Sistem Pendidikan Peran Guru

9 generasi. Sekolah Pendidikan Guru merupakan wadah masyarakat dalam mendewasakan diri sebagai peserta didik seorang calon guru. Calon guru yang dididik dalam Sekolah Pendidikan Guru tersebut guna agar menjadi guru yang baik nantinya yaitu langkah mendapatkan pendidikan apa saja yang akan diajarkan nantinya setelah menjadi seorang guru.

2. Sistem Pendidikan

Sistem menurut Tatang M. Amirin dalam Umar Tirtarahardja 1992:10 didefinisikan sebagai suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh. Selain itu sistem merupakan himpunan dari komponen yang saling berkaitan dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang dalam Dian Lukitaningtyas 2012:11 sistem dalam pendidikan diartikan sebagai usaha untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan akan berjalan apabila usaha dalam pendidikan dapat dilaksanakan secara teratur, terencana, dan terpadu. Pendidikan menurut Suparlan Suhartono dalam Umar Tirtarahardja 2008:125-126 mempunyai tujuan yaitu untuk mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik dengan memperhatikan isi pendidikan, kualitas pendidik sistem pengawasan, dan ukuran evaluasinya Berdasarkan definisi diatas bahwa sebuah pendidikan terdapat suatu sistim yaitu sistim pendidikan. Setiap sekolah yang ada akan terkait 10 dengan sistim pendidikan seperti halnya Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa.

3. Pendidikan di Indonesia

3.1 Pendidikan di Indonesia Masa Penjajahan

Indonesia menjadi negara jajahan bangsa- bangsa asing seperti Portugis, Belanda, Inggris kemudian Belanda lagi dan akhirnya Jepang. Dari bangsa – bangsa tersebut Belanda yang paling lama menjajah dan dengan wilayah jajahan yang paling luas. Pada masa penjajahan, pendidikan ada yang diselenggarakan oleh pihak lain, seperti kaum rokhaniawan dan para tokoh masyarakat Indonesia. Ciri khas dari pendidikan yang diselenggarakan pemerintahan kolonial yaitu bertujuan tidak untuk kepentingan yang dididik, melainkan untuk kepentingan yang mendidik Sumarwoto, 2004:32 3.2 Pendidikan Pada Masa Penjajahan Bangsa Portugis Bangsa Portugis pada saat itu hanya dapat menguasai wilayah Indonesia bagian Timur, terutama Maluku dan Timor. Bangsa Portugis menguasai Timor Timur selama satu abad yaitu tahun 1500 sampai tahun 1600 dan baru benar-benar terbebas pada tahun 1975. Peranan rohaniawan khususnya Katolik di bidang pendidikan mengikuti pasukan tentara Portugis. Dari semua rohaniawan yang terkenal adalah Fransiscus Xaverius. Penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada ajaran Nasrani tentang Mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Rakyat tanah jajahan juga merupakan sesame manusia, maka wajib dikasihi. 11 Sebagai perwujudannya dengan meningkatkan taraf hidup melalui pendidikan. Dalam pendidikan yang diselanggarakan bangsa Indonesia diajarkan membaca, menulis, dan berhitung dengan huruf latin serta agama Sumarwoto,2004:33. Hal tersebut juga di ajarkan di SPG yaitu membaca, menulis, berhitung dan agama.

3.3 Pendidikan Pada Masa Penjajahan Bangsa Belanda Pertama

Masa penjajahan Belanda yang pertama, terbagi menjadi dua periode pemerintahan, yaitu : 1. Masa pemerintahan VOC Verenigde Oost – Indische Compagnie yaitu Persekutuan pengusaha India Timur. Pada masa ini, Indonesia tidak diperintahkan langsung oleh pemerintah Belanda di negeri Belanda tetapi diwakili oleh VOC. 2. Masa pemerintahan Bataafsche Republiek 1800-1811. Pada masa ini Indonesia di perintah langsung oleh pemerintah di Negeri Belanda. Penyelenggara pendidikan tersebut ada yang dilakukan oleh pemerintah dan ada juga yang dilakukan oleh kaum rohaniawan dari penganut agama Kristen. Latar belakang pemerintah menyelenggarakan pendidikan untuk rakyat tanah jajahan ialah: untuk mendapat tenaga terpelajar yang murah, karena pemerintahan VOC menghadapi permasalahan dalam usaha 12 menyelenggarakan pendidikan. Masalah yang dihadapi pemerintah saat itu yaitu: a. Kurangnya tenaga pengajar b. Bahasa pengantar yang dipergunakan di Indonesia beraneka ragam dan belum menggunakan bahasa Belanda. c. Belum ada kesadaran akan pentingnya bersekolah atau menyekolahkan anak. Dorongan menyekolahkan anak mulai disadari bangsa Indonesia setelah semua anak-anak yang bersekolah menjadi pegawai pemerintah yang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pemerintahan VOC menyelenggarakan sekolah bagi kaum pribumi. Sejak saat itu penyelenggaraan sekolah negeri mulai didirikan. Kegiatan pendidikan yang dilakukan VOC dipusatkan di bagian timur Indonesia dimana pusat admisnistrasi kolonial. Di Jakarta sekolah pertama kali didirikan tahun 1930 untuk mendidik anak Belanda dan Jawa. Kurikulum sekolah- sekolah VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut peraturan sekolah 1643 tugas guru ialah memupuk rasa takut terhadap Tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama Kristen, mengajarkan anak berdoa, bernyanyi, pergi ke gereja, mematuhi orangtua, penguasa, dan guru-guru Nasution, 2011: 4-5. VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 sehingga tanah jajahan diperintah langsung dari negeri Belanda dan pendidikan diutamakan di bidang kemiliteran, termasuk pembuatan perahu untuk memperkuat pertahanan. Selain itu 13 juga dibuka sekolah bidan. Penjajahan Belanda yang pertama berakhir pada tahun 1811. 3.4 Pendidikan Pada Masa Penjahahan Bangsa Inggris Pada masa penjajahan Inggris pendidikan di Indonesia tidak diperhatikan sehingga banyak sekolah yang terpaksa di tutup. Pada masa penjajahan Inggris mengutamakan penggalian pengetahuan tentang daerah jajahan antara lain yaitu : mempelajari tentang hukum adat, aneka ragam tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. 3.5 Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda Kedua. Ketika Belanda berkuasa kembali di Indonesia, keadaan semakin sulit. Bangsa Belanda mengalami peperangan di Eropa dan pemberontakan dari bangsa Indonesia. Akibat bangsa Inggris yang tidak memperdulikan pendidikan banyak sekolah ditutup dan banyak gedung sekolah yang rusak sehingga pemerintah Belanda berusaha membenahi kembali dengan menyelenggarakan sekolah sederhana dengan tenaga seadanya Sumarwoto, 2004: 38. Pendidikan di Indonesia sebelum pendudukan Jepang ialah sistem pendidikan dualistis yaitu pendidikan bertahap Vantenhouw,1977:16 3.6 Pendidikan Pada Masa Penjajahan Jepang Bangsa Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia sehingga mampu mengalahkan Belanda. Sejak Indonesia di kuasai Jepang sekolah sekolah yang ada pada masa kekuasaan Belanda di gantikan dengan sistem Jepang. Sistem pendidikan yang diajarkan oleh Jepang 14 adalah diupayakan untuk kepentingan perang. Murid - murid pada masa ini hanya mendapat pengetahuan sedikit. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada masa Jepang yaitu mengumpulkan batu, pasir untuk kepentingan perang, membersihkan bengkel – bengkel, asrama – asrama militer, menanam ubi – ubian, sayur – sayuran di pekarangan sekolah untuk persediaan bahan makanan, menanam pohon jarak untuk bahan pelumas. Setiap hari murid harus mengucapkan sumpah setia kepada kaisar Jepang kemudian di latih kemiliteran. Dalam sekolah Jepang berbeda dengan sekolah pada masa pemerintahan Belanda. Sekolah pada pemerintahan Belanda terbuka untuk semua golongan penduduk, lama belajar 6 tahun, bahasa pengantarnya bahasa daerah dan bahasa Melayu. Untuk sekolah menengah pada masa pemerintahan Belanda dibagi menjadi dua yaitu Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Tinggi SMT masing – masing lama pendidikan 3 tahun. Sedangkan untuk sekolah kejuruan di bagi dalam sekolah pertukangan dan sekolah teknik menengah. Selain itu masa pemerintah Belanda banyak didirikan sekolah guru. Sekolah guru ini menyiapkan calon – calon guru yang bertugas tidak hanya mengajar, tetapi juga menanamkan ideologi kepada murid – murid. Sedangkan pada masa pemerintahan Jepang sekolah guru dibagi menjadi 3 macam yaitu: a. Sekolah guru 2 tahun yaitu Sjootoo Sihan Gakko b. Sekolah guru menengah 4 tahun yaitu Guutoo Sihan Gakko 15 c. Sekolah guru tinggi 6 tahun yaitu Kootoo Sihan Gakko. Pelajaran yang diberikan meliputi Sejarah Ilmu Bumi, Bahasa Indonesia Melayu, adat istiadat, bahasa Jepang, ideologi Jepang, kebudayaan Jepang Wasty Soemanto, 1983: 50-52.

3.7 Pendidikan Masa Kemerdekaan

Perkembangan pendidikan pada masa kemerdekaan semakin diutamakan, maka pemerintah membangun sekolah formal guna untuk mengembangkan dan mendidik masyarakat supaya masyarakat memiliki pemikiran yang cakap secara intelektual, sehingga pada masa kemerdekaan 1945-1950 pemerintah membagi sistem pendidikan di Indonesia yang terdiri dari 6 tingkatan,yaitu: a. Pendidikan Rendah adalah Sekolah Dasar disebut Sekolah Rakyat yang ada sejak awal kemerdekaan dengam lama pendidikan semula 3 tahun menjadi 6 tahun, sekarang lebih dikenal dengan pendidikan Sekolah Dasar Helius Syamsudin, 1993:18. b. Pendidikan guru yang terbagi atas Sekolah Guru Bawah SGB, Sekolah Guru Atas SGA sekarang dikenal dengan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD. Dengan lama pendidikan 3-4 tahun. Sekolah Guru dilakukan dengan singkat karena saat itu kekurangan jumlah guru. 16 c. Pendidikan umum yang terbagi atas Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Tinggi SMT dengan lama pendidikan 3 tahun. d. Pendidikan kejuruan terbagi atas pendidikan ekonomi dan pendidikan kewanitaan dengan lama pendidikan 3-4 tahun. e. Pendidikan teknik dengan pendidikan 2-4 tahun. f. Pendidikan Tinggi yaitu pendidikan tingkat Universitas dengan lama pendidikan 4 tahun Sartono Kartodirjo, 1975 : 266. Dalam memenuhi kebutuhan pengajar maka pemerintah membangun sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Sekolah swasta didirikan oleh yayasan, yang salah satunya adalah Sekolah Pendidikan Guru Mendut Ambarawa. B. Guru 1. Pengertian Guru Marno dan Idris dalam Kunandar 2008:16 mendefinisikan guru sebagai orang yang dengan keluasan pengetahuan, keteguhan komitmen, kebesaran hati dan pengaruh, serta keteladannya dapat mencerahkan bangsa dari kegelapan. Guru bangsa dapat lahir dari berbagai macam yaitu ulama atau agamawan, intelektual, pengusaha, pejuang, birokrat, dan lain- lain. Istilah guru mengandung nilai, kedudukan, dan peranan mulia Untuk menjadi guru yang professional seorang guru wajib menempuh suatu pendidikan sebelum benar-benar layak mengajar. Salah satu wadah 17 untuk menempuh pendidikan pada masa kemerdekaan saat itu adalah Sekolah Pendidikan Guru.

2. Peran Guru

Peran guru yang utama adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan manusia masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus diwariskan. Guru memiliki peran sebagai sumber belajar learning resources bagi siswa Wina Sanjaya, 2005:147. Menurut Gardner dan Naisbitt mendefinisikan peran guru adalah sebagai knowledge agen dan learning agent, yang mendorong, membantu, dan mengerahkan peserta didik untuk mengalami proses pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, potensi, perkembangan fisik, dan psikologinya. Peran menurut Wina Sanjaya 2005, 13-14 guru ada 4 antara lain yaitu: a. Peran guru sebagai perencana pembelajaran diartikan keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru. b. Guru sebagai pengelola pembelajaran diartikan untuk mencapai tujuan utama yaitu terciptanya kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa. Peran guru menciptakan iklim atau suasana yang kondusif, baik iklim sosial maupun iklim psikologis. 18 c. Guru sebagai fasilitator yaitu bertugas membantu siswa mempermudah siswa belajar. d. Guru sebagai evaluator yaitu untuk melihat keberhasilan dalam mengajar dan untuk menentukan ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi sesuai dengan kurikulum. Guru memiliki fungsi untuk mempersiapkan pribadi muda menuju kearah kedewasaan. Selain itu guru sebagai anggota masyarakat juga mengemban amanat sebagai penghubung antara anak didik dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Peran guru sebagai evaluator, pengelola, fasilitator, perencana sebagai calon guru yang sekolah di Sekolah Pendidikan Guru pada masa kemerdekaan diajarkan dan diperoleh di Sekolah Pendidikan Guru melalui kurikulum yang ada. C. Sejarah Ambarawa Ambarawa Masa Kemerdekaan Ambarawa memiliki udara yang sejuk sehingga menarik minat orang- orang Belanda untuk menetap disana. Banyak orang-orang Belanda yang menetap disana maka di daerah Bandungan dibangun villa dan bungalau. Selain itu Ambarawa mempunyai tanah yang subur. Oleh karena itu didaerah Ambarawa juga terdapat perkebunan dan pertanian dengan berbagai jenis tanaman. Ambarawa juga memiliki peranan dalam penyebaran agama Kristen. Di sebelah barat daya kota Ambarawa, terdapat sebuah gereja Katolik. Gereja itu dilengkapi dengan biara dan sekolahan. Banyak anak-anak yang dididik di sekolah itu. Setelah tamat, 19 mereka ikut menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh. Namun bangsa Belanda yang berkuasa di Ambarawa bukan membawa kebaikan tetapi untuk masyarakat Ambarawa justru membawa kesengsaraan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta yang menandai berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diterima oleh masyarakat Semarang melalui berita Domei dan diteruskan melalui siaran Radio Semarang Semarang Hosho Kyoku, khotbah Jum’at di masjid-masjid dan Harian Sinar Baru. Masyarakat Ambarawa menyambut proklamasi dengan cara melakukan corat-coret, pemasangan plakat dan Pengibaran Bendera Merah Putih, serta mengumandangkan pekik “Merdeka” setiap kali berjumpa dengan masyarakat Ambarawa Soedarwo, dkk, 2005:13. Bersamaan dengan kejadian itu, para tokoh Ambarawa mengadakan pertemuan. Tokoh-tokoh tersebut yaitu Dr. S. Wiroreno, Wedana Ambarawa Abdulmutolib, Camat Ambarawa Utoyo, Dr. Marjuki dan tokoh lainnya. Dalam pertemuan tersebut berhasil disusun Komite Nasional Indonesia KNI Ambarawa. KNI yaitu badan yang melaksanakan pemerintah Indonesia di Ambarawa. Badan KNI ini diketuai oleh Dr. S. Wiroreno dengan menempati kantor di Kawedanan Ambarawa. Para pemuda Ambarawa juga mengadakan pertemuan untuk membahas upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pertemuan tersebut dilaksanakan Sudarto. Dalam pertemuan tersebut hadir juga Dr. 20 S. Wiroreno. Dalam pertemuan kedua menghasilkan Angkatan Muda Republik Indonesia AMRI Ambarawa yang diketuai oleh Muslimin. Markasnya berada di rumah salah satu anggota yaitu Sudarto. Dalam waktu yang singkat anggota AMRI bertambah banyak dan meluas ke desa- desa. Sehingga rumah Sudarto semakin sempit yang membuat markas AMRI harus dipindah ke gedung Among Darmo. AMRI mulai meningkatkan kegiatannya. Mula-mula mereka menangkapi orang Belanda yang berkeliaran dan dimasukan ke tahanan. AMRI mulai meningkatkan kegiatannya yaitu bergerak menangkapi orang-orang Jepang, mengambil senjata orang Jepang dengan cara baik maupun secara kekerasan, melakukan tindakan penguasaan gedung- gedung penting atau bekas rumah orang Belanda yang ditahan, menguasai gudang persediaan makanan milik Jepang. Sampai akhirnya mereka juga menguasai kendaraan Jepang. Selain itu setiap lalu lintas kendaraan yang melalui Ambarawa diperiksa. Untuk mengurusi kendaraan-kendaraan tersebut dibentuk organisasi Persatuan Sopir Montir Angkatan Muda Ambarawa PERSAMA. Pada akhir bulan Agustus 1945 dilangsungkan perayaan menyambut Proklamasi Kemerdekaan secara besar-besaran. Masyarakat berkumpul di alun-alun, sementara beberapa tokoh pemuda berusaha menyusun kekuatan tentara di Ambarawa dengan melaksanakan keputusan Pemerintah Pusat di Jakarta tanggal 22 Agustus 1945 untuk membentuk Badan Kesatuan Rakyat BKR. Anggota BKR adalah bekas pemuda yang 21 pernah mendapat latihan sebagai tentara PETA, Barisan Heiho, Keibondan dan lain-lain. BKR Ambarawa diketuai oleh Moh. Hasyim. Dibawah pimpinan Moh. Hasyim BKR berkembang pesat. Anggotanya mencapai 70 orang dan dibagi dalam tiga pos yaitu: Pos 1 : berada di depan Klenteng Ambarawa di bawah pimpinan Sungkono Pos 2 : di depan Sekolah Meer Uitgebreid Onderwijs MULO Sekolah SMP Pangudi Luhur di bawah pimpinan Badri dan Hadi Ismoyo. Pos 3 : berada di Gempol di bawah pimpinan Badrun dan Hardi. Dengan keberhasilan BKR tersebut, maka senjata menjadi lengkap untuk mempertahankan kemerdekaan Syamsuar Said, 1984: 11-15. Pada tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah Pusat di Jakarta meresmikan berdiri TKR Tentara Keamanan Rakyat dengan markas di Yogyakarta. Selain TKR dan AMRI di Ambarawa juga terdapat organisasi lainnya seperti Barisan Pemberontakan Republik Indonesia BPRI dan Hisbullah. Semua organisasi tersebut tujuannya untuk memperjuangkan bangsa dan negara.

D. Sekolah

Missi Menurut bnd. Ohm dalam David J. Bosch 1991:1 sejak tahun 1950- an, terjadi peningkatan dalam penggunaan kata Missi atau zending, diantara orang Kristen maupun Katolik. Hal tersebut berjalan bersamaan dengan perluasan konsep yang signifikan pada kalangan-kalangan tertentu.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989

0 0 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB II

0 0 20

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah SMK Dr. Tjipto Ambarawa Tahun 20132017 T1 BAB V

0 0 2

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah SMK Dr. Tjipto Ambarawa Tahun 20132017 T1 BAB IV

0 0 13

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah SMK Dr. Tjipto Ambarawa Tahun 20132017 T1 BAB III

0 1 10

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah SMK Dr. Tjipto Ambarawa Tahun 20132017 T1 BAB II

0 0 8