MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015
ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI
KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015
Oleh ROSMAYATI
Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar dari KKM
yang ditentukan ≥66 siswa yang tuntas 29%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD di SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, menggunakan lembar observasi siswa, kinerja guru pada proses pembelajaran, sedangkan untuk mengetahui hasil belajar menggunakan tes.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Hal ini ditunjukan data pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 60%. Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 89,16%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, dengan nilai 69,33 sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa dengan nilai 79,33.
(2)
(3)
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI
KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015
Skripsi
Oleh ROSMAYATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Rosmayati, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda bernama Hi. Yahya Rusdi dan Ibunda bernama Hj. Marliyah, lahir di Pasar Baru, 11 Juli 1976. Penulis lulus Sekolah MIN Kedondong pada tahun 1984, penulis melanjutkan ke MTs Swasta Mathla Ul Anwar Kedondong pada lulus pada tahun 1992. Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Hazairin dan dikaruniai tiga orang puteri. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan sekolah Paket C Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah S1 Dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung.
(8)
PERSEMBAHAN
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan, dengan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku
2. Suamiku tercinta Hazairin, terima kasih atas doa restunya 3. Ketiga buah hatiku
4. Teman-teman sejawat yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasinya.
5. Semua keluarga besar serta teman-temanku 6. Almamaterku tercinta Universitas Lampung
Terima kasih atas segala dukungan serta doa restu yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
(9)
Moto
Dengan belajar jembatan emas munuju kesuksesan
(10)
SANWACANA
Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas
dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Margodadi Waylima Pesawaran” telah dapat diselesaikan.
Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Selaku Dekan beserta jajaran Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd selaku ketua program studi PGSD
4. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang membimbing sampai skripsi ini terselesaikan.
5. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Pd, selaku dosen pembahas, yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Akademik PGSD FKIP Universitas Lampung.
(11)
7. Bapak Nasrulloh, S.Pd selaku Kepala SDN 2 Margodadi Kabupaten Pesawaran yang telah memberi ijin penelitian.
8. Siswa-siswi kelas VI SDN 2 Margodadi yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan melaksanakan penelitian
9. Seluruh Dewan Guru SDN 2 Margodadi Kabupaten Pesawaran, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya.
Pesawaran, Juli 2014
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…..……… xiv
DAFTAR GAMBAR………. xv
DAFTAR LAMPIRAN……… xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Identifikasi Masalah………... 3
1.3 Pembatasan Masalah……….. 4
1.4 Rumusan Masalah ……… 4
1.5 Tujuan Penelitian……….. 5
1.6 Manfaat Penelitian………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA dan KERANGKA BERPIKIR 2.1Pengertian Belajar……… 7
2.2Aktivitas Belajar……….. 8
2.3Hasil Belajar……… 9
2.4Ilmu Pengetahuan Sosial…….……… 11
2.5Model Pembelajaran Cooperative Learning……… 13
2.6Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning………… 16
2.7Kerangka Pikir……….. 18
2.8Hipotesis Tindakan ……… 19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian……… 20
3.2Setting Penelitian ……… 20
3.3Subjek Penelitian……..……… 21
3.4Rencana Tindakan………. 21
3.5 Teknik Pengumpulan Data……….. 23
3.6Alat Pengumpul Data………. 23
3.7Analisis Data……… 26
3.8Rencana Pelaksanaan……… 27
(13)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Propil SDN 2 Margodadi……… 31
4.2Hasil Penelitian ………. 32
4.2 Siklus I………... 32
4.3 Siklus II………. 41
4.4 Pembahasan ……… 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan……… 52
5.2Saran………. 53
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1Rerata Hasil Ulangan IPS Kelas VI……… 3
3.1Lembar Aktivitas Siswa………. 23
3.2Kategori Penilaian Kinerja Guru……….. 24
3.3 Kategori Skor Kinerja guru………. 25
3.4Kategori Penilaian Kinerja Guru……….. 25
3.5 Hasil Belajar Siswa……… 25
3.6 Kategori Skor Aktivitas Siswa………. 26
3.7 Kategori Penilaian Aktivitas Siswa……….. 26
4.1 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1……… 35
4.2 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2………..………. 36
4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I……… 38
1.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I……… 39
4.5 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1……… 44
4.6 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2………..………. 45
1.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II……… 47
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir……… 19
3.1Alur Siklus Penelitian………. 21
4.1Grafik Aktivitas Siswa Siklus I………. 38
4.2Grafik Hasil Belajar Siklus I………. 40
4.3Grafik Aktivitas Siswa Siklus II………. 46
4.4Grafik Hasil Belajar Siklus II………. 48
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Ijin Penelitian dari Dekan FKIP……… 54
2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian……… 55
3. Silabus IPS Kelas IV……….. 56
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 58
5. LKS Siklus I Pertemuan Pertama …………..……… 64
6. LKS Siklus I Pertemuan Kedua………. 65
7. Lembar Evaluasi Siswa Siklus I ……… 66
8. Lembar Kunci Jawaban……….. 67
9. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1………. 68
10. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2……… 69
11. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ………..……… 70
12. Hasil Belajar Siswa Siklus 1………. 71
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……… 72
14. LKS Siklus I Pertemuan Pertama …………..……… 77
15. LKS Siklus I Pertemuan Kedua………. 78
16. Lembar Evaluasi Siswa Siklus I ……… 79
17. Lembar Kunci Jawaban……….. 80
18. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1………. 81
19. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2……… 82
20. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ………..……… 83
(17)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto. 2009: 1).
Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, proses pembelajaran di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) harus dapat memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, berilmu, cakap, mandiri serta kreativitas seperti kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen dan juga kemampuan untuk bertanya dan berpendapat.
Berdasarkan fungsi tersebut di atas, maka guru mempunyai peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
(18)
2
Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab.
Pasal 19 tahun 2005 menyebutkan: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, melihat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Depdiknas (2005 :17).
Mengacu pada pasal 19 tahun 2005, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Menurut Nasution (2008: 25) hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri individu, yang tidak halnya berupa pengetahuan, tetapi juga kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.
Berdasarkan hasil observasi di SD 2 Margodadi, pada tanggal 23 Januari 2014 diperoleh data hasil belajar siswa rendah dengan rata-rata kelas 62, sedangkan KKM yang telah ditentukan 66. Siswa yang memperoleh nilai ≥66 hanya 4 siswa atau 29%, sedangkan 71% siswa belum mencapai KKM. Data hasil belajar siswa dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
(19)
3
Tabel 1 Hasil Ulangan IPS Semester Ganjil Siswa Kelas V
No Rentang Nilai Banyaknya
Siswa
Persentase (%)
kreteria
1 ≥66 4 29% Tuntas
2 ≤65 11 71% Belum Tuntas
Jumlah 15 orang 100,00
Sumber: Nilai IPS Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014
Ada beberapa faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar diantaranya guru lebih banyak memberikan materi pelajaran melalui metode ceramah, sedangkan siswa hanya pasif dan mendengarkan, sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Kurang bervariasinya guru dalam menggunakan metode dan model, pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, peneliti selaku guru IPS mencoba melakukan perbaikan dengan cara Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa pasif pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Guru lebih banyak memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah.
(20)
4
3. Kurang bervariasinya guru menggunakan metode pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak menarik perhatian siswa
4. Pembelajaran terkesan membosankan membuat siswa kurang berkonsentrasi 5. Rendahnya hasil belajar IPS nilai ≥66 hanya 29%.
6. Rendahnya aktivitas belajar siswa, dikarenakan belum diterapkannya model pembelajaran Cooperative learning tipe STAD.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini hanya dibatasi pada: Aktivitas dan hasil belajar, model pembelajaran cooperative learning tipe STAD kelas V SDN 2 Margodadi Waylima Kabupaten Pesawaran, pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015.
1.4 Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS peserta didik di kelas VI SDN 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran. Dengan demikian permasalahan yang diajukan adalah:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas VI SD Negeri 2
(21)
5
Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS melalui model pembelajaran cooperative learning tipe STAD di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran cooperative learning tipe STAD di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peserta didik
Memberikan pengalaman kepada siswa dengan belajar menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.
1.6.2 Bagi Guru
a. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD sebagai masukan dalam pembelajaran IPS dan dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran
b. Meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme diri
(22)
6
2.6.3 Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas sekolah, juga dapat menambah kondusifnya hubungan antar guru karena mereka harus bekerja sama satu dengan yang lain.
b. Memberikan masukan yang baik untuk mengadakan pembaharuan dalam rangka memajukan program sekolah.
2.6.4 Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
(23)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Belajar
Belajar adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik bentuk interaksi siswa dengan guru yang mengarah pada proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Menurut Hamalik (2011: 30) seseorang telah belajar ialah terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek antara lain: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Trianto (2009: 9), belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut Djamarah (2006: 11), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
(24)
8
pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Berdasarkan uraian di atas belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dari pengalaman dan hasil latihan, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
2.2.Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran yang mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi, seperti: bertanya atau mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab pertanyaan guru, bekerja sama dengan teman lain, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut Abdulrahman (dalam Ali, 2008: 5), aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar. Aktivitas siswa yang dilakukan pada saat belajar hakekatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh George J. Mouly dalam bukunya Psychology for Effective Teaching, bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Slameto (2003: 2) aktivitas belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya.
(25)
9
Paul D. dierich (dalam Hamalik. 2011: 177) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu:
a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu: mengungkapkan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.
f. Kegiata-kegiatan metrik, yaitu: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu: minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang meliputi kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental dan emosional.
2.3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sehingga
(26)
10
akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik khususnya dalam mata pelajaran IPS siswa tidak lagi memperoleh nilai di bawah KKM (65) dengan nilai rata-rata 66 dan ketuntasan siswa 80%.
Menurut Nasution (2008: 25) hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.
Menurut Bloom dalam Agus (2010: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, hal yang sama juga diungkapkan oleh Agus (2010: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi manusia saja.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap (Hamalik. 200: 30).
Ada 3 teori tentang hasil belajar, yaitu:
1. Teori Disiplin Formal (The formal Discipline Theory), yaitu teori yang menyatakan bahwa ingatan, sikap, pertimbangan, imajinasi dapat diperkuat dengan latihan-latihan akademis.
2. Teori Unsur-unsur yang Identik (The Indentical Elements Theory), yaitu teori yang terjadi di antara situasi atau dua kegiatan yang terdapat unsur- unsur yang bersamaan (identik).
3. Teori Generalisasi (The Generalization Theory), yaitu teori yang menekankan pada kompleksitas dari apa yang dipelajari, yang menekankan pada pembentukan pengertian yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman lain (Hamalik. 2011: 34).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang menyangkut aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.
(27)
11
2.4. Ilmu Pengetahuan Sosial
2.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Di Indonesia pelajaran ilmu pengetahuan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.
Menurut Martorella (dalam Sapriya. 2008: 9) IPS adalah ilmu yang lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada trasper konsep, karena dalam pelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, keterampilan, berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Etin Solihatin, 2011:14).
Mackenzie (dalam Ischak, 2007: 1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
(28)
12
2.4.2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS sebagai bidang pendidikan, tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan sosial, melainkan lebih daripada itu berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi SDM Indinesia yang berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab.
Tujuan pembelajaran IPS secara hirarki tujuan pendidikan nasional pada tatara operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum. Solihatin (2011: 13).
Tujuan kurikuler IPS antara lain
1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.
2. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis pemecahan masalah.
3. Membekali peserta didik dengan kemampuan komunikasi dengan sesame warga masyarakat.
4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan.
5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi (Soemantri, 2008: 9)
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Summatmadja menyatakan bahwa, pendidikan IPS berfungsi mengembangkan perhatian dan keperdulian anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat. Dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual serta perhatian dan kepedulian sosial, dapat diharapkan terbinanya sumber daya manusia Indonesia yang akan datang yang berpengetahuan, terampil, cendekia dan mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi yang mampu
(29)
13
merealisasikan tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila serta Undang-undang 1945. (2006: 1.10)
Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mendidik dan membekali kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
2.5. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran Cooperative Learning merupakan pembelajaran sistem pengajaran yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur. Pembelajaran Cooperative Learning dikenal dengan pembelajaran kelompok dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.
Model pembelajaran menurut Nieven (dalam Trianto, 2009: 24) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Menurut Khabibah (dalam Trianto, 2006: 25) untuk memvalidasi model pembelajaran diperlukan ahli dan praktisi. Sedangkan untuk kepraktisan dan keefektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan.
Arends (dalam Trianto, 2001: 25) menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.
(30)
14
Kardi (dalam Trianto, 2009: 43) model pembelajaran dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan, atau praktik, dan kerja kelompok.
Mariana (dalam Trianto, 1999: 27), model pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Pada prinsip dasar pembelajaran cooperative learning tidak berubah, namun terdapat beberapa variasi model tersebut, diantaranya: TPS, Jigsaw, TGT, NHT dan STAD.
2.5.1. Jigsaw
Jigsaw dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1966) secara umum dalam pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa dikelompokan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli dari kelompok yang berbeda (Yamin, 2005: 34)
2.5.2. Teams Games Tournamen (TGT)
Model pembelajaran TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu eksak ataupun ilmu sosial. Model pembelajaran TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban yang benar.
Model pembelajaran TGT atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Model pembelajaran ini adalah siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk tim mereka (Trianto, 2010: 83)
(31)
15
2.5.3. Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran tersebut. NHT melibatkan banyak siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen. NHT merupakan model pembelajaran penomoran berpikir bersama, yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2010: 82)
2.5.4. Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
Pembelajaran cooperative learning tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD, menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi
(32)
16
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal.
Menurut Eggen dalam Wardhani (2005: 32) model pembelajaran cooperative learning tipe STAD, siswa dikelompokan 4-5 orang yang bekerja sama saling membantu untuk menguasai bahan ajar.
Menurut Ibrahim dkk (2000: 10) model pembelajaran cooperative learning tipe STAD, merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.
Berdasarkan pengertian di atas model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok- kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) yang bekerja sama saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2.6. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kelompok kecil dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Siswa ditempatkan menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pembelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pembelajaran tersebut.
(33)
17
Siswa diberi tes tentang materi tersebut, pada saat tes, siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.
Menurut (Trianto. 2009: 69) langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah sebagai beikut.
a. Perangkat pembelajaran
Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk Kelompok Kooperatif
Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen.
c. Pengaturan Tempat Duduk
Mengaturan tempat duduk dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif.
d. Kerja Kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok.
Menurut (Taniredja. 2013: 64) langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar jawaban.
2. Membentuk kelompok kooperatif tipe STAD, disini siswa dibentuk kelompok secara heterogen, yang bila memungkinkan ada perbedaan ras, suku, jenis kelamin, tingkat kemampuan dan daya pikir yang berbeda. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar dan akademik.
3. Menentukan skor awal, skor awal adalah nilai tes ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada tes kedua.
4. Mengatur tempat duduk, tempat duduk diatur perkelompok yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
5. Kerja kelompok, Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ada baiknya diadakan terlebih latihan kerja sama dalam kelompok yang bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok.
Menurut (Ibrahim. 2000: 145) langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah:
1. Peserta didik diberi tes awal dan diperoleh skor awal.
(34)
18
3. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik.
4. Guru menyajikan bahan pelajaran dan peserta didik bekarja dalam tim. 5. Guru membimbing kelompok peserta didik.
6. Peserta didik diberi tes materi yang telah diajarkan. 7. Memberi penghargaan kelompok.
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD adalah: pembelajaran, membentuk kelompok, belajar kelompok dan pengawasan, kuis/tes, poin peningkatan individu dan kelompok. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti akan menggunakan langkah- langkah pembelajaran menurut pendapat Ibrahi.
2.6.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
a. Kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
2.6.2 Kelemahan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. (Adesanjaya, 2011: 68).
2.7.Kerangka Pikir Penelitian
Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa melalui semester ganjil, ternyata dengan pendekatan pembelajaran yang terpusat pada guru hasil belajar siswa belum maksimal. Dari uraian diatas, dengan demikian gambaran kerangka pikir penelitian ini adalah.
(35)
19 Kondisi Awal Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatf tipe STAD Siswa hasil pembelajaraan IPS mayoritas rendah Tindakan Dalam Kelas Guru menerapkan model pembelajaran kooperatf tipe STAD
Siklus I guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa aktif melihat dan diskusi dalam kelompok Kondisi Akhir Diduga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 2 Margodadi Waylima dapat meningkat
Siklus II guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa mengikuti diskusi dan mencoba dalam kelompoknya
Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.8.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian yang peneliti ajukan adalah “Jika model pembelajaran cooperative learning tipe STAD diterapkan dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014”.
(36)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hopkin (dalam Emzir. 2008: 234).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran matematika dengan menggunakan prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Arikunto (2010: 139).
3.2.Setting Penelitian 3.2.1. Tempat
Tempat penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 2 Margodado Kecamatn Waylima Kabupaten Pesawaran.
3.2.2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli-September Tahun Pelajaran 2014/2015.
(37)
21
3.3.Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 1 orang guru dan seluruh siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran yang berjumlah seluruh siswa 15 orang, terdiri dari 4 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.
3.4.Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Gambar I Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto:137)
3.4.1. Perencanaan
Dalam tahap menyusun perencanaan pembelajaran peneliti menentukan titik-tikik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa, alat dan bahan Perencanaan
siklus I
Pelaksanaan
siklus I
Pengamatan siklus I
Refleksi siklus I
Perencanaan
siklus II Refleksi
siklus II Pengamatan
siklus II Pelaksanaa
siklus II
(38)
22
pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
3.4.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang meliputi:
1. Guru menyiapkan materi pembelajaran 2. Siswa dibagi atas beberapa kelompok.
3. Siswa ditempatkan pada kelompok belajar yang beranggotakan 3-4 orang campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
4. Guru menyiapkan pelajaran, kemudian siswa berdiskusi dalam kelompok 5. Seluruh kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas.
3.4.3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan observer atas berbagai aktivitas siswa, saat proses pembelajaran berlangsung, mencatat semua yang terjadi di lapangan, menggunakan instrument yang dikumpulkan penulis. Membuat kesimpulan setelah proses penelitian berlangsung, kemudian dianalisis untuk mengetahui aktivitas siswa dan seberapa jauh siswa menguasai materi yang diberikan dengan melihat hasil jawaban siswa pada Lembar Kerja Siswa.
3.4.4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan setelah proses belajar-mengajar berlangsung. Refleksi dilakukan dengan
(39)
23
menganalisis hasil belajar dan pengamatan aktivitas siswa, untuk menentukan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan selanjutnya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Teknik Non-tes
Teknik non-tes yang digunakan adalah observasi, teknik ini untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan kinerja guru yang diamati oleh guru mitra (observer).
3.5.2. Teknik Tes
Teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis. Tes diberikan pada akhir pertemuan setiap siklus dalam bentuk soal tes formatif.
3.6. Alat Pengumpul Data
3.6.1. Lembar Panduan Observasi Siswa
Lembar aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1) Bertanya atau mengajukan pendapat, 2) Mengerjakan tugas-tugas, 3) Menjawab pertanyaan guru, 4) Bekerja sama dengan teman lain, dan 5) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Adapun tabel aktivitas siswa sebagai berikut.
(40)
24
Tabel 3.1 Lembar aktivitas siswa
No Nama Aktivitass skor krite
ria
Bertanya atau mengajukan pendapat Mengerjakan tugas Menjawab pertanyaan guru
Bekerja sama dengan teman
Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
Jumla h Skor % Ketera ngan
Petunjuk: Berilah tanda cheklis sesuai dengan indikator yang muncul Tabel 3.2 Rubrik Aktivitas Siswa
Aspek Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat
Kurang aktif Bertanya atau mengajukan pendapat Kalimat jelas dan mudah dimengerti
Kalimat jelas tetapi ada beberapa kata yang tidak dimengerti
Kalimat sulit Kalimat sulit
dimengerti Tidak melakukan apa-apa Mengerjakan tugas Seluruh langkah pekerjaan dilakukan Sebagian besar langkah pekerjaan dilakukan Sebagian langkah pekerjaan dilakukan Sebagian kecil langkah pekerjaan dilakukan Tidak melakukan apa-apa Menjawab pertanyaan guru Bahasa yang digunakan baku
Sebagian bahasa baku
Sebagian bahasa baku Sebagian kecil bahasa baku Tidak melakukan apa-apa Bekerja sama dengan teman Kompok dengan anggota kelompok Cukup kompoak dengan anggota kelompok Kurang kompak dengan anggota kelompok. Sangat kurang kompak dengan anggota kelompok. Tidak melakukan apa-apa Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Berani dan penuh percaya diri
Cukup berani, tetapi tampak ragu
Tidak percaya diri, malu tidak mau bicara.
Sangat tidak percaya diri, malu tidak mau bicara.
Tidak melakukan apa-apa
(41)
25
Petunjuk: Berilah skor sesuai dengan indikator yang muncul Skor : 5 jika siswa sangat aktif
Skor : 4 jika siswa aktif Skor : 3 jika siswa cukup aktif Skor : 2 jika siswa kurang aktif
Skor : 1 jika siswa sangat kurang aktif
Tabel 3.3 Kreteria Skor dan Nilai Aktivitas Siswa
No Skor Nilai Keterangan
1 5 81-100 Sangat Aktif
2 4 61-80 Aktif
3 3 41-60 Cukup Aktif
4 2 21-40 Kurang Aktif
5 1 0-20 Sangat Kurang Aktif
Lembar Indek Penilaian Kinerja Guru
Tabel 3.4 Lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru
No Aspek Kinerja Guru Skor Kreteria
1 2 3 4
1 Membuka pelajaran
2 Menjelaskan tujuan pembelajaran 3 Memberikan apersepsi
4 Menjelaskan prosedur pembelajaran
5 Membentuk kelompok diskusi 6 Mengelola kelas
7 Membina kerjasama antar peserta didik
8 Memberi motivasi
9 Membimbing dan memfasilitasi 10 Memberi contoh
11 Mendorong peserta didik untuk bertanya
12 Mendorong peserta didik mengemukakan pendapat
13 Menutup pelajaran Jumlah Skor Skor maksimal Rata-rata Kategori
(42)
26
Berilah tanda cheklis (√) pada kolom rubrik penilaian guru yang tersedia sesuai dengan keterangan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Kreteria Skor dan Nilai Kinerja Guru
No Skor Nilai Keterangan Indikator
1 5 81-100 Sangat Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan sangat baik oleh guru, guru melakukannya dengan sempurna dan melibatkan seluruh siswa .
2 4
61-80
Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan dengan baik oleh guru, guru
melakukannya tanpa kesalahan dan melibatkan sebagian besar siswa .
3 3 41-60 Cukup Aktif
Aspek yang diamati dilaksanakan cukup baik oleh guru, guru
melakukannya dengan sedikit kesalahan dan melibatkan sebagian kecil siswa .
4 2
21-40
Kurang Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan kurang baik oleh guru, guru
melakukannya dengan banyak kesalahan dan tidak melibatkan siswa .
5 1
0-20
Sangat
Kurang Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan kurang
3.6.3 Tes
Tes diberikan pada akhir siklus I dan siklus II, untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang telah diberikan.
Tabel 3.6 Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 A
2 B
3 C
4 D
Jumlah Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
3.7. Analisis Data
Secara garis besar metode penelitian dibagi menjadi dua yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. (Arikunto, 2010: 20)
(43)
27
3.7.1. Data kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut.
Jumlah Skor Perolehan
AS = x 100
Skor Maksimal
Jumlah Skor Perolehan
KG = x 100
Skor Maksimal Skor total
Skor rata-rata = x 100
Jumlah butir Keterangan
AS = aktivitas siswa KG = kinerja guru
3.7.2. Datakuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diambil atau dikumpulkan berupa angka-angka yang kemudian akan diolah menggunakan rumus (Suryanto, 2008: 5.4)
Jumlah Jawaban Benar
NS = x 100
Jumlah Skor NS = nilai siswa
3.8. Rencana Pelaksanaan
3.8.1 Urutan Tindakan Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
1. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar,
2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Aktivitas Siswa, Indeks Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
(44)
28
b. Pelaksanaan
Pada siklus satu pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah “peristiwa sekitar proklamasi” kegiatan diawali dengan pembelajaran kalaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang meliputi:
a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan apersepsi.
b. Membentuk kelompok belajar tiap kelompok 3-4 orang. c. Menjelaskan cara berdiskusi kelompok.
d. Menjelaskan materi pembelajaran tentang peristiwa menjelang proklamasi. e. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
f. Siswa dan guru bertanya seputar materi pembelajaran
g. Membagikan soal latihan, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.
h. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi.
i. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi, memberi kesimpulan, dan melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh observer (teman sejawat), saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas siswa dan lembar IPKG.
(45)
29
d. Refleksi
Pada langkah refleksi, peneliti membahas tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, merumuskan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya dipertahankan, kekurangannya diperbaiki untuk siklus berikutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar.
2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Observasi Siswa, Lembar Kinerja Guru.
3. Mempersiapkan materi permasalahan sosial di daerah.
b. Pelaksanaan
Pada siklus dua pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah “pembentukan alat kemerdekaan NKRI” kegiatan diawali dengan pembelajaran kalaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam skenario pembelajaran yang meliputi: a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan
apersepsi.
b. Siswa diminta kembali pada kelompok masing-masing c. Menjelaskan materi pembelajaran.
d. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
e. Siswa dan guru bertanya seputar materi pembelajaran
f. Membagikan soal latihan, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.
(46)
30
g. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi.
h. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi, memberi kesimpulan, dan melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh observer (teman sejawat), saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembat observasi siswa dan lembar IPKG.
4. Refleksi
Pada langkah refleksi, peneliti membahas semua hasil temuan yang ada pada siklus II, baik kekurangan maupun kelebihanya. Jika pada siklus dua pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok ada peningkatan, maka peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
3.9 Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika:
1. Siswa dikatakan aktif jika 75% dari seluruh jumlah siswa dapat mengikuti semua aspek kegiatan.
(47)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, adalah sebagai berikut.
1. Kinerja guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD menunjukan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kinerja guru pada siklus I mendapat nilai 69,22 dan pada siklus II mendapat nilai 81,73.
2. Proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD aktivitas siswa meningkat hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa siklus I dengan rata-rata 60% siswa aktif dan pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 89’16%.
3. Hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPS pada siklus I dengan rata-rata 69,33 dan pada siklus II menjadi 79,33.
(48)
52
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Hendaknya rekan-rekan guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Bagi Peneliti
Bagi para peneliti berikutnya, disarankan lebih mengembangkan lagi penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, sebagai salah satu bahan penelitian dalam konteks pembelajaran di Sekolah Dasar, (SD/MI) khususnya mata pelajaran IPS di kelas VI.
3. Bagi Lembaga
Kepada lembaga sekolah, hendaknya memfasilitasi adanya media-media pembelajaran dalam menunjang pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas kelulusan sekolah itu sendiri.
(49)
Daftar Pustaka
Abdulrahman. 2006. Macam-macam Teori Belajar.
http:belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ di download tanggal 10 Februari 2014.
Agus, Sanjaya. 2010. Definisi Hasil Belajar: http:hasilbelajarpsikologi.com di download tanggal 10 Januari 2014.
Ali, Mohammad. 2008. Pengertian Aktivitas Belajar. Jakarta
Ades, Sanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Reneka Cipta. Jakarta
Djamarah S.B, Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Ibrahim. Dkk. 2000. Model Pembelajaran Jigsaw. http:model-model-pembelajaran.com.di download tanggal 10 Januari 2014.
Ischak. 2007. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bumi Aksara. Jakarta
Nasution Noehi. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka.
Nu’man, Soemantri. 2008. PembelajaranIPS.
http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-ips-pengertian.html Oemar, Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS, Jakarta.
Sapriya. 2008. Pembelajaran IPS SD. Bumi Aksara, Jakarta
Slameto. 2003. Pengertian Aktivitas Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
(50)
54
Solihatin, Etin, 2011, Analisis Model Pembelajaran IPS, Bumi Aksara, Jakarta Suryosubroto. 2002. Metode Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Taniredja, Tukiran. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Alfabeta. Bandung.
Trianto, 2009, Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya
(51)
(1)
30
g. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi.
h. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi, memberi kesimpulan, dan melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh observer (teman sejawat), saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembat observasi siswa dan lembar IPKG.
4. Refleksi
Pada langkah refleksi, peneliti membahas semua hasil temuan yang ada pada siklus II, baik kekurangan maupun kelebihanya. Jika pada siklus dua pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok ada peningkatan, maka peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
3.9 Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika:
1. Siswa dikatakan aktif jika 75% dari seluruh jumlah siswa dapat mengikuti semua aspek kegiatan.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, adalah sebagai berikut.
1. Kinerja guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD menunjukan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kinerja guru pada siklus I mendapat nilai 69,22 dan pada siklus II mendapat nilai 81,73.
2. Proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD aktivitas siswa meningkat hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa siklus I dengan rata-rata 60% siswa aktif dan pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 89’16%.
3. Hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
learning tipe STAD menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu
maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPS pada siklus I dengan rata-rata 69,33 dan pada siklus II menjadi 79,33.
(3)
52
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Hendaknya rekan-rekan guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif
learning tipe STAD, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa. 2. Bagi Peneliti
Bagi para peneliti berikutnya, disarankan lebih mengembangkan lagi penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, sebagai salah satu bahan penelitian dalam konteks pembelajaran di Sekolah Dasar, (SD/MI) khususnya mata pelajaran IPS di kelas VI.
3. Bagi Lembaga
Kepada lembaga sekolah, hendaknya memfasilitasi adanya media-media pembelajaran dalam menunjang pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas kelulusan sekolah itu sendiri.
(4)
Daftar Pustaka
Abdulrahman. 2006. Macam-macam Teori Belajar.
http:belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ di download tanggal 10 Februari 2014.
Agus, Sanjaya. 2010. Definisi Hasil Belajar: http:hasilbelajarpsikologi.com di download tanggal 10 Januari 2014.
Ali, Mohammad. 2008. Pengertian Aktivitas Belajar. Jakarta
Ades, Sanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Reneka Cipta. Jakarta
Djamarah S.B, Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Ibrahim. Dkk. 2000. Model Pembelajaran Jigsaw. http:model-model-pembelajaran.com.di download tanggal 10 Januari 2014.
Ischak. 2007. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bumi Aksara. Jakarta Nasution Noehi. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Nu’man, Soemantri. 2008. PembelajaranIPS.
http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-ips-pengertian.html Oemar, Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS, Jakarta.
Sapriya. 2008. Pembelajaran IPS SD. Bumi Aksara, Jakarta Slameto. 2003. Pengertian Aktivitas Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Soemantri. 2008. IPS SD. Universitas Terbuka. Jakarta
(5)
54
Solihatin, Etin, 2011, Analisis Model Pembelajaran IPS, Bumi Aksara, Jakarta Suryosubroto. 2002. Metode Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Taniredja, Tukiran. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Alfabeta. Bandung.
Trianto, 2009, Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya
(6)