Gambaran Kondisi Lingkungan Kamar Hunian dan Personal Hygiene Di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013

(1)

SKRIPSI

GAMBARAN KONDISI LINGKUNGAN KAMAR HUNIAN DAN PERSONAL HYGIENE DI ASRAMA AKADEMI KEBIDANAN

BARUNA HUSADA SIBUHUAN KECAMATAN LUBUK

BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013

OLEH :

LILI SARFIAH HARAHAP NIM. 081000199

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN KONDISI LINGKUNGAN KAMAR HUNIAN DAN PERSONAL HYGIENE DI ASRAMA AKADEMI KEBIDANAN

BARUNA HUSADA SIBUHUAN KECAMATAN LUBUK

BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

LILI SARFIAH HARAHAP NIM. 081000199

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Kondisi lingkungan kamar hunian atau asrama yaitu suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Kondisi lingkungan tersebut di dasarkan pada kesehatan kamar hunian, dan personal hygiene.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswi akademi kebidanan tingkat I yang berjumlah 58 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.

Hasil penelitian kondisi lingkungan kamar hunian yaitu ventilasi, kelembaban, dan pencahayaan sudah memenuhi syarat kesehatan menurut Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1999 sedangkan kepadatan penghuni belum memenuhi syarat. Personal hygiene yaitu kebersihan kulit, kebersihan pakaian, dan kebersihan handuk sebagian besar kategori sedang, sedangkan kebersihan tangan dan kuku dan kebersihan tempat tidur dan sprei sebagian besar kategori buruk.

Disarankan bagi pengelola asrama akademi kebidanan agar menyediakan sarana fasilitas kondisi kamar hunian yang memenuhi syarat kesehatan serta memperhatikan dan menjaga sarana tersebut dengan baik. Serta penghuni asrama akademi kebidanan agar tetap memelihara kebersihan kulit agar terhindar dari penyakit kulit.


(5)

ABSTRACT

The environment room condition or dormitory is the condition of base for a group, generally for student or collegents. This condition based on the healthy of room or dormitory and personal hygiene.

This research is descriptive and use survey method. The population of this research are all students of midwifery Academy that consists of 58 persons and all of population as a sample.

The purpose of this research is to know the description of condition dormitory environment and personal hygiene in dormitory of midwifery Academy Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.

Research it is found the condition of dormitory that’s the ventilatoni,humidity, lighting, already qualified health according to Permenkes No.829/ Menkes/ SK/ 1999 occupant density while not yet eligible, skin cleanliness, fashion cleanliness, a towel clienliness whose bad category, while the hand and nail cleanlines and the bed and cover bed clienlines whose moderate category are.

It is expected to the managers of the dormitory midwifery Academy to provide the facilities of dormitory that already meet health requirements and keep the facilities well. Moreover, the persons of dormitory midwifery Academy to keep the skin clienliness to avoid from skin disease.


(6)

RIWAYAR HIDUP PENULIS

Nama : Lili sarfiah Harahap

Tempat Tanggal Lahir : Sibuhuan, 24 September 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Bulutangkis No. 24 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-qur’an Umariah (1998-1999) 2. SD Negeri 2 Sibuhuan (1999-2004) 3. MTs.N Sibuhuan (2004-2006) 4. SMA Negeri 2 Sipirok (2006-2008)

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (2008-2013)


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi rabbilalamin Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa salawat beriring salam yang tidak henti-hentinya kepada baginda kita nabi Muhammad SAW.

Ada pun judul skripsi ini adalah “ Gambaran Kondisi Lingkungan Kamar

Hunian dan Personal Hygiene Di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013 ” yang merupakan hasil dari karya tulis ilmiah selama ini. Skripsi hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama melaksanakan penulisan skripsi ini penulis banyak mendapakan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oeh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Depertemen Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Indra Chahaya, Msi dan Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan penuh perhatian membimbing penulis mulai dari awal sampai selesainya pembuatan skripsi ini.


(8)

4. Prof. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Dosen Penguji yang banyak memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama menjalani perkuliahan di FKM USU.

6. Seluruh dosen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan pelajaran selama perkuliahan di kelas.

7. Kepada pihak Yayasan Akbid Baruna Husada Sibuhuan yang telah bersedia memberika izin melaksanakan penelitian ini.

8. Ayah dan Ibu yang tersayang yang selama ini memberi semangat, dukungan, doa dan nasehat dalam perkuliahan dan juga untuk menyelsaikan skripsi ini. 9. Adik-adik tersayang Indah, Hasanah, Ifdal dan Rina yang selama ini

memberikan semangat, dukungan, doa untuk menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

10. Teman-teman tersayang Arfan, Jerni, lolisa, Juni, Aulia, Marhani, Enni, dan Sarima terimah kasih atas motivasi yang selama ini kalian berikan.

11. Teman-teman kuliah Khadijah, Eva,Widya, Putri, Dody, Henny, Siska, Doli serta teman-teman lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasi yang selama ini kalian berikan.

12. Teman-teman satu peminatan Kesehatan Lingkungan yang reguler dan ekstensi, teman PBL, LKP dan teman satu kampus yang telah memberikan bantuan dan saran.


(9)

13. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Mei 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstrack ... iii

Riwayat hidup Penulis ... iv

Kata pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Asrama ... 6

2.2. Kondisi Kamar Hunian Asrama ... 6

2.2.1. Ventilasi ... 6

2.2.2. Kelembaban ... 7

2.2.3. Pencahayaan ... 8

2.2.4. Kepadatan Penghuni ... 9

2.3.Personal Hygiene ... 10

2.3.1. Pengertian ... 10

2.3.2. Macam-Macam Personal hygiene ... 10

2.3.3. Tujuan Personal Hygiene ... 15

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal hygiene ... 15

2.3.5. Dampak yang Sering Timbul pada Masalag Personal Hygiene ... 17

2.4.Kerangka Konsep ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1.Jenis Penelitian ... 20

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2. Waktu Penelitian ... 20

3.3.Populasi dan Sampel ... 20

3.3.1. Populasi ... 20

3.3.2. Sampel ... 21

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4.1. Data Primer ... 21


(11)

3.5.Defenisi Operasional ... 22

3.6.Aspek Pengukuran ... 22

3.7.Pengolahan dan Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.2. Hasil Kondisi Lingkungan Kamar Hunian dan Personal Hygiene ... 27

4.2.1. Kondisi Lingkungan Kamar Hunian ... 27

4.2.2. Kebersihan Kulit ... 29

4.2.3. Kebersihan tangan dan Kuku ... 30

4.2.4. Kebersihan Pakaian ... 31

4.2.5. Kebersihan Haduk ... 33

4.2.6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei... 34

BAB V PEMBAHASAN ... 32

5.1. Gambaran kondisi Lingkungan Kamar Hunian ... 32

5.1.1. Ventilasi ... 32

5.1.2. Kelembaban ... 32

5.1.3. Pencahayaan ... 33

5.1.4. Kepadatan penghuni ... 34

5.2. Personal Hygiene ... 35

5.2.1. Kebersihan Kulit ... 35

5.2.2. Kebersihan tangan dan Kuku ... 36

5.2.3. Kebersihan Pakaian ... 37

5.2.4. Kebersihan Handuk ... 37

5.2.5. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 39

6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :


(12)

ABSTRAK

Kondisi lingkungan kamar hunian atau asrama yaitu suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Kondisi lingkungan tersebut di dasarkan pada kesehatan kamar hunian, dan personal hygiene.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswi akademi kebidanan tingkat I yang berjumlah 58 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.

Hasil penelitian kondisi lingkungan kamar hunian yaitu ventilasi, kelembaban, dan pencahayaan sudah memenuhi syarat kesehatan menurut Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1999 sedangkan kepadatan penghuni belum memenuhi syarat. Personal hygiene yaitu kebersihan kulit, kebersihan pakaian, dan kebersihan handuk sebagian besar kategori sedang, sedangkan kebersihan tangan dan kuku dan kebersihan tempat tidur dan sprei sebagian besar kategori buruk.

Disarankan bagi pengelola asrama akademi kebidanan agar menyediakan sarana fasilitas kondisi kamar hunian yang memenuhi syarat kesehatan serta memperhatikan dan menjaga sarana tersebut dengan baik. Serta penghuni asrama akademi kebidanan agar tetap memelihara kebersihan kulit agar terhindar dari penyakit kulit.


(13)

ABSTRACT

The environment room condition or dormitory is the condition of base for a group, generally for student or collegents. This condition based on the healthy of room or dormitory and personal hygiene.

This research is descriptive and use survey method. The population of this research are all students of midwifery Academy that consists of 58 persons and all of population as a sample.

The purpose of this research is to know the description of condition dormitory environment and personal hygiene in dormitory of midwifery Academy Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.

Research it is found the condition of dormitory that’s the ventilatoni,humidity, lighting, already qualified health according to Permenkes No.829/ Menkes/ SK/ 1999 occupant density while not yet eligible, skin cleanliness, fashion cleanliness, a towel clienliness whose bad category, while the hand and nail cleanlines and the bed and cover bed clienlines whose moderate category are.

It is expected to the managers of the dormitory midwifery Academy to provide the facilities of dormitory that already meet health requirements and keep the facilities well. Moreover, the persons of dormitory midwifery Academy to keep the skin clienliness to avoid from skin disease.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di rumah tangga, institusi-institusi maupun tempat- tempat umum. Kebiasaan pinjam-meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

Keadaan perumahan atau pemukiman adalah salah satu faktor menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan, tempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, mortality dan morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya, seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit penyakit dari manusia yang satu kemanusia yang lain akan lebih mudah terjadi (Entjang, 2000).

Kebersihan diri (Personal hygiene) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. dengan melihat hal ini ada enam tujuan Personal hygiene yaitu meningkatkan derajad kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki Personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri. Kebersihan diri yang


(15)

buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003).

Asrama merupakan salah satu tempat orang banyak berkumpul sehingga penyakit cepat menular. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen.

Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, penularan terjadi bila kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Hal inilah umumnya menjadi penyebab timbulnya penyakit skabies. Faktor yang mempengaruhi penularan penyakit skabies adalah, kebersihan perseorangan yang buruk, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, hunian yang padat, tinggal satu kamar, ditambah kebiasaan saling bertukar pakaian, handuk, dan perlengkapan pribadi meningkatkan risiko penularan (Badri, 2008).

Penelitian Frenki (2011), di Pesantren Darel Hikmah tahun menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian, kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian scabies. Dalam penelitian Ramdani (2008), santri di pesantren Nurul Hidayah Leuwilang masih menggunakan air bersumber dari


(16)

sumur gali yang masih diragukan kualitasnya, dampak dari penggunaan air bersih yang tidak Hygienis dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri. Selanjutnya penelitian Nugraheni (2008), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kebersihan diri santri terhadap kejadian penyakit scabies di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta, dan secara proporsi 72,9% penderita skabies mempunyai kebiasaan mandi hanya satu kali sehari.

Berdasarkan survei di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan terdapat 5 kamar tidur untuk 138 orang mahasiswi. Setiap kamar dihuni oleh beberapa orang mahasiswi, yang terdiri dari kamar 1 dan kamar 2 dihuni oleh mahasiswi tingkat 1 yang berjumlah 58 orang, kamar 3 dan kamar 4 untuk mahasiswi tingkat 2 yang berjumlah 40 orang, dan kamar 5 untuk mahasiswi tingkat 3 berjumlah 40 orang. Semua mahasiswa Akademi Kebidanan Baruna Husada tinggal di asrama yang disediakan oleh pihak yayasan.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis ingin mengetahui Kondisi Lingkungan Kamar Hunian dan Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidan Baruna Husada Sibuhuan Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal hygiene yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan pada mahasiswi di Asrama Akademi Kebidanan


(17)

Baruna Husada Sibuhuan Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal hygiene di Asrama Akademi Kebidan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni di asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui gambaran kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan pakaian, kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur dan sprei di asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Tahun 2013.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Latong Kecamatan Lubuk Barumun untuk menyusun program khususnya mengenai pemberdayaan asrama.

2. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pengelola asrama akademi kebidanan dalam meningkatkan peran serta pengelola asrama dalam mewujudkan asrama yang lebih bersih dan sehat.


(18)

3. Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan penulis pada bidang kesehatan lingkungan khususnya personal higiene dan kondisi lingkungan asrama.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asrama

Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen.

Selain untuk menampung murid-murid, asrama juga sering ditempati peserta suatu pesta olahraga. Banyak sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki asrama. Salah satunya adalah asrama Universitas Airlangga Surabaya. Asrama itu bernama asrama Bhinneka Tunggal Ika. Contoh lainnya adalah asrama ITS, asrama UI, asrama UGM, asrama USU, dan lain sebagainya.

2.2. Kondisi Kamar Hunian Asrama 2.2.1. Ventilasi

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada


(20)

penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, 2007).

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa rungan tetap segar (cukup mengandung oxigen). Untuk itu rumah-rumah harus cukup mempunyai jendela. Luas jendela keseluruhan + 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas bila jendela dibuka (Entjang, 2000).

Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena fungsinya yang sangat penting. Pertama, untuk menjagA aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Jika pentilasi kurang, maka ruangan mengalami kekurangan O2 dan bkadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran yang terus menerus dapat membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri patogen. Tidak cukupnya pentilasi juga mengakibatkan kelembaban udara dalam ruangan meningkat. Udara yang lembab menjadi media yang sangat baik bagi perkembangan bakteri-bakteri patogen ( bakteri-bakteri penyebab penyakit). Ketiga, menjaga agar ruangan tetap memiliki kelembaban yang optimum.

2.2.2. Kelembaban

Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.


(21)

Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi. (Soedjadi, 2003).

2.2.3. Pencahayaan

Rumah yang dibangun dirancang agar cahaya dapat masuk ke dalam rumah dalam jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang dan tidak lebih. Jika ruangan dalam rumah kurang cahaya, maka udara dalam ruangan akan menjadi media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, jika terlalu banyak cahaya yang masuk di dalam rumah akan menybabkan silau dan dapat merusak mata. Cahaya yang lebih atau kurang tentu juga akan mengurangi kenyamanan. Cahaya dalam ruangan akan bersumber dari :

1. Cahaya alami, yaitu cahaya matahari. Cahaya ini sangat pentik karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogendi dalam rumah. Karena itu di upayakan agar setiap ruangan dalam rumah dapat memperoleh cahaya matahari yng cukup. Jendela dibuat dengan luas minimal 15-20% uas lantai dan tidak boleh terhalangi oleh bangunan lain.

2. Cahaya buatan, yaitu cahaya yang bersumber bukan dari cahaya matahari, misalnya lampu listrik, lilin, dan lain-lain. Cahaya dari sumber tidak alami ini diupayakan cukup terang, terutama untuk keperluan membaca agar mata tidak rusak.

Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari. Yang ideal adalah penerangan listrik. Diusahakan agar ruangan mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari (Entjang, 2000).


(22)

Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan (Kepmenkes RI,1999).

2.2.4. Kepadatan Penghuni

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman penyebab penyakit menular, seperti penyakit kulit, ISPA dan Diare. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran karena kadar CO2 dalam rumah akan cepat meningkatkan penurunan O2 yang ada di udara. Kepadatan hunian dapat dilihat dari:

1. Kepadatan Hunian Rumah

Standar yang dibutuhkan dalam menentukan luas lantai bangunan, yaitu 14 m2 untuk setiap penambahan 1 orang (Depkes RI, 1994). 2. Kepadatan Hunian Kamar tidur

a. Ukuran kamar tidur ideal minimal 9 m2 untuk orang dewasa dan anak-anak di atas 5 tahun, sedangkan untuk anak-anak pra sekolah minimal 4,5 m2 dan tidak dianjurkan digunakan untuk lebih dari dua orang dalam satu ruang tidur.

b. Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orangdalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun (Permenkes No.829/1999).

Bila sebuah rumah amat padat penghuninya, maka penyakit akan mudah menular dari satu orang ke orang lainnya. Jadi semakin besar ruangan, akan semakin


(23)

baik pula akibatnya untuk kesehatan. Ruangan yang cukup sehingga penghuninya tidak terlalu padat, terutama saat mereka tidur (Heru, 1995).

2.3. Personal Hygiene 2.3.1. Pengertian

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia (Badri, 2008).

Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

2.3.2. Macam-Macam Personal Hygiene

Macam-macam Personal Hygiene (Hidayat, 2009): 1. Perawatan kulit kepala dan rambut

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan ,


(24)

makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti :

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri 2. Mandi minimal 2x sehari

3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah 6. Menjaga kebersihan lingkungan.

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu.

2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

Masalah pada Rambut dan Kulit kepala (PatriciaA, 2006) 1. Masalah pada Rambut

Pada masa pubertas terjadi perubahan jumlah dan distribusi pertumbuhan rambut. Gangguan hormon dapat mengalami distribusi dan pertumbuhan yang tidak wajar. Wanita dengan hirsutisme mengalami pertumbuhan di bibir atas, dagu, dan pipi, dengan rambut vellus menjadi semakin kasar diseluruh tubuh.


(25)

Perubahan dapat terjadi pada ketebalan, teksture, dan lubrikasi kulit kepala dapat menyebabkan kerontokan rambut. Kondisi seperti penyakit tiroid dapat mengubah kondisi rambut, membuatya semakin halus dan rapu. Kerontokan rambut , atau penipisan rambut, biasanya berkaitan dengan kecenderungan genetik dan gangguan endokrin seperti diabet, tiroditis, dan bahkan menopause. Kehilangan rambut (alopesia) dapat disebabkan praktek perawatan yang tidak tepat atau penggunaan medikasi kemoterapi.

Nutrisi yang buruk dapat menyebabkan rambut pecah-pecah, kusam, kering dan tipis. Rambut yang terlalu berminyak berkaitan dengan stimulasi hormon androgen. Rambut kering dan rapuh terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dan dengan penggunaan sampo dan zat kimia lain secara berlebihan.

2. Masalah pada Kulit Kepala

a. Ketombe yaitu kelepasan kulit kepala disertai gatal pada kepala. b. Kutu yaitu parasit abu-coklat kecil, menggali liang kedalam kulit dan

memghisap darah.

c. Kehilangan rambut (alopesia) terjadi pada semua ras. Bidang pembotakan terlihat pada bagian perifer garis rambut. Rambut menjadi rapuh dan patah, kondisi ini disebabkan pengguna pengkeriting rambut, produk rambut, pengikat rambut ketat dan menggunakan sisir panas.

3. Perawatan mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah : 1. Membaca di tempat yang terang


(26)

2. Memakan makanan yang bergizi 3. Istirahat yang cukup dan teratur

4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan) 5. Memlihara kebersihan lingkungan.

Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan mata adalah iritasi pada mata yang pada umumnya terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau benda asing.

4. Perawatan telingga

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah : 1. Membersihkan telinga secara teratur

2. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

Ada beberapa faktor penyebab menurun bahkan hilangnya sama sekali fungsi telinga/pendengaran karena faktor dalam tubuh seperti sedang menderita penyakit-penyakit degeneratif tertentu (hipertensi, diabetes), pemakaian obat-obatan atau karena faktor dari luar, akibat cara atau karena faktor dari luar, akibat cara membersihkan telinga telinga yang tidak benar.

5. Perawatan kuku kaki dan tangan

Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit kulit, penyakit mata, infeksi, diare.


(27)

Menurut Handrawan (2013), penyakit yang bisa timbul akibat tidak memperhatikan kebersihan tangan dan kuku yaitu: diare, tifus, kolera, cacingan, hepatitis, leptospirosis, jamur kulit, muntaber, gastroenteritis dan polio.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Membersihkan tangan sebelum makan

2. Memotong kuku secara teratur 3. Membersihkan lingkungan 4. Mencuci kaki sebelum tidur 6. Perawatan gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang. Kebiasaan tidak merawat gigi dengan baik dapat menyebabkan penyakit jantung, gigi berlubang, gusi berdarah, gangguan pernapasan, pneumonia dan sepsis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :

1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan 2. Memakai sikat gigi sendiri

3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi

4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi 5. Memeriksa gigi secara teratur minimal satu kali 6 bulan 7. Kebersihan pakaian

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan pakaian adalah : a. Mengganti pakaian dua kali sehari


(28)

c. Mencuci pakaian menggunakan detergen d. Menjemur pakaian dibawah matahari e. Tidak bertukar pakaian dengan teman

Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan pakaian adalah penyakit kulit (skabies, jamur, panu, infeksi bakteri pioderma).

8. Kebersihan tempat tidur dan sprei

Sebaiknya selalu ganti sprei tempat tidur sekali satu minggu. Jika lebih dari satu minggu akan banyak debu yang menempel pada sprei. Didalam debu terdapat tungau yang bisa menembus pori-pori sprei. Kotoran tungau ini adalah penyebab alergi yang bisa membuat sesak napas, kulit kemerahan, bersin-bersin dan gatal-gatal. 9. Perawatan genetalia

Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea tertentu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia


(29)

mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).

2.3.3. Tujuan Personal Hygiene

Tujuan Personal Hygiene (Hidayat, 2009): 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang 4. Mencagah penyakit

5. Menciptakan keindahan

6. Meningkatkan rasa percaya diri

2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene (Hidayat, 2009): 1. Body image (Citra tubuh)

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene.


(30)

Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya

4. Pengetahuan

Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3.5. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Hidayat, 2009): 1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.


(31)

2. Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.


(32)

2.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Kondisi Kamar Hunian Asrama:

1. Ventilasi 2. Kelembaban 3. Pencahayaan

4. Kepadatan Penghuni

Personal Hygiene:

1. Kebersihan kulit

2. Kebersihan Tangan dan Kuku 3. Kebersihan Pakaian

4. Kebersihan Handuk

5. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bentuk survei untuk mengetahui kondisi lingkungan kamar hunian dan personal hygiene di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah tersebut 2. Penghuni asrama cukup banyak dan padat

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Juli 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi akademi kebidanan tingkat I yang berjumlah 58 orang karena waktu penelitian hanya tingkat I yang berada di asrama sedangkan tingkat II di Medan untuk pratek ke RSU Dr.Pirngadi dan tingkat III PKL di desa.


(34)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah semua anggota populasi.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi terhadap lingkungan kamar hunian (ventilasi,kelembaban,pencahayaan dan kepadatan penghuni) dan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner untuk personal hygiene (kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku,kebersihan pakaian,kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur dan sprei).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data asrama kebidanan.

3.5. Defenisi Operasional

1. Ventilasi adalah luas penghawaan atau ventilasi yang permanen minimal 10% dari luas lantai menurut Permenkes No 829/Menkes/SK/II/1999.

2. Pencahayaan adalah keadaan penerangan dalam ruangan kamar asama baik bersumber alami maupun buatan yaitu cukup dan tidak selalu sehingga dapat digunakan untuk membaca dengan normal.

3. Kelembaban adalah kualitas keadaan udara di dalam ruangan kamar asrama baik antara 40%-70% dengan menggunakan higrometer.

4. Kepadatan Penghuni adalah jumlah penghuni dalam kamar tidur tempat mahasiswi Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan biasa tidur dibandingkan dengan total luas ruangan (Permenkes No


(35)

829/Menkes/SK/II/1999) yaitu perbandingan tempat tidur dengan luas lantai minimal 4m2/tempat tidur.

5. Kebersihan Kulit adalah usaha individu untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit kulit. 6. Kebersihan Tangan dan Kuku adalah cara perawatan diri individu dengan

selalu memperhatikan kebersihan tangan serta memotong kuku secara teratur dan kondisi kuku harus pendek dan bersih.

7. Kebersihan Pakaian adalah cara perawatan diri individu dalam mengganti pakaian serta mencuci pakaian.

8. Kebersihan Handuk adalah cara perawatan diri individu berdasarkan frekuensi mencuci handuk dan menjemurnya.

9. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei adalah cara perawatan diri individu berdasarkan frekuensi menjemur kasur dan bantal.

3.6. Aspek Pengukuran

Untuk menentukan kategori pada variabel kondisi kamar hunian (ventilasi, kelembaban, pencahayaan, dan kepadatan penghuni) dan personal hygiene memenuhi syarat atau tidak dilakukan pengukuran:

1. Kondisi kamar hunian :

a. Ventilasi yang dikategorikan memenuhi syarat kesehatan apabila luas jendela keseluruhan >10% dari luas lantai.

b. Kelembaban yang dikategorikan memenuhi syarat apabila antara 40-70% dengan menggunakan higrometer.


(36)

c. Pencahayaan yang dikategorikan memenuhi syarat apabila pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dan minimal intensitasnya 60 lux, tidak menyilaukan dan dapat digunakan untuk membaca dengan normal.

d. Kepadatan penghuni yang dikategorikan memenuhi syarat kesehatan apabila luas runag tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan lebih dari 2 orang (Permenkes No.829/Menkes/SK/II/1999).

2. Personal hygiene :

a. Kebersihan kulit, Pengukuran variabel Kebersihan kulit didasarkan pada skala

ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor 10, alternatife jawaban “Ya”

diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7 b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 4-6 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4

b. Kebersihan tangan dan kuku, Pengukuran variabel Kebersihan tangan dan kuku didasarkan pada skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor

10, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol),

kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 -74 % atau 4-6 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4


(37)

c. Kebersihan pakaian, Pengukuran variabel Kebersihan Pakaian didasarkan pada skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor 10, alternatife

jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian

dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45- 74 % atau 4-6 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4

d. Kebersihan handuk, Pengukuran variabel Kebersihan handuk didasarkan pada skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor 10, alternatife jawaban

“Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian

dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 4-6 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4

e. Kebersihan tempat tidur dan sprei, Pengukuran variabel Kebersihan tempat tidur dan sprei didasarkan pada skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan

total skor 10, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi

skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7


(38)

c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4

3.7. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang selanjutnya diuraikan kedalam bentuk narasi, sesuai dengan referensi yang relevan dengan penelitian. Analisis yang digunakan untuk mendapatkan gambaran masing-masing variabel independen dan dependen adalah deskriptif.


(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran umum lokasi penelitian

Asrama Akademi Kebidanan berada di Jl. Lintas Sibuhuan Gunung Tua Km 8 Desa Sakkilon Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Utara. Asrama akademi kebidanan berdiri dari tahun 2007, Adapun fasilitas yang terdapat di asrama ini adalah :

a. Asrama mahasiswa b. Ruang kuliah

c. Ruang perpustakaan d. Laboratorium komputer

e. Laboratorium kebidanan dan keperawatan f. Laboratorium bahasa

g. Lapangan olahraga h. Ruang sholat i. Ruang Makan

Sumber air bersih adalah sumur bor dan kamar mandi ada 12. Adapun jumlah penghuni asrama tiap tingkatan yaitu tingkat I ada 58 orang untuk 2 kamar (luas 6x7m), tingkat II ada 40 orang untuk 2 kamar (luas 6x7 m) dan tingkat III ada 39 orang untuk 1 kamar (luas 12x14 m).

Adapun Visi akademi kebidanan ini adalah mengahsilkan tenaga bidan yang berakhlak karimah, profesional dan bertindak cepat. Sedangkan misinya yaitu :


(40)

a. Menyelenggarakan pendidikan bidan profesional yang dapat bertanggungjawab dan bertanggung gugat

b. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan

c. Menyelenggarakan proses pendidikan yang efektif dan efisien

d. Mengembangkan ide-ide baru pembentukan pengembangan institusi pendidikan

e. Melaksanakan penelitian untuk meningkatkan mutu pendidikan

4.2 Hasil Kondisi Lingkungan Kamar Hunian dan Personal Hygiene 4.2.1 Kondisi Lingkungan Kamar Hunian

Untuk melihat gambaran komponen kondisi lingkungan kamar hunian, peneliti menggunakan form penilaian sesuai Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1999 tentang perumahan sehat. Tabelnya dapat dilihat seperti dibawah ini :

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Komponen Kondisi Lingkungan Kamar Hunian Asrama Akademi Kebidanan (Permenkes No. 829/Menkes/SK/1999) No Objek Pengamatan Kategori

No Pertanyaan Memenuhi

Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

1 Jendela

a. Luas jendela keseluruhan >10% dari luas lantai

b. Luas jendela keseluruhan <10% luas lantai


(41)

Tabel 4.1 Lanjutan

No Pertanyaan Memenuhi

Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

2 Kelembaban udara ruang

a. Tingkat kelembaban udara 40-70%. b. Tingkat kelembaban udara <40% dan

>70%

3 Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung

a. Dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya <60 lux dan tidak menyilaukan, dapat digunakan untuk membaca dengan normal

b. Tidak dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya >60 lux dan menyilaukan, tidak dapat digunakan untuk membaca dengan normal

4 Berapa orang dalam satu kamar a. <10 orang

b. > 10 orang √

5 Berapa luas kamar

a. >8 m2 (untuk 2 orang) b. <8 m2 (untuk 2 orang)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asrama memiliki luas jendela keseluruhan >10% dari luas lantai, tingkat kelembaban udara 40-70% yaitu 50%, pencahayaan dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya <60 lux dan tidak menyilaukan, dapat digunakan untuk membaca dengan normal dan sudah memenuhi syarat, sedangkan untuk setiap satu kamar dihuni >10 orang dengan luas kamar >8 m2 (untuk 2 orang) tidak memenuhi syarat.

Selanjutnya, jika dilihat dari kondisi sanitasi dasarnya, asrama memilki 1 sumber air bersih yaitu sumur bor. Sumur bor ini jika dilihat dari kualitas fisiknya sudah memenuhi syarat kesehatan karena tidak berwarna, tidak bau, dan tidak berasa.


(42)

septik tank. Air limbahnya dialirkan ke selokan tertutup dan terbuka. Asrama memiliki tempat pembuangan sampah di luar asrama, akan tetapi sarana pembuangan sampahnya hanya berupa keranjang sampah yang diletakkan di setiap lantai di asrama, dan pengolahan sampah akhir di bakar pada siang hari.

4.2.2 Kebersihan Kulit

Pertanyaan tentang kebersihan kulit mengenai personal hygiene yang ditanyakan kepada responden ada 5 pertanyaan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kulit Penghuni Asrama Akademi Kebidanan

No Kebersihan Kulit Ya Tidak

N % n %

1 Mandi 2x sehari 54 93,1 4 6,9

2 Mandi menggunakan sabun 41 70,7 17 29,3

3 Mandi menggunakan sabun sendiri 36 62,1 22 37,9 4 Menggosok badan saat mandi 37 63,8 21 36,2 5 Teman anda pernah memakai sabun anda 25 43,1 33 56,9

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mandi 2x sehari ada 54 orang (93,1%), mandi menggunakan sabun ada 41 orang (70,7%), mandi menggunakan sabun sendiri ada 36 orang (62,1%), menggosok badan saat mandi ada 37 orang (63,8%), dan teman pernah memakai sabun anda ada 25 orang (43,1%).

Berdasarkan penghitungan skor kebersihan kulit responden tentang personal hygiene asrama akademi kebidanan dapat dikategorikan baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :


(43)

Tabel 4.3. Kategori Kebersihan Kulit Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan

Kategori Kebersihan Kulit Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 19 32,8

Sedang 21 36,2

Buruk 18 31,0

Jumlah 58 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kebersihan kulit tentang personal hygiene dengan kategori sedang yaitu sebanyak 21 orang (36,2%).

4.2.3 Kebersihan Tangan dan Kuku

Untuk mengetahui bagaimana gambaran kebersihan tangan dan kuku responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan, ada 5 pertanyaan yang disediakan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Tangan dan Kuku Penghuni Asrama Akademi Kebidanan

No Kebersihan Tangan dan Kuku Ya Tidak

n % n %

1 Mencuci tangan setelah membersihkan tempat tidur anda

21 36,2 37 63,8 2 Mencuci tangan setelah membersihkan kamar

mandi anda

53 91,4 5 8,6 3 Memotong kuku sekali seminggu 36 62,1 22 37,9 4 Mencuci tangan setelah menggaruk badan anda 20 34,5 38 65,5 5 Menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi 35 60,3 23 39,7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mencuci yang tangan setelah membersihkan tempat tidur anda ada 21 orang (36,2%), mencuci tangan setelah membersihkan kamar mandi anda ada 53 orang (91,4%), memotong kuku sekali seminggu ada 36 orang (62,1%), mencuci tangan setelah menggaruk badan


(44)

anda ada 20 orang (34,5%), dan menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi ada 35 orang (60,3%).

Berdasarkan penghitungan skor kebersihan tangan dan kuku responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 4.5 : Tabel 4.5. Kategori Kebersihan Tangan dan Kuku Responden Tentang Personal

Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan Kategori Kebersihan Tangan

dan Kuku Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 15 25,9

Sedang 11 19,0

Buruk 32 55,2

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kebersihan tangan dan kuku tentang personal hygiene dengan kategori buruk yaitu sebanyak 32 orang (55,2%).

4.2.4 Kebersihan Pakaian

Gambaran kebersihan pakaian dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan 5 pertanyaan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Pakaian Penghuni

Asrama Akademi Kebidanan

No Kebersihan Pakaian Ya Tidak

n % n %

1 Mengganti pakaian 2x sehari 49 84,5 9 15,5 2 Anda pernah bertukar pakaian sesama teman 15 25,9 43 74,1 3 Anda mencuci pakaian anda menggunakan

detergen

45 77,6 14 24,1

4 Selalu menyetrika pakaian 44 75,9 14 24,1


(45)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengganti pakaian 2x sehari ada 49 orang (84,5%), pernah bertukar pakaian sesama teman ada 15 orang (25,9%), mencucui pakaian anda menggunakan detergen ada 45 orang (77,6%), selalu menyetrika pakaian ada 44 orang (75,9%), dan menjemur pakaian dibawah terik matahari ada 33 orang (56,9%).

Berdasarkan penghitungan skor kebersihan pakaian responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 4.7 :

Tabel 4.7. Kategori Kebersihan Pakaian Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan

Kategori Kebersihan Pakaian Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 19 32,8

Sedang 24 41,4

Buruk 15 25,9

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kebersihan pakaian tentang personal hygiene dengan kategori sedang yaitu sebanyak 24 orang (41,4%).

4.2.5 Kebersihan Handuk

Untuk mengetahui bagaimana gambaran kebersihan handuk responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan, ada 5 pertanyaan yang disediakan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Handuk Penghuni Asrama Akademi Kebidanan


(46)

No Kebersihan Handuk Ya Tidak

n % n %

1 Mandi menggunakan handuk sendiri 46 79,3 12 20,7 2 Menjemur handuk setelah digunakan untuk mandi 45 77,6 13 22,4 3 Menggunakan handuk bergantian dengan teman

anda

9 15,5 49 84,5 4 Menjemur handuk dibawah terik sinar matahari 39 67,2 19 32,8 5 Menggunakan handuk dalam keadaan kering tiap

hari

37 63,8 21 36,2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mandi menggunakan handuk sendiri ada 46 orang (79,3%), menjemur handuk setelah digunakan untuk mandi ada 45 orang (77,6%), menggunakan handuk bergantian dengan teman anda ada 9 orang (15,5%), menjemur handuk dibawah tersik sinar matahari ada 39 orang (67,2%), dan menggunakan handuk dalam keadaan kering tiap hari ada 37 orang (63,8%).

Berdasarkan penghitungan skor kebersihan handuk responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.9 :

Tabel 4.9. Kategori Kebersihan Handuk Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan

Kategori Kebersihan Handuk Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 16 27,6

Sedang 24 41,4

Buruk 18 31,0

Jumlah 58 100,0

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kebersihan handuk tentang personal hygiene dengan kategori sedang yaitu sebanyak 24 orang (41,4%).


(47)

Untuk mengetahui bagaimana gambaran kebersihan tempat tidur dan sprei responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan, ada 5 pertanyaan yang disediakan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini:

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Penghuni Asrama Akademi Kebidanan

No Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Ya Tidak

n % n %

1 Sprei yang anda gunakan untuk tidur digunakan untuk bersama-sama

18 31,0 40 69,0 2 Tidur ditempat tidur anda sendiri 49 84,5 9 15,5 3 Teman anda pernah tidur ditempat tidur anda 42 72,4 16 27,6 4 Menjemur kasur tempat tidur anda sekali

seminggu

26 44,8 32 55,2 5 Mengganti sprei tempat tidur anda sekali

seminggu

33 56,9 25 43,1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sprei anda gunakan untuk tidur digunakan untuk bersama-sama ada 18 orang (31,0%), anda tidur ditempat tidur anda sendiri ada 49 orang (84,5%), teman anda pernah tidur ditempat tidur anda ada 42 orang (72,4%), anda menjemur kasur tempat tidur anda sekali seminggu ada 26 orang (44,8%), dan anda mengganti sprei tempat tidur anda sekali seminggu ada 33 orang (56,9%).

Berdasarkan penghitungan skor kebersihan tempat tidur dan sprei responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 4.11 :

Tabel 4.11. Kategori Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Responden Tentang


(48)

Kategori Kebersihan Tempat

Tidur dan Sprei Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 16 27,6

Sedang 18 31,0

Buruk 24 41,4

Jumlah 58 100,0

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kebersihan tempat tidur dan sprei tentang personal hygiene dengan kategori buruk yaitu sebanyak 24 orang (41,4%).


(49)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kondisi Lingkungan Kamar Hunian 5.1.1. Ventilasi

Komponen fisik asrama yang sudah memenuhi syarat Permenkes No.829/Menkes/SK/1999 yaitu: Ventilasi, Pencahayaan, Kelembaban, dan yang belum memenuhi syarat kesehatan adalah kepadatan penghuni kamar. Jika dilihat dari jendelanya asrama memiliki luas jendela keseluruhan >10% dari luas lantai. Setiap kamar tidur yang ada di asrama dilengkapi dengan jendela kamar yang cukup untuk sirkulasi udara. Manusia membutuhkan udara yang segar dalam rumah atau ruangan. Suatu ruangan yang tidak mempunyai system ventilasi yang baik, dan dihuni oleh manusia, akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan dan kehidupan (Azwar, A, 1995).

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Asrama sudah memiliki ventilasi dan luasnya lebih dari 10% luas lantai. Kondisi ini memungkinkan sirkulasi udara yang baik di dalam asrama. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, B, 2007).

5.1.2 Kelembaban

Hasil penelitian di Asrama Akademi Kebidanan diperoleh bahwa tingkat kelembaban udarayaitu 50%. Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban pada asrama


(50)

akademi kebidanan didapatkan hasil bahwa kelembaban asrama sudah memenuhi syarat kesehatan dimana kelembaban ruangan yang di perbolehkan menurut Kepmenkes RI No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah 40%-70%.

Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan tidur berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies (memudahkan tungau Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai pejamu baru (Soedjadi, 2003).

Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

5.1.3 Pencahayaan

Pencahayaan dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya <60 lux dan tidak menyilaukan, dapat digunakan untuk membaca dengan normal. Hasil observasi pencahayaan pada kamar penghuni asrama diperoleh hasil bahwa pencahayaannya dapat digunakan untuk membaca dengan normal. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga akan menjadi berkembangbiaknya bakteri pathogen. Sebaliknya terlalu banyak cahaya yang masuk kedalam ruangan akan menyebabkan silau, sehingga dapat merusak mata (Notoadmodjo, 2003).


(51)

Pada malam hari rumah yang sehat harus memperoleh cahaya yang cukup. Cahaya pada malam hari dapat menggunakan lampu minyak, api, listrik, dan sebagainya. Namun idealnya rumah sehat menggunakan listrik sebagai sumber pencahayaan pada malam hari.Pencahayaan dalam rumah minimal 60 lux sampai 100 lux (Prabu, 2009).

5.1.4 Kepadatan

Setiap satu kamar dihuni >10 orang dengan luas kamar >8 m2 (untuk 2 orang) di Asrama Akdemi Kebidanan sehigga tidak memenuhi syarat. Berdasarkan hasil observasi pada tiap kamar dieroleh bahwa tingkat I ada 58 orang dengan 2 kamar (luas 6x7 m), tingkat II ada 40 orang (luas 6x7 m) dan tingkat III ada 39 orang (luas 12x14 m). Kepadatan asrama akademi kebidanan belum memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Kepmenkes RI No/829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang persyaratan kesehatan perumahan yakni luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun.

Kepadatan Hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan rumah pemondokan termasuk pondok pesantren, karena dengan kepadatan hunian yang tinggi terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak langsung maupun tidak langsung dari satu santri kepada santri yang lainnya (Soejadi, 2003).

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat


(52)

udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).

Seperti yang dikemukan WHO perumahan yang terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (Penularan) bibit penyakit dari manusia ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi misalnya : TBC,penyakit kulit (Entjang, 2000).

5.2 Personal Hygiene 5.2.1 Kebersihan Kulit

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kebersihan kulit tentang personal hygiene dengan kategori sedang.

Menurut Tarwoto dan Martonah (2003), Kebersihan diri termasuk kebersihan kulit sangat penting dalam usaha pemeliharaan kersehatan seperti mandi 2 kali sehari menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit menular.

Bagi Kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit, maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi pada kulit (Wolf, 1984).

Dampak yang sering dijumpai karena tidak memperhatikan kebersihan kulit adalah penyakit kadas, kurap dan panu.


(53)

Sebagian besar responden mempunyai kebersihan tangan dan kuku tentang personal hygiene dengan kategori buruk.Menurut Wolf (2000), Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit dan mengurangi kesempatan infeksi. Menurut Stevens (2000), adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan normal serta mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku menggunakan sabun.

Menurut Handrawan (2013), penyakit yang bisa timbul akibat tidak memperhatikan kebersihan tangan dan kuku yaitu: diare, tifus, kolera, cacingan, hepatitis, leptospirosis, jamur kulit, muntaber, gastroenteritis dan polio.

5.2.3 Kebersihan Pakaian

Sebagian besar responden mempunyai kebersihan pakaian tentang personal hygiene dengan kategori sedang. Menurut Handayani (2005), bila pakaian tidak pernah di cuci ataupun dijemur dalam jangka waktu yang lama Maka kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada di pakaian itu banyak sekali dan sangat besar resiko untuk menularkan pada orang lain. Adapun penularan penyakit scabies dapat secara kontak tidak langsung yaitu melalaui benda-benda terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita seperti pakaian, handuk, sprei, bantal dan sebagainya.

Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan pakaian adalah penyakit kulit (skabies, jamur, panu, infeksi bakteri pioderma).


(54)

Sebagian besar responden mempunyai kebersihan handuk tentang personal hygiene dengan kategori sedang.

Menurut Handayani (2005), sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara bersama-sama karena mudah menularkan kuman scabies dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak dicuci dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada pada handuk banyak sekali dan sangat beresiko untuk menularkan pada orang lain.

5.2.5 Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Kebersihan tempat tidur dan sprei tentang personal hygiene diperoleh kategori buruk. Kasur merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1x seminggu karena tanpa disadari kasur juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah rubah (Handri, 2010).

Sebaiknya selalu ganti sprei tempat tidur sekali satu minggu. Jika lebih dari satu minggu akan banyak debu yang menempel pada sprei. Didalam debu terdapat tungau yang bisa menembus pori-pori sprei. Kotoran tungau ini adalah penyebab alergi yang bisa membuat sesak napas, kulit kemerahan, bersin-bersin dan gatal-gatal.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan di asrama akademi kebidanan Baruna Husada Sibuhuan mengenai gambaran kondisi kamar hunian dan personal hygiene maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kondisi lingkungan kamar hunian sudah memenuhi syarat kesehatan yaitu ventilasi, kelembaban, pencahayaan sedangkan kepadatan tidak memenuhi syarat.

2. Persentase kebersihan kulit, kebersihan pakaian dan kebersihan handuk sebagian besar dalam kategori sedang.

3. Persentase yang memiliki kebersihan tangan dan kuku, dan kebersihan tempat tidur sebagian besar dalam kategori buruk.

6.2 Saran

1. Bagi pengelola asrama akademi kebidanan agar menyediakan sarana fasilitas kondisi kamar hunian yang memenuhi syarat kesehatan serta memperhatikan dan menjaga sarana tersebut dengan baik.

2. Bagi penghuni asrama akademi kebidanan agar tetap memelihara kebersihan kulit agar terhindar dari penyakit kulit.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber, Jakarta.

Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung.

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-grey- 2008-mohbadri-2623&node=146&start=141 yang diakses bulan Mei 2012

Chandra, B, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta.

Depkes. RI. 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Ditjend PPM dan PL, Jakarta.

Depkes, 1999. Kepmenkes RI No, 829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Pemukimam. Depkes RI. Jakarta.

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Citra Aditya bakti. Bandung. Frekni, 2011. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit

Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011. Skripsi FKM USU. Medan Handayani, S,L. 2005. Perilaku Santri Dalma Upaya Pencegahan Penyakit

Scabies di Pondok Pesantren Ulumu Qur’an Stabat, Volume 9, nomor 3, USU press, Medan.

Handri. 2008. Scabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren

.http://drhandri.wordpress.com/2008/04/24/scabies-penyakit-kulit-khas-pada-warga-pesantren/. Diakses 14 Februari 2013.

Heru,A. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. ECG. Jakarta. Kusnoputrato, H, 2000. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta.

Notobroto,2005. Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit scabies . FKM UNAIR, Surabaya.

_____________., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Cetakan Pertama, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Nugraheni, D N, 2008. Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri Terhadap Timbulnya Skabies ( Gudik ) Pada Santriwati di Pondok Pesantren Al-


(57)

Muayyid. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Perry, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta. Prabu, Putra, 2009. Rumah sehat. http://putraprabu.wordpress.com.

Ramdani, W, 2008. Kesadaran Santri Terhadap Kesehatan Lingkungan : Studi Kasus Pesantren Nurul Hidayah Leuwilang , Bogor. Tesis Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Sari S, 2006. Hubungan Faktor predisposisi dengan perilku personal hygiene anak jalanan bimbingan rumah singgah YMS Bandung. Skripsi,

Keperawatan komunitas Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Cetakan Pertama. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.

Slamet, J, 2002. Kesehatan Lingkungan. GAjamada University Press.

Yogyakarta.

Sided, S. 2004. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan TerhadapKejadian scabies. Skripsi FKM UNAIR, Surabaya.

Sukidjo, N., 2003. Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Soejadi, 2003. Upaya Sanitasi Lingkungan di Pondok Pesantren Ali Maksum Almunawir dan Pandanaran Dalam Penaggulangan Penyakit Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Ponpes, Jawa Timur.

Stevens, P.J.M, 2000. Ilmu Keperawatan Jilid 5 Edisi 2.EGC,Jakarta

Sukini, E, 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Depkes, Jakarta.

Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Wolf, LV dkk, 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Penerbit Gunung Agung, Jakarta.


(58)

Gambar 1.5. Kamar Mandi Mahasiswa Tingkat I


(1)

Sebagian besar responden mempunyai kebersihan tangan dan kuku tentang personal hygiene dengan kategori buruk.Menurut Wolf (2000), Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit dan mengurangi kesempatan infeksi. Menurut Stevens (2000), adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan normal serta mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku menggunakan sabun.

Menurut Handrawan (2013), penyakit yang bisa timbul akibat tidak memperhatikan kebersihan tangan dan kuku yaitu: diare, tifus, kolera, cacingan, hepatitis, leptospirosis, jamur kulit, muntaber, gastroenteritis dan polio.

5.2.3 Kebersihan Pakaian

Sebagian besar responden mempunyai kebersihan pakaian tentang personal hygiene dengan kategori sedang. Menurut Handayani (2005), bila pakaian tidak pernah di cuci ataupun dijemur dalam jangka waktu yang lama Maka kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada di pakaian itu banyak sekali dan sangat besar resiko untuk menularkan pada orang lain. Adapun penularan penyakit scabies dapat secara kontak tidak langsung yaitu melalaui benda-benda terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita seperti pakaian, handuk, sprei, bantal dan sebagainya.

Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan pakaian adalah penyakit kulit (skabies, jamur, panu, infeksi bakteri pioderma).


(2)

Sebagian besar responden mempunyai kebersihan handuk tentang personal hygiene dengan kategori sedang.

Menurut Handayani (2005), sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara bersama-sama karena mudah menularkan kuman scabies dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak dicuci dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada pada handuk banyak sekali dan sangat beresiko untuk menularkan pada orang lain.

5.2.5 Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Kebersihan tempat tidur dan sprei tentang personal hygiene diperoleh kategori buruk. Kasur merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1x seminggu karena tanpa disadari kasur juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah rubah (Handri, 2010).

Sebaiknya selalu ganti sprei tempat tidur sekali satu minggu. Jika lebih dari satu minggu akan banyak debu yang menempel pada sprei. Didalam debu terdapat tungau yang bisa menembus pori-pori sprei. Kotoran tungau ini adalah penyebab alergi yang bisa membuat sesak napas, kulit kemerahan, bersin-bersin dan gatal-gatal.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan di asrama akademi kebidanan Baruna Husada Sibuhuan mengenai gambaran kondisi kamar hunian dan personal hygiene maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kondisi lingkungan kamar hunian sudah memenuhi syarat kesehatan yaitu ventilasi, kelembaban, pencahayaan sedangkan kepadatan tidak memenuhi syarat.

2. Persentase kebersihan kulit, kebersihan pakaian dan kebersihan handuk sebagian besar dalam kategori sedang.

3. Persentase yang memiliki kebersihan tangan dan kuku, dan kebersihan tempat tidur sebagian besar dalam kategori buruk.

6.2 Saran

1. Bagi pengelola asrama akademi kebidanan agar menyediakan sarana fasilitas kondisi kamar hunian yang memenuhi syarat kesehatan serta memperhatikan dan menjaga sarana tersebut dengan baik.

2. Bagi penghuni asrama akademi kebidanan agar tetap memelihara kebersihan kulit agar terhindar dari penyakit kulit.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber, Jakarta.

Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung.

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-grey- 2008-mohbadri-2623&node=146&start=141 yang diakses bulan Mei 2012

Chandra, B, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta.

Depkes. RI. 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Ditjend PPM dan PL, Jakarta.

Depkes, 1999. Kepmenkes RI No, 829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Pemukimam. Depkes RI. Jakarta.

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Citra Aditya bakti. Bandung. Frekni, 2011. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit

Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011. Skripsi FKM USU. Medan Handayani, S,L. 2005. Perilaku Santri Dalma Upaya Pencegahan Penyakit

Scabies di Pondok Pesantren Ulumu Qur’an Stabat, Volume 9, nomor 3,

USU press, Medan.

Handri. 2008. Scabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren

.http://drhandri.wordpress.com/2008/04/24/scabies-penyakit-kulit-khas-pada-warga-pesantren/. Diakses 14 Februari 2013.

Heru,A. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. ECG. Jakarta. Kusnoputrato, H, 2000. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta.

Notobroto,2005. Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit scabies . FKM UNAIR, Surabaya.

_____________., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Cetakan Pertama, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.


(5)

Muayyid. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Perry, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta. Prabu, Putra, 2009. Rumah sehat. http://putraprabu.wordpress.com.

Ramdani, W, 2008. Kesadaran Santri Terhadap Kesehatan Lingkungan : Studi Kasus Pesantren Nurul Hidayah Leuwilang , Bogor. Tesis Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Sari S, 2006. Hubungan Faktor predisposisi dengan perilku personal hygiene anak jalanan bimbingan rumah singgah YMS Bandung. Skripsi,

Keperawatan komunitas Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Cetakan Pertama. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.

Slamet, J, 2002. Kesehatan Lingkungan. GAjamada University Press.

Yogyakarta.

Sided, S. 2004. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan TerhadapKejadian scabies. Skripsi FKM UNAIR, Surabaya.

Sukidjo, N., 2003. Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Soejadi, 2003. Upaya Sanitasi Lingkungan di Pondok Pesantren Ali Maksum Almunawir dan Pandanaran Dalam Penaggulangan Penyakit Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Ponpes, Jawa Timur.

Stevens, P.J.M, 2000. Ilmu Keperawatan Jilid 5 Edisi 2.EGC,Jakarta

Sukini, E, 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Depkes, Jakarta.

Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Wolf, LV dkk, 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Penerbit Gunung Agung, Jakarta.


(6)