan sampai selesainya tesis ini. Saya mengucapkan terimakasih, kiranya Allah Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikannya.

Yth, dr Endang H.Gani,DTM&H Sp.ParK sebagai pembimbing II saya dari Departemen Parasitologi FK USU yang sudah memberikan , petunjuk, pengarahan dan bantuan, mulai dari penyusunan proposal, selama dilaksanakannya penelitian sampai selesainya tesis ini.


(6)

3.

4.

Yth, Prof. Dr. Adi Koesoema Aman SpPK-KH,FISH Ketua Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama saya mengikuti pendidikan.

5.

Yth, Prof. Dr. Herman Hariman PhD, SpPK-KH,FISH sebagai Sekretaris Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara , yang sudah memberikan bimbingan dan dorongan selama saya menjalani pendidikan. Hormat dan terimakasih yang tak terhingga saya ucapkan

6.

Yth, Prof. DR. Dr. Ratna Akbari Ganie SpPK-KH,FISH sebagai Ketua Program Studi di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi baik selama saya mengikuti pendidikan hingga selesainya tesis ini.

7.

Yth, Dr. Ricke Loesnihari SpPK-K, sebagai Sekretaris Program Studi di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bimbingan dan petunjuk selama saya mengikuti pendidikan.

Yth, Prof. Dr. Burhanuddin Nasution SpPK-KN,KGEH, yang banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama pendidikan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.


(7)

8. Yth, Dr. Gino Tan PhD, SpPK-KH, Dr. Zulfikar Lubis SpPK-K, Dr. Ozar Sanuddin SpPK-K, Dr Tapisari Tambunan SpPK-KH, Dr. Farida Siregar SpPK, dr. Ulfah Mahidin, SpPK, dr. Chairul Rahmah, SpPK, dr. Lina SpPK dan Dr. Nelly Elfrida Samosir SpPK, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan dan hingga selesainya tesis ini. Hormat dan terimakasih saya ucapkan . Begitu juga kepada guru-guru yang telah mendahului kita yaitu Alm.Prof. Dr .E N Kosasih SpPK-KH , Alm.Prof. Dr. Iman Sukiman SpPK-KH, Alm. Dr. R. Ardjuna M. Burhan DMM, SpPK-K,

9. Yth, Prof.DR Syafrudin Mkes, DR dr Arlinda Mkes,yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bimbingan di bidang statistik selama saya memulai penelitian sampai selesainya tesis saya, terimakasih banyak saya ucapkan

Alm. Irfan Abdullah SpPK-KH, Alm. Dr. Paulus Sembiring SpPK-K, Alm. Dr. Hendra Lumanauw SpPK-K saya tidak melupakan semua jasanya dalam pendidikan ini.

10.

11.

Yth. Marwati Hondo sebagai Kepala Puskesmas Pulau Tello, DR dr Umar Zein DTM&H SpPD KPTI, dr Sunna Hutagalung MS, Sahat Siregar yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bimbingan selama saya penelitian di Puskesmas Pulau Tello Kabupaten Nias Selatan.

Yth. Seluruh teman sejawat peserta PPDS Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan, para analis, karyawan / karyawati di Departemen Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan, serta


(8)

semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik selama saya mengikuti pendidikan.

12. Ucapan terimakasih juga kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rektor Universitas Sumatera Utara, Direktur rumah Sakit umum Pusat H. Adam Malik yang telah memberikan kesempatan dan menerima saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik.

13. Terimakasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada kedua orangtua saya, Ayahanda tercinta Alm. Togar N.Lumban Tobing dan Ibunda Arta Saida Tampubolon yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik

14.

dan setiap saat selalu bersedia memberikan dukungan moril maupun materil. Kiranya Allah Yang Maha Kuasa membalas semua budi baik dan kasih sayangnya. Begitu juga kepada Bapak dan Ibu mertua saya yang juga telah banyak memberikan bantuan moril maupun materil kepada saya dan keluarga. Juga kepada Abang, Kakak ,dan Adik yang tidak henti-hentinya memberikan semangat selama saya mengikuti pendidikan.

Akhirnya terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada Istri tercinta Free Agustina P.Sinaga.Psi, MKes yang telah mendampingi saya dengan penuh pengertian, perhatian, memberikan dorongan dan pengorbanan selama saya mengikuti pendidikan sampai saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Juga kepada anak-anakku terkasih


(9)

yang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih sayang selama saya mengikuti pendidikan, semoga ini semua dapat menjadi motivasi dalam mencapai cita-cita kalian.

15. Kepada berbagai pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya. Ijinkan saya menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang terkait atas segala kekurangan dan kesalahan selama saya mengikuti pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan dalam penulisan tesis ini.

Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, memberikan sumbangan yang berharga bagi perkembangan dunia ilmu kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua.

Medan, Agustus 2014 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

Daftar Singkatan ... xi

Abstrak ... xii

Abstrack ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesa Penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Malaria ... 8

2.1.1 Definisi ... 8

2.2 Siklus Hidup Parasit Malaria ... 9

2.2.1. Siklus aseksual ... 9

2.2.2. Siklus seksual ... 10

2.3. Prinsip Transmisi Malaria ... 11

2.4. Diagnosis Malaria ... 12

2.4.1. Pemeriksaan Mikroskopik (Metode Konvensional) .... 13

2.4.2. Quantitative Buffy Coat (QBC) Malaria ... 14


(11)

2.4.5. PCR (Polymerase Chain Reactions) ... 15

2.4.6. Immunochromatographic Test (ICT) ... 15

2.5. Kerangka Konsep ... 18

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Metode Penelitian ... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

3.3.1 Populasi Penelitian ... 19

3.3.2 Sampel Penelitian ... 19

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 20

3.3.4. Besar Sampel ... 20

3.4. Kriteria Penelitian ... 20

3.4.1. Kriteria Inklusi ... 20

3.4.2. Kriteria Eksklusi ... 20

3.5. Ethical Clearance dan Informed Consent ... 21

3.6. Material dan Metode SD Bioline ... 21

3.6.1. Pengambilan dan Penyimpanan Specimen ... 21

3.6.2. Bahan yang diperlukan ... 22

3.6.3. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik ... 23

3.6.4. Pemantapan Kualitas ... 24

3.7. Batasan Operasional ... 25

3.8. Analisis Data Statistik ... 27

3.9. Perkiraan Biaya Penelitian ... 28

3.10.Jadwal Penelitian ... 28

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 29


(12)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Perkiraan Biaya Penelitian ... 28

Tabel 3.2. Jadwal Penelitian ... 28

Tabel 4.1. Karakteristik Sampel ... 29

Tabel 4.2. Perbandingan Uji SD Bioline dengan Mikroskop P.f ... 30

Tabel 4.3. Perbandingan Uji SD Bioline dengan Mikroskop P.v ... 30


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 2. Data Pasien

Lampiran 3. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan Lampiran 4. Ethical Clearance

Lampiran 5. Data Penelitian Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup


(16)

DAFTAR SINGKATAN

AO : Acridine Orange

API : Annual Parasite Incidence

BB : Berat Badan

CDC : Center for Disease Control and Prevention

cm : Centimeter

DNA : Deoxyribonucleic Acid

HPA : High Prevalensi Area

HRP : Histidine Rich Protein

ICT : Immunochromatographic Test

kg : Kilogram

Mab : Monoclonal antibody

mm : Millimeter

NTB : Nusa Tenggara Barat

PCR : Polymerase Chain Reaction

PfHRPII : Plasmodium falciparum Histidine Rich Protein-II

pLDH : plasmodium Lactate Dehydrogenase PMI : Palang Merah Indonesia

PR : Parasite Rate

QBC : Quantitative Buffy Coat

RDT : Rapid Diagnostic Test

RES : Reticulo Endothelial System

RIA : Radio Immuno Assay

SPSS : Statistical Package for Social Science

WHO : World health Organization

SD : Standard Diagnostik UTD : Unit Transfusi Darah


(17)

ABSTRAK

UJI SD BIOLINE SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF MALARIA FALCIPARUM, VIVAX DAN MIX INFEKSI

Lumbantobing H1, Muzahar1, Gani E2.

1 Departemen Patologi Klinik, FK USU/ RSUP H.Adam Malik Medan 2 Departemen Parasitologi, FK Universitas Sumatera Utara Medan

Latar belakang: Malaria merupakan penyakit infeksi parasit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia dan di negara tropis maupun subtropis di dunia sampai saat ini. Diagnosis dan terapi cepat merupakan hal mendasar untuk menghentikan transmisi penyakit malaria. Diagnosis malaria berdasarkan penemuan parasit dalam tetes darah tebal dan tipis masih menjadi masalah di daerah endemik karena keterbatasan peralatan dan tergantung ketrampilan petugas. Sebaliknya uji SD Bioline Malaria dapat mendeteksi Plasmodium secara spesifik, cepat dan tidak memerlukan ketrampilan khusus.

Tujuan : Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan Uji SD Bioline Malaria dalam menegakkan diagnosis infeksi malaria falciparum,vivax, dan mix infection didaerah endemik malaria.

Bahan dan Cara: Sembilan puluh delapan sampel darah dari pasien suspek malaria di Puskesmas Pulau Tello,Kabupaten Nias Selatan Propinsi Sumatera Utara diperiksa menggunakan uji SD Bioline malaria dengan Mikroskop. Penelitian dilakukan di Puskesmas Telo Kecamatan Pulau-pulau Batu Kabupaten Nias Selatan bekerja sama dengan Departemaen Patologi Klinik FK USU/RSU H.Adam Malik Medan. Sensitivitas dan spesifitas di Uji dengan tes Mc.Nemar’.

Hasil: Perbandingan uji SD Bioline Malaria dengan mikroskop P.falciparum,vivax dan mix infecsion mempunyai sensitivitas 97%, spesifisitas 100%. NPP 100%. NPN 99%.

Simpulan: Uji SD Bioline Malaria memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi dapat dijadikan diagnostik alternatif malaria falciparum, vivax dan mix infeksi.


(18)

ABSTRACT

SD BIOLINE TEST AS AN ALTERNATIVE DIAGNOSTIC FOR MALARIA FALCIPARUM, VIVAX AND MIXED INFECTION

Lumbantobing H1, Muzahar1, Gani E2.

Clinical Pathology Departement of Medicine Faculty USU/H. Adam Malik Hospital, Medan.

Department Parasitology of Medicine Faculty USU, Medan

Background: Malaria is a parasitic disease with high morbidity and mortality rates in Indonesia and other tropical and sub tropical countries even through these days. Rapid diagnosis and prompt treatment are essential to control the transmission of the disease. Malaria diagnosis by detecting the parasites from thick blood film in endemic areas remains to be a problem by the lack of available means and is highly dependent on the examiner’s skill. Alternatively, the SD Bioline Malaria test is able to detect Plasmodium specifically, with rapid result and no special skills required.

Objective: To determine the SD Bioline Malaria test quality of results in the diagnosis of falciparum malaria, vivax malaria, and mixed malaria infection in an endemic area.

Materials & Methods: 98 blood samples were drawn from suspected malaria patients from the local public health service (puskesmas) of Pulau Tello, Nias Selatan regency, Sumatera Utara province. The blood samples were analyzed by the SD Bioline Malaria test and microscopic examination. The study was done at Puskesmas Telo of Pulau-pulau Batu district Nias Selatan in collaboration with Clinical Pathology department of FK USU/H. Adam Malik hospital Medan. The Mc.Nemar’ test was used to determine the sensitivity and specificity of both methods.

Results: The SD Bioline Malaria test showed a sensitivity of 97%, a specificity of 100%, NPP 100%, and NPN 99% for the diagnosis of falciparum malaria, vivax malaria, and mixed malaria infection compared with microscopic examination.

Conclusion: The SD Bioline Malaria test has high sensitivity and high specificity in malaria diagnosis, thus may be applied as an alternative test for the detection of falciparum malaria, vivax malaria, and mixed malaria infection.


(19)

ABSTRAK

UJI SD BIOLINE SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF MALARIA FALCIPARUM, VIVAX DAN MIX INFEKSI

Lumbantobing H1, Muzahar1, Gani E2.

1 Departemen Patologi Klinik, FK USU/ RSUP H.Adam Malik Medan 2 Departemen Parasitologi, FK Universitas Sumatera Utara Medan

Latar belakang: Malaria merupakan penyakit infeksi parasit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia dan di negara tropis maupun subtropis di dunia sampai saat ini. Diagnosis dan terapi cepat merupakan hal mendasar untuk menghentikan transmisi penyakit malaria. Diagnosis malaria berdasarkan penemuan parasit dalam tetes darah tebal dan tipis masih menjadi masalah di daerah endemik karena keterbatasan peralatan dan tergantung ketrampilan petugas. Sebaliknya uji SD Bioline Malaria dapat mendeteksi Plasmodium secara spesifik, cepat dan tidak memerlukan ketrampilan khusus.

Tujuan : Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan Uji SD Bioline Malaria dalam menegakkan diagnosis infeksi malaria falciparum,vivax, dan mix infection didaerah endemik malaria.

Bahan dan Cara: Sembilan puluh delapan sampel darah dari pasien suspek malaria di Puskesmas Pulau Tello,Kabupaten Nias Selatan Propinsi Sumatera Utara diperiksa menggunakan uji SD Bioline malaria dengan Mikroskop. Penelitian dilakukan di Puskesmas Telo Kecamatan Pulau-pulau Batu Kabupaten Nias Selatan bekerja sama dengan Departemaen Patologi Klinik FK USU/RSU H.Adam Malik Medan. Sensitivitas dan spesifitas di Uji dengan tes Mc.Nemar’.

Hasil: Perbandingan uji SD Bioline Malaria dengan mikroskop P.falciparum,vivax dan mix infecsion mempunyai sensitivitas 97%, spesifisitas 100%. NPP 100%. NPN 99%.

Simpulan: Uji SD Bioline Malaria memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi dapat dijadikan diagnostik alternatif malaria falciparum, vivax dan mix infeksi.


(20)

ABSTRACT

SD BIOLINE TEST AS AN ALTERNATIVE DIAGNOSTIC FOR MALARIA FALCIPARUM, VIVAX AND MIXED INFECTION

Lumbantobing H1, Muzahar1, Gani E2.

Clinical Pathology Departement of Medicine Faculty USU/H. Adam Malik Hospital, Medan.

Department Parasitology of Medicine Faculty USU, Medan

Background: Malaria is a parasitic disease with high morbidity and mortality rates in Indonesia and other tropical and sub tropical countries even through these days. Rapid diagnosis and prompt treatment are essential to control the transmission of the disease. Malaria diagnosis by detecting the parasites from thick blood film in endemic areas remains to be a problem by the lack of available means and is highly dependent on the examiner’s skill. Alternatively, the SD Bioline Malaria test is able to detect Plasmodium specifically, with rapid result and no special skills required.

Objective: To determine the SD Bioline Malaria test quality of results in the diagnosis of falciparum malaria, vivax malaria, and mixed malaria infection in an endemic area.

Materials & Methods: 98 blood samples were drawn from suspected malaria patients from the local public health service (puskesmas) of Pulau Tello, Nias Selatan regency, Sumatera Utara province. The blood samples were analyzed by the SD Bioline Malaria test and microscopic examination. The study was done at Puskesmas Telo of Pulau-pulau Batu district Nias Selatan in collaboration with Clinical Pathology department of FK USU/H. Adam Malik hospital Medan. The Mc.Nemar’ test was used to determine the sensitivity and specificity of both methods.

Results: The SD Bioline Malaria test showed a sensitivity of 97%, a specificity of 100%, NPP 100%, and NPN 99% for the diagnosis of falciparum malaria, vivax malaria, and mixed malaria infection compared with microscopic examination.

Conclusion: The SD Bioline Malaria test has high sensitivity and high specificity in malaria diagnosis, thus may be applied as an alternative test for the detection of falciparum malaria, vivax malaria, and mixed malaria infection.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang sangat penting di dunia dan masih merupakan problem kesehatan masyarakat secara global dan memerlukan perhatian yang khusus. Bersama dengan tuberkulosis dan infeksi HIV/AIDS, Malaria meupakan penyakit infeksi yang ketiga terbanyak.

Di Indonesia, malaria merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena Indonesia adalah negara tropis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang bernama Plasmodium

yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.Terdapat empat spesies Plasmodium yang diketahui dapat menyebabkan penyakit malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax, penyakitnya disebut malaria tertiana.

Malaria ini ditandai dengan munculnya demam pada hari ke tiga (48 jam). Plasmodium ovale yang ditandai demam muncul pada hari ke tiga (50 jam).

Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana yang ditandai demam

muncul tiap empat hari (72 jam). Sedangkan Plasmodium falciparum

mengakibatkan malaria falsiparum. Jenis malaria terakhir ini paling serius bahkan bisa berakhir dengan kematian. Disamping itu, gejala yang ditimbulkannya dapat menurunkan produktivitas penderitanya.

1,2

Studi terbaru telah menemukan suatu spesies Plasmodium baru yang bisa menginfeksi manusia. Spesies Plasmodium yang kelima ini dikenali sebagai Plasmodium knowlesi. Plasmodium falciparum mempunyai siklus


(22)

hidup (aseksual) terpendek didalam hati selain itu juga menyerang semua bentuk sel darah merah sehingga dapat menyebabkan komplikasi yang berat/fatal, karena itu malaria falciparum diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat agar penatalaksanaannya dapat segera diberikan.

SD BIOLINE Malaria Antigen P.f/Pan terdiri dari membran strip, yang disalut ulang dengan 1 monoklonal antibody dan 1 poliklonal antibody berbentuk dua garis yang terpisah pada permukaan kit tes. Monoklonal antibody pertama (test line P.f) spesifik terhadap HRP2 P.falciparum, dan poliklonal antibody kedua (test line P.Pan) spesifik terhadap lactate dehidrogenase spesies plasmodium(falciparum,vivax,ovale,malariae pertama(garis tes 1). Poliklonal antibody pan spesifik untuk laktat dehidrogenase spesies Plasmodium tidak memiliki reaktivitas silang dengan laktat dehidrogenase manusia, karena antibody ini (untuk laktat dehidrogenase Plasmodium falciparum dan P.vivax) di adsorbsi ke laktat dehidrogenase manusia. Sehingga, SD BIOLINE Malaria Antigen P.f/Pan didisain untuk mendiagnosa Plasmodium falciparum dan spesies Plasmodium yang lain secara terpisah.

1,2

Berdasarkan Data Situasi Umum Malaria Dinkes Propinsi Sumatera Utara (2010), jumlah penduduk 13.518.337 jiwa, Jumlah kabupaten/kota ada 33 dengan 533 Puskesmas, Jumlah daerah endemis malaria dijumpai 17 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 8.198.463 jiwa dengan 327 puskesmas sedangkan desa endemis malaria ada 185 desa dengan jumlah penduduk 5.202.414 jiwa

46


(23)

Menurut Sumber Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara jenis malaria di kabupaten Madina endemis malaria falciparum, Kabupaten Labuhan Batu Utara endemis malaria vivax sedangkan Kabupaten Nias Selatan dijumpai kedua jenis malaria yaitu malaria falciparum dan malaria vivax.

Kabupaten Nias selatan merupakan pemekaran dari kabupaten Nias yang berada dibagian selatan Pulau Nias dan merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara. Malaria merupakan penyakit utama di kabupaten Nias selatan. Besarnya Annual Malaria Incidence (AMI) diseluruh kabupaten Nias

Selatan sangat berfluktuatif. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan AMI yang melebihi tahun sebelumnya yaitu 105 ‰ dan 7,36% kasus malaria klinis yang diperiksa darah, diperoleh angka Slide Positivity Rate (SPR) sebesar 11,46% sehingga dapat dikategorikan sebagai High Incidence Area (HIA).

Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu wilayah Indonesia yang mempunyai kasus malaria cukup tinggi. Apalagi semenjak terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami pada bulan maret 2005. Bencana ini menyebabkan terjadinya wabah (outbreak) dan munculnya daerah-daerah endemik. Hal ini terjadi akibat banyaknya terbentuk cekungan-cekungan kolam, dan parit yang bercampur dengan air laut yang masuk saat bencana gempa bumi dan tsunami sehingga menjadi tempat perindukan nyamuk malaria. (Depkes 2005)


(24)

Berdasarkan data sepuluh besar penyakit di kabupaten Nias Selatan tahun 2010 yang diperoleh dari sumber Dinas kesehatan Kabupaten Nias Selatan bahwa penyakit yang paling banyak dijumpai adalah malaria klinis sebanyak 42.626 kasus.

Bendezu,et.al.(2010), melakukan penelitian didaerah endemik Peruvian Amazon Peru terhadap 332 orang suspek malaria dengan umur 16-32 tahun memakai Tes Rapid ParascreenTM dibandingkan dengan Mikroskop untuk P.falciparum didapatkan nilai Sensitivitas 53,5%, Spesifisitas 98,7%,

untuk non P.falciparum didapatkan nilai Sensitivitas 77,1%, Spesifisitas

97,6%, Sedangkan tes ParascreenTM dibandingkan dengan PCR untuk

P.falciparum, Sensitivitas 81,8%, Spesifisitas 99,1%, non P.falciparum

Sensitivitas 77,1%, Spesifisitas 99,2%.

Nur Afiah.dkk.(2009),melakukan penelitian didaerah endemik Halmahera Tengah terhadap 240 orang suspek malaria dengan Tes Paracheck Pf dengan Mikroskop didapatkan nilai Sensitivitas 88% dan Spesifisitas 66,6%.

3

Ginting Jenny.dkk.(2008),melakukan penelitian terhadap 104 orang suspek malaria semua golongan umur di puskesmas dan RSU Penyabungan dengan membandingkan tes Parascreen dengan Pewarnaan Giemsa didapatkan nilai Sensitivitas 76,47%, Spesifisitas 100%.

4

Ima Arum L.dkk.(2006),melakukan penelitian terhadap 604 orang suspek malaria dengan tes rapid Immunokromatografi dibandingkan dengan pemeriksaan Mikroskopis didapatkan nilai Sensitivitas 100%, Spesifisitas


(25)

Diagnosis cepat dan akurat dengan mendeteksi parasit Plasmodium

dalam darah penderita sehingga dapat ditangani segera.7,8,9, Hal ini merupakan tantangan laboratorium diseluruh negara agar diagnosis malaria dapat ditegakkan sesegera mungkin12. Sebagai baku emas, pewarnaan Giemsa pada apusan darah dan pemeriksaan dibawah mikroskop sering digunakan karena biayanya yang relatif murah,tetapi pemeriksaan ini memiliki beberapa keterbatasan seperti membutuhkan tenaga laboratorium yang trampil dan hasil diperoleh dalam waktu yang lama (time consuming), serta tidak jarang mendapatkan hasil positif dan negatif palsu.13.14.15 WHO juga sudah mengakui akan kebutuhan alat diagnostik non mikroskopis untuk mengatasi kelemahan ini.16 Beberapa metoda untuk diagnosis malaria falsiparum telah berkembang dalam mendeteksi proses penyakit ini. Telah di temukan metoda imunologik yang sangat baik dan sederhana untuk diagnosis malaria yaitu Tes Rapid Immunokromatografi dan sudah dikenal beberapa tahun ini.

Teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan kemampuan Sensitivitas dan Specifisitas dari alat ini. maka dianjurkan untuk menggunakan Rapid Test dengan kemampuan minimal Sensitivitas 95% dan Spesifisitas 95%. Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.

17,18

19

Karena keterbatasan perangkat diagnostik mikroskopis malaria di daerah-daerah endemik malaria di Indonesia, maka dibutuhkan alat penunjang diagnostik RDT yang sederhana, tapi mempunyai kualitas yang

Dengan adanya kendala diatas maka dipandang perlu adanya metode pemeriksaan yang cepat, praktis/ mudah dikerjakan tapi tidak mengurangi akurasinya.


(26)

baik, sehingga mampu mendiagnosis infeksi malaria falciparum, vivax, dan mix infection (infeksi campuran). Maka dilakukanlah penelitian ini dengan melakukan uji diagnostik menggunakan RDT SD malaria terhadap pasien-pasien yang suspek malaria di daerah endemik malaria falciparum, vivax, dan mix infection (infeksi campuran)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah alat penunjang uji SD Bioline malaria mempunyai kualitas yang baik?

1.3. Hipotesa Penelitian

Sensitivitas dan Spesifitas pemeriksaan SD Bioline terhadap pasien malaria falciparum, vivax dan mix infeksi adalah baik.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan SD Bioline dalam mendiagnosis infeksi malaria falciparum, vivax, dan mix infeksi di daerah endemik malaria.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui Sensitivitas dan Spesifisitas pemeriksaan SD Bioline dalam menegakkan diagnosis infeksi malaria falciparum, vivax, dan mix infeksi di daerah endemik malaria.


(27)

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya kualitas pemeriksaan SD Bioline dalam menegakkan diagnosis infeksi malaria falciparum, vivax, dan mix infeksi, maka SD Bioline dapat digunakan secara luas sebagai alat penunjang diagnostik infeksi malaria falciaprum, vivax, dan mix infeksi di daerah-daerah endemik malaria di Indonesia yang belum mempunyai perangkat diagnostik mikroskopis.


(28)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Malaria

2.1.1. Definisi

Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat

menjadi serius dan menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia.20,21 Setiap tahun hampir 10% dari seluruh populasi dunia menderita malaria. Dari jumlah itu sebanyak 500 juta penderita dengan gejala klinis dan diantaranya menimbulkan 1-3 juta kematian yang tersebar di lebih dari 90 negara.22 Penyakit ini ditandai dengan adanya dingin/ menggigil, demam,berkeringat, dapat menimbulkan komplikasi serebral, anemia berat, gastroenteritis, hipoglikemia, edema paru, icterik dengan bilirubin ≥ 3mg/dl, gagal ginjal dan kematian. Malaria juga ancaman bagi pelancong yang mengunjungi daerah endemik malaria.

Di Indonesia sendiri angka kejadian malaria meningkat semenjak terjadinya krisis moneter di tahun 1997. Di Pulau Jawa misalnya, angka kejadian parasit tahunan (Annual Parasite Incidence rate- API) meningkat dari 0,1 ke 0,8 infeksi per 1000 orang antara tahun 1996 dan 2000. Pada tahun 2002 angka ini meningkat lagi hampir 70%.

23

24 Disamping melalui gigitan

nyamuk Anopeles, malaria juga dapat ditularkan melalui placenta dan transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria. Pada tahun 2001 ditemukan 5 kasus malaria falsiparum pada penderita hemodialisis regular di Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan yang pernah mendapat transfusi darah, dan dua kasus meninggal akibat malaria berat.25


(29)

2.2. Siklus Hidup Parasit Malaria

Dalam siklus hidupnya Plasmodium mempunyai dua hospes yaitu

manusia dan nyamuk. Siklus aseksual yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit terjadi

didalam nyamuk disebut sporogoni .

2.2.1. Siklus Aseksual

26

Sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina masuk dalam

darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit sporozoit tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulainya siklus eksoeritrositik. Didalam sel parenkim hati, parasit tumbuh menjadi

skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel parenkim hati yang

mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas berada dalam

plasma darah sebagian mengalami fagositosis. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut siklus pre-eritrositik.atau

ekso-eritrositik. Siklus eritrositik dimulai saat merozoit masuk sel-sel darah

merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma dan mulai membentuk tropozoit. Tropozoit muda berkembang menjadi tropozoit

matang, kemudian sitoplasma semakin kompak/padat dan inti atau kromatin membelah diri menjadi beberapa merozoit(skizon muda) dan membelah diri lagi menjadi lebih banyak merozoit (skizon matang) kemudian eritrosit pecah mengeluarkan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan bebas berada dalam plasma darah, Merozoit dapat masuk sel darah merah lainnya lagi untuk mengulangi siklus skizogoni. Selain dapat memasuki eritrosit kembali dan ada


(30)

dari beberapa tropozoit matang tidak membelah diri menjadi merozoit melainkan gametosit.

2.2.2. Siklus Seksual 26

Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk.Gametosit yang ada di

darah tidak di cerna oleh sel-sel tubuh lain. Pada gamet jantan, kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir parasit. Di pinggir ini beberapa filament dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut

mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam

makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing

pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membrane

basal dinding lambung nyamuk. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut

ookista. Didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit

menembus kelenjar ludah nyamuk dan bila nyamuk menggigit/menusuk manusia memungkinkan sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah siklus


(31)

Gambar 2.1. Skema Siklus Hidup Plasmodium (Farmedia CD-ROM)

2.3. Prinsip Transmisi Malaria

Malaria menyebar dari seorang ke orang lain melalui gigitan nyamuk

Anopheles betina. Nyamuk ini terinfeksi dengan bentuk seksual parasit yaitu

gametosit, ketika menghisap darah manusia yang terinfeksi malaria. Gametosit berkembang dalam tubuh nyamuk selama 6 -12 hari, setelah itu nyamuk ini akan dapat menginfeksi manusia sehat bila ia menghisap darahnya. Intensitas transmisi malaria di suatu daerah adalah kecepatan inokulasi parasit malaria di suatu daerah tersebut. Keadaan ini menunjukkan angka annual entomological inoculation rate (EIR), yaitu jumlah rata-rata


(32)

selama periode satu tahun. Angka EIR ini menentukan seberapa besar perluasan dan epidemiologi malaria serta pola klinis penyakit secara lokal. Pada daerah dengan transmisi rendah dengan angka EIR ≤ 0,01 yang terdapat didaerah zone seperti temperate zone seperti Caucasus dan Central Asia dimana transmisi malaria sedikit dan terbatas. Diantara kedua daerah ekstrim ini, ada daerah dengan musim yang tidak stabil seperti daerah Asia dan Amerika Latin dengan EIR ≤ 10 dan selalu berkisar antara 1 -2, dan situasi dengan musim yang stabil didaerah Afrika Barat dengan EIR antara 10 – 100. Proporsi nyamuk yang terinfeksi secara lokal berhubungan dengan jumlah manusia yang terinfeksi di daerah tersebut. Oleh karena itu, dengan mengurangi jumlah orang yang terinfeksi di suatu daerah, akan menurunkan tingkat transmisi malaria didaerah tersebut, dan juga menurunkan angka prevalensi dan insidensi secara lokal.27

2.4. Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria dapat dilakukan secara mikroskopis dan non mikroskopis. Uji mikroskopis dapat dilihat secara langsung dibawah mikroskop, seperti pemeriksaan darah tepi, Quantitative Buffy Coat (QBC)

yang memakai Acridine Orange (AO). Sedangkan uji non mikroskopis

berguna untuk mengidentifikasi antigen parasit atau antibodi antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, seperti uji Polimerase Chain Reaction (PCR),

Enzime Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Radio Immuno Assay (RIA),

Indirect Hemaglutination, Deoxyribonucleic Acid (DNA) dan Rapid Diagnostic

Test (RDT).

42,43


(33)

Hingga saat ini diagnosis malaria gold standard dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa dan diperiksa di bawah mikroskop cahaya.16, 31 Hasil pemeriksaan negatif tidak selalu berarti tidak mengidap penyakit malaria ataupun mereka yang tinggal di daerah hipoendemis, sebaiknya di ulang setiap 4 – 6 jam untuk menegakkan diagnosis. Pada sediaan darah tebal, kemungkinan menjumpai parasit lebih besar karena darah yang diambil 3 tetes, dibanding pada sediaan darah tipis,yang hanya 1 tetes. Sediaan darah tipis berguna untuk melihat morfologi parasit sekaligus menentukan spesies parasit.

2.4.1. Pemeriksaan Mikroskopik (Metode Konvensional) 9

Saat ini diagnosis malaria masih dilakukan dengan menggunakan metode konvensional yaitu dengan pewarnaan Giemsa yang dikembangkan

oleh Ross sejak tahun 1903. Ada 2 cara untuk pembuatan preparat:

45

1. Preparat darah tebal, dengan menggunakan 3 tetesan darah dan dengan preparat ini lebih banyak kemungkinan menemukan 20 kali lebih cepat ditemukannya parasit dari pada preparat darah tipis.

2. Preparat darah tipis, lebih tepat untuk mengkonfirmasi spesies parasit selain itu juga dapat melihat perubahan bentuk eritrosit. Jadi dengan preparat ini dapat membedakan ke4 spesies plasmodium.

Metode konvensional ini memerlukan biaya yang relatip murah tetapi membutuhkan waktu cukup lama untuk proses pewarnaan dan untuk interprestasinya diperlukan tenaga terlatih dan berpengalaman.


(34)

Keuntungannya: dapat menghitung kepadatan parasit sehingga dapat diketahui berat ringannya infeksi.

2.4.2 Quantitative Buffy Coat (QBC) Malaria 41

Metode ini merupakan cara tes diagnostik cepat untuk deteksi parasit malaria dengan cara stratifikasi sentrifugal, darah yang diambil pada tabung kapiler akan membentuk stratifikasi (lapisan) yang disebut “Buffy Coat” dan

parasit malaria terkonsentrasi pada lapisan ini. Pemeriksaan ini berdasar pada DNA dan RNA parasit dengan pengecatan acridine orange kemudian dilihat dengan mikroskop fluorescence dimana nucleus terlihat hijau dan sitoplasma terlihat merah.

46,47

Metode ini ditemukan oleh Wardlaw dan Levine tahun.1983, dikatakan 10 kali lebih sensitif daripada metode konvensional oleh karena darah yang digunakan sampel 55-56ul bila dibandingkan metode konvensional yang hanya menggunakan 0,1 - 0,25 ul. Sensitifitas metode ini berkisar 89 -92% dan spesifitasnya 83,3%.

Metode ini menggunakan fasilitas laboratorium yang lebih lengkap oleh karena harus ada centrifus dan mikroskop fluorescence yang kebanyakan tidak didapatkan pada laboratorium daerah.

2.4.3. Metode Kawamoto

Metode ini dikembangkan tahun 1991 oleh Kawamoto, dengan menggunakan sediaan darah tebal dan tipis seperti pada pulasan konvensional kemudian diwarnai dengan acridine orange (1-2 tetes) dan

dilihat dibawah mikroskop cahaya biasa dengan menyisipkan interference


(35)

filter dibawah kondensor mikroskop dan memakai cahaya halogen atau sinar matahari sehingga menghasilkan mikroskop fluorescence.

Dibanding dengan cara konvensional metode ini lebih cepat, tetapi masih tetap menggunakan mikroskop walau lebih sederhana bila dibandingkan dengan metode QBC. Sensitifitasnya 69,8% dan spesifisitasnya 81,05%.

2.4.4. Diagnosis Serologik

Dengan metode ini dapat mendeteksi antibodi maupun antigen malaria, ELISA merupakan metode yang dapat digunakan pada diagnosis serologik ini dengan mendeteksi antigen pada malaria. Metode ini memerlukan waktu relatif lama sekitar 2-4 jam selain itu juga memerlukan sarana laboratorium yang lengkap.

48

2.4.5. PCR (Polymerase Chain Reactions)

Metode ini menggunakan teknik biologi molekuler dan dapat mendeteksi DNA malaria melalui reaksi berantai polymerase dan visualisasinya menggunakan elektroforesis serta pembacaannya dibawah iluminasi sinar ultra violet, metode ini menggunakan peralatan (thermal

Cycler) dan reagens yang mahal dengan waktu yang dibutuhkan sekitar 4 jam

dan memerlukan ketrampilan yang memadai.

48

2.4.6. Immunochromatographic Test (ICT)

Immunokromatografi Tes merupakan salah satu Rapid Diagnostik Tes. Uji ini berdasarkan deteksi antigen yang dikeluarkan oleh parasit malaria, yaitu PfHRP II. Pada eritrosit yang terinfeksi plasmodium akan terbentuk knob yaitu knob positif dan negatif. Sintesa PfHRP II di mulai pada saat berbentuk


(36)

cincin dan berlanjut hingga stadium trofozoit. Ada tiga HRP yang dibuat oleh P.falciparum pada saat menginfeksi eritrosit yang dinamakan dengan PfHRP I,II dan III. PfHRP I hanya diekspresikan pada knob positif pada membrane eritrosit yang terinfeksi sehingga jumlahnya sedikit. PfHRP II diekspresikan pada kedua knob positif dan negatif dan jumlahnya sangat banyak, dan merupakan antigen pertama yang digunakan untuk RDT. Rangkaian DNA telah membuktikan bahwa PfHRP II mengandung 35% histidin dan juga kandungan alanin dan aspartat yang relatif tinggi masing – masing 40% dan 12%. PfHRP III merupakan protein yang paling sedikit di produksi oleh

P.falsiparum di bandingkan dengan PfHRP I dan PfHRP II. Rangkaian DNA

menunjukkan PfHRP III mengandung 30% histidin dan 29% alanin.

Immunokromatografi Tes umumnya digunakan dalam bentuk uji strip yang mengandung antibodi monoclonal yang langsung pada antigen parasit. Prinsip Immunokromatografi Tes adalah mendeteksi antigen yang di keluarkan oleh plasmodium, dan selanjutnya akan terjadi reaksi kompleks antigen-antibodi pada bahan nitroselulose acetat dimana kompleks tersebut diberi Monoklonal antibodi (Mab) yang berlabel zat warna (Coloidal gold) sebagai penanda, sehingga muncul suatu tanda berupa garis yang menyatakan hasil positif untuk P.falciparum, infeksi campuran atau negatif.

35,12,36

17,12

Immunokromatografi tes merupakan uji yang cepat, mudah dilakukan dan tidak memerlukan laboratorium khusus, seperti sentrifus dan mikroskop. Uji ini lebih praktis digunakan dilapangan, hanya membutuhkan sedikit


(37)

Cara kerja alat ini yaitu dengan menggunakan pipa kapiler yang tersedia , darah diambil dengan menusuk ujung jari dan pastikan bahwa pipa kapiler telah terisi penuh darah. Darah ditaruh pada daerah ungu yang ada pada alat, dilakukan dengan cara memegang pipa kapiler secara vertikal dan tekan ujungnya perlahan-lahan. Kemudian diteteskan reagensia. Dalam 5 menit hasil sudah dapat dibaca. Garis paling atas (garis pertama) merupakan garis control. Garis dibawah garis control merupakan garis uji untuk plasmodium nonfalciparum. Bila hasil uji (+)/(−) untuk P,falciparum maka garis control dan garis terbawah akan berwarna merah muda.

Kelemahan ICT ini antara lain:

12,38

1. Sensitivitas biasanya mencapai > 90% pada level parasitemia > 100/µL darah, tetapi akan menurun pada parasitemia yang rendah, orang – orang yang tidak imun dan yang sudah pernah mendapat terapi profilaksis malaria.

2. Hasil positif palsu dapat terjadi karena beberapa factor antara lain yaitu adanya resisten obat dan reaksi silang dengan autoantibodi seperti

Rheumatoid factor.

3. Reaksi silang dengan jenis plasmodia yang lain, yang dapat terjadi pada 1/3 pasien.

4. Harga alat mahal bila dibandingkan dengan pewarnaan Giemsa juga masih menjadi pertimbangan, terutama untuk pemakaian dilapangan.


(38)

2.5. Kerangka Konsep

PENDERITA MALARIA

MIKROSKOP

SD BIOLINE

P.falcipa rum

(+)

P.vivax P.f +(P.v P.o, P.m)

P.falcipa rum

P.vivax P.f+(P.v,

P.o,P.m)


(39)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USU/ RSUP H.Adam Malik Medan dan Puskesmas Pulau Tello Kecamatan Pulau-Pulau Batu Kabupaten Nias Selatan, mulai Juli sampai dengan September 2012.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien malaria yang berkunjung ke Puskesmas Pulau Tello kecamatan Pulau-Pulau Batu Kabupaten Nias Selatan.

3.3.2. Sampel Penelitian

Pasien dengan diagnosa Malaria Klinis dan yang diambil adalah semua golongan umur. Seluruh peserta yang ikut dalam penelitian ini diberikan informed-consent dan telah mendapat penjelasan tentang prosedur penelitian dan kemungkinan efek yang kurang menyenangkan yang mungkin timbul meskipun kecil.


(40)

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif terhadap semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian

3.3.4. Besar Sampel

Untuk uji diagnostik digunakan rumus besar sampel n = (Zα √2P(1- P) + Z β√P1(1- P1) + P2(1- P2) (P1 – P2)

2

P = ( P1 – P2)/2

2

α = tingkat kemaknaan

P = 0,5 Zα = 1,96 Zβ = 0,842 P1 = 0,90 P2= 0,80

= 98

3.4. Kriteria Penelitian 3.4.1. Kriteria Inklusi

Setiap pasien yang datang dengan satu keluhan atau lebih seperti: 1. Demam ≥ 37,50

2. Pucat

C

3. Mencret 4. Sakit kepala

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Riwayat makan obat anti malaria satu minggu sebelumnya

2. Penderita yang tidak bersedia diperiksa atau tidak mau mengikuti penelitian ini.


(41)

3.5. Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Inform consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang menyatakan bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini. Ethical Clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang

Kesehatan Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan Nomor: 213/KOMET/FKUSU/2012.

3.6. Material dan Metode

3.6.1. Pengambilan dan penyimpanan specimen SD Bioline

1. Ambil darah, tampung dalam tabung darah (yang mengandung EDTA/sitrat/heparin) dengan venipuncture.

2. Jika darah tidak langsung digunakan, simpan pada suhu 2-80

3. Sampel yang disimpan simpan pada suhu 2-8

C. untuk penyimpanan lebih dari 3 hari,sebaiknya darah dibekukan. Darah yang telah disimpan harus dikondisikan dahulu pada suhu kamar sebelum digunakan. Penggunaan sampel yang disimpan lebih dari tiga hari dapat menimbulkan reaksi non spesifik.

0

Pengambilan dengan Lancet

C harus digunakan maksimal dalam waktu tiga hari.

1. Bersihkan daerah yang akan diambil darah dengan alcohol swab

2. Goyangkan ujung jari dan tusuk dengan lancet steril yang telah tersedia 3. Sapukan tetesan darah pertama dengan kapas steril


(42)

4. Ambil pipet kapiler yang tersedia,goyangkan tabung secara perlahan, celupkan ujung pipet yang terbuka kedalam tabung kemudian ambil darah dengan mengatur tekanan dalam pipet kapiler sampai batas garis berwarna hitam pada pipet kapiler.

Prosedur Pemeriksaan

1. Kondisikan seluruh komponen kit dan specimen pada suhu kamar sebelum digunakan.

2. Keluarkan kaset tes dari foil, letakkan pada permukaan yang datar dan kering

3. Bersihkan ujung jari dan tusuk jari dengan lancet

4. Dengan Loop sekali pakai yang telah disediakan, celupkan ujung bulat loop (capillary tube) kedalam specimen darah (5 ul) dan dengan hati-hati tempatkan ujung bulat tersebut kedalam sampel well.

5. Tambahkan 4 tetes assay diluents kedalam assay diluents well. 6. Baca hasil dalam waktu 15- 30 menit.

Peringatan : Jangan baca hasil setelah 30 menit karena dapat memberi hasil palsu.

3.6.2. Bahan yang Diperlukan

• Slide/kaca sediaan (Object Glass)

• Lancet steril, digunakan hanya untuk 1x pakai.

• Kapas, jika tidak tersedia kapas, dapat digunakan bahan halus.

• Alkohol 70%, Lebih baik lagi jika menggunakan swab alcohol siap pakai.


(43)

• Larutan buffer (pH 7.2)

• Larutan Giemsa

• Kertas lakmus untuk mengukur pH

3.6.3. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik

Anamnese dilakukan dengan wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan pada status dan keterangan yang ada pada status. Pemeriksaan fisik dilakukan pada posisi penderita berbaring kemudian periksa pembesaran limpa dan anemia, Seluruh data dan hasil pemeriksaan dicatat dalam status khusus penelitian.

Cara membuat sediaan darah tebal

• Sampel darah 3 tetes diletakkan diatas kaca objek yang bersih, ujung object glass kedua ditempelkan pada ketiga tetes darah tebal, darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung object glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1cm

• Biarkan kering, lalu dihemolisa.

• Diwarnai dengan larutan Giemsa 10%, dan biarkan 20 menit.

• Cuci dengan air mengalir, kemudian dikeringkan.

• Hasil pulasan dilihat dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100.

Cara membuat sediaan darah tipis

• Sampel darah 1 tetes diletakkan diatas kaca objek yang bersih.

45

• Hapus dengan kaca objek lain dengan menggunakan sisi kaca objek penghapus.


(44)

• Ujung kaca objek penghapus diletakkan didepan darah kemudian ditarik kearah darah tersebut hingga menyebar pada sudut kedua kaca objek.

• Dengan membentuk sudut 45 derajat, kaca objek penghapus segera didorong kedepan dengan perlahan-lahan tanpa berhenti, sehingga didapatkan sediaan hapus (seperti bentuk lidah)

• Biarkan kering.

• Fiksasi dengan methanol 1-2 menit, kemudian warnai dengan larutan Giemsa 10% selama 20 menit.

• Cuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan.

• Hasil pulasan dilihat dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100

Sediaan dikatakan positf bila dijumpai asexsual dan sexual

Prosedur Pemeriksaan SD Bioline

Negatif : Muncul satu garis “C” pada jendela hasil

Positif P.f : Muncul dua garis “P.f” garis tes dan “C” garis control.

Pan Positif (P.v,P.m, P.o) : Muncul dua garis (“Pan” garis tes dan`”C” garis control) pada jendela hasil

Mix infeksi P.f dan P.v ( atau P.m, Po)

Muncul tiga garis ( “P.f”, “Pan” garis tes dan “C” garis control) pada jendela hasil. Invalid : Tidak muncul garis “C” pada jendela hasil.

3.6.4. Pemantapan Kualitas


(45)

dilakukan pemeriksaan harus dipersiapkan alat-alat yang dipakai serta masa kadaluarsa.

Pemantapan kualitas penting untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan. Untuk itu sebelum melakukan pemeriksaan perlu dilakukan persiapan yang cukup untuk menghindari kesalahan dalam pemeriksaan. Prosedur yang harus diperhatikan diantaranya adalah dimulai dari preanalitik, analitik dan post analitik.

Pemeriksaan yang baik apabila test tersebut memenuhi syarat teliti (precision), akurat (accuracy) dengan batas nilai yang dikeluarkan oleh pabriknya (ada nilai targetnya), ketepatan merupakan prasyarat dari ketelitian. Pemantapan mutu dilakukan untuk menjamin dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Sebelum melakukan pembacaan slide penelitian terlebih dahulu dilakukan pembacaan slide konrol..Kontrol kualitas dilakukan untuk mendapatkan nilai pemeriksaan yang baik.

3.7. Batasan Operasional

• Mix infeksi adalah Muncul tiga garis (P.f, Pan garis tes dan C garis control) pada jendela hasil, mengindikasikan adanya infeksi campuran dari P.f dan P.v(atau P.m,P.o)

 Sensitivitas adalah kemampuan parameter pemeriksaan untuk mendeteksi suatu penyakit. Sensitivitas merupakan proporsi subjek yang sakit dengan hasil uji diagnostik positif (positif benar) dibandingkan seluruh subyek yang sakit (positif benar+negative semu). Pada tabel 2x2, sensitivitas = a : (a+c).51


(46)

 Spesifisitas adalah kemampuan parameter pemeriksaan untuk menentukan bahwa subyek tidak sakit. Spesifisitas merupakan proporsi subyek tidak sakit. Spesifisitas merupakan proporsi subyek sehat yang memberikan hasil uji diagnostik negative (negatif benar) dibandingkan dengan seluruh subyek yang tidak sakit (negatif benar+ positif semu). Pada table 2x2, spesifisitas = d : (b+d).

 Positive Predictive Value (PPV) adalah probabilitas seseorang benar-benar menderita penyakit bila hasil uji diagnostiknya positif. PPV merupakan perbandingan antara subyek dengan hasil uji positif benar dengan positif benar+ positif semu. Pada table 2x2, PPV= a: (a+b).

51

 Negative Predictive Value (NPV) adalah probabilitas seseorang tidak

menderita penyakit bila hasil ujinya negative.Pada table 2x2, NPV = d : ( c+d).

51

51

 Prevalens adalah proporsi kasus dalam suatu populasi pada suatu saat.

 Likelihood Ratio adalah besarnya kemungkinan subyek yang sakit untuk mendapatkan hasil uji diagnostic tertentu dibagi kemungkinan subyek tidak sakit akan mendapat hasil yang sama.

51

 Likelihood Ratio Positif adalah perbandingan antara proporsi subyek yang sakit yang member hasil uji positif dengan proporsi subyek yang sehat yang memberi hasil uji positif dengan proporsi subyek yang sehat yang member hasil uji positif. Pada table 2x2, likelihood ratio positif = a/(a+c) : b/(b+d) = sensitivitas : (1- spesifisitas).51


(47)

 Likelihood Ratio Negatif adalah perbandingan antara proporsi subyek sakit dengan hasil uji negative dengan subyek sehat yang member hasil uji negative. Pada table 2x2, likelihood rationegatif= c/(a+c) : d/(b+d) = (1-sensitivitas): spesifisitas.51

3.8. Analisis Data Statistik51

Data pemeriksaan SD Bioline dan Mikroskop yang telah terkumpul ditabulasi dan dimasukkan kedalam table 2x2 dimana jika dijumpai parasit malaria dimasukkan kategori positif dan jika tidak dijumpai parasit malaria masuk kategori negative. Hasil positif benar dimasukkan dalam sel a, hasil positif semu dalam sel b, hasil negative semu dalam sel c dan hasil negative benar dalam sel d. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, prevalens dan likelihood ratio.

Mikroskop Positif Negatif

SD Bioline Malaria Positif a B

Negatif c D

Rumus perhitungan:

 Sensitivitas = a : (a+c)

 Spesifisitas = d : (b+d)

 Positif predictive value = a : (a+b)

 Negatif predictive value = d : (c+d)

 Prevalens = (a+c) : (a+b+c+d)

 Likehood ratio positif = sensitivitas:(1-spesifisitas)=a/(a+c):b/(b+d)


(48)

3.9. Perkiraan Biaya Penelitian

Tabel 3.1. Perkiraan Biaya Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8

Pengadaan alat tulis

Pengadaan Reagensia Pengadaan alat-alat disposibel Pengolahan hasil statistik Biaya hidup selama penelitian Uang transportasi selama penelitian Penginapan selama penelitian Biaya tak terduga

Rp. 1.500.000 Rp. 9.500.000 Rp. 1.000.000 Rp. 500.000 Rp. 2.500.000 Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 1.500.000

Total Rp. 22.500.000

3.10. Jadwal Penelitian Tabel 3.2. Jadwal Penelitian

Kegiatan Juli 2012 Agust 2012 Sept 2012 Okto 2012

Kologium X

Kumpul Data X X X

Analisa Data X X X X


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

Jumlah sampel dalam penelitian ini 98 orang. Jumlah perempuan 50 pasien (51%) lebih banyak dari pada laki-laki 48 orang (49%). Gejala terbanyak adalah Demam yaitu 73 orang (74,5%) dan Sakit kepala yaitu 71 pasien (72,4%). Splenomegali ditemukan pada 30 pasien (30,6%).(Tabel 1)

Tabel 4.1. Karakteristik Sampel

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 48 50 49,0 51,0 Umur (tahun)

• 0 – 4

• 5- 14

• 15 – 59

• >60

15 36 41 6 15,3 36,7 41,8 6,1 Gejala • Demam • Pucat • Sakit perut • Mencret • Sakit Kepala • Mual

• Hilangnya nafsu makan

73 37 27 1 71 5 6 74,5 37,8 27,6 1.0 72.4 5.1 6.1 Tanda


(50)

Tabel 4.2. Perbandingan Uji SD Bioline dengan Mikroskop P.f Mikroskop P.f

Jumlah Positif Negatif

Uji SD Bioline Positif 31 0 31

Negatif 1 66 67

Jumlah 32 66 98

Pada penelitian ini setelah diuji statistik didapatkan nilai sensitivitas 97%, nilai spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai prediksi negatif 99% dan prevalensi 33%.

Tabel 4.3. Perbandingan Uji SD Bioline dengan Mikroskop P.v Mikroskop P.v

Jumlah Positif Negatif

Uji SD Bioline Positif 21 2 23

Negatif 0 75 75

Jumlah 21 77 98

Pada penelitian ini setelah diuji statistik didapatkan nilai sensitivitas 100%, nilai spesifisitas 97%, nilai prediksi positif 91%, nilai prediksi negatif 100% dan prevalensi 21%.

Tabel 4.4. Perbandingan Uji SD Bioline dgn Mikroskop Mix infeksi Mix infeksi

Jumlah Positif Negatif

Uji SD Bioline Positif 35 0 35

Negatif 1 62 63

Jumlah 36 62 98


(51)

Pada penelitian ini setelah diuji statistik didapatkan nilai sensitivitas 97%, nilai spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai prediksi negatif 98% dan prevalensi 37%.


(52)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini terlihat jumlah penderita malaria lebih banyak perempuan yaitu 51% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 49%. Dari sebaran umur relatif tidak merata, terbanyak adalah kelompok umur 15 – 59 tahun yaitu 41,8% dan 5 – 14 tahun yaitu 36,7%. Dari penelitian Marletta di Nias (Sumatera Utara) kasus malaria tertinggi pada usia 5 – 14 tahun. Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan atau berbagai golongan umur disebabkan beberapa faktor seperti pekerjaan, pendidikan,perumahan, migrasi penduduk dan kekebalan.

Diagnosis malaria ditetapkan berdasarkan anamnesis, gejal klinis dan hasil laboratorium. Baku emas pemeriksaan laboratorium malaria adalah temuan parasit pada pemeriksaan mikroskopis (hapusan darah tebal dan tipis). Pemeriksaan ini mempunyai banyak kelemahan, yaitu memerlukan ketersediaan mikroskop cahaya memadai dan tenaga pemeriksa yang trampil.

8

Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Kesehatan, dari 19 laboratorium di Nusa Tenggara barat (NTB) yang dinilai (evaluasi) menggunakan sediaan positif malaria, hanya 79% teknisi laboratorium yang dapat membaca preparat dengan benar.

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan dengan RDT Standard Diagnostik Malaria dan Mikroskop terhadap 98 sampel yang memenuhi kriteria malaria secara klinis. Pada pemeriksaan mikroskopis diperoleh Plasmodium vivax 21 sampel, Plasmodium falciparum 32 sampel, sementara


(53)

sampel tanpa infeksi Plasmodium sebanyak 28 dan mix infection non falciparum 17 sampel.

Pada penelitian ini, Uji SD Bioline dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis, dan diperoleh sensitivitas 100%, spesifisitas 97%, Nilai prediksi positif 91%, dan nilai prediksi negative 100%.

Uji SD Bioline merupakan salah satu uji diagnostik cepat malaria yang memiliki kemampuan untuk mengetahui Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax dan mix infeksion. Plasmodium dalam sirkulasi darah. Berbeda dengan uji Imunokromatografi lain yang hanya mampu mengetahui Plasmodium falciparum saja dan Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. ParaSight F (Becton Dickinson Advanced Diagnostic, Franklin lakes, N.J) dan IC. Plasmodium falciparum (Amrad-ICT, Sydney, Australia) adalah contoh uji imunokromatografi yang hanya mampu mengetahui Plasmodium falciparum. OneMed Optimal (flow Inc, Portland, Oregon), ICT Plasmodium falciparum/Plasmodium vivax (ICT pf/pv). Amrad-ICT dapat mengetahui Plasmodium falciparum dan panmalaria.

Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil bahwa uji SD Bioline dari laboratorium Patologi Klinik FK USU/RSH.Adam Malik medan Sumatera Utara mempunyai sensitivitas 100%, spesifisitas 97%, nilai prediksi positif 91%, nilai prediksi negatif 100%. Penelitian serupah pernah dilakukan oleh Ima Arum L dan Purwanto AP, diperoleh hasil bahwa uji Imunokromatografi dari laboratorium Hepatitis NTB mempunyai sensitivitas 100%, spesifisitas 96,99%, nilai prediksi positif 83,2%, nilai prediksi negatif 100%.


(54)

Di Maesod Thailand, Chansuda Wonggsrichanalai, Iraeema, Arevalo dkk menggunakan uji Now® ICT pf/pv dan menemukan sensitivitas dan spesifisitas untuk Plasmodium falciparum masing-masing 100% dan 96,2%; sensitivitas dan spesifisitas untuk plasmodium vivax adalah 87,3% dan 97,7%. Farces, Zhong dkk menguji Binax Now®

Penelitian Tjitra dkk, dengan menggunakan ICT pf dan pv didapatkan sensitivitas 95%, spesifisitas 89,6%, nilai prediksi positif 96,2% dan nilai prediksi negatif 88,1%. Agustini dan Widayanti pada penelitian yang menggunakan NOW® ICT pf/pv diperoleh sensitivitas 97%, spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100% dan nilai prediksi negatif 88,6%. Sensitivitas dan spesifisitas tinggi yang diperoleh dalam penelitian ini tidak mengejutkan mengingat prinsip kerja alat yang menggunakan antibodi monoklonal dalam mendeteksi PfHRP II dan hasil ini juga sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang membandingkan Imunokromatografi dengan pemeriksaan mikroskopis.

ICT dibandingkan dengan PCR dan menemukan sensitivitas 94% untuk Plasmodium falciparum dan 84% untuk panmalaria.

Setelah dilakukan uji mikroskopis dan uji SD Bioline terhadap 98 sampel, diperoleh hasil negatif pada pemeriksaan mikroskopis dan uji SD Bioline. Menurunnya sensitivitas uji SD Bioline dipengaruhi jenis parasit dan level parasitemia.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa uji SD Bioline memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi sehingga dapat dijadikan diagnostik alternatif malaria falciparum, malaria vivax dan mix infeksi.

6.2. Saran

1. Bagi petugas kesehatan perlu adanya skrining malaria pada ibu hamil dan saat melakukan donor darah baik di PMI maupun di UTD secara efektif dan efisien dengan menggunakan uji SD Bioline malaria.

2. Bagi masyarakat umum dapat menggunakan uji SD Bioline malaria dalam mendeteksi secara dini penyakit malaria yang lebih efektif dan efisien.

3. Bagi penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reactions (PCR).


(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Making a difference” The Wold Health Report 1999.Health Millions 1999,25(4),pp.3-5

2. Wolf J.E.” Treatment and prevention of malaria: an update”. Hospital Physician, Desember 2002, pp. 15-22.

3. Bendezu,J. Angel,R.Tanilu,G.et al, Field Evaluation of a Rapid Diagnostic test (ParascreenTM

4. Nur Afiah, Windarwati, hardjoeno. Perbandingan Tes Rapid Imunokromatografi dan Tes Mikroskopis dalam mendiagnosis malaria didaerah Endemik Halmahera Tengah. The Indonesian Journal of Medical Science Volume1.No.5. July.2009.P.275-280.

) for Malaria diagnosis in the Peruvian Amazon.Malaria Journal 2010:9:154.

5. Ima Arum,L. Purwanto,AP.Arfi,S.dkk. Uji Diagnostik Plasmodium Malaria Menggunakan Metode Imunokromatografi Diperbandingkan dengan Pemeriksaan Mikroskopis. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol.12,No.3.Juli 2006: 118-122. 6. Ginting J. Uji Parascreen Sebagai Diagnostik Alternatif Malaria

Falciparum,Ilmu Kesehatan Anak,USU,2008.

7. Shujatullah F, Malik A,Khan HM, Malik A. Comparisson Of Different diagnostic Techniques in Plasmodium Falciparum Cerebral Malaria, J Vect Borne 2006: 43: 186 – 90.


(57)

8. Khan SA, Anwar M, Hussain S, Qureshi AH, Ahmad M, Afzal AS. Comparison Of Optimal Malaria Test with Light Microscopis for the Diagnosis Of Malaria,JPMA,2004: 54:404

9. Jelinek T, Grobusch MP, SchWenke S, Steidi S, Sonneburg FV, Noth Durft HD,dkk, Sensitivity and Specificity of Dipstic Test For Rapid Diagnosis Of Malaria In Non Imune Travelers, J.Clin.Microbiol 1999: 37:721 – 3.

10. Bell D,dkk, Diagnosis Of Malaria In a Remote Area Of The Philippines. Comparison Of Tecniques and Their acceptance By Health Workers and The Community.Bull.WHO 2001: 79 (10): 933-41.

11. Arai M, Ishii A, Matsuoka H. Laboratory Evaluation Of the ICT Malria pf/p.v. ImmunoCromatographic Test for Detecting The Pan Malarial Antigen Using Rodent Malaria Model, Am.J.Trop.Med.Hyg.2004; 70(2): 139 – 43.

12. Moody A.Rapid Diagnostic Tests For Malaria Parasites.Clin.Microbiol Rev 2002; 15: 66- 78.

13. Tjitra E.Suprianto S, Dyer M, Currie BJ, Anstey NM. Field Evaluation Of The ICT malaria pf/pv Immunochromatograpic Test For Detection Of Plasmodium Falciparum and Plasmodium Vivax In Patients With A Presumptive Clinical Diagnosis Of Malaria In Eastern Indonesia. J. Clin Microbiol 1999: 37:2412 – 7.

14. Palmer CJ, Lindo JF, Klaskala , Kaminssky R, Quesada JA, Baum MK,dkk. Evaluation Of The Optimal Test For Rapid Diagnosis Of Plasmodium Falciparum malaria.J.Clin Microbiol 1998:36: 203 – 6.


(58)

15. Richter J, Harms G, Muller – Stiper I, Gobels K, haussinger D. Performance Of An Immunochromotographic Test For The Rapid Diagnosis Of Malaria. Parasitol Res,2004; 92 (6): 518 – 9.

16. Richardson DC, Ciach M, Zhing KJY, Crandall I, Kain KC, Evaluation Of The Macromed Dipstick Assay Versus PCR For Diagnosis Of Plasmodium Falciparum malaria in Returned Travelers, J.Clin.Microbiol 2002; 40: 4528

17. Mya MM, Saxena RK,Evaluation Of Developed Plasmodium Falciparum Malaria Diagnostic Technique.IE(I).Journal.ID 2004; 85:58-62.

18. Kakkilaya BS.Rapid Diagnosis Of Malaria. Lab.Medicine Aug.2012:

8(34):602- 8.Diunduh dari URL: site.com/

Malaria/rdts.htm.

19. DEPKES RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia GEBRAK MALARIA, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,2010.

20. Greenwood B, Mutabingwa T, Malaria in 2012. Nature 415 (6872); 670- 2, 2012.Human TNF-α ELISA Kit For The Quantitative determination of Human Tumour Necrosis Factor alpha (TNF-α) Concentrations in serum, Plasma, Cell Culture Supernatant, and Other biological Fluids. Available fom http://

21. Winstanley P.Modern Chemo Therapeutic Options For malaria the Lancet Infectious Disease,2001; 1 (4): 242 – 50.


(59)

23. Zein U: Two Cases of Severe Travelers Falciparum Malria With Improved Conditions After Administration Of Oral Quinines, Acta Medica Indonesiania,2002; 3 (XXXIV): 111- 4.

24. Barcus MJ.Laihad F, Sururi M,Sismadi P.Marwoto H.Bangs MJ.Baird JK. Epidemic Malria in the Menoreh Hills Of Central Java.Am.J.Trop.Med,Hyg,2002,66(33): 287 – 92.

25. Zein U, Lubis HR: Malaria Falsiparum pada penderita gagal Ginjal Terminal dengan Hemodialisis Reguler,2001, Annual Meeting Nephrology, Medan.

26. Nugroho A, Wagey MT.Siklus Hidup Plasmodium Malaria.Dalam: Harijanto PN (Editor) malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan, Penerbit EGC, Jakarta,2000; 38 – 53.

27. WHO: Guidelines For The Treatment Of Malaria, Geneva,2006

28. CDC: Human Host and Malaria,National Center For Infectious diseases, Division Of Parasitic Diseases. available from

http://WWW.CDC.gov/malaria/biology/human host/2012

29. Wiser,MF.Biochemistry Of Plasmodium 2012,Tulane University, Available from http:/

30. Schineder EL, Carlson HK, Chang HH. Heme detoxification in P.falciparum, The Malaria Lab.University Of California, Barkeley, Available.http:/WWW.cchem.barkeley.edu/mmargrp/research/Malaria/hr p.html.2012.

31. Tjitra E, Suprianto S, Dyer ME,Currie BJ, Anstey NM.Detection Of Histidine Rich Protein 2 and pan malaria ICT Malaria pf/pv Test


(60)

antigens after Chloroquine Treatment Outcome in Eastem Indonesia.Am.J.Trop.Med,Hyg,2001: 65(5):593-8

32. Mabey D,Peding RW, Ushanowski A, Perkins MD.Diagnostic For The Depeloping World Nature Rev Microbiol 2004:2:231-40.

33. Jenson HB, Penyunting Nelson Text Book Of Pediatrics.Edisi ke.18.Philadelpia: Saunders:2007.h.1477 – 84.

34. Rampengan T. Malaria, Dalam:Poorwo Soedarmo SS, Gama H, Hadinegoro SR, Penyunting.Buku ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi Ke1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2002.h.442-71.

35. Desrinawati.Perbandingan Hasil Pemeriksaan Metoda Immunochromatographi Test (ICT) dengan Pewarnaan Giemsa Pada Infeksi Malaria Falciparum.Sari Pediatri.2002;4(3):1-13.

36. Howard RJ, Uni S.Aikawa M,Aley SB, Leech JH,Liew AM,dkk. Secretion Of A Malarial Histidine-Rich Protein (PfHRP II) From Plasmodium Falciparum- Infected Erytrocytes.J.Cell Biol 2006:103:1296-77.

37. Eldirdieri S.A,Tag E.H.M,Gilani M.G,Al Sharieef.dkk.The Use Of Rapid Diagnostic Test (ParacheckPf) In An Area Of Low Malaria Transmission, Khartoum,Sudan.Sudanese Journal Of Public Health; 2007.Vol.2(2).pp 89-94

38. Daily JP.Malaria dalam: Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL, Penyunting.Krugman.s Infectious diseases of Children. Edisi ke 11. Philadelpia: Mosby; 2004.h.193 -215.


(61)

ke-40. Hall,JA. Editorial: Mothers, Malaria and resistance, Tropical Medicine and International Health, A Eueropean Journal,2000; 5;753-4

41. Jobiba Chinkhumba, Jacek Skarbinski, Ben Chilima.Comparative Field Performance and Malaria Rapid Diagnostic tests among Febrile Patients more than Five Years of Age in Blantyre, Malawi. Malaria Journal. 2010. h. 1 – 9.

42. Houwen, B.,2000. Blood film Preparation and Staining Procedures. Available from: http:// mmserver.cjp.com/gene/blood/LH.6.1. Houwen 43. P.L. Bhandari, C.V. Raghuveer, A. Rajeev, P.D. Bhandari. Comparative

Study of Perpheral Blood Smear, Quantitative Buffy Coat and Modified Centrifuged Blood Smear in Malaria Diagnosis.Indian Journal of Pathology and microbiology- 51(1),2008. p 108 – 12.

44. I.O. George, C.S.Ewelike-Ezeani. Haematological Changes in Children With Malaria Infection in Nigeria. Journal of Medicine and Medical Science Vol.2(4), 2011.pp.768-771.

45. Makmur Husaini, Laboratorium Diagnostik Malaria Masa Kini. FK USU, Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No.80, 1992, h 150- 151

46. SD Standard Diagnostics,Inc, 2011, hagal-dong, Giheung-ku, Yongin-si, Kyonggi-do, Korea 446-930

47. Putu Sutisna, Malaria Secara Ringkas Dari Pengetahuan Dasar Samapai Terapan.EGC Cetakan I, 2004. h 28 – 31.

48. Sekar Tuti, Beberapa Prinsip Dasar Pemantapan kualitas (Quality Assurance/QA) Petugas Mikroskopis Malaria, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume:60,No:7, Juli 2010


(62)

49. World Health Organization, Malaria Microscopy Quality Assurance Manual version 1. February 2009

50. I.O.George,C.S.Ewelike-Ezeani. Haematological Changes in Children with Malaria infection in Nigeria. Journal of Medicine and Medical Science Vol.2(4).2011.pp 768-771.

51. Sastroasmoro S, Ismael S, Besar Sampel dalam Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara.FKUI.Jakarta.1995.p:199


(63)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi /siang/sore/malam bapak/ibu/saudara/saudari

Pada hari ini,Saya dr Harurikson L.Tobing yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis patologi klinik Fakultas Kedokteran USU/ RS.H. Adam Malik Medan akan melakukan penelitian kepada bapak/ibu/saudara/saudari yang datang berobat ke Puskesmas Pulau tello dengan keluhan Demam, Pucat, Mencret dan sakit kepala.

Penelitian saya ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan Uji SD Bioline Sebagai Diagnostik Malaria Falciparum,Vivax, dan mix infection. Dengan diketahuinya kualiatas pemeriksaan Uji SD Bioline dalam menegakkan diagnosis infeksi malaria falciparum, vivax, dan mix infection, maka Uji SD Bioline dapat digunakan secara luas sebagai alat penunjang diagnostik infeksi malaria falciparum,vivax, dan mix infection didaerah- daerah endemik malaria di Indonesia yang belum mempunyai perangkat diagnostik mikroskopis.

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel darah diambil melalui ujung jari sebanyak 4 tetes satu kali untuk pemeriksaan Uji SD Bioline dan mikroskopis.

Adapun guna dari pemeriksaan ini agar bapak/ibu/saudara/saudari mengetahui infeksi malaria falciparum, Vivax dan Mix infection atau tidak menderita malaria.

Demikianlah saya sampaikan tentang tujuan penelitian saya , terimakasih banyak untuk kesediaan bapak/ibu/saudara/saudari untuk saya teliti. Jika selama menjalankann penelitian ada keluhan yang dialami oleh bapak/ibu/saudara/saudari ,silahkan menghubungi saya.

dr. Harurikson L.Tobing (HP: 081344739905).

Nias Selatan, Agustus 2012


(64)

KUESIONER

PERBANDINGAN TES RAPID IMMUNOKROMATOGRAFI DENGAN PEWARNAAN GIEMSA DALAM MENDIAGNOSIS PENDERITA MALARIA

DI NIAS SELATAN Nomor urut pemeriksaan ICT dan Giemsa: Desa :

Kecamatan : Tanggal : Pewawancara:

Nama Lengkap : ……….

Umur : ………….tahun………..Bulan Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Alamat : desa……….Kecamatan………

Pekerjaan Orang tua: ( ) Petani ( ) Wiraswasta ( ) Pegawai Negeri ( ) Lain-lain

Penghasilan Orang Tua : Rp………../ bulan Tingkat Pendidikan Orang Tua :

-Ayah : ( ) - Ibu : ( ) Tidak Sekolah ( ) ( ) Sekolah Dasar

( ) ( ) SLTP ( ) ( ) SLTA


(65)

Apakah ada makan obat antimalaria dalam 1 (satu) minggu terakhir ini? : ( ) Ya ( ) Tidak Keluhan penderita malaria

Keluhan Ya Tidak

- Demam - Mencret - Pucat - Sakit Kepala

Pemeriksaan fisik penderita malaria

Variabel Hasil

--- - Frekwensi jantung

- Frekwensi Pernafasan - Demam > 37,5

o

- Hepatomegali C

- Splenomegali Schuffner I Schuffner II Schuffner III

Pemeriksaan Laboratorium Penderita Malaria

Variabel Nilai

- Hemoglobin - ICT


(66)

Lampiran 2

HASIL PENELITIAN MALARIA KABUPATEN NIAS SELATAN

No Nama Umur L/P ICT Mikroskopis Asexsual Sexual

01 Irfansyah 39thn L Neg Neg

02 Edi Sudrajat 26thn L Neg Neg

03 Robertus 19thn L Neg Neg

04 Fajar 41thn L Neg Neg

05 Saiful 48thn L Pv Pv -/5500

06 Raflex 30thn L Neg Neg

07 Ahmad 27thn L Neg Neg

08 Lukman 28thn L Neg Neg

09 Tabaluddin 20thn L Neg Neg

10 M.Faal 20thn L Neg Neg

11 Meliaki 29thn L Neg Neg

12 Amondi 56thn L Neg Neg

13 Harenafadu 55thn P Neg Neg

14 Nidarwati 27thn P P.f P.f 1.080

15 Turu 70thn P Neg Neg

16 Riga Manao 65thn P Neg Neg

17 Ramina Loi 60thn P Neg Neg

18 Bastian 2 thn L P.f/Mix Neg

19 Amori M 45thn P Neg Neg

20 Yeltiria 3 thn P Pf/Mix P.f/ P.v 840/ 760

21 Riamo Duha 50thn P Neg Neg

22 Arisan 30thn P Neg Neg

23 Filiami 50thn P Neg Neg

24 Rosilia Duha 42thn P Neg Neg

25 Batuago 65thn L Neg Neg

26 Ucok 6 thn L Neg Neg

27 Sanbia 65thn P Neg Neg

28 Ameramo 45thn P Neg Neg

29 Andiwiranus 6 thn L P.f P.f 64

30 Potiana 41thn P Neg Neg

31 Simatasi 50thn P Neg Neg

32 Renebulolo 50thn P Neg P.f 80

33 Diana Jamili 6 thn P Pf/Mix Pf/P.v 1280/1640

34 Simeri 40thn P Neg P.v 96

35 Daskah 11thn P Neg Neg

36 Yusniar 23thn P Neg Neg

37 Yudiman 6 thn L Pf/Mix P.f/P.v 920/760 128

38 Afredo 9 thn L Neg Pf 1360 80

39 Jesica Wau 5 thn P Neg Neg

40 Esrawati 18thn P Neg Rg P.v 32

41 Anenami 38thn L Neg Neg

42 Nurisa 50thn P Neg Neg

43 Ester 8 thn P Neg Neg

44 Sati 50thn P Neg Neg


(67)

48 Yosia 2 thn L Neg

49 Friska 2 thn P Neg

50 Andi 3 thn L Neg

51 Zafo 51thn P Neg Neg

52 Seunia 30thn P Neg Neg

53 Yermias 38thn L Neg

54 Wau 9 thn L Neg

55 Miliana 46thn P Neg

56 Bateli 35thn L Neg

57 Suniar 30thn P Neg

58 Pifobua 8 thn L Neg

59 Christofer 4 thn L Neg

60 Rafael 3 thn L Neg

61 Harati 14thn P Neg

62 Renovasi 9 thn L Neg P.v 96

63 Kevin 60 th L Neg

64 Asari 6thn P Neg

65 Mei 27thn P Neg

66 Dao 9thn L Neg

67 Bidaya 46thn L Neg

68 Yohanes 5thn L Neg

69 Kurnia 10 th L Neg

70 Eharni 6thn L P.f P.f 640

71 Bela Lajirum 2thn L P.f P.f 760

72 Anyarogo 5thn L P.f Neg

73 Dama 12 th L Pf/Mix Pf/P.v 9.440/1360 P.f 920

74 Yusmi 8thn L Pf/Mix P.f 1560

75 Asria 16thn P P.v P.f/P.v 1960/7280 P.v 1080

76 Gatinus 27thn L Pf/Mix P.f/P.v 19960/3720 P.v 1840

77 Romudus 2 thn P Pf/Mix P.f/P.v 9240/32480 P.v 5280

78 Enda 2 thn P Pf/Mix P.f/P.v 4960/3160 P.v 1800

79 Meme 2thn P Invalid P.f 480

80 Tusi 6thn L P.f Pf 80

81 Dama 8thn P Pf/mix Neg

82 Resmi 4 thn P Neg Neg

83 Yuani 4thn P Pf P.f/P.v 7320/288 P.f 3720

84 Indah 7thn P Pf/Mix Pf/Mix 6480/4480 3960/1560

85 Murniati 3thn P Pf/Mix P.f/P.v 2840/3920 480/1960

86 Teresia 50 th P Pf/Mix P.f/P.v 760/2560 P.v 224

87 Antonius 7 thn L P.f/P.v P.f/P.v 680/3960 P.v 840

88 Jamawi 10thn P Neg Pf 144

89 Fanus 9thn L P.v P.v 3880 760

90 Feida 10thn P P.f P.f 272

91 Linda 5thn P Neg P.f 208

92 Lumina 5thn P Neg Neg

93 Furitana 10 th P P.f P.f 48

94 Yanus 10thn L P.f/Mix P.f 10.920

95 Metianu 4 thn P Pf P.f 320

96 Yusi 6thn L P.f/Mix P.f/P.v 3560/320

97 Susi 6 thn P Negatif P.f/P.v 128/640 Pv 48


(1)

Lampiran 2

HASIL PENELITIAN MALARIA KABUPATEN NIAS SELATAN No Nama Umur L/P ICT Mikroskopis Asexsual Sexual 01 Irfansyah 39thn L Neg Neg

02 Edi Sudrajat 26thn L Neg Neg 03 Robertus 19thn L Neg Neg 04 Fajar 41thn L Neg Neg

05 Saiful 48thn L Pv Pv -/5500 06 Raflex 30thn L Neg Neg

07 Ahmad 27thn L Neg Neg 08 Lukman 28thn L Neg Neg 09 Tabaluddin 20thn L Neg Neg 10 M.Faal 20thn L Neg Neg 11 Meliaki 29thn L Neg Neg 12 Amondi 56thn L Neg Neg 13 Harenafadu 55thn P Neg Neg

14 Nidarwati 27thn P P.f P.f 1.080 15 Turu 70thn P Neg Neg

16 Riga Manao 65thn P Neg Neg 17 Ramina Loi 60thn P Neg Neg 18 Bastian 2 thn L P.f/Mix Neg 19 Amori M 45thn P Neg Neg

20 Yeltiria 3 thn P Pf/Mix P.f/ P.v 840/ 760 21 Riamo Duha 50thn P Neg Neg

22 Arisan 30thn P Neg Neg 23 Filiami 50thn P Neg Neg 24 Rosilia Duha 42thn P Neg Neg 25 Batuago 65thn L Neg Neg 26 Ucok 6 thn L Neg Neg 27 Sanbia 65thn P Neg Neg 28 Ameramo 45thn P Neg Neg

29 Andiwiranus 6 thn L P.f P.f 64 30 Potiana 41thn P Neg Neg

31 Simatasi 50thn P Neg Neg

32 Renebulolo 50thn P Neg P.f 80

33 Diana Jamili 6 thn P Pf/Mix Pf/P.v 1280/1640 34 Simeri 40thn P Neg P.v 96

35 Daskah 11thn P Neg Neg 36 Yusniar 23thn P Neg Neg

37 Yudiman 6 thn L Pf/Mix P.f/P.v 920/760 128 38 Afredo 9 thn L Neg Pf 1360 80 39 Jesica Wau 5 thn P Neg Neg

40 Esrawati 18thn P Neg Rg P.v 32 41 Anenami 38thn L Neg Neg

42 Nurisa 50thn P Neg Neg 43 Ester 8 thn P Neg Neg 44 Sati 50thn P Neg Neg 45 Andika 5 thn L Neg Neg 46 Fonalia 7 thn L Neg Neg 47 Amolifa 8 thn L Neg Neg


(2)

50 Andi 3 thn L Neg

51 Zafo 51thn P Neg Neg 52 Seunia 30thn P Neg Neg 53 Yermias 38thn L Neg

54 Wau 9 thn L Neg 55 Miliana 46thn P Neg 56 Bateli 35thn L Neg 57 Suniar 30thn P Neg 58 Pifobua 8 thn L Neg 59 Christofer 4 thn L Neg 60 Rafael 3 thn L Neg 61 Harati 14thn P Neg

62 Renovasi 9 thn L Neg P.v 96 63 Kevin 60 th L Neg

64 Asari 6thn P Neg 65 Mei 27thn P Neg 66 Dao 9thn L Neg 67 Bidaya 46thn L Neg 68 Yohanes 5thn L Neg 69 Kurnia 10 th L Neg

70 Eharni 6thn L P.f P.f 640 71 Bela Lajirum 2thn L P.f P.f 760 72 Anyarogo 5thn L P.f Neg

73 Dama 12 th L Pf/Mix Pf/P.v 9.440/1360 P.f 920 74 Yusmi 8thn L Pf/Mix P.f 1560

75 Asria 16thn P P.v P.f/P.v 1960/7280 P.v 1080 76 Gatinus 27thn L Pf/Mix P.f/P.v 19960/3720 P.v 1840 77 Romudus 2 thn P Pf/Mix P.f/P.v 9240/32480 P.v 5280 78 Enda 2 thn P Pf/Mix P.f/P.v 4960/3160 P.v 1800 79 Meme 2thn P Invalid P.f 480

80 Tusi 6thn L P.f Pf 80

81 Dama 8thn P Pf/mix Neg 82 Resmi 4 thn P Neg Neg

83 Yuani 4thn P Pf P.f/P.v 7320/288 P.f 3720 84 Indah 7thn P Pf/Mix Pf/Mix 6480/4480 3960/1560 85 Murniati 3thn P Pf/Mix P.f/P.v 2840/3920 480/1960 86 Teresia 50 th P Pf/Mix P.f/P.v 760/2560 P.v 224 87 Antonius 7 thn L P.f/P.v P.f/P.v 680/3960 P.v 840 88 Jamawi 10thn P Neg Pf 144

89 Fanus 9thn L P.v P.v 3880 760 90 Feida 10thn P P.f P.f 272

91 Linda 5thn P Neg P.f 208 92 Lumina 5thn P Neg Neg

93 Furitana 10 th P P.f P.f 48

94 Yanus 10thn L P.f/Mix P.f 10.920

95 Metianu 4 thn P Pf P.f 320

96 Yusi 6thn L P.f/Mix P.f/P.v 3560/320

97 Susi 6 thn P Negatif P.f/P.v 128/640 Pv 48 98 Dedi Lazira 6 thn L Pf/Mix P.f/P.v 3560/320


(3)

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya orang tua dari:

Nama

:

Jenis Kelamin

: Laki-laki/ Perempuan

Umur

: ……..tahun………bulan

Alamat

:

Desa………...Kecamatan………

Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya

mengenai penelitian dengan judul : Perbandingan Tes Rapid

Immunokromatografi dengan Pewarnaan Giemsa dalam Mendiagnosis

Penderita Malaria di Nias Selatan. Dan setelah mengetahui dan menyadari

sepenuhnya resiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa

saya mengijinkan dengan suka rela anak saya menjadi subjek penelitian

tersebut dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila

merasa tidak mampu untuk mengikuti penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya, dengan

penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.

Nias Selatan………..2012

Yang menyatakan:

(………..)

SAKSI

Kepala Puskesmas

Pimpinan penelitian


(4)

(5)

Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : dr.Harurikson Lumbantobing. MKes Tempat/Tgl. Lahir : Tebing Tinggi/ 15 Juni 1968

Suku/Bangsa : Batak Indonesia

Agama : Kristen

Alamat : Jl.Bunga Rinte Kompek Graha Anggrek B-01 Simpang Selayang Medan

KELUARGA

Istri : Free Agustina P.Sinaga.Psi, MKes Anak : 1. Angelina Vedrika M.Tobing

2. Abraham Christoffel L.Tobing

PENDIDIKAN

1. SD Negeri I Serdang Bedagei : Tahun 1981

2. SMP Ir.H.Djuanda T.Tinggi : Tahun 1984

3. SMA Katolik Cinta Kasih T.Tinggi : Tahun 1987

4. Fakultas Kedokteran UMI : Tahun 1998

5. Sekolah Pasca Sarjana USU Program Biomedik : Tahun 2006 5. Mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai : 2 Januari 2010 s/d ……

RIWAYAT PEKERJAAN

1 Dokter PTT di Pukesmas Parsoburan Kab,Tobasa Prop.SUMUT 2.Dokter Puskesmas Sarmi PAPUA

3. Anggota IDI

4. Anggota PDSPATKLIN

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH NASIONAL

1. The 7th

2. Konker VII & PIT XI PDS PATKLIN Indonesia yang berperan serta sebagai peserta lomba Poster.

National Convention Of The Indonesian Society Of Haematology And Blood Transfusion (PHTDI). Participant in The Malacca Strait Haematology-Oncology Symposia’

3. Update on Diagnosis & Management of Common Clinical Problems 4. Seminar TB Update “ Tata Laksana Tuberculosis Terkini”

5. Gastroentero-Hepatologi Update X 2012 6. Management of Diagnostic Approach of Malaria 7. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Patologi Klinik


(6)

1. Thalassemia and Blood Transfusion

2. Hemophilia and Supportive Treatment in Cancer 3. Infectious Disease

4. Hemostasis

5. Management of Diagnostic Approach of Malaria 6. Manajemen Laboratorium

7. Gastroentero-Hepatologi Update X 2012, Hepatitis B dan C 8. Gastroentero-Hepatologi Update X 2012

9. Tata Laksana Tuberculosis Terkini

10. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Patologi Klinik

11. Update on Diagnosis & Management of Common Clinical Problems

12. EKG Course Update on Diagnosis & Management of Common Clinical Problems

JOURNAL READING

1. Reticulocit Hb.Equivalent (RET HE) and Assessment of Iron Deficient states 2. Role Of Pleural Fluid (ADA) for the Diagnosis Of Tuberculous Pleural Effusion 3. Field Evaluation Of a Rapid Diagnostic Test For Malaria Diagnosis in the

Peruviana

4. Evaluation of the BD MGITTM

5. Experiential Relationship Between Malaria Parasite Density and Some Haematological Parameters in Malaria Infected Male Subjects in Port Harcourt, Nigeria

for Rapid identification of Mycobacterium Tb Complex from positive BACTEC MGIT 960 Cultures in a Laboratory Work

6. A study of Lipid Profile and Lipid Peroxidation in CKD with Special Reference to Haemodyalisis

7. Role of HLA-DP Polymorphisms on Chronicity and Disease Activity of Hepatitis B Infection in Southern Chinese

TULISAN

1. Enzim Link Immunoassay Assorbent (ELISA)

2. Pola Kuman Dan Sensitivitas Anti Mikroba Pada Kultur Darah Di RSU Pusat H.Adam Malik Medan Periode 1 januari – 30 Juni 2011

3. Penyakit Kaki Gajah (Filariasis Limfatik) 4. Essential Thrombocythemia (ET)

5. Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa 6. Rabies ( Penyakit Anjing Gila)