Faktor Aman Klasifikasi Beban

diadakan hubungan antara penurunan izin dengan penurunan maksimum. Skempton dan MacDonal 1955 menyarankan batas-batas penurunan maksimum seperti yang disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 2.10 Batas Penurunan Maksimum Skempton dan Macdonald :1955 Jenis Pondasi Batas Penurunan Maksimum mm Pondasi terpisah pada tanah lempung Pondasi terpisah pada tanah pasir Pondasi rakit pada tanah lempung Pondasi rakit pada tanah pasir 65 40 65-100 40-65 Sumber : Hardiyatmo, H. C, 2002, Teknik Pondasi I, Penerbit PT. Beta Offset, Yogyakarta.

2.12 Faktor Aman

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud Hardiyatmo : 2003: a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan; b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah; c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja; d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi; e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam batas toleransi. Universitas Sumatera Utara Sehubungan dengan alasan butir d, dari hasil banyak pengujian-pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang 600 mm, penurunan akibat beban bekerja working load yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 Tomlinson : 1977. Kapasitas ijin tiang bor, diperoleh dari jumlah tahanan ujung dan tahanan gesek dinding yang dibagi dengan faktor aman tertentu. 1. Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter d 2 m: 5 , 2 u a Q Q  ………………………............…...………...…………….2.39 2. Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawahnya: 2 u a Q Q  ……………………...........………...………………........2.40 dimana : a Q = Kapasitas ijin tiang bor u Q = Jumlah tahanan gesek dan tahanan gesek dinding F = Faktor aman

2.13 Klasifikasi Beban

Dalam perencanaan struktur pondasi, harus diketahui terlebih dahulu pembebanan yang terjadi pada struktur bangunan atas upper structure, setelah itu didapat beban yang bekerja pada struktur bawah sub structure yaitu pondasi tersebut. 2.13.1 Pembebanan pada Struktur Atas a. Beban Statik Beban statik adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu struktur. Beban statik juga diasosiasikan dengan beban-beban yang secara Universitas Sumatera Utara perlahan-lahan timbul serta mempunyai variabel besaran yang bersifat tetap steady states. Dengan demikian, jika suatu beban mempunyai perubahan intensitas yang berjalan cukup perlahan sedemikian rupa sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban tersebut dapat dikelompokkan sebagai beban statik static load. Deformasi dari struktur akibat beban statik akan mencapai puncaknya jika beban ini mencapai nilainya yang maksimum. Beban statis pada umumnya dapat dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan beban khusus, yaitu beban yang diakibatkan oleh penurunan pondasi atau efek temperatur. 1. Beban Mati Yaitu beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, dan partisi. Berat dari elemen-elemen ini pada umumnya dapat diitentukan dengan mudah dengan derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume elemen. 2. Beban Hidup Yaitu beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur. Beban yang diakibatkan oleh hunian atau penggunaan occupancyloads adalah beban hidup. 3. Beban Khusus Yaitu beban yang dipengaruhi oleh penurunan pondasi, tekanan tanah, tekanan air atau pengaruh temperatursuhu. Untuk beban akibat tekanan tanah atau Universitas Sumatera Utara air biasanya terjadi pada struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah, seperti dinding penahan tanah, terowongan atau ruang bawah tanah basement. Struktur tersebut perlu dirancang untuk menahan tekanan tanah lateral. Jika struktur-struktur ini tenggelam sebagian atau seluruhnya di dalam air, maka perlu juga diperhitungkan tekanan hidrostatis dari air pada struktur. Poulus 2000 berdasarkan Horokoshi dan Randolph 1996 mengajukan sebuah usulan desain yang ekonomis pada pondasi tiang–rakit, dimana tiang harus didistribusikan pada daerah tengah rakit dengan persentase area sebesar 16-25 dari luas permukaan rakit. Disamping itu, tiang harus didesain agar dapat menahan 40-70 dari beban rencana. Dengan demikian beban yang bekerja pada pondasi harus bisa ditahan oleh daya dukung ijin salah satu sistem dari sistem gabungan pondasi pile-raft tersebut, baik oleh pondasi pile atau pondasi raft Natasya. Bianca : 2011. Tabel 2.11 Beban Pondasi Beban Meliputi Beban mati DL Berat Konstruksi dan semua bahan yang membebani secara permanen. Beban hidup LL Setiap beban yang tidak membebani konstruksi secara permanen, tetapi konstruksi bisa dipengaruhinya. Beban salju S Bekerja pada atap; nilai yang umumnya ditetapkan oleh peraturan. Beban Angin W Bekerja pada konstruksi yang terbuka. Gempa bumi E Gaya lateral biasanya yang bekerja pada konstruksi. Hidrostatis HS Setiapn beban yang disebabkan oleh tekanan air dan bisa berupa tekanan + atau -. Tekanan tanah Setiap beban yang disebabkan oleh tekanan tanah- biasanya lateral tetapi bisa juga dalam arah lain. Sumber : Bowles, Joseph E, 1988, Analisis Dan Desain Pondasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.7 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan bulan Januari 2013 di kawasan Proyek Pembangunan Siloam Hospital yang berada di jalan Imam Bonjol – Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem pondasi pile-raft pada proyek pembangunan Siloam Hospital Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan memakai data sekunder, dimana data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumentasi. Penulis memperoleh data sekunder dari PT. PP Persero Tbk selaku kontraktor pelaksana pembangunan proyek siloam hospital. Adapun data-data tersebut yaitu:  Data Gambar Proyek;  Data Struktur;  Sondir;  SPT;  Desain Pondasi Pile-Raft;  Spesifikasi Pondasi Pile–Raft;  Dokumentasi Pelaksanaan pada Proyek Pembangunan Siloam Hospital Medan. Universitas Sumatera Utara