1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju, yang tidak didukung dengan pendidikan yang kuat. Sehingga pendidikan
memegang peranan penting dan signifikan bagi pekembangan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan telah mengubah dalam diri manusia dari yang tidak mengerti
menjadi paham, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari fitrah manusia yang penuh dengan nafsu menjadi beradab, dan hal-hal yang kurang menjadi lengkap.
Pendidikan yang berkualitas akan mengahasilkan generasi serta sumber daya manusia yang cerdas, inovatif, disiplin, dan bertanggung jawab sehingga
diharapkan menjadi generasi yang mampu mengangkat harkat dan martabat di dunia internasional. Pengaruh pendidikan sangat besar sekali terhadap kemajuan
serta keunggulan suatu negara di mata negara lain. Hal itulah yang menyebabkan maju tidaknya suatu negara. Ini sesuai dengan firman Allah yang termaktub dalam
surat Al Mujadalah: 11
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
1
Negara indonesia mencantumkan tujuan pendidikan kedalam alenia ke 3 UUD 1945 yang diimplementasikan pada UU
nomor 2 tahun 1989. Dengan demikian negara Indonesia memiliki tekad dan semangat untuk mengusahakan kemajuan dengan pendidikan. Secara jelas
disebutkan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah “mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemsyarakatan dan kebangsaan”.
Namun demikian tidak berarti tujuan pendidikan di Indonesia tersebut berjalan dengan mulus tanpa adanya suatu hambatan dan halangan. Ini terbukti
dari hasil peringkat pendidikan dunia bahwa Indonesia Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya,
1
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 1
pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index EDI Indonesia, pada 2011
Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara
2
. Ini menunjukkan bahwa
pendidikan di Indonesia belum lah maksimal pada tingkat internasional. Fakta lain yang dihimpun dari organisasi dunia di bawah naungan PBB, United Nations
Development Programme UNDP mengumumkan bahwa HDI Human Development Index negara Indonesia ada di peringkat 111 dari 175 negara.
Sementara negara-negara jiran, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina, di peringkat yang lebih tinggi. Singapura, misalnya, negara yang
penduduknya tidak lebih dari jumlah penduduk Jakarta itu menempati peringkat 25 tahun 2003 lalu di peringkat 28, jauh di atas Indonesia. Brunei Darussalam
yang negaranya tidak seluas Jakarta di peringkat 33 31; Malaysia yang pernah menjadi murid kita ada di peringkat 58 58; sedangkan Thailand dan Filipina
yang tujuh tahun lalu sama-sama dibantai krisis, masing-masing, di peringkat 76 74 dan 83 85.
Indonesia pada tahun Tahun 2005 di peringkat 107 dunia, tahun berikutnya 2006, Indonesia menurun berada di peringkat 109 dunia, dan pada
tahun 20072008, peringkat Indonesia naik kembali ke 107 dunia.
3
Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan membenahi dan memperbaiki kurikulum. Adanya perubahan kurikulum telah
membawa perubahan
paradigma pembelajaran
behavioristik menjadi
konstuksivisme artinya pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi
2
http:kampus.okezone.comread20130601373816065astaga-ri-peringkat-ke-64- untuk-pendidikan. diakses pada tanggal 7 oktober 2013.
3
httpdigital_blob_F26155_HDI Indonesia Tetap Rendah.htm. diakses pada tanggal 7oktober 2013
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Sehingga demi meningkatkan kualitas pendidikannya, bangsa Indonesia pun melakukan berbagai cara mulai dari
perubahan kurikulum, menaikkan standar kelulusan peningkatan, fasilitas pendidikan dan lain-lain. Kurikulum yang berubah-ubah dimaksudkan untuk
memperbaiki mutu pendidikan.
4
Dengan perubahan kurikulum yang terjadi beberapa tahun terakhir diharapkan mampu mewujudkan pemahaman konsep bagi
peserta didik dengan mudah dan cepat, sehingga dalam pendidikan di Indonesia tidak hanya menekankan aspek kognitif saja namun harus diseimbangkan dengan
antara ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pula demi memajukan pendidikan pemerintah harus menambahkan fasilitas pendidikan yang
memadai dan perlu melakukan pengembangan pada sistem pendidikan. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru
diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas nomor 41 tahun
2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan
untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan
untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Pendidikan matematika merupakan unsur pendidikan nasional yang
dianggap penting karena matematika merupakan salah satu komponen yang ikut serta berperan dalam peningkatan sumber daya manusia. seperti yang kita ketahui
4
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum Jakarta: Bumi Aksara, 2011 hal. 1
bahwa kemajuan dan perkembangan suatu bangsa dapat tercapai melalui SDM yang tinggi dan penataan pengelolaan pendidikan yang baik. Karena pentingnya
akan ilmu matematika tersebut maka konsep dasar matematika yang diajarkan kepada seorang anak haruslah benar dan kuat.
5
Matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang diberikan untuk peserta didik di SD, SMP, dan SMA, lebih dari itu Matematika termasuk salah
satu mata pelajaran yang masuk dalam ujian nasional. Namun dalam pembelajaran matematika sering kali terdengar dari peserta didik bahwa pelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang sangat sulit karena anggapan pelajaran matematika banyak sekali rumus ditambah lagi dengan objek yang abstrak. Selain
peserta didik mengasumsikan matematika sebagai pelajaran yang sulit mereka juga mengaggap bahwa matematika juga membosankan, hal ini disebabkan karena
mereka terkesan hanya menemukan angka, rumus dan grafik. Karena objek matematika yang abstrak tersebut menyebabkan banyak peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam matematika.
6
Materi yang dipilih dalam penelitian dan pengembangan ini adalah matematika bangun ruang dengan alasan salah satu materi yang sifatnya abstrak
adalah geometri ruang. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan bangun ruang, seperti kotak kardus, rumah,
kotak obat, penghapus kayu, atap rumah yang berbentuk limas, dan lain-lain. Alasan ini juga dilatarkan belakangi oleh pemahaman serta hasil belajar peserta
5
Ariesandi Styono, Mathemagics Cara Jenius Belajar Matematika, Jakarta: PT Gramdeia Pustaka Utama, 2007, hal.1
6
I Gusti Putu Suharta.2001. Pembelajaran Pecahan dalam Matematika. Disampaikan pada seminar nasional “Realistic Mathematics Education RME”. Di jurusan FMIPA UNESA, 24
Pebruari 2001.
didik yang menjadi lokasi penelitian dan pengembangan ini kurang memenuhi harapan serta hasil yang maksimum.
Adapun lokasi yang dipilih oleh peneliti yaitu SMP Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar. Peneliti melihat dan mengamati dari draf nilai peserta didik
tahun lalu yang kurang begitu memuaskan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mencoba mencari jalan keluar guna peningkatan hasil belajar yang lebih
baik. Berdasarkan hipotesis dari peneliti bahwa kurangnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh faktor kurang adanya minat belajar dari peserta didik serta
kurangnya fasilitas sumber belajar yang dimiliki oleh peserta didik, peserta didik hanya membawa LKS yang notabennya berisi soal-soal dan tugas sehingga materi
yang dikuasai oleh peserta didik belum cukup dimengerti dan dipahami. Mereka perlu pegangan belajar yang berisi materi yang mampu digunakan menyelesaikan
soal atau latihan yang terkait dengan bab yang diajarkan oleh bapakibu guru. Upaya untuk mengatasi masalah pelajaran matematika tesebut telah banyak
dilakukan, salah satunya dengan mengembangkan metode, model, dan pembelajaran. Metode, model dan pembelajaran yang dikembangkan hendaknya
mampu memberikan pemahaman konsep, berfikir kritis dan mengkonstruksi matematika sendiri kepada peserta didik. Salah satu yang bisa dikembangkan
adalah Realistic Mathematics Education RME. Pendidikan realistik matematika atau dalam istilah lain yakni Realistic
Mathematics Education merupakan pengajaran yang bertolak pada hal-hal nyata dari peserta didik, menekankan ketrampilan “proses of doing mathematics”
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga
mareka dengan sendirinya menemukan konsep matematika dengan sendiri sehingga peserta didik dapat menyelesaikan baik secara kelompok maupun
dengan individu. Dengan peserta didik menemukan sendiri penyelesainnya, mereka akan membangun konsep materi yang dia dapatkan dan akan diperkuat
dengan definisi atau konsep formal yang disampaikan oleh guru. RME menuntut aktifitas peserta didik secara optimal. Konsep matematika
dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikonstruksi oleh peserta didik, bukan sesuatu bahan yang disampaikan oleh guru secara informatif. Peserta didik diberi
peluang untuk menggali dan membangun konsep secara mandiri. Untuk dapat mengkonstruksi konsep atau memahami suatu konsep, peserta didik dibawa dalam
situasi nyata atau realistic . Realistic disini mempunyai makna secara fisik maupun nonfisik. Makna fisik berarti peserta didik dibawa ke objek benda nyata
yang ada di lingkungannya. Sedangkan makna non-fisik berarti peserta didik dibawa dalam pemahaman-pemahamn yang sudah ia ketahui sebelumnya
7
. RME mampu membuat peserta didik aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilitator, motivator, dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Setiap peserta didik bebas mengungkapkan dan
mengemukakan gagasan, ide serta tanggapan dengan peserta didik lain dalam kegiatan berdiskusi. Selain itu penerapan RME di Indonesia sudah disesuaikan
dengan kultur Indonesia sehingga diharapkan dapat dilaksanakan dan dimengerti oleh peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Nadhiroh yang
7
Maga T. Budiarto dan tatag Y.E siswono. Implementasi Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional RME. 2001
berjudul Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Pada Pokok bahasan Bangun Datar Peserta didik Kelas
III SD Negeri Kerjen Srengat Blitar Tahun Ajaran 20092010, menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran matematika realistik terhadap
hasil belajar peserta didik dan pengaruhnya adalah positif. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan t-test sebesar 2,554 yang jauh lebih besar dari
pada taraf signifikansi 5. Berdasarkan hal itu pula, peneliti ingin mengatahui pengaruh RME terhadap hasil belajar peserta didik.
8
Selain menggunakan metode belajar yang tepat, sumber belajar yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sumber belajar
yang ada saat ini masih banyak didasarkan pada buku teks yang hanya memaparkan materi saja. Hal inilah yang mendorong peserta didik belum bisa
atau lebih giat untuk belajar. Oleh karena itu, diperlukan buku ajar yang dapat digunakan untuk menerapkan model pembelajaran tertentu yang sesuai dengan
karakteristik pembelajaran kontruktivisme guna menambah wawasan peserta didik.
Menanggapi dari permasalahan tersebut, dalam hal ini bahan ajar diharapkan menjadi salah satu sarana belajar peserta didik agar dapat belajar
secara mandiri. Tujuan utama sistem bahan ajar adalah untuk meningkatkan
8
Umi Nadhiroh, “Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar pada Pokok Bahasan Bangun Datar Peserta didik Kelas III SD Negeri
Kerjen Srengat Blit ar Tahun Ajaran 20092010”Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan
tarbiyah matematika.
efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
9
Bahan ajar adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan digunakan secara mandiri.
10
Berdasarkan penelitian terdahulu menyebutkan bahwa hasil validasi subjek yang telah diuraikan, semua aspek penilaian bahan ajar tentang materi luas
permukaan dan volume kubus dan balok dapat disimpulkan praktis dan valid dengan rata-rata 3,41 dan berdasarkan hasil uji coba bahwa bahan ajar tesebut
dapat memenuhi KKM yang ditentukan.
11
Selain itu diperkuat data dari penelitian Nisa Ul Istiqomah yang menyebutkan bahwa Bahan ajar yang disusun mempunyai
kualitas valid dengan nilai rata-rata 3,31 berdasarkan penilaian dosen ahli materi dan dosen ahli media, praktis dengan nilai rata-rata 3,39 berdasarkan hasil angket
respon peserta didik dan hasil evaluasi oleh guru ahli materi dan ahli media, dan efektif dengan ketuntasan hasil belajar mencapai 87 berdasarkan hasil post-
test
12
. Berdasarkan identifikasi dan penjabaran permasalahan di atas, peneliti
berupaya untuk mengembangkan bahan ajar matematika yaitu Bahan ajar peserta
9
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan ajar Inovatif, Jogjakarta: Diva Press, Cet.III 2012 Hal. 204
10
http:www.scribd.comdoc16554502Mengembangkan-Bahan-Ajar-dengan- Menyusun-Bahan ajar, diakses tanggal 28 Oktober 2013
11
Yulia Puji Astutik, Pengembangan Bahan ajar dengan Kontekstual dalam Pemeblajaran Matematika Pada Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok untuk Peserta didik
Kelas VIII SMPN 2 Sumbergempol, skripsi STAIN Tulungagung
12
Nisa Ul Istiqomah
, “P
engembangan Bahan ajar Matematika Materi Ruang Dimensi Tiga Berbasis Pendidikan Karakter dengan Kontekstual
Untuk sma kelas x ”
skripsi tidak diterbitkan, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika UIN Jogja
didik dengan Pendidikan Realistik Matematika. Dengan demikian penelitian
pengembangan yang dilaksanaan oleh peniliti ini berjudul “ Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Realistic Mathematics Education RME
Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Peserta Didik Kelas VIII SMP Al Kamal Kunir
”.
B. Rumusan Masalah