THE RELATIONSHIP OF ACHIEVEMENT MOTIVATION, ATTITUDES OF TEACHERS AND THE QUALITY OF EDUCATION WITH TEACHERS’ PERFORMANCE OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, SIKAP GURU DAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN KINERJA GURU MA

(1)

ii ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF ACHIEVEMENT MOTIVATION, ATTITUDES OF TEACHERS AND THE QUALITY OF EDUCATION

WITH TEACHERS’ PERFORMANCE OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG

By SISTIWATI

The purpose of this research are to know and to analyze the relations between : achievement motivation with teachers’ performance, teacher’s attitude with

teacher’s performance, education quality with teachers' performance, Motivation

of achievement teacher’s, attitude and to quality education with teacher’s

performance of Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung.

This quantitative research uses correlational approach. Data collecting techniques used in this research are questionnair and documentation. The Sample uses Slovin formula for 72 people from population 87 teacher’s. Data analysis is done by using Correlation and regression technique both traditional and double. Hypothesis testing is done with Product Moment Correlation and Double Correlation, which previously had been tested for normality and linearity.

Result shows that, 1) There is a significant positive relationship between

achievement motivation and teacher’s performance, it implies tha the better the

achievement motivation of a teacher the better the performance of the teacher,

2) there is a significant positive relantionship between teacher’s attitude and

teacher’s performance, means that the better the attitude of a teacher the better the

performance of the teacher, 3) there is significant positive relationship between

the quality of education with teacher’s performance. it implies that the better the

quality of education of a teacher the better the teacher’s performance, 4) there is a significant positive relationship between achievement motivation., teacher’s

attitudes and the quality of education together with teacher’s performance implies that the better the achievement motivation and attitudes of teacher the better the performance of the teacher.

Key words : achievement motivation, attitude, the quality of education,


(2)

iii ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, SIKAP GURU DAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH

NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG Oleh

SISTIWATI

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis hubungan antara : motivasi berprestasi dengan kinerja guru, sikap guru dengan kinerja guru, mutu pendidikan dengan kinerja guru, motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional, teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner dan dokumentasi. Sampel menggunakan rumus Slovin sebanyak 72 orang dari populasi 87 orang guru. Analisis data dan Pengujian hipotesis dilakukan dengan korelasi Product Moment dan korelasi ganda, yang sebelumnya telah dilakukan uji normalitas dan linieritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik motivasi berprestasi maka semakin baik pula kinerja seorang guru, 2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap guru dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik sikap maka semakin baik pula kinerja seorang guru, 3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara mutu pendidikan dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik mutu pendidikan, maka semakin baik pula kinerja seorang guru, 4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan secara bersama-sama dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan maka semakin baik pula kinerja seorang guru.


(3)

(4)

(5)

(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 22 September 1964. Anak kedua dari lima bersaudara dari Bapak Abdul Syukur Said dan Ibu Zuairiah.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah di Sekolah Dasar Negeri No 22 Teluk Betung yang diselesaikan pada tahun 1976, Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Negeri Teluk Betung diselesaikan pada tahun 1980, Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Negeri 3 Tanjung Karang diselesaikaan pada tahun 1983, Perguruan Tinggi Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan diselesaikan pada tahun 1988. Pada tahun 2012 penulis diterima di Perguruan Tinggi Universitas Lampung pada Pascasarjana Magister program studi Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan lulus pada tanggal 20 Februari 2014.

Penulis diangkat CPNS sebagai guru mata pelajaran matematika tahun 1994 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung.


(7)

viii MOTO

Menuntutlah Ilmu Setinggi-tingginya Karena Menuntut Ilmu Adalah Ibadah

Studying is worship ( Sistiwati )


(8)

ix

PERSEMBAHAN

Beriring rasa syukur alhamdulillah kepada ALLAH SWT atas izin dan ridho-Nya kupersembahkan karya tulis ini

sebagai tanda bukti dan cintaku kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta, Abdul Syukur Said (Alm) dan Zuairiah (Alm) yang telah membesarkan dan mendidikku dengan segenap kasih sayangnya dan tak

pernah bosan memberiku semangat, bimbingan, nasehat serta doa yang senantiasa mengiringi langkahku untuk kebahagian dan keberhasilanku yang

telah tenang di surga amin.

2. Suamiku tercinta, anak-anakku yang kusayangi (Rizkya iqlima, Emir gahara, Duta hafsari,

Lutfi dikara)

yang selalu mendo’akan serta Mendukungku. 3. Keluarga Besarku yang selalu mengharapkan

keberhasilanku.


(9)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1.1 Kinerja Guru ... 12

2.1.2 Pegertian Kinerja Guru ... 12

2.1.2 Evaluasi Kinerja Guru ... 17

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 18

2.2 Motivasi Berprestasi ... 19

2.2.1 Pengertian Motivasi Berprestasi ... 19

2.2.2 Teori Motivasi Berprestasi ... 21

2.3 Sikap Guru ... 24

2.3.1 Pengertian Sikap ... 24

2.3.2 Komponen-komponen sikap guru ... 25

2.3.3 Pengukuran Sikap Guru ... 26

2.4 Mutu Pendidikan ... 28

2.4.1 Pengertian Mutu ... 28

2.4.2 Mutu Pendidikan ... 32 i ii iv vi vii viii ix x xiii xvi xviii xix


(10)

xiv

2.7 Hipotesis ... 40

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 41

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.3 Variabel Penelitian ... 43

3.3.1 Variabel Bebas ... 43

3.3.2 Variabel Terikat ... 44

3.4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 44

3.4.1 Variabel Motivasi Berprestasi ... 44

3.4.2 Variabel Sikap Guru ... 46

3.4.3 Variabel Mutu Pendidikan ... 47

3.4.4 Variabel Kinerja Guru ... 49

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 51

3.5.1 Studi Dokumentasi ... 51

3.5.2 Teknik Angket ... 51

3.5.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 52

3.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 61

3.6.1 Teknik Analisis Data ... 61

3.6.2 Pengujian prasyarat Analisis ... 62

3.6.2.1Uji Normalitas ... 62

3.6.2.2Uji Linearitas ... 66

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 80

3.6.4 Menggunakan Korelasi Pearson Product Moment ... 81

3.6.5 Menggunakan Korelasi Ganda ... 82

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum MAN 1 Model Bandar Lampung ... 88

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 89

4.2.1 Variabel Motivasi Berprestasi ... 90

4.2.2 Variabel Sikap Guru ... 92

4.2.3 Variabel Mutu Pendidikan ... 94

4.2.4 Variabel Kinerja Guru ... 96

4.3 Uji Prasyarat Analisis Regresi ... 98

4.3.1 Uji Normalitas ... 98

4.3.2 Uji Linieritas ... 100

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 102

4.4.1 Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja Guru. ... 102

4.4.2 Hubungan Sikap Guru Dengan Kinerja Guru ... 104

4.4.3 Hubungan Mutu Pendidikan Dengan Kinerja Guru ... 105

4.4.4 Hubungan Motivasi Berprestasi, Sikap Guru dan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru ... 107


(11)

xv

4.5.2 Hubungan Sikap Guru dengan Kinerja Guru ... 111 4.5.3 Hubungan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru ... 113 4.5.4 Hubungan Motivasi Berprestasi, Sikap Guru dan

Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru ... 115 4.6 Keterbatasan Penelitia ... 117 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 118 5.2 Implikasi ... 119 5.3 Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keadaan Guru, Siswa dan Program MAN Tanjungkarang ... 3

1.2 Keadaan Organisasi MAN 1 Model Bandar Lampung. ... 4

3.1 Populasi dan sampel penelitian ... 43

3.2 Kisi-kisi instrumen ... 52

3.3 Daftar interprestasi nilai r ( validitas instrumen ) ... 54

3.4 Hasil perhitungan validitas motivasi berprestasi (X1) ... 55

3.5 Hasil perhitungan validitas sikap guru (X2 ... 56

3.6 Hasil Perhitungan validitas mutu pendidikan (X3 ... 57

3.7 Hasil perhitungan validitas kinerja guru (Y) ... 58

3.8 Statistika Reliabilitas Motivasi Berprestasi (X1) ... 59

3.9 Statistika Reliabilitas Sikap Guru (X2 ... 60

3.10 Statistika Reliabilitas Mutu Pendidikan (X3 ... 60

3.11 Statistika Reliabilitas Kinerja Guru (Y) ... 61

3.12 Uji Normalitas Variabel X1 , X2, X3 dan ... 62

3.13 Hasil Uji Normalitas ... 63

3.14 Deskriptif Statistik X1- Y ... 66

3.15 Model Sisaan ... 67

3.16 Anova ... 68

3.17 Rangkuman Hasil regresi X1 – Y ... 69

3.18 Deskriptif Statistik X2-Y ... 71

3.19 Model Sisaan ... 71

3.20 Anova ... 72

3.21 Rangkuman Hasil regresi X2 – Y ... 73

3.22 Deskriptif Statistik X3-Y ... 76

3.23 Model Sisaan ... 76

3.24 Anova ... 77

3.25 Rangkuman Hasil regresi X3 – Y ... 78

3.26 Model Summary Regresi Ganda ... 84

3.27 Rangkuman Hasil Regresi GandaX1, X2, X3 – Y ... 85

4.1 data statistik dasar variabel penelitian ... 90

4.2 Distribusi Skor Variabel Motivasi Berprestasi (X1) ... 91

4.3 Distribusi Skor Variabel Sikap Guru (X2) ... 92

4.4 Distribusi Skor Variabel Mutu Pendidikan (X3) ... 94

4.5 Distribusi Skor Variabel Kinerja Guru (Y) ... 96

4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 98

4.7 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 99


(13)

xvii

4.10 Uji Linieritas Antara Mutu pendidikan dengan

Kinerja Guru ... 102 4.11 Hasil Uji Analisis Regresi Hubungan Motivasi Berprestasi

dengan Kinerja Guru ... 103 4.12 Hasil Uji Analisis Regresi Sikap Guru dengan

Kinerja Guru ... 104 4.13 Hasil Uji Analisis Regresi Hubungan Mutu

Pendidikan dengan Kinerja Guru ... 106 1.14 Hasil Uji Analisis Regresi ganda Motivasi Berprestasi, Sikap guru


(14)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1Model konstelasi motivasi berprestasi, sikap guru dan

mutu pendidikan dengan kineja guru ... 39

3.1 Normal Q-Q Plot Motivasi berprestasi ... 64

3.2 Normal Q-Q Plot Sikap Guru ... 64

3.3 Normal Q-Q Plot Mutu Pendidikan ... 65

3.4 Normal Q-Q Plot Kinerja Guru ... 65

3.5 Kelinieran ... 70

3.6 Kelinieran ... 75

3.7 Kelinieran ... 80

4.1 Hitogram Skor Motivasi Berprestasi ... 91

4.2 Histogram Skor Sikap Guru ... 93

4.3 Histogram Skor Mutu Pendidikan ... 95

4.4 Histogram Skor Kinerja Guru ... 97


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan diantaranya ada kontribusi antara kinerja guru, motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan. Menurut Anwar (2001:67) bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Winardi (2001:76) bahwa dengan motivasi berprestasi tinggi akan berusaha keras untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam suatu pekerjaan, menurut pendapat Walgito (2001:114-115), bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu, menurut Depdiknas (2001:5) Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mutlak terutama dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang demikian pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,Indonesia dalam hal ini berupaya memperbaiki mutu pendidikan dengan peningkatan kualitas layanan pendidikan yang pada giliran akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Madrasah Aliyah Negeri 1 Tanjungkarang berdiri pada tanggal 1 Juli 1979. Madrasah ini merupakan alih fungsi dari Sekolah Persiapan Institut Ilmu Agama Islam Negeri (SPAIN) Tanjungkarang. Pada luas tanah 2,6 Ha ( 26.000 m2).


(16)

Pembangunan pertama di lokasi yang baru ini dimulai tahun 1981, dan hanya membangun 3 lokal yang dialokasikan untuk siswa kelas 3 pindahan dari kampus Kaliawi.

Sejak saat itu pembangunan secara bertahap terus berlanjut hingga saat ini. Untuk menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kehadiran ulama intelektual, pada tahun 1999 atas gagasan Bapak. H. Munawir sadzali sebagai Menteri Agama saat itu, MAN 1 Bandar Lampung ditetapkan sebagai satu dari 27 Madrasah Aliyah di indonesia untuk menyelenggarakan program peningkatan Ilmu Agama.Yakni program Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). Program ini setara dengan program lain yang ada di MAN 1 Bandar Lampung.

Kurikulum yang digunakan 70% merupakan ilmu agama dan 30% merupakan ilmu umum, dengan bahasa pengantar bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Dengan jumlah siswa 40 siswa putra yang diasramakan serta disubsidi oleh Kemenag RI, program MAPK menjadi program unggulan. Dengan siswa berkomunikasi menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris, serta kemampuan siswa MAPK menembus berbagai perguruan tinggi favorit di luar negeri, yakni Mesir, Arab Saudi, dan Malaysia. Berkat keunggulan dari program tersebut, maka program MAPK mendapat dukungan dari Bapak Gubernur Pudjono Pranjoto, melalui Bapak Ka.Kanwil Kemenag Lampung, H. Syamsuddin Thaher, yakni pemberian bantuan fasilitas infrastruktur berupa jalan, mess guru tutor, dan dana operasional. Sejalan dengan kebijakan pemerintah tahun 1992 tentang alih fungsi dari PGAN menjadi MAN, sehingga nama MAN Tanjungkarang berubah menjadi


(17)

MAN 1 Tanjungkarang, sehingga programnya menjadi program Ilmu Agama, program IPA dan IPS. Kebijakan ini menempatkan posisi madrasah sama dengan SMU namun tetap menjaga ciri ke-Islamannya, tahun 1996 MAN 1 Tanjungkarang membentuk program kelas Intensif yang pembiayaannya dibantu oleh orang tua siswa dimana program ini berorientasi pada keunggulan MIPA. Program ini cukup berhasil mengangkat prestasi madrasah khususnya dalam berbagai lomba bidang studi umum. Disamping itu juga ada para alumni yang berhasil melanjutkan pendidikannya di berbagai Perguruan Tinggi Negeri Favorit di indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Keadaan Guru, Siswa dan Program MAN Tanjungkarang No Tahun Jumlah Guru Jumlah Siswa Program

1 1979 7 orang 60 orang Ilmu Agama

2 1992 20 orang 350 orang Ilmu Agama, IPA, IPS 3 1996 40 orang 670 orang Kelas Intensif (Ilmu

Agama), IPA, IPS

4 1999 60 orang 960 orang MAPK(Ilmu Agama),

IPA, IPS Sumber : Data Statistik MAN 1 Model Bandar Lampung, Tahun 2009/2010

Berkat berbagai keberhasilan tersebut, serta didukung oleh SDM yang dimiliki, pada tahun 1998 MAN 1 Tanjungkarang mendapat kepercayaaan menjadi MAN 1 Model Bandar Lampung, yakni MAN percontohan yang didanai oleh ADB melalui proyek Development Madrasah Aliyah Project (DMAP) dengan SK Dirjen Bimbaga Islam Departemen Agama Nomor : IV/PP.006/KEP/17A/98 tanggal 28 Februari 1998.


(18)

Berdasarkan SK Dirjen maka untuk mendukung program tersebut, MAN Model dilengkapidengan beberapa fasilitas, termasuk Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) dan Pusat Pengembangan Madrasah (PPM). Sehingga diharapkan dengan perkembangan global yang kian pesat dan tantangan yang semakin besar bagi generasi islam mendatang serta keinginan masyarakat untuk memiliki madrasah yang berkualitas, dan diakui pada tingkat regional, nasional, bahkan skala internasional dan mampu mewujudkan keluaran siswa yang tanggap dan mampu mengatasi berbagai tantangan dalam persaingan global. Karena motivasi berprestasi sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja guru, apiliasi dan kekuasaan yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dan juga untuk peningkatan kinerja guru karena guru merupakan tokoh sentral yang berhubungan langsung dengan siswa melalui kegiatan proses belajar mengajar (teori McClelland). Sekolah juga telah mengenal konsep manajemem mutu pendidikan terpadu yang tentu mereka laksanakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan dokumentasi yang diperoleh dari MAN 1 Model Bandar Lampung diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.2 : Keadaan Organisasi MAN 1 Model Bandar Lampung

No Komponen Lk Pr Jumlah

1 Guru yang bertugas 41 46 87

2 Guru yang sudah sertifikasi 25 32 57

3 Guru yang belum sertifikasi 4 8 12

4 Guru yang sudah mengikuti pelatihan 10 14 24

5 Guru yang berpendidikan S.2 7 5 12

6 Guru PNS 28 41 69

7 Guru Honor 8 10 18


(19)

Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung berdiri pada tanggal 28 Februari 1998 dengan luas tanah 2,6 Ha. Berlokasi di sukarame dengan luas bangunan 11.000 M2 yang terdiri dari 32 kelas, ruangan kantor, lab, perpustakaan, UKS, AULA, Asrama, Masjid, dengan program : bersama, Ilmu Agama, IPA, IPS dan BHS. Guru yang aktif pada pembuatan RPP ada 70%, yang aktif mengajar 65%, yang membuat media pembelajaran 23% dari 87 orang guru. Dengan jumlah siswa 1226 orang. Namun yang lebih perlu sebenarnya adalah daya dorong yang harus dimiliki oleh guru-guru MAN I Model Bandar Lampung untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi mengingat akan beban yang dipundaknya untuk berusaha agar sekolah dapat memberikan lulusan yang bermutu. Sesuai tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung dibentuk yaitu untuk :

1) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif mampu bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi paforit baik dalam negeri maupun luar negeri, 2) Menyiapkan peserta didik agar mampu meningkatkan nilai kompetitif yang positif dikalangan siswa dan guru, 3) memberikan warna sebagai ciri khas madrasah yang menyandang sebagai madrasah model yang berkualitas, Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri,maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 4) Menyiapkan peserta didik berpotensi untuk mengikuti kompetisi bidang akademik.

Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2012–2013 menurut pendapat Bpk. Husnul Khaitami mengenai lulusan MAN 1 Model Bandar Lampung adalah


(20)

rendahnya mereka diterima diperguruan tinggi Negeri baik dalam penerimaan Undangan maupun dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau Tes tertulis, rendahnya siswa yang mandiri dalam usaha sehingga pencapaian hasil nilai raport menjadi rendah dan kalah bersaing dengan sekolah lainnya. Dilihat dari data empiris tentang kinerja guru terdapat kecenderungan melemahnya kinerja guru yang dapat dilihat dari daftar hadir guru 35% yang kurang aktif dalam mengajar dan ada 30% guru yang kurang aktif pada pembuatan RPP. Untuk nilai ujian nasional diperoleh di atas nilai passing grade.

Berdasarkan penelitian awal yang terjadi pada guru-guru MAN 1 Model Bandar Lampung dengan jumlah 87orang guru belum memenuhi harapan. Secara umum persoalan tersebut meliputi sebahagian guru yang kurang berhasil dalam mengajar dikarnakan mereka kurang disiplin terhadap peningkatan mutu pendidikan dan juga kurang termotivasi untuk mengajar yang terlihat dari etos kerja guru, yaitu : belum tepat waktu dalam bertugas, sering datang terlambat, meninggalkan kelas dan sebagaian guru pula belum membuat perangkat pembelajaran. Sarana dan prasarana juga terlihat belum memadai untuk mendukung proses belajar mengajar di MAN 1 Model Bandar Lampung.

Kinerja guru akan berhasil apabila ada motivasi yang menggerakkan guru untuk bekerja lebih bersemangat di lihat dari :

a. Faktor internal yaitu dari sikap, kepribadian, motivasi dan lain-lain.

Menurut Wibowo (2009:82) mengemukakan sikap adalah suatu proses penilaian yaang dilakukan seseorang terhadap suatu obyek. pelaksanaan sikap merupakan upaya produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja, juga faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya.


(21)

b. Faktor situasional yaitu sosial, organisasi, gaya kepemimpinan, latihan dan lain-lain.

Menurut Brigham dalam Daya kisni dan Hudaniah (2003: 177) menyatakan bahwa “perilaku prososial mempunyai maksud untuk menolong kesejahteraan orang lain. Fakta tersebut mengungkapan betapa guru punya peranan terhadap keberhasilan pendidikan.

c. Faktor fisik yaitu metode kerja, alat kerja, lingkungan kerja.

Menurut Sedarmayati (dalam Intanghina, 2008) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut : Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja ,metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.

Menurut (Suma’mur, 1989 ) Lingkungan yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada kinerja guru, di antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas. Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman dan kerasan dalam bekerja.

Persoalan utama Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung adalah : 1).Dari siswa bahwa yang mendaftar pada MAN 1 Model Bandar Lampung jumlahnya lebih banyak, sedangkan siswa yang diterima lebih sedikit. 2).Guru yang mengajar di MAN 1 Model Bandar Lampung tidak sesuai dengan disiplin ilmunya.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya upaya yang serius bagi G u r u Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung dalam meningkatkan mutu pendidikan. Upaya-upaya itu berupa peningkatan kinerja guru dengan menerapkan manajemen peningkatan mutu pendidikan bagi semua guru serta dengan meningkatkan motivasi berprestasi dan sikap guru. Dengan penelitian ini diharapkan tujuan dari madrasah akan tercapai yakni siswa dari madrasah akan diterima di perguruan tinggi favorit karena madrasah ini sekolah SMA yang bercirikan ke-Islamannya dan diharapkan madrasah ini terkenal sama dengan SMA lain. Maka dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk mengungkapkan yang berjudul “Hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan


(22)

mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1Model Bandar Lampung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1.2.1 Kinerja guru yang rata-rata masih rendah 1.2.2 Kurangnya termotivasi guru untuk berprestasi.

1.2.3 kebutuhan yang terpenuhi berpengaruh terhadap kinerja guru.

1.2.4 Kurangnya penghargaan atas prestasi kerja guru maka berpengaruh terhadap sikap guru pada peningkatan mutu pendidikan.

1.2.5 Kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru

1.2.6 Sarana dan prasarana yang belum memadai berpengaruh terhadap kinerja guru.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti perlu membatasai masalah guna menghindari salah penafsiran dan menyesuaikan dengan kemampuan peneliti. Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Kinerja Guru mempunyai pengaruh terhadap Motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan.

1.3.2 Motivasi berprestasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru 1.3.3 Sikap guru mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru.


(23)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung ?

1.4.2 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap guru terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model

Bandar Lampung ?

1.4.3 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung? 1.4.4 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi

berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis: 1.5.1 Hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja guru Madrasah Aliyah

Negeri 1 Model Bandar Lampung.

1.5.2 Hubungan sikap guru dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri1 Model Bandar Lampung.

1.5.3 Hubungan mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung.


(24)

1.5.4 Hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat– manfaat penelitian ini diuraikan secara teoritik dan praktis sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat teoritis

Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang persepsi guru tentang motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dibidang keilmuan manajemen pendidikan.

1.6.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1.6.2.1Bagi Kepala Madrasah

Hasil dari penelitian ini sebagai alat untuk intropeksi diri dalam melaksanakan kepemimpinannya.

1.6.2.2 Bagi Dewan Guru

Hasil penelitian ini sebagai masukan agar dapat meningkatkan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan sehingga dapat meningkatkan kinerja guru untuk menjadi guru profesional.


(25)

1.6.2.3 Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini agar dapat dipertimbangkan untuk ikut meningkatkan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan melalui peneliti selanjutnya.

1.6.2.4 Bagi Pihak Instansi Kementrian Agama Propinsi Lampung

Hasil penilitian ini agar dapat ditindaklanjuti untuk menetapkan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan cara-cara memotivasi berprestasi, sikap guru

dan mutu pendidikan sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dimadrasah.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang berjudul “ Hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung “ sebagai berikut:

1.7.1 Objek penelitian adalah hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru.

1.7.2 Subyek penelitian adalah guru-guru di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung yang berjumlah 87 orang.

1.7.3 Tempat dan waktu penelitian, berlokasi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung, adapun waktu penelitian adalah tahun 2013. 1.7.4 Ruang lingkup ilmu adalah manajemen pendidikan yakni proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Kinerja Guru

Perkembangan dan kemajuan organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan kinerja guru harus ditingkatkan.

2.1.1 Pengertian Kinerja Guru

Guru mempunyai peranan terhadap keberhasilan pendidikan. Menurut Yam i n (2007; 3) P rofesi yan g di sandang ol eh tenaga pendidik atau guru adalah pekerjaan yang membutuhkan suatu pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan anak didik meliliki perilaku sesuai yang diharapkan. Guru adalah pendidik yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan disamping tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan kemampuan, gaya kepemimpinan yang baik dan lainnya yang relevan. Kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan mengetahui apa yang diharapkan dan harapan-harapan yang diakui hasil kerjanya.


(27)

Menurut Lembaga Administrasi Negara (1992;12) merumuskan kinerja merupakan performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja. sehingga hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu.Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggungjawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas Kepala Sekolah selaku manager adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi dari pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.

Menurut Rivai dan Basri (2005:14) kata kinerja adalah performance yang didefinisikan sebagai hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kreteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Guru yang mempunyai nilai kinerja baik, tentuakan berdampak dengan hasil kegiatannya terutama berkaitan dengan proses belajar mengajar, dimana output akan meningkat baik secara mutu maupun kuantitas.


(28)

Fakta empiris menunjukkan bahwa kinerja di lembaga-lembaga pendidikan di indonesia jauh lebih memadai Menurut Usman (2002:19). Kondisi ini tidak lepas dari peran guru, sebagai pengajar dan pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap pendidikan. Mutu pendidikan yang rendah antara lain disebabkan oleh rendahnya kinerja guru. Untuk keberhasilan kinerja guru didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain : motivasi, sikap, perilaku dan lain-lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503 ) kinerja

(performance) berarti sesuatu yang dicapai, prestasi di perlihatkan atau kemampuan kerja yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam melaksanakan sesuatu. Guru merupakan profesi profesional di mana ia dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal bagi keberhasilan pendidikan.

Menurut Handoko (1995:785) mendefinisikan penilaian kinerja atau prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau

menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.


(29)

Adapun kegunaan penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Mendorong orang atau pun karyawan agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan mereka yang di bawah standar.

2. Sebagai bahan penilaian bagi manajemen apakah karyawan tersebut telah bekerja dengan baik.

3. Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan peningkatan organisasi.

Demikian bahwa penilaian kinerja adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Apabila penilaian prestasi kerja dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar akan dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada di dalamnya, dan apabila ini terjadi akan menguntungkan organisasi itu sendiri. Oleh karena itu penilaian kinerjaperlu dilakukan secara formal dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan olehorganisasi secara obyektif. Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya dengan menggunakan standar tertentu.

Menurut Simamora (1999:415) mendefinisikan penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan.

Dalam penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugasnya semuanya layak untuk dinilai.


(30)

Ruky (2001;203) memberikan gambaran tentang faktor-faktor penilaian

prestasi kerja yang berorientasi pada Individu yaitu : 1) pengabdian, 2) kejujuran, 3) kesetiaan, 4) prakarsa, 5) kemauan bekerja, 6) kerajasama, 7) prestasi kerja, 8) pengembangan, 9) tanggung jawab, dan 10) disiplin kerja.

Unsur-unsur yang dinilai oleh manajer terhadap para karyawannya. Merujuk kedalam penilaian perilaku Hasibuan (2001:126) yang meliputi :

(1) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3) pengetahuan tentang pekerjaan, (4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan, (5) keputusan yang diambil, (6) perencanaan kerja, (7) daerah organisasi kerja.

Kinerja adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan-pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, maka kinerja merupakan output pelaksanaan tugas.Sedangkan mengenai kinerja (prestasi kerja) kita mengkajisecara khusus yang berkaitan dengan profesi guru dengan tugas utamanya sebagai pengajar.

Pelaksanaan tugasnya guru tidak berada dalam lingkungan yang kosong. Ia bagian

dari dari sebuah “mesin besar” pendidikan nasional, dan karena itu ia terikat pada

rambu-rambu yang telah ditetapkan secara nasional mengenai apa yang mesti dilakukannya.

Hal seperti biasa dimanapun dalam konteks profesionalisme guru dimana mengajar dianggap sebagai pekerjan profesional, maka guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja untuk tenaga guru umumnya dapat diukur melalui: 1) kemampuan membuat rencana pelajaran, 2) kemampuan melaksanakan rencana pelajaran, 3) kemampuan melaksanakanevaluasi,


(31)

Jadi kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjaannya, menurut kreteria yang diberlakukan untuk pekerjaan tersebut. Sedang kinerja guru adalah hasil kerja guru dalam menjalankan tugas sebagai pendidik guna mencapai tujuan dari lembaga pendidikan yang diharapkan. Untuk unsur kinerja ada unsur waktu, unsur hasil, unsur metode dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor individual, faktor situasional, faktor fisik dan pekerjaan.

Kinerja adalah suatu hasil dari pekerjaannya (prestasi kerja). Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang

dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Pengertian di atas menyorot kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan.

2.1.2 Evaluasi Kinerja Guru

Pengertian evaluasi kinerja diartikan sebagai kegiatan evaluasi atau penilaian terhadap baik buruknya kinerja orang tersebut. Menurut Dermawan Wibisono (2006:193) merupakan penilaian kinerja yang diperbandingkan dengan rencana atau standar –standar yang telah disepakati pada periode tertentu. Mengevaluasi kinerja seseorang adalah menilai hasil kerja seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu.

Evaluasi yang baik adalah yang memberikan dampak positif pada perkembangan program. Jadi jika Kepala Sekolah melakukan evaluasi terhadap guru, maka hasilnya akan membawa perubahan yang baik/positif bagi guru, sekolah maupun kepada siswa.


(32)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah 1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, yang dominan mempengaruhi kinerja guru adalah motivasi. Menurut Husaini Usman (2009:250) motivasi kerja adalah sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja dan untuk menunjukkan kinerja. 2) faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Menurut Miftah Thoha dalam Meliana (2007:33) perilaku seseorang adalah suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya. Ditegaskan bahwa suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.

Berdasarkan uraian di atas bahwa kinerja atau prestasi kerja guru adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Tugas mengajar merupakan tugas utama guru dalam sehari-hari di sekolah. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance.

Prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang . Kinerja (prestasi kerja ) adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu yang dimulai dengan serangkaian tolak ukur yang berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting yakni tujuan, ukuran dan penilaian.


(33)

Tujuan ini memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personil.

Menurut Danim (2004:35) bahwa apapun tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada guru, ia akan berusaha untuk melaksanakan secara baik agar mencapai hasil yang baik pula.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud kinerja guru dalam penelitian ini adalah guru melaksanakan unsur kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar dan bekerja penuh tanggung jawab, dan kinerja guru harus lebih ditingkatkan dan kinerja guru akan baik dan semua yang menjadi harapan madrasah akan tercapai.

2.2Motivasi Berprestasi

2.2.1.Pengertian Motivasi Berprestasi

Sekolah merupakan organisasi yang terdiri kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Agar kerjasama dapat berjalan baik maka semua unsur dalam organisasi terutama sumber daya manusia harus dapat terlibat secara aktif dan memiliki dorongan untuk bersama-sama

mencapai tujuan. Pimpinan dalam hal ini berperanan penting untuk menggerakkan bawahan termasuk juga dirinya sendiri.

Agar sumber daya manusia dapat digerakkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi maka perlu dipahami motivasi mereka dalam bekerja terutama untuk para guru adalah penekanan pada motivasi kerja mereka. Pemberian motivasi kepala sekolah kepada guru maupun motivasi yang timbul dari diri guru sendiri


(34)

untuk bekerja sambil berprestasi akan mampu mencapai kepuasan kerjanya, tercapainya kinerja organisasi yang maksimal dan tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Hasibuan (2003:72), motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Menurut Helleriegel dan Slocum dalam Abi Sujak (1990:249), mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi meliputi perbedaan karakteristik individu, perbedaan karakteristik pekerjaan, dan perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan minat menimbulkan motivasi yang bervariasi, misalnya pegawai yang mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya akan bekerja keras dengan resiko tinggi dibanding dengan pegawai yang mempunyai motivasi keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai yang bermotivasi memperoleh prestasi. Setiap pekerjaan yang berbeda membutuhkan persyaratan keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan tipe-tipe penilaian yang berbedapula. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian dan penemapatan orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai. Setiap organisasi juga mempunyai peraturan, kebijakan,sistem pemberian hadiah, dan misi yang berbeda-beda yang akan berpengaruhpada setiap pegawainya. Jadi untuk mendorong produktivitas kerja yang optimalmaka pimpinan organisasi harus mempertimbangkan ketiga faktor tersebut dan pengaruhnya terhadap perilaku individu.


(35)

“Motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi antara sikap, kebutuhan, dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan, motivasi timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri disebut faktor intrinsik, dan faktor yang dari luar diri seseorang disebut faktor ekstrinsik.”

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah daya penggerak seseorang untuk melakukan tindakan.

Adapun tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan (1996:75). Antara lain: 1) Mendorong gairah dan semangat kerja bawahan, 2) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; 3) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan; 4) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan; 5) Meningkatkan disiplin dan menurunkan tingkatan abseni karyawan; 6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; 7) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; 8) Meningkatkan kesejahteraan karyawan; 9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

Dari uraian di atas bahwa motivasi itu bersifat abstrak yaitu tidak terlihat secara kasat mata, sehingga hanya dapat diketahui melalui tingkah laku atau perbuatan seseorang. Keberhasilan pendidikan diantaranya adanya kontribusi motivasi, guru, sikap, fasilitas dan kinerja guru.

2.2.2 Teori Motivasi Berprestasi

Salah satu faktor yang berperan untuk mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam


(36)

menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang rendah. Orang sukses memiliki dua motif dalam hidupnya, yaitu:berprestasi,motivasi berkompetensi yang kuat.

Teori Motivasi Berprestasi Mc. Clelland dalam kutipan Hasibuan (2003:162) teorinya yaitu Mc. Clelland’s Achievemen Motivation Theory mengemukakan bahwa, Teori ini berpendapat bahwa Karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan dorongan oleh : (1) kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat, (2) harapan keberhasilannya, dan (3) nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Motivasi berprestasi merupakan bekal untuk meraih yang lebih baik kedepannya atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesukseskan. Setiap orang memiliki hambatan yang berbeda-beda dalam mencapai kesuksesan.

Tiga kebutuhan manusia pada motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland dalam Danim ( 2004 :3 ) ada tiga yaitu :

a. Kebutuhan akan prestasi ( Need for Achievement )

b. Kebutuhan akan Afiliasi ( Need for affiliation )/Ketergantungan c. Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power )

Mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal, diperlukan kebutuhan akan prestasi yang merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, diperlukan kebutuhan afiliasi (kebutuhan hubungan


(37)

kemanusiaan dengan orang lain) dan diperlukan juga kebutuhan kekuasaan atau kedudukan terbaik dalam organisasi supanya mereka termotivasi untuk bekerja dengan giat.

Mc Clelland dan Atkinson dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono (2002:354), motivasi yang paling penting untuk psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal.

Menurut pendapat Davis dan John Newstroom (1985:88) motivasi berprestasi (achievement motivation) didefinisikan dorongan dari dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang memiliki dorongan ini ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan.

Menurut Winardi (2001:76) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi berusaha keras untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam suatu pekerjaan. Ia akan bahagia atas keberhasilan yang di perolehnya. perasaan bahagia itu akan mendorong dirinya untuk bekerja lebih giat, tekun dan penuh tanggung jawab serta bersemangat dalam mengerjakan yang ditugaskan padanya. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan motivasi berprestasi guru adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri guru tersebut untuk berkembang dan tumbuh serta.ingin berhasil atau mencapai tujuan yang diharapkan.


(38)

2.3.1 Pengertian Sikap

Menurut Thurtone yang dikutif Azwar (1988: 3) sikap adalah derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkandengan suatu obyek psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Berperan sebagai subyek yaitu guru dan obyek yaitu pekerjaan yang diemban para guru. Sikap ini ditunjukkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontiyu dari positif melalui areal netral kearah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif. menyimak uaraian sikap diatas dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang bersikap terhadap suatu obyek dapat diketahui dari evaluasi perasaannya terhadap obyek tersebut. evaluasi perasaaan ini dapat berupa perasaan senang-tidak senang, memihak-tidak memihak, faporit-tidak faporit, positif-negatif.

Menurut pendapat Walgito ( 2001:114-115 ), mengemukakan tentang sikap dan ciri-ciri sikap sebagai berikut: bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun


(39)

ciri-ciri sikap adalah tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tetuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.

2.3.2 Komponen-komponen Sikap

Berkaitan dengan komponen sikap, Walgito (2001:111) mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

1. Komponen kognitif ( komponen perseptual ) adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, kenyakinan ,yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif. 3. Komponen konatif ( komponen perilaku/ action component ) yaitu komponen

yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap.

Perilaku yang nampak terhadap suatu obyek tertentu setidaknya bisa diramalkan melalui sikap yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam arti bahwa sikap seseorang bisa menentukan tindakan dan perilakunya.

Sikap seorang guru terhadap peningkatan mutu dapat tercermin dari kepercayaan, kepuasan dan perilaku yang ditampilkan, seorang guru yang mempunyai sikap yang positif terhadap peningkatan mutu sudah barang tentu menampilkan suatu kepercayaan, kepuasan dan perilaku yang positif terhadap pekerjaannya.


(40)

Kepercayaan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bila mana seorang guru memiliki kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Propesi guru merupakan propesi yang amat membutuhkan keahlian. Pendidikan yang sesuai dan pengalaman yang memadai merupakan faktor yang cukup menentukan keberhasilan menjadi seorang guru. Disamping kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan, kesesuaian pekerjaaan minat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan seorang guru terhadap pekerjaan. Kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bila mana seseorang guru memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesi sebagai guru. Kepuasan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana pekerjaan, gaji, peluang promosi, dan lingkungan kerja di sekolah mampu memberikan rasa senang. Dengan pekerjaan yang membanggakan, gaji yang memadai, peluang promosi yang terbuka dan lingkungan kerja yang kondusif akan memberikan kepuasan bagi guru dalam menjalani propesinya. Perilaku dari seorang guru dapat dilihat dari bentuk tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitasnya. Guru dapat dikategorikan berperilaku positif bila mana memiliki tanggung jawab, etos kerja, disiplin dan kreativitas yang tinggi.

2.3.3 Pengukuran Sikap

Menurut pendapat Gerungan (1991;154) cara-cara yang dapat dipakai untuk mengukur sikap adalah :

1. Metode langsung ialah metode dimana orang secara langsung diminta

pendapat atau tanggapannya mengenai obyek tertentu, biasanya disampaikan secara lisan pada watu wawancara.


(41)

2. Metode tak langsung, orang diminta supaya menyatakan dirinya mengenai obyek sikap yang diselidiki, tetapi secara tidak langsung, misalnya

menggunakan tes psikologi.

3. Metode tes tersusun, yaitu metode pengukuran yang menggunakan skala sikap yang dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu, seperti metode Likert, Thurstone atau Guttman.

4. Metode tes tak tersusun, yaitu dengan wawancara, daftar pertanyaan biasanya untuk penelitian bibliografi atau karangan.

Sedangkan menurut pendapat Azwar (1988;55) bahwa metode pengukuran sikap yang di anggap dapat diandalkan dan dapat memberikan penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap (attitude scale). Skala sikap bertujuan untuk menentukan kepercayaan, persepsi, atau perasaan seseorang, terhadap suatu obyek. Suatu skala sikap merupakan kumpulan pernyataan sikap yang berkenaan dengan obyek sikap. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang diukur. Menggunakan skala sikap bentuk Likert. Skala likert dikenal sebagai alat ukur yang digunakan likert berupa pernyataa-pernyataan dengan 5 alternatif jawaban :adalah sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sehingga diperoleh makin tinggi skor yang diperoleh seseorang, maka indikasi sikapnya makin positif terhadap obyek sikap. Begitu sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh seseorang, maka indikasi sikapnya makin negatif terhadap obyek sikap. Sehingga disimpulkan bahwa sikap guru terhadap pekerjaan merupakan kenyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diterima, yang disertai adanya perasaan tertentu.


(42)

Dan memberikan dasar kepada guru untuk membuat respon berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Pengukuran sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.

Pengukuran sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan pengukuran sikap model Likert yaitu pengukuran sikap secara langsung dimana makin tinggi skor yang diperoleh seorang guru mengindikasikan guru memiliki sikap yang makin positif terhadap pekerjaan , demikian sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan sikap guru dalam peneltian ini adalah kepercayaan dan perasaan yang kuat akan membimbing pada suatu tingkah laku, dengan berperilaku positif maka akan memiliki tanggung jawab, etos kerja, disiplin dan kreativitas yang tinggi.

2.4 Mutu Pendidikan 2.4.1 Pengertian Mutu

Pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada. Pendidikan juga berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia. Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi.

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia, pendidikan yang bermutu akan menghasilkan


(43)

sumber daya manusia yang mutu pula. Namun sampai sekarang mutu pendidikan di Indonesia belum mencapai seperti apa yang di harapkan oleh masyarakat berdasarkan Harian kompas (1Mei 2003).

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan mutu sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan mutu sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pemberian pendidikan dan pelatihan bagi guru. Tetapi upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu indikator kekurangan keberhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan n i l a i UN m u r n i siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.

Rendahnya mutu pendidikan selama bertahun-tahun beberapa pendapat menyatakan kurikulum sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994. kemudian diganti kurikulum 1999, timbul lagi kurikulum 1999 edisi 2004. Bahkan pembaharuan kurikulum menjadi kurikulum berbasis kompetensi (competency-based Curriculum).


(44)

Merupakan suatu terobosan terhadap kurikulum konvensional, hingga saat ini kurikulum 2004 direvisi kembali menjadi kurikulum model KTSP

(Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan). Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Menurut Sallis. (1993:280) bahwa konsep pendidikan yang bermutu, menganalogikan bahwa pendidikan adalah jasa yang berupa proses kebudayaan. Pengertian ini berimplikasi pada adanya masukan (input) dan keluaran ( out put). Masukan dapat berupa peserta didik, sarana prasarana serta fasilitas belajar lainnya termasuk lingkungan, sedangkan keluarannya adalah lulusan atau alumni, yang kemudian menjadi ukuran mutu, mengigat produk pendidikan merupakan jasa pelayanan, maka mutu jasa pelayanan pendidikan sangat tergantung sikap pemberi layanan dilapangan serta harapan pemakai jasa pendidikan. Berarti jasa pendidikan tidak berwujud benda (intangible) secara langsung, namun secara kualitatif pelayanan pendidikan dapat dilihat dari soft indicator seperti kepedulian dan perhatian pada harapan dan kepuasan pelanggan jasa pendidikan.

Pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga pengajar peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi dan input-input lain yang diperlukan dalam proses pendidikan. Dan yang paling menentukan adalah kualitas. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil pendidikanyang ditujukan oleh keunggulan akademik dan non akademik disuatu sekolah. Mutu pendidikan berkaitan dengan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan memenuhi standar nasional pendidikan. Untuk jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum


(45)

sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya guru mengajar tidak sesuai dengan bidang ilmunya dan menyampaikan materi yang keliru sehingga guru kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar

bermutu.

Keberhasilan mutu pendidikan dipandang perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merupakan kebutuhan mutlak, terutama dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang demikian pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga keberhasilan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai. Guru merupakan ujung tombak yang melakukan proses pembelajaran disekolah, maka mutu dan jumlah guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang yang sesuai dengan bidang ilmunya.

Menurut deming (1982:176), Abdul Hadis dan Nurhayati (2010) bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Dalam kamus Bahasa Indonesia mutu diartikan sebagai baik buruk sesuatu, kualitas, taraf atau derajat. Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Bahwa mutu mengandung makna derajat( tingkat ) keunggulan suatu produk (hasil kerja) berupa barang maupun jasa baik yang tangible (dapat dipengang) maupun intangible. Mutu pun memiliki pengertian bervariasi.

Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain. Mutu pada dasarnya merupakan suatu konsep kompleks telah menjadi salah satu daya tarik dalam semua teori pendidikan. Pengertian


(46)

tradisional tentang konsep mutu hanya berfokus pada aktivitas inspeksi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat ke tangan pelanggan.

2.4.2 Mutu Pendidikan

Mutu dalam konteks pendidikan dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan yang diselenggarakan di sekolah perlu ditingkatkan. proses pendidikan yang bermutu berbasis sekolah terlibat berbagai infut, seperti : bahan ajar ( kognitif, afektif, psikomotor ), metodologi ( bervariasi sesuai kemampuan guru, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mutlak terutama dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang demikian pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,indonesia dalam hal ini berupaya memperbaiki mutu pendidikan dengan peningkatan kualitas layanan pendidikan yang pada giliran akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Depdiknas (2001:5).

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), yaitu sebagai model desentralisasi dalam bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini sebagai model yang akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan MPMBS, karena selama ini strategi pembangunan pendidikan selama ini bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan


(47)

buku-buku dana alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan dapat menghasilkan output yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.

Menurut Umaedi (1999:7-9) mengungkapkan bahwa konsep MPMBS adalah konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara tiga pihak yang terkait dengan penyelenggaraan persekolahan, yaitu sekolah, masyarakat, dan pemerintah dengan tanggungjawabnya masing-masing. MPMBS ini berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sedangkan kata mutu dalam MPMBS ini memiliki makna mutu proses dan hasil. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan dapat berupa prestasi akademik maupun non-akademik. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya. Kerangka kerja MPMBS sebagaimana meliputi: 1) Sumber daya, 2) Pertanggungjawaban, 3) Kurikulum, 4) Personil sekolah.

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Maka mutu dalam artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based qualityimprovement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah, terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau kognitif dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar, misalnya UN). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-kurikuler)


(48)

dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan peningkatan mutu pendidikan dalam penelitian ini adalah dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia itu sendiri, karena pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang mutu pula. Terutama dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga keberhasilan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai.

2.5Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, antara lain:

2.5.1 Hubungan Antara Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi dengan kompetensi guru sekolah dasar negeri di kecamatan wonogiri (Suripto, 2009). Penelitianya menyimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap (X1) terhadap kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan kompetensi guru (Y).

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi (X3) dengan kompetensi guru (Y).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap (X1) terhadap

Kepemimpinan kepala sekolah (X2) dan motivasi berprestasi (X3) secara bersama-sama dengan kompetensi guru (Y).


(49)

2.5.2 Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen Bpk Penabur Jakarta (Keke T. Aritonang, 2003). Penelitianya menyimpulkan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kompensasi kerja dengan kinerjanya di SMP Kristen Bpk Penabur Jakarta. Kontribusi efektif variabel kompensasi kerja guru (X1) terhadap kinerjanya (Y), Kontribusi efektif variabel disiplin kerja guru (X2) terhadap kinerjanya (Y), dan Kontribusi efektifvariabel kompensasi kerja (X1) dan disiplin kerja guru (X2) secara bersama-sama terhadap kinerjanya (Y) variabel ini yang secara bersama-sama secara nyata memberikan sumbangan yang sangat berarti.

2.6 Kerangka Pikir

2.6.1 Hubungan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru

Kinerja guru dapat diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Kinerja guru merupakan kinerjaatau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas pendidikan .dan guru sebagai pelaku utamanya. Tampa adanya kinerja guru yang berhasil baik maka proses kegiatan belajar mengajar tidak tercapai dengan optimal.

Kinerja guru yang optimal akan tercapai jika mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dalam bekerja.karena adanya motivasi berprestasi ini akan mendorong


(50)

seorang guru untuk meningkatkan kinerja sebagai perwujudan dari kesuksesan dalam pembelajaran.

Menurut A. Anwar prabu Mangkunegara (2001:67) Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Karena kinerja yang baik akan menimbulkan rasa puas pada dirinya, kinerja juga merupakan kebutuhan guru untuk meningkatkan karir, semua ini berkat adanya dorongan baik dari dalam maupun dari luar dengan dorongan ini menimbulkan semangat untuk berkerja keras mengatasi semua jenis permasalahan yang dihadapi dengan harapan mencapai kinerja yang baik. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dalammelaksanakan pekerjaan selalu penuh dengan resikonya. Sebagai guru dalam melaksanakan tugas sebagai abdi negara akan mendapatkan kinerja yang baik secara positif dan penuh rasa tanggung jawab.sehingga dapat dilihat kepada guru yang motivasi berprestasinya tinggi akan lebih baik menjalankan kinerjanya dikinerjanya dibanding dengan yang motivasi berprestasinya rendahBerdasarkan hal tersebut diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru atau semakin tinggi motivasi berprestasi guru maka makin tinggi pula kinerja guru tersebut.


(51)

Sikap adalah salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting, sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang yang dibentuk oleh konsep komponen kognitif, afektif, dan perilaku seorang guru terhadap pekerjaannya dalam hal ini perilaku terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan. Respon dan perilaku seorang guru terhadap pekerjaan dapat diungkapkan dalam bentuk kepercayaan dan kepuasan guru terhadap pekerjaannya maupun dalam bentuk perilaku yang ditampilkan.

Menurut Nawawi (2005 :234 ) yang memberikan pengertian kinerja sebagai hasil pelaksanaan suatu pekerjaan yang memberikan pemahaman bahwa kinerja guru adalah suatu perbuatan atau perilaku seseorang yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diamati oleh orang lain.

Menurut pendapat Mulyasa (2004:136) mendifinisikan kinerja sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Guru ysng memiliki sifat positif terhadap pekerjaan, sudah barang tenru akan menampilkan persepsi dan kepuasan yg baik terhadap pekerjaan yaitu manajemen peningkatan mutu pendidikan maupun motivasi kerja yang tinggi, yang akhirnya akan mencerninkan seorang guru yang mampu bekerja atau kinerja guru menjadi secara profesional. Oleh karena itu maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap kinerja guru.


(52)

Menurut Darmadi Hamid (2011) guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda kedepan dan posisi sentral didalam pelaksaana proses pembelajaran. Sorotan tersebut lebih bermuara pada ketidakmampuan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Dilihat dari sisi lemah dari sistem pendidikan nasioal kita, dengan kurikulum yang pendidikan yang sering berubah, secara langsungatau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri. sehingga perubahan kurikulum dapat mejadi beban psikologi bagi guru. Kinerjaguru sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru. LPTK juga memiliki tanggung jawab yang signifikan dalam meciptakan guru berkulitas, yang pada suatu ketika berdampak kepada pembentukan SDM yang berkualitas. LPTK mempunyai andil besar didalam mempersiapkan guru seperti yang disebut di atas, berkualitas, berwawasan serta membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan berkepribadian.

2.6.4 Hubungan Motivasi Berprestasi, Sikap Guru dan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru

Berdasarkan uraian diatas, yaitu bahwa kinerja guru sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan diduga berpengaruh dengan kinerja guru baik secara sendiri atau secara bersama dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Atau semakin tinggi motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan maka semakin baik pula kinerja gurunya, yang dipengaruhi oleh : (1) Kepemimpinan kepala sekolah, (2) Fasilitas kerja, (3) Harapan-harapan dan


(53)

(4) Kepercayaan personalia sekolah.

Ketergantungan antara variabel terikat terhadap variabel-variabel bebasnya dalam penelitian ini disajikan pada kerangka berfikir dibawah ini.

X

1

Motivasi Berprestasi

X2 Sikap guru

X3

Mutu pendidikan

Gambar 2.1 Model konstelasi motivasi berprestasi ( X1 ), sikap guru (X2)

mutu pendidikan ( X3 ) dengan kinerja guru ( Y )

Keterangan

X1-Y : Hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja guru. X2-Y : Hubungan sikap guru dengan kinerja guru.

X3-Y : Hubungan mutu pendidikan dengan kinerja guru. X1, X2, X3 –Y : Hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru.

X1,X2,X3-Y

Y Kinerja guru X1-Y

X2-Y


(54)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir yang telah ditetapkan , maka dirumuskan hipitesis sebagai berikut :

2.7.1 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru MAN 1 Model Bandar Lampung.

2.7.2 Terdapat hubungan positifdan signifikan antara sikap guru terhadap kinerja guru MAN 1 Model Bandar Lampung.

2.7.3 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara mutu pendidikan terhadap kinerja guru MAN 1 Model Bandar Lampung.

2.7.4 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi, sikap guru, mutu pendidikan terhadap kinerja guru MAN 1 Model Bandar Lampung.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010:13) data penelitian pada pendekatan kuantitatif berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti bermaksud untuk menghilangkan subjektifitas dalam penelitian.

Bentuk penelitian adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran fenomena yang diamati dengan lebih mendetail, misalnya disertai data numerik, karakteristik dan pola hubungan antar variabel.

Menurut Sugiyono (2010;115). Dalam hal ini penelitian akan dilaksanakan digunakan prosedur deskriptif inferensial dengan membedakan variabel kedalam variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi. Dimana untuk variabel bebas adalah motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan, sedangkan variabel terikat adalah kinerja guru.


(56)

Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, peneliti menggambarkan fakta sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yakni yang ada di MAN 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.Untuk Seterusnya fakta berikut diolah

dan dianalisis untuk melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat kemudian menggunakan korelasi dan regresi. Data yang didapat akan digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari populasi berdasarkan variabel yang sudah ditentukan.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.

Menurut Sugiyono (2010;117). Populasi dalam penelitian ini adalah guru - guru MAN 1 Model Bandar Lampung. Semuanya berjumlah 87 orang, dari populasi tersebut akan diambil 72 orang sebagai sampel penelitian. Jumlah tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus: Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) pada taraf signifikan 5 %.

N

n=_________________ Nd2 + 1

Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Taraf signifikansi


(1)

signifikan. Mengandung arti bahwa semakin baik mutu pendidikan seorang guru, maka semakin baik pula kinerjanya.

5.1.4 Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi

Berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan secara bersama-sama dengan kinerja guru dengan kadar kekuatan hubungan yang sangat signifikan. Mengandungarti bahwa semakin baik motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan seorang guru, maka semakin baik pula kinerjanya. sumbangan yang paling besar terhadap kinerja guru adalah variabel motivasi berprestasi.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian ini mempunyai implikasi terhadap berbagai pihak adalah : 5.2.1 Bertambahnya pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja guru.

5.2.2 Perlu dilakukan penelitian lagi yang serupa dengan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja guru untuk mengetahui faktor lain dan dapat mempengaruhi kinerja guru.

5.2.3 Perlu dilakukan peningkatan tentang motivasi berprestasi, sikap guru, dan mutu pendidikan, untuk meningkatkan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian seperti diuraikan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut :


(2)

5.3.1 Saran untuk Guru

Kepada guru agar dapat menumbuhkan motivasi berprestasi yang tinggi dan meningkatkan serta menciptakan sikap guru dan peningkatan mutu pendidikan yang baik pula. Kesadaran menumbuhkan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan tidak saja dipengaruhi oleh faktor luar saja, tetapi yang lebih penting adalah yang berasal dari diri sendiri (motivasi intrinsik) yakni upaya peningkatan kinerja dan profesinya.

5.3.2 Saran untuk Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya melakukan supervisi secara teratur dan berkala menggunakan pendekatan kekeluargaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul salah persepsi antara guru dan kepala sekolah sehingga menimbulkan jarak antara kepala sekolah dengan guru. Pada akhirnya guru memiliki sikap yang positif terhadap kepala sekolah.

5.3.3 Saran untuk Pengawas Sekolah

5.3.3.1 Memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada kegiatan profesi seperti MGMP dan MKKS, sehingga secara intensif kepala sekolah dan guru dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan.

5.3.3.2 Analisis dan pemetaan kebutuhan sekolah dalam kebijakannya dan memberikan dukungan yang baik dengan memberikan perhatian baik moral maupun material.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abi Sujak. 1990. Kepemimpinan Manager (Eksistensi dalam perilaku Organisasi). Jakarta : PT. Gramedia.

Abdul Hadis dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Achmadi, U.F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : UI Press. Achmad, Ruky. 2001. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

AA Anwar Prabu Mangkunegara. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Aritonang, Keke T. 2005. Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK PENABUR. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

Basri, A. F. M, dan Rivai, V. 2005. Performance Appraisal. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

B . Uno, Hamzah. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : PT Bumi Aksara

Dayakisni dan hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang : UMM Press. Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta. Penerbit : EDC.

Darmadi, Hamid. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Davis, Keith dan John W. Newstrom,1985. Perilaku Dalam Organisasi, Jilid I, Edisi 7, Erlangga, Jakarta.


(4)

Dedi Supriyadi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa

Deming, WE. 1982. Out of The Crisis. Cambridge.: Massachussetts Institute of Technology.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Indonesia, jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas . 2000. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdikbud.

Djiwandono, sri esti wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo. Edwar Sallis. 2006. Total Quality Management in Education ( alih Bahasa Ahmad

Ali Riyadi ). Yogyakarta : IRCiSoD. Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hasibuan, H. Malayu SP. 1996. Organisai dan Motivasi & Dasar-Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta : Bumi Aksara.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasibuan, H. Malayu. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Handoko, T. Hani, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara

Harian Kompas. 1 Mei 2003.

Intanghina. 2008. Pengaruh Budaya Perusahaan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. http//intanghina . wordpress.com.

Lembaga Administrasi Negara RI. 1992. Info Pan No. 3 Tahun 1. Jakarta : Gramedia.

Marwisni, Hasan (2006). Menyatakan bahwa orang yang Mempunyai ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi. Jakarta.

Martimis, Yamin. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta.


(5)

Masyhuri dan M. Zainuddin. 2009. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung : PT. Refika Aditama.

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan Implementasi/ RSD. Remaja Rosda Karya.

Purwanto. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yokyakarta. : Pustaka Pelajar. Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Rivai, V dan Sylviana Murni. 2009. Education Management : Analisis Teori dan Praktik. Ed. 1, Jakarta : Rajawali Pers.

Sallis, E. 1993. Total Quality Management in Education London : Kogam Rage Educational Series.

Simamora, Henry. 1999. Manajemen sumber daya manusia, edisi ke dua. Jakarta : STIE YKPN.

Suma’mur. 1989. Keselamatan kerja dan pencengahan kecelakaan. Jakarta:CV.

Haji Mas. Agung.

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan ke tujuh. Bandung : CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suripto. 2009. Hubungan antara Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi dengan kompetensi guru sekolah dasar negeri di kecamatan wonogiri.

Suryadi, Ace dan Mulyana, Wiana. 1993. Kerangka konseptual mutu Pendidikan dan Pembinaan KemampuanProfesional Guru. Jakarta : Cardimas Metropole.

Thoha, Miftah. 2007. Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Gramedia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Jakarta : CV Medya Duta Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. http://www.Depdiknas.Go.Id/Go.phpA=1&To=F280 Diakses Pada tanggal 25 Maret 2007.


(6)

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Sebuah Pendekatan Baru Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jakarta.

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogyakarta : PT. Bumi Aksara.

Usman, Husaini. 2009. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosdakarya. Winardi. 2001. Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Walgito, B. (2001). Psikologi Umum, Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Galia Indonesia. Wibowo. 2009. Manajemen kinerja, Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja. Jakarta : Erlangga.

Yamin, martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada press Jakarta.


Dokumen yang terkait

ABSTRACT RELATIONSHIP ACHIEVEMENT MOTIVATION, ACADEMIC SUPERVISION, MASTERY OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY WITH TEACHERS’ JOB SATISFACTION OF SMK NEGERI OF RSBI IN BANDAR LAMPUNG

0 16 157

EFFECT OF LEADERSHIP AND MOTIVATION ON THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES AT VISTA GRAIN BANDAR lAMPUNG

0 5 20

THE RELATIONSHIP OF PRINCIPAL MANAGERIAL COMPETENCE, ACHIEVING MOTIVATION AND TEACHERS PERFORMANCE IN SD GUGUS IV KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU DI SD GUGUS IV KEMI

0 10 73

The Development of Teachers` Performance Through Competencies, Commitment and Work Motivation

0 3 15

THE RELATIONSHIP OF STUDENTS MOTIVATION, TEACHERS ATTITUDE AND READING SKILLS OF ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE.

0 1 22

THE INFLUENCE OF THE INTERPERSONAL COMMUNICATION, WORK MOTIVATION, AND COMPENSATION OF TEACHERS The Influence of the Interpersonal Communication, Work Motivation, and Compensation of Teachers Toward the Performance of Elementary School Teachers in Magela

0 1 10

INTRODUCTION The Influence of the Interpersonal Communication, Work Motivation, and Compensation of Teachers Toward the Performance of Elementary School Teachers in Magelang City.

0 1 5

THE INFLUENCE OF SCHOOL CULTURE, COMPENSATION AND INTERNAL MOTIVATION ON PERFORMANCE OF TEACHERS OF HIGH SCHOOL IN THE DISTRIC MADAPANGGA OF KABUPATEN BIMA

0 0 17

MTs ENGLISH TEACHERS' PERSPECTIVES ON THE INFLUENCE OF LESSON STUDY TO THEIR ACHIEVEMENT MOTIVATION AND TEACHING PERFORMANCE

0 0 15

Influence of Motivation and Quality of Work Life on The Performance of Employees

0 0 7