2.3 Mikroestetik
Mikroestetik merupakan pedoman dalam menghasilkan proporsi dan posisi gigi yang sesuai. Peneliti-peneliti seperti Chiche dan Pinault 1994, Goldstein
1997, Lombardi 1973, Rosenstiel, Ward dan Rashid 2000 menyatakan bahwa gigi insisivus sentralis rahang atas berperan dalam menghasilkan estetik pada regio
anterior. Elemen mikroestetik adalah rasio lebar dengan tinggi gigi, bentuk, karakteristik dan warna gigi. Bentuk, karakteristik dan warna gigi kebanyakannya
tergantung pada keinginan pasien atau dalam kasus restorasi tunggal dengan menyesuaikan restorasi dengan gigi kontra-lateral.
1
2.4 Konsep Golden Proportion
2.4.1 Definisi
Penampilan rongga mulut dapat diperbaiki sesuai dengan persepsi subjektif pasien sehingga keberhasilan tersebut sesuai dengan
prinsip “beauty is in the eye of the beholder
”.
1,3
Keindahan tersebut dapat diukur dengan menggunakan konsep golden proportion yaitu semakin mendekati nilai golden proportion, penampilannya
akan semakin estetis. Konsep golden proportion adalah nilai matematika yang menggunakan rasio antara dua jarak yang memberi nilai 1:1,618. Simbol konsep
golden proportion adalah ϕ dan disebut sebagai “phi”. Konsep golden proportion
tidak hanya menggambarkan keindahan, bahkan terlihat pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan Gambar 4.
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Golden proportion pada a hewan dan b tumbuhan
9
Sebagai contoh, apabila satu garis dibagi menjadi dua, proporsi jarak terkecil
dengan jarak terbesar adalah sama dengan proporsi jarak terbesar dengan jarak total. Misalnya, jarak terkecil CB adalah 1, jarak terbesar AC adalah 1,618 lebih besar
dari CB. Apabila AC adalah 1, CB adalah 0,618 Gambar 5. Hubungan diantara dua jarak disebut sebagai “golden”.
24
Gambar 5. Jarak total AB dipotong pada C. Jarak AC adalah 1,618 dengan jarak CB
24
2.4.2 Sejarah
Sejak dulu, manusia sangat mementingkan kecantikan dan efeknya terhadap mereka. Aristotle 384-
322 BC menyatakan “personal beauty is a greater a
b
1,618 1,618
1
1
Universitas Sumatera Utara
recommendation than any letter of reference ”. Pada 365 SM – 300 SM, orang Yunani
dan Mesir mulai memahami konsep “divine proportion”. Orang Mesir menggunakan golden ratio untuk mendesain Pyramid, sedangkan orang Yunani menggunakan
golden ratio untuk mendesain Parthenon. Ahli matematika Yunani, Pythagoras meneliti konsep kecantikan secara matematis dan menemukan golden number, yaitu
0,618 pada 530 SM. DaVinci 1452-1519 meneliti golden proportion dan menulis dasarnya pada tahun 1509 serta menerbitkan “Divine Proportion”.
25
DaVinci menggunakan konsep golden proportion
dalam lukisannya yaitu “ideal man” dan Mona Lisa.
26
Pada tahun 1946, Matila Ghyka dalam penulisannya “The Geometry of Art and Life
” menunjukkan analisis wajah pemain tenis yaitu Helen Wills dimana ukuran wajahnya berhubungan dengan golden proportion. Berdasarkan penulisan
Ghyka, Seghers dkk. 1964 menyatakan golden proportion sebagai alat yang digunakan untuk rekonstruksi deformitas wajah.
27
Lombardi 1973 merupakan peneliti pertama yang menggunakan konsep golden proportion dalam restorative dentistry.
5
Lombardi menyatakan bahwa lebar gigi insisivus lateralis ke gigi insisivus sentralis serta lebar gigi insisivus lateralis ke
kaninus merupakan satu rasio yang berulang. Levin 1978 menyatakan bahwa lebar insisivus sentralis dengan lebar insisivus lateralis serta lebar kaninus dengan lebar
insisivus lateralis mengikuti konsep golden proportion.
7
Ricketts 1981 menggunakan golden divider untuk menunjukkan hubungan wajah yang harmonis
pada wanita cantik dengan konsep golden proportion.
25
Snow 1999 menyatakan bahwa golden proportion dapat digunakan untuk menghasilkan senyum yang estetik
berdasarkan simetri, dominansi dan proporsi, yang mana persentase yang diperoleh
Universitas Sumatera Utara
adalah insisivus sentralis 25, insisivus lateralis 16 dan kaninus 9.
26
Jefferson 2004 menyatakan bahwa golden proportion adalah satu pedoman yang universal
untuk menghasilkan wajah yang estetik dan dapat memudahkan diagnosa serta perawatan kelainan wajah.
8
Bukhary dkk. 2007 menunjukkan lebar gigi insisivus lateralis yang paling mendekati golden proportion memperlihatkan senyum yang
estetik.
7
Berbeda dengan penelitian Mahshid 2004, konsep golden proportion bukan pedoman untuk menghasilkan senyum yang estetik karena setiap pasien memiliki
bentuk dentofasial yang berbeda.
5
Menurut Methot 2006, penampilan wajah dan gigi pada setiap pasien adalah berbeda, sehingga konsep golden proportion tidak
sesuai digunakan untuk mencapai estetik pada wajah.
9
Parnia dkk. 2010 menyatakan proporsi tinggi dengan lebar gigi insisivus sentralis rahang atas tidak
mempunyai hubungan dengan konsep golden proportion.
13
2.4.3 Alat