THE RELATIONSHIP OF PRINCIPAL MANAGERIAL COMPETENCE, ACHIEVING MOTIVATION AND TEACHERS PERFORMANCE IN SD GUGUS IV KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU DI SD GUGUS IV KEMI

(1)

THE RELATIONSHIP OF PRINCIPAL MANAGERIAL COMPETENCE, ACHIEVING MOTIVATION AND TEACHERS PERFORMANCE

IN SD GUGUS IV KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG

By Pradoto Wibowo

Abstract

The problem of this research is how the relationship managerial competencies principals ability and achievement motivation with teacher performance in the management of learning in SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung. The purpose of research is to find out how much the relationship managerial competencies principals (X1) with the learning management capabilities (Y), the relationship of achievement motivation of teachers (X2) to the teacher in the learning management (Y), the principal managerial capabilities relations (X1) with motivation outstanding teachers (X2), and the relationship managerial competencies principals (X1) and motivation berpresatasi (X2) with the performance of the teacher in the learning management (Y) in SD Gugusr IV Kemiling Permai Bandar Lampung. This research uses descriptive qualitative research design. The method used was a survey method. The study population was drawn from teachers in SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung is SD N 1 Kemiling Permai, SD N 2 Kemiling Permai and SD N 3 Kemiling Permai and taken a sample of 64 teachers.

The results showed that: (1) There is a positive and significant relationship between managerial competencies principals with teacher performance in the management of learning in SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung classified as good (71.9%), (2) There is a positive and significant relationship between achievement motivation and performance management of teachers in teaching in SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung is quite good (51.6%), (3) There is a positive and significant relationship between the principal managerial competence and achievement motivation are classified as good (83.9), (4) There is a positive and significant relationship between the principal managerial competence and achievement motivation in learning with teacher performance in the SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung classified as good (53.9).


(2)

BANDAR LAMPUNG

Oleh Pradoto Wibowo

Abstrak

Masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan kemampuan kompetensi manajerial kepala sekolah dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru dalam

pengelolaan pembelajaran

di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan kompetensi manajerial kepala sekolah (X1) dengan kemampuan pengelolaan pembelajaran (Y), hubungan motivasi berprestasi guru (X2) terhadap dengan guru dalam pengelolaan pembelajaran (Y), hubungan kemampuan manajerial kepala sekolah (X1) dengan motivasi berprestasi guru (X2), dan hubungan kompetensi manajerial kepala sekolah (X1) dan motivasi berpresatasi (X2) dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran (Y) di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

Penelitian ini mengunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Populasi penelitian diambil dari guru di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung yaitu SD N 1 Kemiling Permai, SD N 2 Kemiling Permai dan SD N 3 Kemiling Permai dan diambil sampel sebanyak 64 guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung tergolong baik (71,9%), (2) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung tergolong cukup baik (51,6%), (3) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan motivasi berprestasi tergolong baik (83,9), (4) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru dalam pembelajaran di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung tergolong baik (53,9).

Kata kunci : manajerial kepala sekolah, motivasi berprestasi, kinerja guru .


(3)

HUBUNGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU

DI SD GUGUS IV KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG

Oleh :

PRADOTO WIBOWO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2013


(4)

(5)

(6)

(7)

Daftar Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Tegalrejo tanggal 21 Juli 1978, putra dari pasangan Ibu Supriyati (Alm) dan Bapak Sadiman. Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 05 Gadingrejo tahun 1990, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Gadingrejo tahun 1993, Sekolah Menegah Atas Xaverius Pringsewu selesai tahun 1996 dan menyelesaikan pendidikan Diploma II PGSD Universitas Lampung pada tahun 2003, dan menyelesaikan program studi S1 PGSD PPKHB Universitas Lampung selesai tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(8)

MOTO

Hanya kebodohan meremehkan pendidikan


(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tesis ini untuk :

1. Ibunda tercinta dan Bapakku yang telah memberikan doa-doanya untuk keberhasilan anak-anaknya.

2. Ibu dan Bapak mertuaku yang selalu memberi bantuan baik moril maupun spiritual. 3. Istriku yang selalu memberikan semangat baik dalam suka maupun duka.


(10)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan Anugrahnya berupa iman, kesehatan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, sehingga dapat penyelesaian tesis yang berjudul : Hubungan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja Guru di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung” dengan baik dan lancar.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan Pasca Sarjana di Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo,M.S, Selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Lampung, juga selaku Dosen pengajar Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas KIP, Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.S., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, juga Dosen pengajar Program Studi Manajemen Pendidikan, Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku penguji I atas masukan serta bantuan saran keilmuan sehingga Tesis ini menjadi lebih baik.

5. Ibu Dr Sowiyah, M.Pd, selaku Sekertaris Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung sekaligus Dosen Penguji II Tesis ini, terima kasih atas bimbingan, nasehat dan motivasi dalam penulisan Tesis ini.


(11)

meyelesaikan tesis ini.

7. Dr. Sumadi, M.S., Selaku Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lampung sekaligus Dosen pembimbing II dan Sekertaris Tim penguji Tesis ini yang telah memberikan motivasi dan saran yang membantu penulisan dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu-ilmunya dan bimbinganya selama ini.

9. Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung, yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.

10.Guru-guru di SD Negeri Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung yang telah membantu memberikan informasi sehingga penelitian ini berjalan lancar.

11.Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Lampung Angakatan III Tahun 2011.

12.Seluruh rekan, sahabat dan saudara-saudaraku yang telah membantu namun tidak tertulis satu persatu.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih pemikiran pada pengembangan pendidikan khususnya Manajemen Pendidikan.

Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

LEMBAR JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... ... v

SANWACANA ... ... vi

MOTTO ... ... vii

KATA PENGANTAR ... ... viii

DAFTAR ISI ... ... ix

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... ... 11

1.4 Perumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian .. ... 12

1.6 Manfaat Penelitian ... 12

1.6.1 Manfaat Praktis ... 12

1.6.2 Manfaat Teori ... 13

1.7 Ruang Lingkup Penelitian... . 13

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 14

2.1.1 Pengertian Kepala Sekolah ... 14

2.1.2 Kinerja Guru... 15

2.1.3 Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Guru ... 21

2.1.4 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ... 31

2.1.5 Motivasi Berprestasi... 33

2.2 Kerangka Pikir ... 36

2.3 Hipotesis... . 38

BAB. III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 39


(13)

3.4 Variabel Penelitian... ... 41

3.4.1 Variabel Penelitian ... 41

3.4.2 Definisi Konseptual ... 42

3.4.3 Definisi Operasional Variabel ... 42

3.5 Teknik Pengumpulan Data... . 44

3.5.1 Teknik Angket ... . 44

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas... 44

3.6.1 Uji Validitas... ... 44

3.6.2 Reliabilitas... ... 45

3.6.3 Hasil Uji Kompetensi Manajemen Kepala Sekolah... .. 46

3.6.4 Hasil Uji Kisi-Kisi Motivasi Berprestasi... .. 47

3.6.5 Hasil Uji Kisi-Kisi Kinerja Guru ... ... 48

3.7 Analisis Data dan Hipotesis... 49

3.7.1 Analisis Data... .. 49

3.7.2 Pengujian Hipotesis... ... 50

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pembahasan ... 53

4.1.1 Kinerja Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran... 53

4.1.2 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah... .... 55

4.1.3 Motivasi Berprestasi... ... 57

4.2 Pengujian Hipotesis ... 58

4.2.1 Hipotesis Pertama... 59

4.2.2 Hipotesis Kedua... ... 60

4.2.3 Hipotesis Ketiga... ... 61

4.2.4 Hipotesis Keempat... ... 62

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

4.3.1 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama ... 64

4.3.2 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Kedua ... 65

4.3.3 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Ketiga ... 66

4.3.4 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Keempat ... 68

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Implikasi ... 71

5.3 Saran.... ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan sesunguhnya akan terjadi apabila ada interaksi antara tenaga pendidik dengan peserta didik. Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, guru amat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya, ini berarti kinerja guru merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan pembelajaran yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah.

Menurut Suharsaputra (2010 : 67) kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sedangkan menurut Dunda dalam Rahman dkk. (2005 : 72) menyatakan bahwa, “Kinerja guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dikenal dengan sebutan “kompentensi guru”. Berkenaan dengan kompetensi yang perlu dimiliki guru profesional, Undang Undang Guru dan Dosen 14/2005 Pasal 8 dan Permen Diknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kinerja Kepala Sekolah mengatakan bahwa ada empat


(15)

kompetensi guru yang harus dimiliki, yaitu : kompetensi pedagogik, profesional, pribadi (personal), dan kompetensi sosial (kemasyarakatan).

Rendahnya kinerja guru dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Pada kondisi semacam ini, kepala sekolah memegang peranan penting, karena dapat memberikan iklim yang memungkinkan bagi guru untuk berkarya dengan penuh semangat. Dengan kemampuan ketrampilan manajerial yang dimiliki, kepala sekolah membangun dan mempertahankan kinerja guru yang lebih baik lagi.

Kemampuan manajerial kepala sekolah adalah seperangkat ketrampilan teknis dalam melaksanakan tugas sebagai manajer sekolah untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efesien Akdon (2002 : 10). Dalam menjalankan kinerja manajerialnya, kepala sekolah harus memiliki tiga ketrampilan. Untuk lebih jelasnya Hersey Paul dalam Wahjosumidjo (2003 : 99) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial paling tidak diperlukan tiga macam bidang ketrampilan yaitu : ketrampilan tehnik (technical skill), ketrampilan hubungan manusia (human skill), dan ketrampilan konseptual (conceptual skill). Ketiga ketrampilan tersebut berbeda-beda sesuai dengan tingkat kedudukan manajer dalam organisasi.

Selain kemampuan manajerial kepala sekolah, tinggi rendahnya motivasi berpresatasi guru sangat berpengaruh terhadap kinerja yang dapat dicapai oleh guru. Chung & Megginson dalam Gomes (2001 : 177) menjelaskan Motivation is


(16)

defined as goal-directed behavior. It concern the level of effort one exerts in pursuing a goal it is closely related to employee satisfactin and job performance (motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar satu tujuan motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerjaan dan performansi pekerjaan).

Seorang guru dapat dikatakan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi apabila merasa puas terhadap pekerjaannya, memiliki motivasi, rasa tanggung jawab dan antusiasme. Motivasi merupakan sikap atau tingkah laku sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan dengan penuh tanggung jawab dan disiplin, sehingga pekerjan dapat terlaksana dengan mudah, dapat tercapai apa yang menjadi tujuannya.

Berdasarkan data dari Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung dari tahun ketahun mengalami peningkatan jumlah peserta didik yang melebihi kapasitas. Menghadapi jumlah peserta didik yang besar, maka tenaga pendidik, khususnya guru harus mempunyai suatu kemampuan khusus dalam pengelolaan kelas untuk mewujudkan mutu pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Salah satu aspek yang memiliki peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar, adalah kemampuan guru dengan segala latar belakang dan pengalaman. Tugas guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu kegiatan mengajar dan


(17)

manajerial Depdiknas (2003 : 9). Undang Undang Sistim Pendidikan nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah memberikan angin segar bagi usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini. Karena penting, pendidikan harus selalu ditumbuh kembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijakan atau para pelaku pendidikan.

Pembaruan pendidikan yang menyangkut proses maupun hasil pengajaran harus mempertimbangkan guru dalam arti keikutsertaannya. Pembaruan hanya dirumuskan di tingkat Menteri, Dirjen, dan Direktur tanpa melihat realita guru akan menghadapi hambatan implementasinya. Menurut Michael G. Fullan dalam Rusyanto (2002 : 68) keikutsertaan guru ini bukan dalam arti fisik atau kualitas, namun yang lebih penting ialah keikutsertaan secara mental yang didukung oleh kemampuan profesional. Oleh karena itu, guru perlu memiliki semacam misi bersama pada setiap proses pembaharuan. Pembaharuan itu meliputi kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, administrasi pendidikan, strategi pembelajaran, dan sebagainya. Implikasi dari pembaharuan itu adalah bahwa ukuran keberhasilan proses pembelajaran guru di kelas. Tuntutan ketertiban kelas juga menjadi berubah, selain itu guru mengajar tanpa menyiapkan satuan pelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode, bukanlah guru yang baik. Adanya perubahan tuntutan kondisi atau ketertiban kelas agar proses belajar lebih berkualitas, mendorong guru mengetahui cara mengelola (manajemen) kelas dalam proses pembelajaran. Setiap proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kerja tertentu. Pembelajaran yang


(18)

berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang studi, melainkan juga penguasaan guru atas manajemen kelas Rachman, (1999 : 1-3). Tuntutan peningkatan kualitas hampir mewarnai semua sektor dan menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Berbagai upaya inovasi untuk melahirkan peningkatan mutu tak henti-hentinya dilakukan. Tujuannya antara lain, agar hasil yang diperoleh lebih baik, lebih meningkat, lebih produktif dari keadaan sebelumnya.

Tempat atau lembaga yang paling strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia, adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas untuk memberikan pendidikan dan pengajaran, agar para peserta didik dapat menjadi manusia sesuai dengan harapan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Menurut M. Entang dan Raka Joni (1998 : 54) bahwa tujuan yang dikehendaki dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi siswa. Proses pembelajaran


(19)

kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku siswa di dalam kelas (usaha kuratif).

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila : Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam pembelajaran; Kedua, dikenal masalah-masalah apa sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-mengajar; dan Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Menurut Nasrun (2001 : 42) Manajemen kelas yang sehat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Menyusun rancangan dan prosedur manajemen kelas; 2) Mengimplementasikan hasil rancangan tersebut; 3) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas; dan 4) Merumuskan indikator keberhasilan manajemen kelas.

Pada konteks guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas adalah mengajar, terikat pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, mengenai apa yang mesti dilakukan guru di kelas jika mengajar merupakan suatu pekerjaan profesional, maka harus memiliki pertimbangan profesional (professional judgment) dalam melaksanakan tugasnya. Pertimbangan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar di kelas, minimal harus: (1) Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Komitmen tertinggi guru adalah berorientasi pada kepentingan siswanya, (2) Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan


(20)

serta cara mengajarnya. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, (3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

Apabila kedua konsep tersebut di atas, diterapkan dalam konteks pembelajaran, maka guru harus mempunyai kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan serta motivasi dalam rangka mencapai peningkatkan mutu proses dan hasil belajar serta kinerja guru dengan melalui wadah sistem pembinaan, yaitu Gugus Sekolah Dasar. Pedoman pengelolaan gugus sekolah dibentuk berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Dasar dan produktifitas pengajaran yang dalam proses pelaksanaannya melalui perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Kenyataannya secara empirik di lapangan berdasarkan hasil survei, observasi serta pengamatan pada Gugus IV SD Negeri di Kemiling Bandar Lampung perilaku guru di kelas, yaitu :

1) Pelaksanaan manajemen kelas, meliputi: (1) Kurang mengenal masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas sehingga dalam penanggulangannya pun tidak tepat; (2) Kurang tepat memilih pendekatan pengelolaan kelas yang digunakan; (3) Kurang memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas, baik secara interen maupun eksteran; dan (4) Kurang memahami terhadap indikator keberhasilan penerapan manajemen kelas.


(21)

Usaha profesionalisasi melalui dialog dan kolaborasi antara guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap hubungan antara sesama guru dan antara para guru dengan kepala sekolah, tetapi perubahan itu tidak banyak mengubah apa yang terjadi di kelas dalam hubungan guru dan siswa. Padahal di kelas terjadi seluruh interaksi pembelajaran yaitu; guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakangnya, kurikulum dengan komponen metode dan media, yang keseluruhannya berinteraksi secara simultan. Untuk itu, kegiatan kelas harus dimanajemen; 2) Kelemahan-kelemahan yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan kinerja guru dalam mengajar, meliputi: (1) Perencanaan pengajaran; guru merupakan pekerjaan rutinitas di kelas; (2) Pelaksanaan pembelajaran; mengajar di kelas seolah-olah tanpa membuat persiapan yang matang hanya keterampilan mengajar tidak tampak dipraktekkan dalam penyampaian bahan ajar; (3) Evaluasi; penerapan penilaian proses maupun hasil belajar siswa seolah-olah tidak nampak.

Di lihat dari profesi guru di kelas adalah mengajar, sedangkan penampilan kerja guru (performance) melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi mengajar, seolah-olah guru tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya atau kurang memiliki pengetahuan tentang keterampilan mengajar di kelas sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, dan guru tidak memiliki motivasi untuk mengajar, serta guru tidak memiliki tanggung jawab sosial atas hasil pekerjaanya. Berdasarkan kenyataan di atas, bahwa guru kurang dapat menunjukkan kinerja sebagaimana mestinya.


(22)

3) Dengan kinerja mengajar yang kurang memadai dalam proses pembelajaran yang akan mengakibatkan kurang efektifitasnya belajar. Dalam hal perilaku murid, di antaranya : (1) Kurang berpartisipasinya dalam belajar; (2) Kurang memiliki motivasi atau kegairahan belajar, dan (3) Kurang adanya kerjasama kelompok dalam belajar.

Dari perilaku murid tersebut menunjukkan bahwa dorongan kebutuhan mencapai prestasi belajar dalam diri siswa sendiri sangat lemah. Hal tersebut di atas dikhawatirkan bila dalam kegiatan belajar mengajar tidak ditunjang dengan terciptanya suasana belajar yang kondusif dan kinerja guru yang tidak memadai akan mengakibatkan proses belajar mengajar tidak efektif dan hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut di atas dikhawatirkan bila dalam pembelajaran tidak ditunjang dengan terciptanya suasana belajar yang kondusif, dan kinerja guru yang tidak memadai akan mengakibatkan proses belajar mengajar tidak efektif dan hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Penyelesaian masalah tersebut diperlukan strategi manajemen kelas dan kinerja guru yang sehat dalam melakukan interaksi dengan siswa yang dapat memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa yang optimal dan dimplementasikan secara lebih profesional. Dengan demikian guru merupakan sentral dari keberhasilan pendidikan di sekolah, dan guru merupakan komponen yang sangat mempengaruhi peningkatan mutu di sekolah.


(23)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang rendah sebagai berikut:

1.2.1 Rendahnya kemampuan kompentensi manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.2 Rendahnya pembinaan kepala sekolah terhadap guru di Sekolah Dasar Gugus Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.3 Rendahnya motivasi berprestasi yang dimiliki guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.4 Rendahnya kinerja guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.5 Rendahnya kemampuan pengelolaan pembelajaran guru di Sekolah Dalam Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.6 Kurang lengkapnya sarana dan prasarana sekolah di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.7 Ruang lingkup kerja guru yang tidak kondusif di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.8 Kurangnya motivasi kinerja guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.2.9 Lingkungan dan situasi pembelajaran guru yang kurang kondusif di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.


(24)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, ternyata cukup banyak variabel bebas atau faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, dalam penelitian ini dibatasi hanya 2 (dua) variabel bebas, yaitu :

1.3.1 Kompetensi manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.3.2 Motivasi berprestasi guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.3.3 Kemampuan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1.4.1 Apakah terdapat hubungan kompetensi manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung?

1.4.2 Apakah terdapat hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung?

1.4.3 Apakah kompetensi manajerial kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama mempengaruhi kinerja guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung?


(25)

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menguji :

1.5.1 Hubungan kompetensi manajerial kepala sekolah dengan kemampuan pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.5.2 Hubungan motivasi berprestasi guru terhadap dengan guru dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.5.3 Hubungan kompetensi manajerial kepala sekolah dan motivasi berpresatasi dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.6. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini dirinci menjadi dua yaitu manfaat praktis dan teoritis. 1.6.1 Praktis

1.6.1.1Guru : Memberikan masukan kepada guru tentang pentingnya motivasi berprestasi dan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran.

1.6.1.2Kepala sekolah : Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pentingnya kemampuan manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kenerja guru.


(26)

1.6.2 Teori

Memberikan kontribusi wawasan tentang manajemen kelas dan kinerja mengajar guru bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, serta menumbuh-kembangkanteori teori yang sudah ada dalam pelaksanaan manajemen kelas dan kinerja guru dalam mengajar. Manfaat praktis ini untuk memperbaiki lankah lanjutan yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan serta memperbaiki kualitas pembelajaran pengelolaan yang selama ini sering dilakukan guru.

1.7Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Ruang lingkup ilmu : Manajemen pendidikan yang berfokus pada sumber daya manusia di sekolah, kinerja guru yang berfokus adminitrasi memandang proses supervisi merupakan suatu kegiatan adminitrasi sekolah dalam rangka memcapai tujuan pembelajaran dalam konteks sistem pendidikan.

1.7.2 Ruang lingkup subjek : Guru Sekolah Dasar yang ada di Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

1.7.3 Objek penelitian : (1) Kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran, (2) kemampuan manajerial kepala sekolah, (3) motivasi berprestasi guru. 1.7.4 Tempat atau lokasi penelitian di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Kepala Sekolah

Secara etimologi kepala sekolah adalah guru yang memimpin sekolah, berarti secara terminology kepala sekolah dapat diartikan sebagai tenaga fungsional guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala Sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 pasal 3 ayat 3 dijelaskan bahwa pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Kepala sekolah sebagai salah satu pengelola satuan pendidikan juga disebut sebagai administrator, dan disebut juga sebagai manajer pendidikan. Maju mundurnya kinerja sebuah organisasi ditentukan oleh sang manajer. Kepala sekolah sebagai manajer merupakan pemegang kunci maju mundurnya sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Richardson dan Barbe (1986 : 99) yang menyatakan,


(28)

“principals is perhaps the most significant single factor in establishing an effective school” (Kepala Sekolah merupakan faktor yang paling penting didalam membentuk sebuah sekolah yang efektif).

Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan, manajemen merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, supaya pendidikan dapat maju, maka harus dikelola oleh administrator pendidikan yang profesional. Disamping pentingnya administrator pendidikan yang profesional, usaha yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah kerjasama yang baik antara semua unsur yang ada, termasuk mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana pendidikan. Dalam konteks inilah, administrator pendidikan memegang peranan yang cukup penting.

2.1.2 Kinerja Guru

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Istilah “kinerja” merupakan pengalihbahasaan dari bahasa Inggris “Performance” yang berarti unjuk kerja atau penampilan kerja. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja merupakan suatu wujud prilaku orang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Menurut Mangkunegara (2005 : 66) kinerja prestasi kerja adalah hasil kerja secara


(29)

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa kinerja adalah sebuah wujud unjuk kerja seseorang atau organisasi secara keseluruhan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan menggunakan standard dan kriteria tertentu sebagai acuan. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud unjuk kerja yang dimaksud adalah berkaitan dengan kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai serta mengevaluasi hasil belajar.

Bertolak dari gagasan itulah, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kinerja guru adalah sebuah wujud unjuk kerja guru secara keseluruhan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan menggunakan standard dan kriteria tertentu sebagai acuan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai cara, perilaku, dan kemampuan seseorang. Sedangkan menurut Nawawi (2005 : 34) mengartikan kinerja sebagai prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efesien. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam mencapai tujuan.

Menurut Mangkunegara (2007: 67) mengungkapkan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga dapat didefinisikan bahwa


(30)

kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Prawirosentono (2002 : 2) mendifinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal.

Menurut Arifin M (2004 : 9) kinerja dipandang sebagai hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi. Kemampuan menunjuk pada kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas yang terbaik jika ia memiliki kemauan dan keinginan untuk melaksanakan tugas itu dengan baik. Syaefudin (2009 : 159) memberikan pengertian kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Nawawi (2005 : 234) memberikan pengertian kinerja sebagai hasil pelaksanaan suatu pekerjaan. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa kinerja merupakan suatu perbuatan atau perilaku seseorang yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diamati oleh orang lain. Mulyasa (2004 : 136) mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut , banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja. Walaupun berbeda dalam tekanan rumusannya, namun secara prinsip mereka setuju bahwa kinerja itu mengarah pada suatu proses dalam rangka pencapaian suatu hasil. Dengan kata lain dapat dinyatakan kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya selama periode tertentu sesuai standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk


(31)

pekerjaan tersebut. Sedangkan pengertian guru dapat dijelaskan bahwa kata guru dalam bahasa Arab disebut Mu’allim dan dalam bahasa Inggris guru disebut dengan teacher yang memiliki arti A person whose occupation is teaching others, yaitu seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain Syah, M (2003 : 222).

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, surau, mushala, rumah, dan sebagainya Djamarah, SB (2000 : 31). Maka guru di jaman sekarang sudah mendapat arti yang luas lagi dalam masyarakat. Semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut guru, misalnya: guru silat, guru senam, guru mengaji, guru menjahit, dan sebagainya. Namun dalam pembahasan berikutnya, guru yang dimaksud adalah seseorang yang mengajar di sebuah lembaga pendidikan, terutama di sekolah/ madrasah.

Guru dikatakan sebagai pendidik, menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 39 Ayat 2) dinyatakan bahwa pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Menurut UU No. 14 tahun 2004 tentang Guru dan Dosen, yang disebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah .

Dari dua undang-undang tersebut jelas bahwa Guru merupakan seorang tenaga kependidikan yang professional berbeda pekerjaannya dengan yang lain, karena ia


(32)

merupakan suatu profesi, maka dibutuhkan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dengan demikian guru adalah seseorang yang professional dan memiliki ilmu pengetahuan, serta mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sehingga orang tersebut mempunyai peningkatan dalam kualitas sumber daya manusianya. Menurut Sanjaya (2005 : 13-14) kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolalan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana, maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sebagai pengelola maka guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Menurut Brown dalam Sardiman (2000 : 142) menjelaskan tugas dan peranan guru, antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan belajar siswa. Sedangkan pembelajaran merupakan wujud dari kinerja guru, maka segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru harus menyatu, menjiwai, dan menghayati tugas-tugas yang relevan dengan tingkat kebutuhan, minat, bakat dan tingkat kemampuan peserta didik serta kemampuan guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran dengan penggunaan ragam teknologi pembelajaran yang memadai.

Pengertian pembelajaran menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Maka Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang


(33)

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Uraian teoritis di atas memberikan arahan bahwa tugas guru dalam pembelajaran menuntut penguasaan bahan ajar yang akan diajarkan dan penguasaan tentang bagaimana mengajarkan bahan ajar yang menjadi pilihan. Pemilihan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang akan di-gunakan dalam pembelajaran oleh guru tentunya disesuaikan dengan karakteristik siswa yang akan belajar dan kurikulum yang berlaku. Agar guru dapat mengajar dengan baik, maka syarat pertama yang harus dimiliki adalah menguasai betul dengan cermat dan jelas apa-apa yang hendak diajarkan.

Seorang guru yang tidak menguasai bahan ajar, tidak mungkin dapat mengajar dengan baik kepada para siswanya. Oleh karena itu, penguasaan bahan ajar merupakan syarat essensial bagi guru. Hal penting dalam pembelajaran setelah guru menguasai bahan ajar adalah peran guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran menjadi hal penting karena berkaitan langsung dengan aktivitas belajar siswa. Upaya guru untuk menguasai bahan ajar yang akan diajarkan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan optimal dapat terwujud jika dalam diri guru tersebut ada dorongan dan tekad yang kuat (komitmen) untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan demikian, untuk mendapatkan proses dan hasil belajar siswa yang berkualitas tentu memerlukan kinerja guru yang maksimal. Agar guru dapat menunjukkan kinerjanya yang tinggi, paling tidak guru tersebut harus memiliki penguasaan terhadap materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya agar pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien serta komitmen untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.

Kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dinyatakan prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya selama periode waktu tertentu yang diukur


(34)

berdasarkan tiga indikator yaitu: penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola pembelajaran dan komitmen menjalankan tugas.

Menurut Refni Delfi. dkk. ( 2007 : 111) kompetensi instruksional yang diperlukan guru untuk mengajar di kelas meliputi sebelas jenis kemampuan utama sebagai berikut:

“1) Penguasaan dasar-dasar ilmu kependidikan, 2)Penguasaan teoribelajar dan prinsip-prinsip pembelajaran serta penerapannya dalam proses pembelajaran, 2) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik sebagai warga belajar, 3) Kemampuan memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, 4) Kemampuan memilih dan mengembangkan alat dan bahan ajar serta memanfaatkan media dan sumber belajar, 5) Kemampuan memilih dan mengembang-kan alat evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan tujuan belajar, 6) Kemampuan menyusun rencana pembelajaran,Kemampuan mengelola interaksi kelas serta menciptakan proses belajar yang optimal, 7) Kemampuan memperagakan unjuk kerja pembelajaran, 8) Kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran, 9) Kemampuan mengajarkan ilmu yang dimilikinya secara profesional”.

Supandi (2008 : 10) dalam bukunya yang berjudul Administrasi dan Supervisi Pendidikan berpendapat bahwa guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional daneksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.

2.1.2 Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Guru

Kemampuan pengelolaan pembelajaran guru dapat dilihat dari kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan


(35)

membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

Muhaimin (2004 : 151) menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak, sifat tanggung jawab yang ditunjukan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknokogi maupun etika.

Kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, meliputi :

1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pengelolaan pembelajaran peserta didik.

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi tauladan peserta didik. 3. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat.

4. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.


(36)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka kegiatan penilaian kinerja guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya:

1. Menguasai Karakteristik Peserta Didik.

Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:

(1) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,

(2) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,

(3) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,

(4) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya, (5) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta

didik,

(6) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).


(37)

2. Menguasasi Teori Belajar dan Prinsipprinsip Pembelajaran yang Mendidik.

Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:

(1) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,

(2) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,

(3) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,

(4) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,

(5) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,

(6) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.


(38)

3. Pengembangan Kurikulum

Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:

(1) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,

(2) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,

(3) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,

(4) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.

4. Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik

Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:


(39)

(1) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,

(2) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,

(3) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,

(4) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,

(5) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik,

(6) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,

(7) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,

(8) Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,


(40)

(9) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,

(10) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan

(11) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Pengembangan Potensi Peserta Didik

Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:

(1) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing.

(2) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing.

(3) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.


(41)

(4) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.

(5) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.

(6) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.

(7) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.

6. Komunikasi Dengan Peserta Didik

Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik:

(1) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka. (2) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan

tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

(3) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.

(4) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.


(42)

(5) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

(6) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.

7. Penilaian dan Evaluasi

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:

(1) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

(2) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

(3) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

(4) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui


(43)

catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

(5) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

2.1 Tabel Standar Kinerja Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran di Sekolah Dasar Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007.

Aspek Kinerja Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran

Indikator

1. Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik intelektual, sosial, emosional, dan latar belakang peserta didik. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

Pengembangan kurikulum

Kegiatan pembelajaran yang mendidik Pengembangan potensi pesera didik. Komunikasi dengan peserta didik. Penilaian dan evaluasi

2. Kompetensi Kepribadian

Bertindak sesuai dg norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional.

Menunjukan pribadi yang dewasa dan teladan.

Etos kerja, tanggung jawab dan bangga menjadi guru.

3. Kompetensi Sosial Bersikap inklusif, bertindak obyektif serta diskriminatif.

Komunikasi dg sesame guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta Didik dan masyarakat.

4. Profesional Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yg mendukung mata pelajaran

Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yg reflektif


(44)

2.1.3 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Wahjosumidjo (2003 : 83) mendifinisikan kepala sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Dalam penelitian yang berjudul Identifikasi Faktor-Faktor Kemampuan Manajerial yang Diperlukan Dalam Implementasi School Based Manajemen (SBM) dan Impementasinya Terhadap Program Pembinaan Kepala Sekolah, Akdon (2002 : 45) menyatakan bahwa definisi kemampuan manajerial adalah seperangkat ketrampilan teknis dalam melaksanakan tugas sebagai manajer sekolah untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efesien.

Hersey Paul dkk dalam Wahjosumidjo (2003 : 99) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial paling tidak diperlikan tiga macam ketrampilan yaitu, kemampuan teknis (technical skill), ketrampilan hubungan manusia (human skill), dan ketrampilan konseptual (conceptual skill). Ketiga manajerial tersebut berbeda-beda sesuai dengan tingkat dan kedudukan manajer dalam organisasi.

Indikator ketrampilan teknis kepala sekolah meliputi: (1) Menguasai tentang metode, proses, prosedur dan teknis untuk melaksanakan kegiatan khusus, (2) kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus.

Ketrampilan manusiawi (human skiil) adalah “kemampuan bekerja sama, memahami, dan memotivasi orang lain, baik perorangan maupun kelompok”. Wahjosumidjo (2003 :101) menjelaskan bahwa kemampuan manusiawi kepala sekolah meliputi: (1)


(45)

kemampuan untuk memahami perilaku manusia dalam proses kerja sama, (2) kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku, (3) kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif, (4) kemampuan menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis, (5) mampu berperilaku yang dapat diterima, (6) mengemukakan bahwa ketrampilan konseptual (conceptual skill) merupakan kemampuan mental untuk menganalisis dan mendignosis situasi yang rumit. Dengan demikian peningkatan untuk pendidikan disekolah perlu didukung kemapuan manajerial kepala sekolah, motivasi, dan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumber-sumber baik personal maupun material secara efektif dan efesien guna menunjang tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dasar Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007.

3 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Indikator 1. Ketrampilan konseptual

(conceptual skill)

Kemampuan analisis

Kemampuan berpikir rasional Ahli atau cakap berbagai macam konsepsi

Kemampuan menganalisis berbagai kejadian

Kemampuan mengantisipasi perintah Kemampuan menganalisis macam-macam kesempatan dan problem-problem sosial

2. Ketrampilan teknis (technical skill)

Ketrampilan menguasai metode pembelajaran

Ketrampilan menguasai proses pelaaksanaan pembelajaran

Ketrampilan menguasai prosedur dan teknis pelaksanaan pembelajaran Kemampuan memanfaatkan serta mendayagunakan sarana dan peralatan


(46)

untuk mendayagunakan kegiatan pembelajaran

3. Ketrampilan hubungan manusia (human skill)

Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dalam bekerja sama

Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif

Kemampuan menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis

Kemampuan berperilaku yang dapat diterima.

Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

2.1.4 Motivasi Berprestasi

Secara etimologis menurut Winardi (2002 : 1) istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti mengerakan (to move). Diserap dalam bahasa Inggris motivation yang berati pemberian motif atau hal memberikan dorongan atau keadaan yang memberikan dorongan. Istilah motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan perilaku individu maupun organisasi. Menurut Sumantri (2001 : 53), motivasi biasanya digunakan untuk menunjukan suatu pengertian yang melibatkan tiga komponen yaitu : (1) memberi daya pada perilaku manusia (energizing), (2) memberi arah pada perilaku manusia (directing), (3) bagaimana perilaku itu dipertahankan (sustaining).

Teori motivasi McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Dalam Winardi (2002 : 6)


(47)

karasteritik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu:

(1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah

Motivasi berhubungan dengan (1) pengarahan perilaku, (2) kekuatan reaksi setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan tertentu, (3) persistensi perilaku atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. Motivasi adalah kekuatan atau dorongan seseorang untuk mencapai tujuan pekerjaan. Adapun tujuan pekerjaan bisa diraih apabila :

1. Terdapat daya upaya (effort) yaitu tenaga yang dikelurakan pegawai pada waktu melakukan pekerjaan.

2. Mempunyai tujuan pekerjaan yang jelas (organizational goal).

3. Terpenuhinya kebutuhan seseorang untuk menggugah perhatian terhadap pekerjaannya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja personil, yaitu :

1. Kondisi fisik lingkungan kerja (phisical working condition). 2. Kondisi sosial lingkungan kerja (social working condition).

3. Keterpenuhan kebutuhan hidup dasar individu (fulfiment of individual basic needs).

Penghargaan atau suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan merupakan perangsang kuat. Guru yang memiliki motivasi kerja tinggi untuk terus belajar akan


(48)

dapat meningkatkan kinerja guru karena akan menambah semangat dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan pengelolaan pembelajaran guru pastinya dapat meningkatkan mutu pendidikan, sebab pendidikan tidak akan mencapai hasil optimal tanpa tenaga guru yang bermutu. Artinya tanpa guru yang berkualitas dan profesional, harapan dengan mutu pendidikan dapat ditingkatkan akan sulit terpenuhi.

Pernyataan Atkinson dan Feather sama dengan teori harapan (expectancy theory) yang dikembangkan Victor Vroom. Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran mengenai tindakan apa yang dapat mengarahkannya pada sesuatu yang diinginkannya itu Mangkunegara (2007 : 70).

Pernyataan Vroom tersebut (Robbins, et al., 2003 : 360) menunjukkan bahwa motivasi dibentuk oleh: (1). Persepsi pegawai bahwa setiap usaha atau yang dilakukannya selama bekerja akan menghasilkan kinerja. Persepsi demikian dinamakan harapan (expectancy). Harapan merupakan effor performance linkage. (2). Kekuatan seseorang dalam mempersepsikan rewards atau punisment yang akan diperoleh dari kinerjanya atau merupakan ketertarikan seseorang terhadap rewards. Kekuatan demikian disebut valensi (valence). ”Valence considers both the goals and the needs of individual”. (3). Kesesuaian antara rewads atau punishment dengan kinerja yang dipersepsikan pegawai. Kesesuain-kesesuaian demikian disebut instrumentality, yang merupakan ”performance-rewards linkage” . Kata tersebut sering diterjemahkan jadi instrumen.

Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu dan instrumen merupakan insentif atau penghargaan yang akan diberikan (sama dengan incentive-nya Atkinson dan Feather). Dengan demikian dimensi dari motivasi kerja adalah : (1) Motif;


(49)

(2) Harapan; (3) Insentif. Motivasi berprestasi merupakan bagian dari motivasi kerja. Jadi dimensinya pun tak berbeda. Namun motivasi berprestasi memiliki karakteristik yang istimewa. Keistimewaannya itu adalah terletak pada (1) dimensi motif yang hanya melibatkan tingkat keempat (kebutuhan harga diri) dan kelima (kebutuhan aktualisasi diri) dari hierarki kebutuhan Maslow, (2) dimensi harapan, yang menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan lebih mandiri dan intens, dan (3) dimensi insentif yang lebih beorientasi pada prestasi itu sendiri daripada oleh penghargaan ekstrinsik. Atau dengan kata lain, orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak memerlukan insentif ekstrinsik, sebab insentif yang demikian justru melenyapkan motivasi berprestasinya Robbins (2003: 225).

Dengan demikian motivasi berprestasi terdiri dari tiga dimensi, yaitu :(1) Motif berprestasi, yang menunjukkan dorongan atau keinginan di dalam diri individu untuk mencapai prestasi tertentu. (2) Harapan berprestasi, yang menunjukkan usaha yang dilakukan individu untuk mencapai prestasi tertentu. (3) Insentif intrinsik.

2.2 Kerangka Pikir

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, maka penulis membuat kerangka pemikiran hubungan antar variabel seperti diuraikan di bawah ini :

2.2.1 Kepala sekolah adalah manajer atau pimpinan yang ada di sekolah mempunyai peranan sangat besar dalam upaya memajukan sekolah. Untuk dapat mensinergikan organisasi dalam sekolah, kepala sekolah harus mempunyai kompensi manajerial yang memadai. Dengan kompetensi manajerial yang


(50)

dimilikinya, sorang kepala sekolah dapat memotivasi guru dan membangkitkan semangat kerja, menciptakan kerjasam yang harmonis antara semua unsur yang ada disekolah, menumbuhkan minat terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan.

2.2.2 Motivasi kerja guru adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang pendidik/guru untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan pendidikan. Guru yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memungkinkan mempunyai semangat kerja yang baik, dengan semangat kerja yang baik akan mempengaruhi kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di sekolah.

2.2.3 Dengan demikian kepala sekolah yang mempunyai kompetensi manajerial yang baik dan memadai, serta didukung oleh motivasi berprestasi guru yang diharapkan meningkatkan pula kinerja guru dalam pengelolan pembelajaran.

Kerangka pemikiran digambarkan dengan diagram konteks hubungan seperti di bawah ini:

Gambar 2.1 Diagram konteks adanya hubungan antara kompetensi manajerial kepala sekolah (X1), motivasi berprestasi (X2), dan kinerja guru dalam

pengelolaan pembelajaran (Y .

kompetensi manajerial kepala

sekolah (X1)

motivasi berprestasi (X2)

kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran (Y)


(51)

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenerannya masih diuji secara empiris. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 2.3.1 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kompetensi manajerial kepala

sekolah dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

2.3.2 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

2.3.3 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan motivasi berprestasi guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

2.3.4 Terdapat hubungan dan signifikan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini membutuhkan data dari sumber atau sampel dari objek yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Gugus IV yang ada di wilayah Kemiling Permai Bandar Lampung. Aktivitas penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, seminar proposal, penyusunan instrumen, uji coba instrumen, pengambilan data, analisis data, seminar hasil penelitian dan penyusunan laporan penelitian dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2013-2014 selama 5 bulan, yaitu dari bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Desember 2013.


(53)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah kesuluruhan subjek yang diteliti, dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dari kelas I (satu) sampai dengan kelas VI (enam) yang ada di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung. Adapun rincian populasi guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jumlah populasi guru di SD Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung Tahun 2013

Nama Sekolah Laki-laki Perempuan Jumlah

SD 1 Kemiling Permai 3 24 27

SD 2 Kemiling Permai Blok L

2 24 26

SD 3 Kemiling Permai Blok W

4 20 24

77

Sumber : data dinas pendidikan Kemiling Permai Bandar Lampug tahun 2012

3.3.2 Sampel

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto, S. (2004 : 120) Mengemukakan bahwa apabila subjek kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.


(54)

Untuk pengambilan sampel digunakan rumus Yamane yaitu : n = N = 77 = 64 orang guru. (N.d2) + 1 (77.0,052) + 1

d. Presisi = 0.052

Mengemukakan pendapat tersebut, penulis mengambil ukuran sampel 64 orang guru dari jumlah populasi yang ada Sekolah Dasar di Gugus IV kemiling Permai Bandar Lampung. Pengambilan sampel pada setiap sekolah dilakukan secara acak, yaitu dengan memberikan nomor urut 1 (satu) sampai dengan jumlah guru yang ada di masing-masing sekolah. Setiap nomor yang terambil dicatat dan digantikan dengan kertas kosong yang dimasukan kedalam kotak. Hal ini dilakukan agar peluang setiap anggota populasi untuk menjadi sampel selalu sama.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian diartikan sebagai suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu :

3.4.1.1Variabel bebas ( Independent Variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi varibel bebas adalah kompetensi manajerial kepala sekolah (X1) dan motivasi berprestasi (X2) di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

3.4.1.2Variabel Terikat (dependent Variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja guru


(55)

dalam pengelolaan pembelajaran guru (X3) di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung.

3.4.2 Definisi Konseptual Variabel

3.4.2.1Kompetensi manajerial kepala sekolah adalah seperangkat teknis dalam melaksanakan tugas sebagai manajer sekolah untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efesien.

3.4.2.2Motivasi berprestasi adalah kemampuan guru, kekuatan dan dorongan seseorang untuk mencapai tujuan pekerjaan, serta meningkatkan hasil kerja yang memuaskan sesuai dengan tujuan pendidikan.

3.4.2.3Kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran adalah sebuah wujud untuk kerja seseorang atau organisasi secara keseluruhan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan menggunakan sumber standar dan kriteria tertentu sebagai acuan. Wujud kerja yang dimaksud adalah berkaitan dengan kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai serta mengevaluasi hasil pembelajaran.

3.4.3 Definisi Operasional Variabel

Menurut Masri (2003 : 32) bahwa salah satu unsur yang sangat menbantu komunikasi antara peneliti dengan yang diteliti adalah definisi operasional, yang merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel


(56)

sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya penelitian tersebut. Definisi operasional dalam penelitian in adalah sebagai berikut :

3.4.3.1Kompetensi manajerial kepala sekolah mempunyai empat komponen yang menunjukan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, yaitu : menetapkan peranan, menetapkan prosedur kerja, melakukan komunikasi satu arah, dan mencapai tujuan organisasi. Empat komponen menunjukan perilaku yang berorientasi pada hubungan manusia yaitu : menjalin hubungan akrab, menghargai anggota, bersikap hangat dan menarh kepercayaan pada anggota.

3.4.3.2Motivasi berprestasi, seseorang dianggap memiliki motivasi berprestasi jika ia mepunyai keingginan untuk melakukan suatu karya berpresasi lebih baik dari pada pretasi orang lain. Ada jenis kebutuhan yaitu: kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk kekuasaan, dan kebutuhan untuk berafiliasi. Karakteristik dan sikap motivasi prestasi antara lain : (1) pencapaian adalah lebih penting dari pada materi, (2) menjapai tujuan atau tugas memberkan kepuasan pribadi yang lebih baik dari pada menerima pujian/penghargaan, (3) umpan balik sangat penting karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kualitatif dan faktual).

3.4.3.3Kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran adalah, sebuah wujud untuk kerja seseorang atau organisasi secara keseluruhan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan menggunakan standar dan kriteria tertentu sebagai acuan. Adapun acuan kinerja guru meliputi : (1) kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, (2) kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran


(57)

(RPP), (3) kemampuan guru dalam pengembangan silabus, (4) mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.

3.5 Tehnik Pengumpulan Data 3.5.1 Teknik Angket (Kuisioner)

Menurut Sugiyono (2009: 162) angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengerti dengan pasti variabel yang akan diukur dan mengerti apa yang bias diharapkan dari reponden. Teknik pengambilan data dengan angket dalam penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data langsung, mengenai kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran, kompetensi manajerial kepala sekolah dan motivasi berprestasi dari guru-guru di Sekolah Dasar Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung,

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalitan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi (Suharsimi, Arikunto, 2004 : 160). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal, yaitu validitas yang dicapai apabila trdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. (Suharsimi, Arikunto, 2004 : 161).


(1)

72

bermacam-macam, tidak hanya sebatas materi. Semakin guru di apresiasi, maka beliau akan menganggap bahwa jerih payahnya dihargai, sehingga tentunya akan member motivasi tersendiri bagi para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut

5.3Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti uraian di atas, maka diajukan saran beberapa saran sebagai berikut :

5.3.1 Dinas Pendidikan

Perlu adanya peningkatan profesionalisme guru SD di Gugus IV Kemiling Permai Bandar Lampung, melaui usaha-usaha peningkatan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran, seperti work shop, diklat, dan pelatihan-pelatihan lain yang relevan sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru.

5.3.2 Kepala Sekolah

Kepala sekolah harus mempunyai kompetensi manajerial yang memadai sehingga mampu mengerakan dan mempengaruhi guru, untuk meningkatkan motivasi berprestasi dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Usaha untuk meningkatkan kompetensi manajerial kepala sekolah diantaranya dengan meningkatkan Diklat kepemimpinan dan

work shop antar MKKS.

5.3.3 Guru

Sebagai ujung tombak pendidikan, guru harus memperbaharui kinerja dalam pengelolaan pembelajaran dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat menumbuhkan motivasi berprestasi, baik dari dalam sekolah maupun di luar instansi terkait. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru


(2)

73

diantaranya mengikuti arahan kepala sekolah dan berinovasi dalam pembelajaran serta mengikuti seminar-seminar pendidikan yang diadakan oleh dinas-dinas terkait guna pengembangan wawasan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2007. Manajemen Sumber Daya

Manusia, Cetakan Ke Tujuh PT.Remaja Rosdakarya, Bandung

Akdon. 2002. Indentifikasi Faktor-Faktor Kemampuan Manajerial. Jurnal Adminitrasi Pendidikan. Universitas Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2010. Kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan Jenius,

Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung : Alfabeta.

David Clarance Mc Clelland. 1998. The Achievement Motivation Theory. New York : Random House inc.

Gomes, Faustino Cardoso. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.

Hadari Nawawi. 2005. Adminitrasi Pendidikan, Bandung : P.T. Gunung Agung.

Masri, S dan Effendi. 2003. Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES. Muhaimin. 2004. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Jakarta : Rineka

Cipta.

Muhamad Arifin. 2004. Pengertian Kinerja Guru dalam Pembelajaran, Jakarta : Sarana Pancakarya.

Mulyasa. E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan MBK, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

M. Entang dan Joni Raka. 1998. Pengelolaan Kelas, Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Nasrun. 2001. Media, Metoda dan Pengelolaan Kelas Terhadap


(4)

Forum Pendidikan Universitas Negeri Padang XXVI (04), Desember.

Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.

Ngalim Purwanto. 1996. Psikologi pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru . Jakarta

Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005. Tentang Standar Kinerja

Kepala Sekolah, Depdiknas RI, Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional

Pendidikan, Depdiknas RI, Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 1992. Tentang Tenaga

Kependidikan, Depdiknas RI, Jakarta.

Popham, W. James dan Eval L. Baker. 2002. Teknik MengajarSecara

Sistematis, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik.2011. Pedoman Pelaksanaan

Penilaian Kinerja Guru, Kemendiknas Jakarta.

Rahman. 2005. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan. Bandung : AKSI.

Refni Delfi, Suciati, Ibrahim, Siti Julaeha. (2007). Belajar Dan

Pembelajaran 2.Jakarta: Universitas Terbuka

Richardson dan Barbe. 1986. Principals is Perhaps the Most Significant

Single Factor in Establishing an effective School.

(http://bank-ilmu540.blogsport.com) diunduh 20 maret 2014.

Robbin, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta : Prenhanllindo. Rosyada D. 2004. Paradigma Pendidikan Demokrasi, Jakarta : Prenada

Media.


(5)

Rusyan, A. Tabrani. 2002. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Sinar Baru Algesindo.

Rusyanto, R. Suwandi. 2002. Upaya pembaharuan dalam pendidikan dan

pengajaran. Bandung : Rodaskarya.

Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Sardiman, A. N. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Suharsaputra, Uhar. 2010. Pengembangan Kinerja Guru. http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pengembangan-kinerja-guru/.

Supandi. 2008. Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, Yogyakarta : Yayasan Psikologi UGM.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. Metode Penelitian Adminitrasi, Bandung: Alfabeta, 2009.

Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Macam-macam Metode Pembelajaran, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Undang Undang Nomor 14. 2005. Tentang Guru dan Dosen, Jakarta : Depdiknas Republik Indonesia.

Undang Undang Nomor 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas Republik Indonesia.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wahjosumidjo. 2001. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Zenzen, Thomas G. 2001. Achivement Motivation - A Research Paper Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Master of

Science Degree Industrial / Technology Education Approved. The Graduate


(6)

Tersedia :http://www.uwstout.edu/lib/thesis/2002/2002zenzent.pdf. [31 Desember 2008].


Dokumen yang terkait

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL LEADERSHIP, WORK CLIMATE, AND WORK MOTIVATION TOWARDS THE TEACHERS PERFORMANCE IN BODHISATTVA SCHOOL BANDAR LAMPUNG

0 22 101

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL LEADERSHIP, WORK CLIMATE, AND WORK MOTIVATION TOWARDS THE TEACHERS PERFORMANCE IN BODHISATTVA SCHOOL BANDAR LAMPUNG

0 12 100

THE INFLUENCE BETWEEN PRINCIPAL LEADERSHIP AND QUALITY ASSURANCE TOWARD TEACHERS PERFORMANCE ON PUBLIC ELEMENTARY SCHOOLS IN SOUTH TELUK BETUNG DISTRICT BANDAR LAMPUNG PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PENJAMINAN MUTU TERHADAP KINERJA GURU SD NEGER

0 11 109

RELATION BETWEEN TEACHERS PERCEPTION OF HEAD MASTER MANAGERIAL SKILL AND WORK MOTIVATION WITH TEACHERS PERFORMANCE ON PUBLIC JUNIOR HIGH SCHOOLS IN NORTH LAMPUNG REGENCY HUBUNGAN PERSEPSI KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASYAH, MOTIVASI KERJA DENGAN KIN

0 14 90

THE RELATIONSHIP OF ACHIEVEMENT MOTIVATION, ATTITUDES OF TEACHERS AND THE QUALITY OF EDUCATION WITH TEACHERS’ PERFORMANCE OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, SIKAP GURU DAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN KINERJA GURU MA

1 40 108

PERSEPSI GURU TERHADAP HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA GURU SD GUGUS I KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI.

0 0 34

KONTRIBUSI PEMBERIAN MOTIVASI KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PADA GUGUS SD DABIN II KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 10

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS SILAWE KAJORAN MAGELANG.

0 0 175

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS MAS MANSYUR KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL

0 0 97

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI GUGUS SARI KELAPA DAN WIYATA MANDALA KECAMATAN CILONGOK

0 3 73