PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L) Merill)

(1)

Nani Pahini

ABSTRAK

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR

PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L) Merill)

Oleh

NIVOLIYA FEBRIANA

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan air tiga varietas kedelai (Glycine max. [L] Merr.). Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah kaca, laboratorium terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan Faktorial dalam Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dengan ulangan sebanyak 3 kali. Faktor yang pertama yaitu defisit evapotranspirasi (E) terdiri dari E1 (1,0), E2 (0,8), E3 (0,6) dan E4 (0,4). Faktor yang kedua yaitu varietas (V) yang terdiri dari Tanggamus (V1), Kaba (V2) dan Willis (V3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan defisit evapotranspirasi dan varietas berbeda sangat nyata sedangkan interaksinya tidak berbeda nyata pada semua komponen pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan air. Produksi tertinggi berada pada varietas Willis dan Kaba yaitu 12,33 g/pot. Nilai efisiensi penggunaan air yang paling tinggi adalah varietas Willis. Faktor nilai Ky menunjukkan Ky<1 hal ini berarti bahwa tanaman dengan perlakuan defisit evapotranspirasi tahan terhadap kekeringan dan nilai Ky<1 yang terkecil berada pada varietas Willis (V3) pada E1 (1,0) yaitu 0,405. Koefisen stress (Ks) tanaman kedelai varietas Tanggamus, Kaba, dan Willis adalah 0,8.


(2)

Nani Pahini

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DEFICIT EVAPOTRANSPIRATION TOWARD PLANTS GROWTH AND WATER USE EFFICIENCY OF THREE

SOYBEAN VARIETIES (Glycine max (L.) Merril)

By

NIVOLIYA FEBRIANA

The objective of this research is to find out the influence of evapotranspiration deficit toward plants growth and water use efficiency of three soybean varieties (Glycine max. (L) Merr.). This research was conducted in the greenhouse, integrated laboratory of Agriculture Faculty, Lampung University on November, 2013 to January, 2014. This research used a Rancangan Acak Lengkap (RAL) consisting of two treatment factors with three times repetition. The fisrt factor was evapotranspiration deficit (E) consisting of E1 (1.0), E2 (0.8), and E3 (0.6), and E4 (0.4). The second factor was variety (V) consisting of Tanggamus (V1), Kaba (V2), and Willis (V3). The result of research showed that evapotranspiration deficit and variety was significantly different whereas the interaction was not significantly different at all growth components, production and water use efficiency . The highest result production was Wiliis (V3) and Kaba (V2) on E1 (1.0) 12.33 gr/pot. The highest value of water use efficiency was Willis (V3). Value factor of Ky showed that Ky<1, it can be concluded that the plants using evapotranspiration deficit treatment was able to survive from drought and the smallest value Ky<1 was Willis variety (V3) on E1 (1.0) was 0.405. Koefisen stress (Ks) variety of Tanggamus, Kaba, dan Willis are 0,8.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumber Jaya pada tanggal 16 Februari 1993. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Miswandi dan Ibu Suryati. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di TK YAPSI Sukapura dan diselesaikan pada tahun 1997. Penulis menyelesaikan pendidikan selanjutnya di SD Negeri 02 Fajar Bulan pada tahun 2004, SMP Negeri 01 Way Tenong pada tahun 2007, dan SMA Negeri 01 Way Tenong pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian di Universitas Lampung melalui jalur Ujian SNMPTN.

Pada tahun 2013, penulis terpilih sebagai 10 besar Mahasiswa Berprestasi Fakultas Pertanian dan mendapat penghargaan Academic Award sebagai

Mahasiswa Muslim Berprestasi dari BIROHMAH. Pada tahun yang sama, penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) di PT. Parung Bogor. Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Pasar, Kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat.

Penulis aktif di beberapa organisasi kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian (PERMATEP) FP Unila periode 2011/2012 sebagai Anggota Departemen, Bina Rohani Islam Mahasiswa (BIROHMAH) Unila 2011/2012


(8)

sebagai Anggota Biro Danus, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila periode 2011/2012 sebagai staff ahli Urusan Pemberdayaan Wanita, Forum Studi Islam (FOSI) FP Unila periode 2011/2012 sebagai Wakil Ketua Biro BBQ, Forum Studi Islam (FOSI) FP Unila periode 2012/2013 sebagai Wakil Ketua Umum, Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) Unila periode 2013/2014 sebagai Asisten Mentri Luar Negri, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila periode 2013/2014 sebagai Asisten Mentri Kesejahteraan Masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila periode 2014/2015 sebagai Mentri Pemberdayaan Wanita.


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda kasih sayang, cinta, dan terima kasih penulis kepada:

1. Papa dan Mama tercinta yang senantiasa menyebut nama penulis dalam setiap untaian doa, yang telah mendidik dan membimbing penulis, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan keberkahan pada keduanya dan keluarganya, serta kesempatan kepada penulis untuk selalu memberikan yang terbaik dan membahagiakan keduanya.

2. Adik-adik tersayang, Aldo Fatmara dan Muhammad Reyshandi yang senantiasa menginspirasi.

3. Keluarga besar penulis, serta sahabat terkasih yang senantiasa membersamai dan menginspirasi penulis.

4. Keluarga besar Teknik Pertanian


(10)

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (QS. Al-Insyiraah: 6-8 )

Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri

(HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Siapapun yang tidak mencintai ilmu, maka tidak ada kebaikan dalam dirinya, maka jangan sampai kita menjadi kenalan atau temannya

(Imam Asy-Syafie)

Kekhawatiran tidak menjadikan bahaya membesar, hanya dirimu yang mengerdil. Tenanglah semata karena Allah bersamamu, maka tugasmu hanya

berikhtiar dan di sanalah pahala syurga menantimu (Salim A. Fillah)

Man Jadda wa jada (Nivoliya Febriana)


(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam.

Ungkapan syukur atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Penggunaan Air Pada Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merill)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan FP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian. 3. Bapak Ahmad Tusi, S.TP., M.Si, selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing II yang telah memberikan inspirasi, bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustomi Rosadi., M.S., selaku Pembimbing I atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan inspirasi.


(12)

5. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., selaku pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan dan saran untuk perbaikan skripsi. 6. Seluruh Dosen Teknik Pertanian yang telah berjasa memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis.

7. Dosen Pengampu Mata Kuliah Pertanian dan Mata Kuliah Umum yang juga telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak dan Ibu, serta Adik-adik teristimewa yang tak akan pernah tergantikan kehangatannya dikeluarga sederhana yang penuh cinta.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua, Aamiin.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis


(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai ... 5

B. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill)... 7

C. Hubungan Tanaman dan Air ... 10

D. Konsep Air Tersedia ... 11

E. Waktu Pemberian Air Irigasi ... 13

F. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 17

B. Bahan dan Alat ... 17


(14)

ii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Tinggi Tanaman ... 20

2. Jumlah Daun ... 30

3. Indeks Luas Daun ... 39

4. Jumlah Bunga ... 49

5. Jumlah Polong ... 56

6. Produksi ... 63

7. Jumlah Air Irigasi ... 64

8. Efisiensi Penggunaan Air ... 65

9. Respon Terhadap Hasil (Ky) ... 66

B. PEMBAHASAN 1. Fase Vegetatif ... 69

2. Fase Generatif ... 71

3. Produksi ... 73

4. Efisiensi Penggunaan Air ... 74

5. Tanggapan Hasil ... 75

V. SIMPULANDAN SARAN A. Simpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi varietas unggul yang digunakan dalam penelitian ... 9 2. Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (cm)

minggu ke-1 ... 21 3. Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (cm)

minggu ke-2 ... 23 4. Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (cm)

minggu ke-3 ... 24 5. Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (cm)

minggu ke-4 ... 25 6. Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (cm)

minggu ke-5 ... 27 7. Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (cm)

minggu ke-6 ... 28 8. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

minggu ke-2 ... 31 9. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

minggu ke-3 ... 33 10.Pengaruh Defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

minggu ke-4 ... 34 11.Pengaruh Defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

minggu ke-5 ... 35 12.Pengaruh Defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai


(16)

iv 13.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai minggu ke-1 ... 40 14.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai minggu ke-2 ... 41 15.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai minggu ke-3 ... 42 16.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai minggu ke-4 ... 44 17.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai minggu ke-5 ... 46 18.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai minggu ke-6 ... 46 19.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga (JB) tanaman

kedelai minggu ke-6 ... 50 20.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga (JB) tanaman

kedelai minggu ke-7 ... 51 21.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga (JB) tanaman

kedelai minggu ke-8 ... 52 22.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga (JB) tanaman

kedelai minggu ke-9 ... 53 23.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong (JP) tanaman

kedelai minggu ke-7 ... 57 24.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong (JP) tanaman

kedelai minggu ke-8 ... 58 25.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong (JP) tanaman

kedelai minggu ke-9 ... 60 26.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong (JP) tanaman

kedelai minggu ke-10 ... 61 27.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap produksi tanaman kedelai

(g/pot) ... 64 28.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap efisiensi penggunaan air


(17)

v 29.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap hasil tanaman kedelai (Ky) ... 67 30.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai

minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-6 ... 70 31.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-6 ... 70 32.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-6 ... 71 33.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman

kedelai minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-9 ... 72 34.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman

kedelai minggu ke-7 sampai dengan minggu ke-10 ... 73 35.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap Produksi tanaman kedelai ... 74 36.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap efisiensi penggunaan air ... 74 37.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (TT)

(cm) minggu ke-1 ... 81 38.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap tinggi tanaman kedelai (TT) (cm) minggu ke-1 ... 82 39.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (TT)

(cm) minggu ke-2 ... 83 40.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap tinggi tanaman kedelai (TT) (cm) minggu ke-2 ... 84 41.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (TT)

(cm) minggu ke-3 ... 85 42.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap tinggi tanaman kedelai (TT) (cm) minggu ke-3 ... 86 43.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (TT)

(cm) minggu ke-4 ... 87 44.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap tinggi tanaman kedelai (TT) (cm) minggu ke-4 ... 88 45.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (TT)


(18)

vi 46.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap tinggi tanaman kedelai (TT) (cm) minggu ke-5 ... 90 47.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap tinggi tanaman kedelai (TT)

(cm) minggu ke-6 ... 91 48.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap tinggi tanaman kedelai (TT) (cm) minggu ke-6 ... 92 49.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

(JD) (helai) minggu ke-2 ... 93 50.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah daun tanaman kedelai (JD) (helai) minggu ke-2 ... 94 51.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

(JD) (helai) minggu ke-3 ... 95 52.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah daun tanaman kedelai (JD) (helai) minggu ke-3 ... 96 53.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

(JD) (helai) minggu ke-4 ... 97 54.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah daun tanaman kedelai (JD) (helai) minggu ke-4 ... 98 55.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

(JD) (helai) minggu ke-5 ... 99 56.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah daun tanaman kedelai (JD) (helai) minggu ke-5 ... 100 57.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah daun tanaman kedelai

(JD) (helai) minggu ke-6 ... 101 58.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah daun tanaman kedelai (JD) (helai) minggu ke-6 ... 102 59.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai (ILD) (cm2) minggu ke-1 ... 103 60.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap Luas daun tanaman kedelai (LD) (cm2) minggu ke-1 ... 104 61.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman


(19)

vii 62.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap Luas daun tanaman kedelai (LD) (cm2) minggu ke-2 ... 106 63.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai (ILD) (cm2) minggu ke-3 ... 107 64.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap Luas daun tanaman kedelai (LD) (cm2) minggu ke-3 ... 108 65.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai (ILD) (cm2) minggu ke-4 ... 109 66.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap indeks Luas daun tanaman kedelai (ILD) (cm2) minggu ke-4 .... 110 67.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai (ILD) (cm2) minggu ke-5 ... 111 68.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap Luas daun tanaman kedelai (LD) (cm2) minggu ke-5 ... 112 69.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap indeks luas daun tanaman

kedelai (ILD) (cm2) minggu ke-6 ... 113 70.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap Luas daun tanaman kedelai (LD) (cm2) minggu ke-6 ... 114 71.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman

kedelai (JB) (kuntum) minggu ke-6 ... 115 72.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah bunga tanaman kedelai (JB) (kuntum) minggu ke-6 ... 116 73.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman

kedelai (JB) (kuntum) minggu ke-7 ... 117 74.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah bunga tanaman kedelai (JB) (kuntum) minggu ke-7 ... 118 75.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman

kedelai (JB) (kuntum) minggu ke-8 ... 119 76.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah bunga tanaman kedelai (JB) (kuntum) minggu ke-8 ... 120 77.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah bunga tanaman


(20)

viii 78.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah bunga tanaman kedelai (JB) (kuntum) minggu ke-9 ... 122 79.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman

kedelai (JP) (buah) minggu ke-7 ... 123 80.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah polong tanaman kedelai (JP) (buah) minggu ke-7 ... 124 81.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman

kedelai (JP) (buah) minggu ke-8 ... 125 82.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah polong tanaman kedelai (JP) (buah) minggu ke-8 ... 126 83.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman

kedelai (JP) (buah) minggu ke-9 ... 127 84.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah polong tanaman kedelai (JP) (buah) minggu ke-9 ... 128 85.Pengaruh defisit Evapotranspirasi terhadap jumlah polong tanaman

kedelai (JP) (buah) minggu ke-10 ... 129 86.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap jumlah polong tanaman kedelai (JP) (buah) minggu ke-10 ... 130 87.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap produksi tanaman kedelai

(gram/pot) ... 131 88.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap produksi tanaman kedelai ... 132 89.Pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap efisiensi penggunaan air

tanaman kedelai (g/L) ... 133 90.Hasil Analisis sidik ragam (uji F) pengaruh varietas dan evapotranspirasi

terhadap efisiensi penggunaan air ... 134 91.Total air irigasi mingguan ... 135


(21)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata tinggi

tanaman kedelai (cm) varietas Tanggamus (V1) ... 29

2. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata tinggi

tanaman kedelai (cm) varietas Kaba (V2)... 29 3. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata tinggi

tanaman kedelai (cm) varietas Willis (V3) ... 30 4. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah

daun (helai) tanaman kedelai varietas Tanggamus (V1) ... 37

5. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah

daun (helai) tanaman kedelai varietas Kaba (V2) ... 38 6. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumah

daun (helai) tanaman kedelai varietas Willis (V3) ... 38 7. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata indeks

luas daun tanaman kedelai (cm2) varietas Tanggamus (V1) ... 47

8. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata luas

daun tanaman kedelai (cm2) varietas Kaba (V2) ... 48 9. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata luas

daun tanaman kedelai (cm2) varietas Willis (V3) ... 48 10. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah

bunga (kuntum) varietas Tanggamus (V1) ... 54

11. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah

bunga (kuntum) varietas Kaba (V2) ... 55 12. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah


(22)

x 13. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah

polong (butir) varietas Tanggamus (V1) ... 62

14. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah

polong (butir) varietas Kaba (V2) ... 62 15. Grafik pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap rata-rata jumlah

polong (butir) varietas Willis (V3) ... 63 16. Grafik total air irigasi (mL/pot) pada tiga varieta kedelai ... 65 17. Grafik respon tanaman terhadap hasil (Ky) ... 68

Lampiran

18. Tanaman Minggu ke-3 (21 HST) ... 141

19. Tanaman Minggu ke-6 (42 HST) ... 141 20. Tanaman Minggu ke-8 (56 HST) ... 141 21. Tanaman Minggu ke-10 (70 HST) ... 142 22. Pengovenan Tanaman ... 142 23. Produksi Tanaman ... 142


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Salah satu komoditas pertanian di Indonesia yang sangat

penting peranannya sebagai bahan pokok adalah kedelai. Menurut Adisarwanto (2008) Peranan kedelai yang sangat penting ditunjukan oleh tingginya gejolak yang timbul akibat kenaikan harga kedelai yang cukup tinggi.

Kedelai banyak digunakan sebagai bahan baku makanan karena kandungan gizi yang tinggi. Kebutuhan kedelai setiap tahun mengalami peningkatan. Akan tetapi produksi kedelai di Indonesia masih berfluktuatif. Menurut BPS (2012) Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 851,29 ribu ton, jika dibandingkan dengan tahun 2010 produksi kedelai mengalami penurunan sebanyak 55,74 ribu ton (6,15 persen), dan pada tahun 2012 produksi kedelai mengalami peningkatan 0,04 persen dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan adanya peningkatan produktivitas meskipun terjadi penurunan luas panen. Peningkatanjumlah produksi tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsi kedelai sehingga pemerintah masih harus mengimpor kedelai dalam jumlah yang cukup tinggi yaitu 63% dari kebutuhan konsumsi. Oleh karena itu,


(24)

2

untuk mencapai swasembada kedelai harus dilakukan upaya-upaya peningkatan produksi kedelai.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai dapat dilakukan dengan cara perluasan lahan melalui pemanfaatan lahan (tanah) marginal. Salah satu jenis lahan marginal adalah podzolik merah kuning atau dikenal dengan ultisol yang tersebar cukup luas yaitu 45.8 juta ha atau sekitar 24.3% dari total daratan Indonesia (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Proses perluasan lahan pertanian tidak dapat dipisahkan dari ketersedian air untuk irigasi karena menurut Fagi dan Tangkuman (1985) salah satu penyebab kemerosotan luas tanam dan panen kedelai adalah ketersedian air yang tidak terjamin. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang tepat untuk

menanggulangi masalah ketersedia air. Salah satu nya dengan mengaplikasikan sistem irigasi defisit.

Menurut Mapegau (2006) pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan dan hasil tanamn kedelai tergantung pada kultivar. Selain itu, jenis tanah juga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Nurhayati, 2009).

Menurut Rosadi (2005) kedelai sensitif terhadap cekaman air terutama pada waktu pembungaan dan awal pengisian polong. Kedelai yang ditanaman pada tanah podzolik merah kuning atau ultisol mengalami stres pada kondisi defisit air tersedia 20-40%, dan produktivitasnya 2,3 kali lebih banyak dari tanah latosol (Rosadi, dkk, 2007).


(25)

3

Berdasarkan hal diatas, maka yang menjadi pokok pembahasan adalah pengaruh dari evapotranspirasi defisit terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan air tiga varietas kedelai pada tanah podzolik merah kuning.

B.Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan air pada tiga varietas tanaman

kedelai(Glycine max (L.) Merill) yang ditanam pada tanah Podzolik merah

kuning

C.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh Evapotranspirasi defisit yang paling optimal dan penggunaan air yang paling efisien untuk tanaman kedelai yang ditanam pada tanah podzolik merah kuning, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam budidaya tanaman kedelai di lahan kering


(26)

4

D.Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Defisit evapotranspirasi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

kedelai (Glycine max (L.) Merill)

2. Terdapat satu perlakuan defisit evapotranspirasi yang hasilnya optimal pada


(27)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedelai

1. Botani Kedelai

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine

soja dan Soja max. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani kdelai

yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill.

Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merill


(28)

6

2. Akar

Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang yang tumbuh mencapai 2 meter atau lebih pada kondisi optimal, tetapi pada umumnya akar tunggang hanya tumbuh 30-50 cm (Adisarwanto, 2007).

Pada akar tanamann kedelai terdapat bintil akar yang terbentuk karena adanya

interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japonicum) dengan

akar tanaman kedelai yang sangat berperan dalam proses fiksasi N2

(Adisarwanto, 2008).

3. Batang

Pada tanaman kedelai dikenal dua tipe pertumbuhan batang, yaitu determinit dan indeterminit. Jumlah buku pada batang akan bertambah sesuai

pertambahan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku berkisar antara 15-20 buku dengan jarak antarbuku berkisar antar 2-9 cm. Pada

umumnya batang pada tanaman kedelai berjumlah antara 1-5 cabang (Adisarwanto, 2008).

4. Daun

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves). Bentuk daun kedelai


(29)

7

5. Bunga

Bunga kedelai ada yang berwarna ungu dan putih. Bunga pada tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh pada ketiak daun, yakni setelah buku kedua, tetapi terkadang bunga dapat pula terbentuk pada cabang tanaman yang mempunyai daun. Dalam satu kelompok bunga, pada ketiak daunnya akan berisi 1-7 bunga, tergantung dari varietas kedelai (Adisarwanto, 2008).

6. Polong

Polong kedelai biasanya berisi1-4 biji. Jumlah polong per tanaman tergantung pada varietas kedelai, kesuburan tanah, dan jarak tanam yang digunakan. (Rukhmana dan Yuniarsih, 1996).

B. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) 1. Iklim

Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis. Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas, dengan curah hujan 100-400

mm3/bulan pada ketinggian kurang dari 400 m di atas permukaan air laut

(Taufiq dan Indarto, 2004).

Suhu optimal pada proses perkecambahan yaitu 30⁰C dan suhu lingkungan

yang optimal untuk pembentukan bunga yaitu 24-25⁰ C (Adisarwanto, 2007).

Tanaman jagung dapat dijadikan barometer untuk menentukan iklim yang tepat untuk tanaman kedelai (Taufiq dan Indarto, 2004).


(30)

8

2. Tanah

Pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang dengan air karena dapat membuat akar menjadi busuk. Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8-7, namun pada tanah dengan pH 4,5 kedelai masih dapat tumbuh dengan baik (Taufiq dan Indarto, 2004).

3. Varietas

Varietas unggul kedelai mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan varietas lokal. Kriteria varietas unggul yaitu, berproduksi tinggi, berumur genjah, tahan (resistensi) terhadap penyakit yang berbahaya misalnya karat daun atau virus, dan mempunyai daya adaptasi luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuh. misalnya varietas Wilis dan Dempo dapat tumbuh di tanah yang asam (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Hasil penelitian Kriswantoro, dkk. (2012),mengenai uji adaptasi varietas kedelai di lahan kering membuktikan bahwa setiap varietas memiliki respon yang berbeda terhadap lingkungan sehingga pertumbuhan dan hasil yang diperoleh juga berbeda. Varietas Wilis, Slamet, dan Tanggamus memiliki daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan varietas Anjasmoro. Varietas Wilis, Slamet, dan Tanggamus dapat dikembangkan dengan baik di lahan kering untuk diversisifikasi pangan khususnya kedelai mendampingi varietas

Anjasmoro yang saat ini lebih banyak dikembangkan. Produksi per hektar yang diperoleh oleh varietas Wilis (2.29 ton), Slamet (2.24 ton), Tanggamus (1.99 ton) dan Anjasmoro (1.66 ton). Hasil di atas menunjukkan bahwa varietas kedelai Wilis, Slamet dan Tanggamus berpotensi untuk dikembangkan karena


(31)

9

mampu beradaptasi di lahan kering dengan produksi yang tinggi. Adapun deskripsi varietas unggul yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel1. Deskripsi varietas unggul yang digunakan dalam penelitian B. Keterangan Varietas Kaba Varietas

Tanggamus

Varietas Wilis

Tahun dilepas 22 Oktober 2001 22 Oktober 2001 21 Juli 1983

Hasil rata-rata 2,13 ton/ha 1,22 ton/ha 1,6 ton/ha

Asal Silang ganda 16 Hibrida Seleksi

keturunan

Warna hipokitil Ungu Ungu Ungu

Warna epikotil Hijau Hijau Hijau

Warna Bunga Ungu Ungu Ungu

Warna kulit Kuning Kuning Kuning

Warna polong Coklat Coklat Coklat tua

Warna hilum Coklat Coklat tua Coklat tua

Bentuk biji Lonjong Oval Oval pipih

Tipe tumbuh Determinit Determinit Determinit

Umur berbunga 35 hari 35 hari ± 39 hari

Umur panen 85 hari 88 hari 85–90 hari

Tinggi tanaman 64 cm 67 cm ± 50 cm

Bobot 100 biji 10,37 g 11,0 g ± 10 g

Ukuran biji Sedang Sedang

Kandungan protein 44,0% 44,5% 37,0%

Kandungan lemak 8,0% 12,9% 18,0%

Pengusul Muchlish A, dkk Muchlish Adie, dkk Sumarno, dkk.


(32)

10

D. Hubungan Tanaman dan Air

Air merupakan kebutuhan penting bagi pertumbuhan tanaman. Berbagai cara pemberian air irigasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman secara optimal sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Air yang dibutuhkan oleh tanaman, ketersediaan air untuk irigasi dan kapasitas tanah untuk menyimpan air merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu dan jumlah pemberian air irigasi (Hansen, dkk, 1986).

Kebutuhan air tanaman adalah air yang digunakan oleh tanaman untuk memenuhi evapotranspirasi dan proses metabolisme. Kebutuhan air untuk tanaman adalah jumlah total evpotranspirasi dari awal sampai akhir

pertumbuhan. Kebutuhan air ini antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah dan umur tanaman, radiasi surya dan curah hujan (Islami dan Utomo, 1995).

Jumlah air dalam tanah yang dapat digunakan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan air memiliki batas-batas tertentu. Air tanah yang berada antara kapasitas lapang dan titik layu permanen merupakan air yang dapat digunakan oleh tanaman. Sehingga disebut air tersedia (Available Water) (Islami dan Utomo, 1995).

Menurut Hillel (1996) kapasitas lapang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : tekstur tanah, tipe liat yang ada, kandungan bahan organik, kedalaman

pembasahan dan kadar air sebelumnya, adanya lapisan penahan pada profil, dan evapotranspirasi.


(33)

11

E. Konsep Air Tersedia

Air tanah tersedia setara dengan kisaran kadar air tanah yang diketahui, dari batas atas (kapasitas lapang) sampai batas bawah (titik layu permanen), keduanya merupakan ciri dan bersifat tetap untuk suatu tanah tertentu (Veihmeyer dan Hendrickson, 1955 dalam Hillel, 1996).

Air di dalam tanah berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Semua ruang pori tanah terisi oleh air jika tanah dalam keadaan jenuh air. Jumlah air yang disimpan didalam tanah pada saat kondisi seperti ini juga merupakan jumlah air maksimum yang disebut kapasitas penyimpan air maksimum. Selanjutnya, tanah dikatakan tidak jenuh jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian terisi air (Islami dan Utomo, 1995).

Suhardi (1986) menyatakan kandungan air yang mudah dihisap oleh tanaman berkisar antara 50% - 66% dari kapasitas tersedia. Artinya bahwa tanah yang berdaya tahan 30 gram per 100 gram tanah kering dan berkapasitas tersedia adalah 15 gram hanya 8-10 gram dapat dihisap dengan mudah. Kapasitas lapang (field capacity) adalah keadaan air dalam tanah sesudah air gravitasi turun sama sekali. Titik layu permanen adalah keadaan air di dalam tanah pada saat tanaman menjadi layu permanen.

Bagian dari air tanah tersedia pada saat evapotranspirasi aktual (ETa) sama dengan evapotranspirasi maksimal (ETm) atau pada saat tanamn belum

mengalami cekaman air (water stress) disebut sebagai fraksi penipisan air tanah tersedia (p) (Rosadi, 2012). ETm dalam pembahasan ini sama dengan ETc.


(34)

12

Proses kehilangan air atau yang lebih dikenal dengan evaporasi dapat terjadi dari tanaman, permukaan tanah dan permukaan air bebas. Evaporasi adalah suatu proses bisa menyebabkan kehilangan air yang cukup besar pada daerah pertanian beririgasi atau tidak beririgasi (Hillel, 1996).

Evapotranspirasi merupakan kehilangan air melalui proses penguapan dari tumbuh-tumbuhan yang banyaknya berbeda-beda tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuhan (Kartasapoetra dan Mulyani, 1994).

Jumlah evapotranspirasi tanaman selama satu periode pertumbuhan tanaman dalam kondisi air tanah dapat memenuhi permintaan evpotranspirasi maka diperoleh kebutuhan air tanaman (crop water requirement) yang disebut juga dengan evapotranspirasi maksimum (ETm). Evapotranspirasi aktual (ETa) dikenal juga sebagai evapotranspirasi tanaman (ETc). (Islami dan Utomo, 1995).

Nilai ETc dapat diprediksi dengan persamaan:

ETc = ETo x Kc ...(1)

Koefisien pertumbuhan tanaman (Kc) didefinisikan sebagai perbandingan

antara besarnya evapotranspirasi potensial dengan evaporasi acuan tanaman pada kondisi pertumbuhan tanaman yang tidak terganggu. Dalam hubungannya

dengan pertumbuhan dan perhitungan evapotranspirasi acuan tanaman (ETo),

maka dimasukkan nilai Kc yang nilainya tergantung pada musim, serta tingkat pertumbuhan tanaman (Allen, et al., 1998).


(35)

13

Koefisien pertumbuhan tanaman (kc) menurut Dorenbos dan Pruiit (1984) dalam Titiek dan Utomo (1995) menyatakan nilai kc bervariasi menurut jenis dan umur tanaman serta perubahan musim dan kondisi iklim yang dominan.

Evapotranspirasi acuan (ETo) adalah evapotranspirasi untuk lahan dengan penutupan tajuk penuh oleh rerumputan hijau dengan tinggi antara 8-15 cm (Handoko, 1995).

Evapotranspirasi acuan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode, yaitu : metode Penman-Mounteith, metode Blaney-Criddle, metode pan evaporasi, dan metode Thornthwaite (Allen, et al, 1998).

F. Waktu Pemberian Air Irigasi

Proses penentuan waktu pemberian air irigasi dan jumlah air yang harus diberikan sangat diperlukan untuk efisiensi penggunaan air, energi, dan input produksi lainnya. (James, 1988).

Menurut Raes, (1987) kriteria waktu terbagi atas beberapa macam, yaitu :

1. Fixed Interval : irigasi diaplikasikan pada selang waktu tetap tidak

tergantung keadaan air di daerah perakaran.

2. Allowable Depletion Amount : irigasi dilakukan apabila jumlah kadar air di

bawah kapasitas lapang yang telah ditentukan, telah habis/kosong.

3. Allowable Daily Stress : irigasi dilakukan apabila evapotranspirasi aktual

menurun di bawah evapotranspirasi potensial.

4. Allowable Daily Yield Reduction : irigasi dilakukan apabila respon hasil

aktual (Ya) menurun di bawah presentase yang telah ditentukan dari hasil maksimum.


(36)

14

5. Allowable Fraction of Readily Available Water (RAW) : irigasi dilakukan

apabila pemakaian air di daerah perakaran melampaui batas RAW.

Sedangkan kriteria jumlah pemberian air irigasi terbagi atas :

1. Fixed Depth : jumlah air irigasi yang diberikan (setiap waktu) tetap.

2. Back to field capacity : air irigasi yang diberikan dalam usaha untuk

menaikkan kadar air tanah pada kondisi kapasitas lapang.

G.Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Tanggapan hasil terhadap air (yield response to water) adalah hubungan antara

hasil dan pasokan air bagi tanaman. Hubungan keduanya menunjukkan hasil yang berbeda pada pasokan air yang berbeda. Hasil tanaman dikenal dengan

hasil tanaman maksimum (Ym) dan hasil tanaman aktual (Ya), sedangkan

pasokan air bagi tanaman merupakan air yang diberikan kepada tanaman

sebagai kebutuhan air tanaman. Hasil tanaman maximum (maximum yield, Ym)

adalah hasil yang diperoleh maksimum karena pasokan air sepenuhnya

memenuhi kebutuhan air tanaman, dengan asumsi faktor pertumbuhan lainnya

terpenuhi, sedangkan hasil aktual (Ya) adalah hasil tanaman aktual sesuai

dengan pasokan yang tidak memenuhi kebutuhan air tanaman sepenuhnya, dengan asumsi faktor-faktor pertumbuhan lainnya terpenuhi. Ketika pasokan

air tidak memenuhi, ETa akan jatuh di bawah ETm atau ETa < ET. Dalam

kondisi ini cekaman air akan berkembang pada tanaman yang akan


(37)

15

cekaman terhadap pertumbuhan dan hasil tergantung pada varietas tanaman dan waktu terjadinya defisit air (Rosadi, 2012).

Secara empirik hubungan antara hasil terhadap evapotranspirasi tanaman dapat dituliskan sebagai berikut :

[ ] [ ]

Dimana, 1-Ya/Ym adalah penurunan hasil relatif, 1 – ETa/ETm adalah defisit

evapotranspirasi relatif, Ky adalah respon tanggapan hasil (yield response

factor), ETa adalah evapotranspirasi aktual, dan ETm adalah evapotranspirasi

maksimum (Doorenboss dan Kassam, 1979).

Hasil tanaman adalah fungsi dari pertumbuhan. Oleh karena itu, sebagai akibat lebih lanjut cekaman air akan menurunkan hasil tanaman dan bahkan tanaman gagal membentuk hasil. Jika cekaman air terjadi pada intensitas yang tinggi dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan tanaman mati. Tanggapan pertumbuhan dan hasil tanaman terhadap cekaman air tergantung stadia pertumbuhan saat cekaman air tersebut terjadi. Jika cekaman air terjadi pada stadia pertumbuhan vegetatif yang cepat, pengaruhnya akan lebih merugikan jika dibandingkan dengan cekaman air terjadi pada stadia pertumbuhan

lainnya.Jika ketersediaan air didalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, maka tingkat hasil tanaman akan ditentukan oleh ketersediaan hara dan adanya serangan hama/penyakit(Islami dan Utomo, 1995).


(38)

16

Menurut Rosadi, dkk. (2005), produktivitas hasil kedelai per unit area di bawahirigasi penuh, dalam tanah Ultisol adalah ( 21,3 gram/pot ) atau 2,3 kali dari Latosol ( 9,3 gram/pot ). Hal ini dapat diasumsikan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena pengaruh sifat kimia yang berbeda, khususnya keasaman

tanah. Nilai faktor rata-rata masing-masing respon hasil (Ky) dariUltisol dan

Latosol adalah 0,804 dan 1,74, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa hasil irigasi defisit efektif digunakan dalam tanah Ultisol dan tidak efektif dalam Latosol. Sedangkan hasil penelitian lainnya yaitu Rosadi, dkk. (1998) pada penggunaan tanah Ultisol dengan varietas Wilis, menunjukkan bahwa produksi kedelai bervariasi dari 4,1 gram/pot sampai dengan 8,18 gram/pot, dan

kebutuhan air tanaman kedelai bervariasi dari 211,12 mm/pot sampai dengan 399,15 mm/pot.


(39)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Desember 2013, di Rumah Kaca Laboratorium Terpadu, Laboratorium RSDAL Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Balai Penelitian Tanah Bogor

B. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : mistar ukur, kalkulator, gelas ukur, timbangan, oven, ember, ajir.

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah : Tanah, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, benih melon dengan varietas kaba, wilis, dan tanggamus serta air.


(40)

18

C. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga taraf perlakuan defisit air tanah tersedia (ATT) yang diulang sebanyak tiga kali pada tiga varietas kedelai.

Empat taraf perlakuan defisit evapotranspirasi, yaitu:

1) 1,0 x ETc (E1)

2) 0,8 x ETc (E2)

3) 0,6 x ETc (E3)

4) 0,4 x ETc (E4)

Keterangan:

ETc : Evapotranspiration under standart condition, yaitu ETc yang tidak

mengalami kekurangan air. E1 diasumsikan sebagai ETc

Tiga varietas kedelai, yaitu :

1) Tanggamus (V1)

2) Kaba (V2)

3) Wilis (V3)

2. Persiapan Penelitian

Persiapan media tanam dilakukan dua minggu sebelum tanam, dan dilakukan dengan cara sebagai berikut: tanah dijemur di dalam rumah kaca selama satu minggu, diayak dengan ayakan yang berukuran 3x3 mm, kemudian dimasukkan kedalam ember sebanyak 7 kg tanah. Dan pada saat yang bersamaan ambil sampel

50 gr tanah untuk di oven selama 24 jam pada suhu 105⁰C untuk mengetahui


(41)

19

3. Pelaksanaan Penelitian

Penanaman dilakukan setelah kandungan air pada media tanam disesuaikan dengan kondisi perlakuan. Pada tiap ember ditanam 5 biji kedelai.

Pemberian air dilakukan sesuai dengan kebutuhan air bagi tanaman kedelai yaitu sesuai dengan data evapotranspirasi harian yang diperoleh dari

penimbangan tanaman kedelai perlakuan E1 pada masing-masing varietas.

4. Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun, indeks luas daun, evapotranspirasi harian, jumlah bunga, kebutuhan air total, berat brangkasan

5. Analisis Data

Data hasil pengamatan akan di analisis menggunakan analisis keragamaan pada taraf nyata 5% dan 1%. Jika hasil menunjukan beda nyata maka akan dilakukan uji lanjut, uji beda nyata terkecil (BNT).


(42)

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap pertumbuhan tanaman dan efisiensi penggunaan air pada tiga varietas kedelai adalah:

1. Perlakuan defisit evapotranspirasi pada tiga varietas kedelai menunjukan hasil

sangat berbeda nyata pada semua parameter pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan air serta tidak ada interaksi antar perlakuan

2. Faktor nilai Ky<1 pada semua perlakuan yang menunjukan ke tiga varietas

tersebut dapat tahan terhadap cekaman air

3. Varietas yang menghasilkan produksi terbaik, nilai Efisiensi penggunaan air

tinggi dan paling tahan terhadap cekaman air adalah varietas Willis

4. Nilai koefisien stress (Ks) tanaman kedelai varietas Tanggamus, Kaba dan


(43)

77

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar perlu dilakukan penelitian kembali mengenai defisit evapotranspirasi terhadap beberapa varietas pada skala lapang agar dapat diperoleh besarnya evapotranspirasi yang lebih tepat dan bisa menghasilkan produksi yang tinggi


(44)

77

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2007. Budidaya Kedelai dengan Pemupukan yang Efektif dan

Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Swadaya. Jakarta. 86 hal

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar swadaya. Jakarta 76

hal

Allen, R.G., L.SPereira., D.Raesand M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration.

Guidelines for Computing Crop Water Requirements. In: FAO Irrigation

and Drainage Paper No. 56. Rome, FAO. Italy. 354 hal

Badan Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik.Juli.No. 43/07/ Th. XV.

Balai Penelitian Tanah. 2013. Hasil Analisis Contoh Fisika Tanah. Laboratorium

Ilmu Tanah. Bogor

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.2004. Prospek dan

Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Tidak dipublikasi

Doorenbos, J dan A.H.Kassam. 1979. Yield Respone to water-Part A of irrigation

and Drainage paper No. 33-. FAO, Roma, Italy. 62 hal

Fagi, A.M dan F. Tangkuman. 1985. Pengolahan Air Untuk Pertanaman

Kedelai.Balai Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi : 135-138

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. 175 hal

Hansen, V.W., Israelsen dan G.E. stringham. 1986. Dasar-dasar dan Praktek

Irigasi Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta. 217 hal

Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Physics.Departement of Plant and Soil


(45)

78

H. dan Purnomo, Rahmad., H. 1996. Pengantar Fisika Tanah. Fakultas

Pertanian, Universitas Sriwijaya. Indralaya. 335 hal

Islami, T dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP

Semarang Press. Semarang. 297 hal

James, L.G. 1988. Principle of Farm Irrigation System Design. John Wiley &

Sons. New York. 543 hal

Kartasapoetra, AG dan M. Mulyani. 1994. Teknologi Pengairan Irigasi. Bumi

Aksara. Jakarta. 182 hal

Kriswantoro, H., N.Murniati., M. Ghulamahdi., dan K. Agustina. 2012. Uji Adaptasi Varietas Kedelai.di Lahan Kering Kabupaten Musi Rawas

Sumatera Selatan.Prosiding Simposium dan Seminar Bersama

Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan. November : 281-284.

Mapegau, 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr.). Jurnal Ilmiah Pertanian

Kultura 41 (1) : 43-49

Nurhayati, 2009.Cekaman Air pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan dan

Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr.). Jurnal Floratek 4 :

55-64

Raes, D. 1987.Irigation Scheduling Information System (IRSIS) .Katholike.

Universiteit Leuven. Belgium. 119 hal

Prasetyo, B.H dan D.H. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi

Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan

Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah. Bogor

Rosadi, RA.B. 2003. Penentuan Fraksi Penipisan (P) Air Tanah Tersedia

Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada berbagai jenis tanah. Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Rosadi, RA.B. 2012. Defisit Irigasi.UNILA. Bandar Lampung. 102 hal

Rosadi, RA.B., Afandi., M. Senge dan K. Ito. 2007. The Effect of water Deficit in Typecal Soil Types on the Yield and Water Requirement of Soybean

(Glycine max [L] Merr.) in Indonesia. Japan Agricultural Research

Quarterly (JARQ) 41 (1) : 47-52

Rosadi, RA.B., Afandi., M. Senge., K. Ito dan J. Tawiah. 2005. The Effect of water Deficit at Individual Growth Stages on the Yield and Water

Requirement of Soybean (Glycine max [L] Merr.).Journal of Rainwater


(46)

79

Rosadi, RA.B dan Darmaputra G. 1998. Pengaruh Irigasi Defisit pada Fase

Vegetatif Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Kebutuhan Air Tanaman

Kedelai (Glycine max [L] Merr). Jurnal Tanah Tropika 3(6) : 75-82.

Rosadi, RA.B., Oktafri., R. Zahab., N. Haryono. 2012. Penuntun Praktikum Mata

Kuliah Teknik Irigasi. Unila. Bandar Lampung

Rukmana, R dan Y. Yuniarsih.1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen.

Kanisius.Yogyakarta. 92 hal

Suhardi. 1986. Dasar-dasar Becocok Tanam. Kansius. Yogyakarta. 218 hal

Taufiq, TA dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai,


(1)

Pemberian air dilakukan sesuai dengan kebutuhan air bagi tanaman kedelai yaitu sesuai dengan data evapotranspirasi harian yang diperoleh dari

penimbangan tanaman kedelai perlakuan E1 pada masing-masing varietas.

4. Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun, indeks luas daun, evapotranspirasi harian, jumlah bunga, kebutuhan air total, berat brangkasan

5. Analisis Data

Data hasil pengamatan akan di analisis menggunakan analisis keragamaan pada taraf nyata 5% dan 1%. Jika hasil menunjukan beda nyata maka akan dilakukan uji lanjut, uji beda nyata terkecil (BNT).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap pertumbuhan tanaman dan efisiensi penggunaan air pada tiga varietas kedelai adalah:

1. Perlakuan defisit evapotranspirasi pada tiga varietas kedelai menunjukan hasil sangat berbeda nyata pada semua parameter pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan air serta tidak ada interaksi antar perlakuan

2. Faktor nilai Ky<1 pada semua perlakuan yang menunjukan ke tiga varietas tersebut dapat tahan terhadap cekaman air

3. Varietas yang menghasilkan produksi terbaik, nilai Efisiensi penggunaan air tinggi dan paling tahan terhadap cekaman air adalah varietas Willis

4. Nilai koefisien stress (Ks) tanaman kedelai varietas Tanggamus, Kaba dan Willis adalah 0,8.


(3)

skala lapang agar dapat diperoleh besarnya evapotranspirasi yang lebih tepat dan bisa menghasilkan produksi yang tinggi


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2007. Budidaya Kedelai dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Swadaya. Jakarta. 86 hal

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar swadaya. Jakarta 76 hal

Allen, R.G., L.SPereira., D.Raesand M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration. Guidelines for Computing Crop Water Requirements. In: FAO Irrigation and Drainage Paper No. 56. Rome, FAO. Italy. 354 hal

Badan Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik.Juli.No. 43/07/ Th. XV.

Balai Penelitian Tanah. 2013. Hasil Analisis Contoh Fisika Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah. Bogor

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.2004. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Tidak dipublikasi

Doorenbos, J dan A.H.Kassam. 1979. Yield Respone to water-Part A of irrigation and Drainage paper No. 33-. FAO, Roma, Italy. 62 hal

Fagi, A.M dan F. Tangkuman. 1985. Pengolahan Air Untuk Pertanaman Kedelai.Balai Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi : 135-138 Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. 175 hal

Hansen, V.W., Israelsen dan G.E. stringham. 1986. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta. 217 hal

Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Physics.Departement of Plant and Soil Sciences . Armest. University of Massachusets. Terjemahan Susanto, R.,


(5)

James, L.G. 1988. Principle of Farm Irrigation System Design. John Wiley & Sons. New York. 543 hal

Kartasapoetra, AG dan M. Mulyani. 1994. Teknologi Pengairan Irigasi. Bumi Aksara. Jakarta. 182 hal

Kriswantoro, H., N.Murniati., M. Ghulamahdi., dan K. Agustina. 2012. Uji Adaptasi Varietas Kedelai.di Lahan Kering Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan.Prosiding Simposium dan Seminar Bersama Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan. November : 281-284.

Mapegau, 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr.). Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura 41 (1) : 43-49

Nurhayati, 2009.Cekaman Air pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr.). Jurnal Floratek 4 : 55-64

Raes, D. 1987.Irigation Scheduling Information System (IRSIS) .Katholike. Universiteit Leuven. Belgium. 119 hal

Prasetyo, B.H dan D.H. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah. Bogor Rosadi, RA.B. 2003. Penentuan Fraksi Penipisan (P) Air Tanah Tersedia

Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada berbagai jenis tanah. Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Rosadi, RA.B. 2012. Defisit Irigasi.UNILA. Bandar Lampung. 102 hal

Rosadi, RA.B., Afandi., M. Senge dan K. Ito. 2007. The Effect of water Deficit in Typecal Soil Types on the Yield and Water Requirement of Soybean (Glycine max [L] Merr.) in Indonesia. Japan Agricultural Research Quarterly (JARQ) 41 (1) : 47-52

Rosadi, RA.B., Afandi., M. Senge., K. Ito dan J. Tawiah. 2005. The Effect of water Deficit at Individual Growth Stages on the Yield and Water Requirement of Soybean (Glycine max [L] Merr.). Journal of Rainwater Cacthment Systems vol.11/No.1 : 37-41


(6)

Rosadi, RA.B dan Darmaputra G. 1998. Pengaruh Irigasi Defisit pada Fase Vegetatif Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Kebutuhan Air Tanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr). Jurnal Tanah Tropika 3(6) : 75-82. Rosadi, RA.B., Oktafri., R. Zahab., N. Haryono. 2012. Penuntun Praktikum Mata

Kuliah Teknik Irigasi. Unila. Bandar Lampung

Rukmana, R dan Y. Yuniarsih.1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius.Yogyakarta. 92 hal

Suhardi. 1986. Dasar-dasar Becocok Tanam. Kansius. Yogyakarta. 218 hal Taufiq, TA dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai,