ANALISIS PERGESERAN KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2003 - 2012

(1)

ANALISIS PERGESERAN KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2003 - 2012

oleh

YANU TRI HARJOKO ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesempatan kerja di Provinsi

Lampung, apakah terjadi pergeseran kesempatan kerja kurun waktu 2003-2012, serta, laju pertumbuhan kesempatan kerja, daya saing kesempatan kerja, serta sektor

unggulan dalam menyerap tenaga kerja. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Shift Sharedengan perhitungan dua periode untuk melihat lebih jelas pergeseran kesempatan kerja dari periode pertama ke periode kedua. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa jumlah kesempatan kerja ( provinsi Lampung dan Indonesia) atas dasar penduduk usia 15 Tahun yang bekerja menurut lapangan usaha Tahun 2003-2012. Hasil penelitian berdasarkan hasil analisisShift Sharemenunjukkan bahwa terjadi pergeseran struktur tenaga kerja yang ditandai dengan peranan sektor primer yang semakin menurun, diikuti sektor tersier, sedangkan sektor sekunder mengalami kenaikan melalui sektor indutri di periode kedua menjadi 740,20, sektor listrik air, dan gas 1.478 dan sektor bangunan 44.180. Laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Lampung dikatakan lambat ditandai sektor pertanian yang menjadi sektor paling unggul dalam penyerapan tenaga kerja dengan besaran sebesar

18.676,18, berbanding terbalik dengan pertumbuhan proporsionalnya yang bernilai 257.098,36. Daya saing kesempatan kerja sektoral Provinsi Lampung terhadap kesempatan kerja di Indonesia memiliki daya saing yang cukup tinggi, terlihat pada perhitungan periode kedua memiliki nilai sebesar 186.035,98. Untuk itu, pemerintah sebaiknya mengembangkan sektor yang memiliki keunggulan serta harus

mempertimbangkan aspek penyediaan lapangan pekerjaan.

Kata Kunci: Kesempatan kerja, pergeseran kesempatan kerja, laju pertumbuhan kesempatan kerja, daya saing kesempatan kerja, sektor unggulan, Analisis Shift Share.


(2)

ANALYSIS OF SECTORAL EMPLOYMENT SHIFTING IN PROVINCE OF LAMPUNG PERIODS 2003-2012

By

Yanu Tri Harjoko

ABSTRACT

This research aims to identify about employment shifting in Province of

Lampung, whether happened transition of employment shiftingin periods of 2003-2012, and, growth rate of employment shifting, competitiveness of job resources, and prime sector in labour absorbing. Analysis equipment that used in this research isShift Shareanalysis with two periods of extrapolation to see more clearly transition of employment shifting from first period to second period. Data that used in this resources (Province of Lampung and Indonesia) on the basis of population at 15th age who has worked according to business vocation in 2003-2012. Result of research based on Shift Share analysis result that show if occured transition structure of labour that marked with role of primary sector which is decreasing, followed by the tertiary sector, while the secondary sector have to increased by way of industrial sector in the second period becomes to 740,20, electricity sector, water, and gas 1.478 and construction sector 44.180. Growth rate of employment shifting in Province of Lampung could be called slow and marked agriculture sector that becomes to be the most prime sector in absorbing of labour with range of 18.676,18, inversely proportional with its proportional growth that worth 257.098,36. Competitiveness of employment shifting in sectoral Province of Lampung towards employment shifting in Indonesia take possession of high enough competitiveness, visible at accounting in second period has value amounts 186.035,89. Therefor, the goverment should be developed sector that have prime factor and must be deliberated the provision aspect of job vacancies.

Keyword: Employment shifting, Transition of job resources, Growth rate of Employment shifting, Competitiveness of Employment shifting, Prime sector, Shift Share analysis.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 30 Januari 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Suratman dan Ibu Yasem.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 10 Jakasampurna, Bekasi tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 4 Bekasi pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Perguruan Rakyat 2 Jakarta pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan ekonomi pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2013 penulis mengikuti kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Tanggamus dan KKL (Kuliah Kunjung Lapangan) di Bank Indonesia.


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terimkasihku kepada :

1. Ayah dan Ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi kepada saya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang kepada Ayah dan Ibu .

2. Kakak - kakak tercinta , Eka Ratnawati dan Reny Astuti. Terimakasih atas perhatian dan motivasi yang kalian berikan. semoga Allah SWT juga senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang kepada Kakak-kakak tercinta.

3. Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(9)

MOTO

“Dan Bahwasanya setiap manusia tidak akan memperoleh (hasil) selain apa yang telah diusahakannya”.

(QS An Najm:39)”

“Jika A adalah sukses dalam hidup, maka A = X + Y + Z. X adalah bekerja, Y adalah bermain, dan Z adalah berdoa.”

(Albert Einstein)

“Sederhana dalam sikap, kaya dalam karya, dan selalu berupaya untuk berbuat baik kepada orang lain..”


(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pergeseran Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi

Lampung Tahun 2003-2012” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Bapak Dr. Syafirin Abdullah, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.


(11)

5. Ibu Arivina Ratih S.E.,M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik.

7. Seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terbaik A 108 . Kevin, Ridhwan , Aby, Rendi, Hasby, Ega, Denis, Andika Mahardika, Alex, Hadi, Andhyka, Ade, Brama, Deni, dan Irfan. Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan kelak akan berbuah hasil yang memuaskan.

9. Teman-teman satu pembimbing.Yogi, Sandi, Levy, Angga,Imaniar dan Triya. Terimakasih telah berjuang bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh mahasiswa Ekonomi Pembangunan angkatan 2010. Lutfida, Bisul, Astri, Citra, Tika, Moza, Ata, Hasti, Virgi, Dhani, Beni, Amin, Wong, Agus, Darus, Dede, Chairman, Febri,Dwi Adi, Fani, Dimas, Dani Chandra, Widi, Arizal, serta yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Semoga kedepannya kita akan selalu sukses.

11. Sahabat seperjuangan Efinde Beny, Feizal, Enggar, Bimbi, Gading, Carlos, Nadia, Nurisa, Nico, Amay, Namsul, Fahru, Budi, Dyan. Terimakasih atas semangat dan bantuan kalian selama ini.

12. Pakde dan Bude Rimin serta teman-teman satu kostan. Aby,Rangga, Irawan, Keling, Thyo, Aldo, dll. Semoga hubungan silaturahmi kita tak putus sampai akhir hayat.


(12)

13. Para staff jurusan Ekonomi Pembangunan. Ibu Hudaiyah, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’ruf. Terima kasih telah membantu proses kelancaran skripsi ini.

14. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I . PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Kerangka Pemikiran...7

F. Sistematika Penulisan ...9

II. TINJAUAN PUSTAKA ...11

A. Tinjauan Teoritis ...11

1. Teori Pertumbuhan Struktural...11

a. Teori Fei-Ranis (Ranis and Fei) ...11

b. Teori W. Arthur Lewis...13

c. Teori Chenery ...14

2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ...16

a. Teori Ekonomi Neo Klasik...17

b. Teori Basis Ekonomi ...18

c. Teori Tempat Sentral ...18

d. Teori Kausasif Kumulatif ...18

e. Teori Lokasi...19


(14)

i

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah...19

a. Adam Smith...19

b. Whilt Whitman Rostow ...20

c. Fredrich List ...20

d. Harrod Domar...20

e. Thomas Robert Maltus ...21

4. Ketenagakerjaan ...21

a. Definisi Tenaga Kerja...21

b. Kesempatan Kerja...22

c. Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB) ...23

d. Permintaan Tenaga Kerja ...24

e. Penawaran Tenaga Kerja ...28

f. Penyerapan Tenaga Kerja ...31

B. Tinjauan Empiris...32

1. Penelitian Terdahulu ...32

III. METODE PENELITIAN ...35

A. Lokasi Penelitian...35

B. Jenis dan Sumber Data ...35

1. Jenis Data ...35

2. Sumber Data...36

C. Teknik Pengumpulan Data...36

D. Alat Analisis...36

1. AnalisisShift Share...36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...43

A. Hasil Penelitian ...43

1. Hasil AnalisisShift Share...43

a. Periode Pertama AnalisisShift ShareKesempatan Kerja di Provinsi Lampung Tahun 2003-2007...48

b. Periode Kedua AnalisisShift ShareKesempatan Kerja di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 ...53

2. Analisis Deskriptif Perbedaan Hasil AnalisisShift Share Pada Perhitungan 2 Periode ...58

a. Variabel Pengaruh Pertumbuhan Kesempatan Kerja Nasional Terhadap Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Provinsi Lampung (Nij)...58

b. Variabel Pertumbuhan Proporsional Kesempatan Kerja di Provinsi Lampung (Mij) ...59


(15)

i

c. Variabel Keunggulan Kompetitif Kesempatan Kerja

di Provinsi Lampung (Cij)...60

d. Pergeseran Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Lampung(Dij)...61

f. Pergeseran Bersih Kesempatan Kerja di Provinsi Lampung...61

B. Pembahasan Penelitian...62

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...65

A. Kesimpulan ...65

B. Saran...66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Provinsi

Lampung Tahun 2008-2012 ... 3

2. Penduduk Usia 15 Tahun Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Lampung 2003-2007 ... 5

3. Penduduk Usia 15 Tahun Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Lampung 2008-2012 ... 5

4. Konsep Penelitian Terdahulu... 33

5. Konsep Penelitian Terdahulu ( Lanjutan)... 33

6. Konsep Penelitian Terdahulu ( Lanjutan)... 34

7. Kesempatan Kerja Sektoral Provinsi Lampung Tahun 2003-2007 (Periode Pertama) ... 44

8. Kesempatan Kerja Sektoral Indonesia Tahun 2003-2007 (Periode Pertama) ... 45

9. Kesempatan Kerja Sektoral Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Periode Kedua)... 46

10. Kesempatan Kerja Sektoral Indonesia Tahun 2008-2012 (Periode Kedua) ... 47

11. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Lampung 2003-2007(Periode Pertama)... 48

12. Hasil Shift-Share Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Lampung Tahun 2003-2007 (Periode Pertama) ... 49

13. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Periode Kedua) ... 53

14. Hasil Shift-Share Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Periode Kedua) ... 54

15. Perhitungan Komponen Nij ... 58

16. Perhitungan Komponen Mij ... 59

17. Perhitungan Komponen Cij ... 60

18. Perhitungan Pergeseran Kesempatan Kerja... 61


(17)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Lapangan Usaha Provinsi Lampung Tahun 2008-2012...L-1 2. Penduduk Usia 15 Tahun Yang Bekerja Menurut Lapangan

Usaha di Provinsi Lampung 2003-2007...L-1 3. Penduduk Usia 15 Tahun Yang Bekerja Menurut Lapangan

Usaha di Provinsi Lampung 2008-2012...L-2 4. Kesempatan Kerja Sektoral Provinsi Lampung Tahun

2003-2007 (Periode Pertama) ...L-3 5. Kesempatan Kerja Sektoral Indonesia Tahun

2003-2007 (Periode Pertama) ...L-4 6. Kesempatan Kerja Sektoral Provinsi Lampung Tahun

2008-2012 (Periode Kedua) ...L-4 7. Kesempatan Kerja Sektoral Indonesia Tahun

2008-2012 (Periode Kedua) ...L-5 8. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektoral di

Provinsi Lampung 2003-2007 (Periode Pertama)...L-5 9. Hasil Shift-Share Kesempatan Kerja Sektoral di

Provinsi Lampung Tahun 20032007 (Periode Pertama)...L-6 10. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektoral di

Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Periode Kedua) ...L-6 11. Hasil Shift-Share Kesempatan Kerja Sektoral di

Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Periode Kedua) ...L-7 12. Perhitungan Komponen Nij ...L-7 13. Perhitungan Komponen Mij...L-7 14. Perhitungan Komponen Cij...L-7 15. Perhitungan Pergeseran Kesempatan Kerja ...L-7


(18)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ...8

2. Kurva Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja ...29

3. KurvaExcess Demand of Labour...29


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus mendukung bagi

keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 2011). Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan menurunnya pangsa sektor primer (pertanian),

meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan pangsa sektor tersier (jasa) juga memberikan kontribusi yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2011).

Sehingga menurut Tambunan, 2001, pembangunan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus). Ketimpangan yang terjadi dapat menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan


(20)

2

proses pembangunan dilihat sebagai perubahan pada kegiatan dan tata susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Perubahan struktural suatu perekonomian menyangkut perubahan-perubahan pada struktur produk nasional dan komposisi produk nasional, kesempatan kerja,

ketimpangan antar sektoral, antar daerah, dan antar golongan masyarakat. Perubahan pada ciri pokok suatu perekonomian tercermin pada perkembangan (kenaikan) tingkat pendapatan. Meningkatnya pendapatan mengakibatkan terjadinya pergeseran pada komposisi produk nasional (pergeseran diantara sumbangan sektoral terhadap produk nasional) dan pada kesempatan kerja produktif (dari sektor primer beralih ke sektor sekunder dan tersier) dan pola perdagangan (dari komonditi primer ke barang menufaktur dan pemberian jasa) (Djojohadikusumo, 1994).

Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan: (1) merosotnya pangsa sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.


(21)

3

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Juta Rupiah)

Sektor Ekonomi 2012 2011 2010 2009 2008

Pertanian 16.242.780 15.587.581 147.596 14.693.881 14.327.563

Pertambangan 827.57 809.109 753.128 737.977 812.854

Industri 5.668.830 5.430.218 5.178.776 4.879.401 4.574.833

Listri, Air, Gas 173.449 156.952 146.542 129.396 120.924

Bangunan 2.090.461 1.975.551 1.841.331 1.7.86.676 1.685.423

Perdagangan 6.811.060 6.465.587 6.056.757 5.890.237 5.422.903

Angkutan 3.598.532 3.171.199 2.875.032 2.456.824 2.178.898

Keuangan 4.660.496 4.122.026 3.968.006 3.035.393 2.691.785

Jasa 3.432.638 3.137.140 2.860.984 2.746.448 2.599.470

Total 43.505.816 40.855.363 38.473.053 36.598.412 34.414.653

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

Dari Gambar 1dapat dilihat bahwa besarnya nilai PDRB Lampung sebagian besar didominasi dari sektor pertanian lalu diikuti sektor perdagangan dan sektor industri olahan. Dari tahun 2008 sampai tahun 2012 sektor pertanian selalu menjadi

penyumbang tertinggi dari tahun ke tahun dan tidak pernah mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 14.327.563 (dalam juta) pada tahun 2003 hingga tahun 2012 sebesar Rp. 16.242.780 (dalam juta). Lalu diikuti dari sektor perdagangan dan sektor industri olahan.

Secara umum, selama lima tahun terakhir struktur perekonomian Provinsi Lampung masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor industri. Peranan ketiganya terhadap PDRB Lampung mencapai lebih dari 60 persen. Sektor pertanian yang mempunyai peranan terbesar dibandingkan sektor yang lain, dalam kurun waktu 2008-2012 peranannya selalu meningkat.


(22)

4

perubahan struktur sektor pertanian yaitu perubahan pola komposisi produksi, urutan produksi dan perubahan sumberdaya yang digunakan. Dalam proses pertumbuhan ekonomi, pangsa sektor pertanian baik dalam PDB maupun dalam kesempatan kerja menurun sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita. Proses pertumbuhan PDB juga disertai pertumbuhan sektor pertanian yang meningkat dengan cepat bersamaan dan bahkan mendahului pertumbuhan PDB (Hayami, 1971).

Setelah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi penggerak perekonomian di Provinsi Lampung hal ini secara konstan terus berlangsung karena dari tahun 2008 hingga 2012 sektor perdagangan tidak pernah mengalami penurunan. Sektor ini sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa.

Aspek penting dari transformasi struktural adalah sisi ketenagakerjaan. Suahasil Nazara (2005) merumuskan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui proses

transformasi dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor perekonomian dan transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi.

Kariyasa (2004) mengatakan bahwa titik balik untuk aktivitas ekonomi (economic turning-point) tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik penggunaan tenaga kerja (labor turning-point). Jika transformasi kurang seimbang maka dikhawatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumberdaya manusia pada sektor primer. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada tiap sektor perekonomian suatu daerah menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar menunjukkan bahwa sektor tersebut


(23)

5

mampu menjadi sektor potensial. Penyerapan tenaga kerja setiap sektor di berbagai daerah di Indonesia berbeda-beda yang disebabkan perencanaan pembangunan di setiap daerah berbeda.

Tabel 2. Penduduk Usia 15 Tahun Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Lampung 2003-2007 Periode Pertama (Jiwa)

Sektor Sektor Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007

Primer Pertanian 1.806.827 1.825.362 1.833.575 1.851.484 1.879.282

Pertambangan 12.086 12.464 12.595 12.718 11.909

Sekunder Industri 248.934 252.374 256.193 258.695 262.579

Listrik, Air ,Dan Gas 3.164 3.235 3.396 3.430 3.481

Bangunan 136.923 137.834 138.315 139.666 141.763

Tersier Perdagangan 471.972 492.132 509.147 514.120 521.839

Angkutan 135.820 137.652 139.908 141.275 143.396

Keuangan 19.378 19.482 19.551 19.742 20.038

Jasa 278.289 280.172 288.863 291.685 296.064

Jumlah 3.113.393 3.160.707 3.201.544 3.232.814 3.281.351

Sumber : Disnakertrans Provinsi Lampung , 2007

Tabel 3. Penduduk Usia 15 Tahun Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Lampung 2008-2012 Periode Kedua (Jiwa)

Sektor Sektor Ekonomi 2008 2009 2010 2011 2012

Primer Pertanian 1.839.501 1.829.632 1.836.418 1.712.503 1.749.157

Pertambangan 13.383 22.452 23.226 28.554 29.121

Sekunder Industri 271.924 298.739 311.323 338.660 345.944

Listrik, Air ,Dan Gas 3.900 3.078 3.672 5.267 5.378

Bangunan 153.681 150.988 155.051 194.022 197.861

Tersier Perdagangan 543.076 600.654 619.296 645.377 659.948

Angkutan 162.192 133.529 136.839 125.961 128.470

Keuangan 15.707 22.026 22.906 34.647 35.379

Jasa 310.189 326.077 353.565 426.039 472.314

Jumlah 3.313.553 3.387.175 3.462.297 3.547.030 3.623.571


(24)

6

Jika dilihat dari Tabel 2 dan Tabel 3 Dilihat dari kontribusi tenaga kerja pada tiap sektor dalam perekonomian di Provinsi Lampung, sektor pertanian menyerap tenaga kerja paling banyak sekitar 1,8 juta jiwa, sektor perdagangan sekitar 600 ribu jiwa dan sektor industri pada kisaran 300 ribu jiwa. Perbedaan penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi antara sektor pertanian dan sektor-sektor lainnya dapat berakibat pada tingkat produktivitas antar sektor tersebut. Penyerapan tenaga kerja yang begitu besar pada sektor pertanian dapat berakibat terjadinya penurunan upah para tenaga kerjanya.

Kondisi ini memberikan gambaran bahwa meningkatnya gerak sektor-sektor perekonomian di Provinsi Lampung masih belum diikuti oleh peningkatan

kesempatan kerja serta belum mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja secara optimal sehingga masih menyisakan tenaga kerja yang belum

diberdayakan dalam bentuk pengangguran. Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja, sehingga titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik

penggunaan tenaga kerja (Supriyati, 2001).

Sehubungan dengan uraian di atas peneliti mengangkat judul tentang “Analisis

Pergeseran Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Lampung Tahun 2003-2012”.


(25)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

Bagaimana pergeseran kesempatan kerja, pertumbuhan kesempatan kerja, daya saing kesempatan kerja, sektor unggulan sektoral di Provinsi Lampung periode 2003-2012?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

Mengetahui pergeseran kesempatan kerja, pertumbuhan kesempatan kerja, daya saing kesempatan kerja, sektor unggulan sektoral di Provinsi Lampung periode 2003-2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai dasar bagi pemerintah untuk memberikan kebijakan meningkatkan kesempatan kerja di sektor yang menjadi unggulan di Provinsi Lampung.

2. Sebagai bahan refensi bagi peneliti lain yang memiliki keterkaitan untuk mengembangkan penelitian ini.

E. Kerangka Pemikiran

Struktur ekonomi Provinsi Lampung yang meliputi 9 sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik, air, dan gas, bangunan, perdagangan, angkutan, keuangan, dan jasa. Dari Sembilan sektor terebut dapat diketahui data mengenai kesempatan atau jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor di Provinsi Lampung, setelah data diolah akan diketahui pergeseran struktural


(26)

8

kesempatan kerja di Provinsi Lampung, dapat juga diketahui pertumbuhan kesempatan kerja, serta dapat juga diketahui sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Provinsi Lampung dengan menggunakan alat analisisshift shareyang merupakan alat analisis untuk menghitung pergeseran struktur ekonomi denggan variable kesempatan kerja.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Struktur Ekonomi Provinsi Lampung

1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri

4. Listrik, Air, dan Gas 5. Bangunan

6. Perdagangan 7. Angkutan 8. Keuangan 9. Jasa

Kesempatan kerja Sektoral

Pergeseran Kesempatan Kerja

Daya Saing Kesempatan

Kerja

Sektor Unggulan Kesempatan Kerja Pertumbuhan

Kesempatan Kerja


(27)

9

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami skripsi ini penulis memberikan gambaran melalui sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjabarkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Menguraikan tinjauan-tinjauan pustaka yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini antara lain teori tentang

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, tenaga kerja, permintaan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja, dan kesempatan kerja. Selain itu dalambab ini juga disertakan beberapa penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi dalam penelitian ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas data dan sumber data, metode pengumpulan data, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Dalam bab ini menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan. Alat analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisisShift-Share


(28)

10

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil pergeseran kesempatan kerja dengan menggunakan alat analisisshift share.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan penutup yang akan membahas mengenai

kesimpulan dari penelitian serta saran-saran mengenai masalah yang diteliti.

Daftar Pustaka Lampiran


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Teori Perubahan Struktural

Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 2011).

a. Teori Fei-Ranis (Ranis and Fei)

Dalam model Fei-Ranis, konsep yang berkaitan dengan transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Tahapan transfer tenaga kerja dibagi menjadi tiga berdasarkan pada produk fisik marginal (MPP) dan upah yang dianggap konstan dan ditetapkan secara eksogenus, sebagai berikut :

a) Pada tahap pertama, karena tenaga kerja melimpah maka MPP tenaga kerja sama dengan atau mendekati nol sehingga surplus tenaga kerja yang ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri mempunyai kurva penawaran yang elastis sempurna. Pada tahap ini walaupun ada transfer tenaga kerja, total produksi di sektor pertanian tidak menurun, produktivitas tenaga kerja meningkat dan sektor


(30)

12

industri dapat tumbuh karena didukung oleh adanya tambahan tenaga kerja yang disediakan sektor pertanian. Dengan demikian, transfer tenaga kerja

menguntungkan kedua sektor ekonomi.

b) Pada tahap kedua, pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektorpertanian akan menurunkan produksi karena MPP tenaga kerja sudah positif namun besarnya MPP masih lebih kecil dari tingkat upah. Transfer tenaga kerja dari pertanian ke industri ada tahap ini mempunyai biaya seimbang yang positif, sehingga kurva penawaran tenaga kerja di sektor industri mempunyai elastisitas positif. Transfer akan tetap terjadi, produsen disektor pertanian akan melepaskan tenaga kerjanya walaupun mengakibatkan produksi menurun karena penurunan tersebut lebih rendah dari besarnya upah yang tidak jadi dibayarkan. Di pihak lain, karena surplus produksi yang ditawarkan ke sektor industri menurun sementara permintaannya meningkat (karena tambahan tenaga kerja masuk), harga relatif komoditi pertanian akan meningkat.

c) Tahap ketiga adalah tahap komersialisasi di kedua sektor ekonomi, dimana MPP tenaga kerja sudah lebih tinggi dari tingkat upah. Produsen pertanian akan

mempertahankan tenaga kerjanya sehingga masing-masing sektor berusaha efisien. Transfer masih akan terus terjadi jika inovasi teknologi di sektor pertanian dapat menigkatkan MPP tenaga kerja. Sementara permintaan tenaga kerja terus

meningkat dari sektor industri dengan asumsi keuntungan di sektor ini diinvestasikan kembali untuk memperluas usaha.


(31)

13

Dalam model FR ini kecepatan transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri tergantung pada: (a) tingkat pertumbuhan penduduk, (b) perkembangan teknologi di sektor pertanian dan (c) tingkat pertumbuhan stok modal di sektor industri dan surplus yang dicapai di sektor pertanian. Dengan demikian

keseimbangan pertumbuhan di kedua sektor tersebut menjadi prasyarat untuk

menghindari stagnasi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Ini berarti kedua sektor tersebut harus tumbuh secara seimbang dan transfer serta penyerapan tenaga kerja disektor industri harus lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja.

b. Teori W. Arthur Lewis

Transformasi struktural suatu perekonomian subsisten di rumuskan oleh seorang ekonom besar yaitu W. Arthur Lewis. Dengan teorinya model dua sektor Lewis antara lain :

a) Perekonomian Tradisional

Dalam teori ini Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Perekonomian

tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten, hal ini diakibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas

marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya.


(32)

14

b) Perekonomian Industri

Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten. Dengan demikian perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan meningkatkan output yang di produksi. Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan (self sustaining growth) dan perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor industri. Selanjutnya, tenaga kerja tambahan berikutnya hanya dapat di tarik dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut akan mengakibatkan merosotnya produksi pangan. Transformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari

perekonomian pertanian tradisional yang berpusat di pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri modern yang berorientasi kepada pola kehidupan perkotaan.

c. Teori Chenery

Analisis teoriPattern of Developmentmenjelaskan perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan


(33)

15

ekonomi. Peningkatan peran sektorindustri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi kapital dan peningkatan sumber daya (Human Capital).

a) Dilihat dari Permintaan Domestik

Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap barang-barang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami peningkatan dalam struktur GNP yang ada. Di sektor perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor.

b) Dilihat dari Tenaga Kerja

Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal (lag)dibandingkan proses perubahan struktural itu sendiri. Dengan keberadaanlaginilah maka sektor pertanian akan berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut.

Secara umum negara-negara yang memiliki tingkat populasi tinggi yang pada


(34)

16

mendirikan industri yang bersifat substitusi impor. Artinya mereka memproduksi sendiri barang-barang yang dulunya impor untuk kemudian dijual di pasaran dalam negeri. Sebaliknya negara-negara dengan jumlah penduduk yang relatif kecil, cenderung akan mengembangkan industri yang berorientasi ke pasar internasional. Teori perubahan struktural menjelaskan bahwa percepatan dan pola transformasi struktural yang terjadi pada suatu negara dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 2004).

Menurut Arsyad (2004), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmupengetahuan dan pengembangan

perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah


(35)

17

Pembangunan ekonomi oleh beberapa ekonom dibedakan pengertiannya dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai :

a) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan PDRB/GNP pada suatu tingkat tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan penduduk.

b) Perkembangan PDRB/GNP yang berlaku dalam suatu daerah negara diikuti oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (Kuncoro, 2004).

Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah yaitu : a) Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang

mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya. b) Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh

setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004).

a. Teori Ekonomi Neo Klasik

Menurut teori ini ada 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupah rendah.


(36)

18

b. Teori Basis Ekonomi

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional.

Implementasinya kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu.

c. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral(central place teory)menganggap bahwa ada hirarki tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

d. Teori Kausasif Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dari teori kausasif kumulatif (cumulative causation). Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah maju dan terbelakang. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah lain (Arsyad,2004).


(37)

19

e. Teori Lokasi

Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Hal ini mengakibatkan

perusahaan-perusahaan cenderung memilih lokasi yang dapat meminimumkan biaya namun memaksimalkan peluangnya untuk mendekati pasar (Arsyad, 2004).

f. Teori Model Daya Tarik

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui

pemberian subsidi dan insentif. (Arsyad, 2004).

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah a. Adam Smith

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok taman, masa berdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut teori ini,


(38)

20

akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk pada pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Kuncoro, 2004).

b. Whilt Whitman Rostow

Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu: masyarakat tradisional( the traditional society ), prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas(take off),menuju kedewasaan(the drive maturity)dan masa konsumsi tinggi( the age of high mass consumption).

c. Friedrich List

Menurut List (1840), sistem liberal yanglaizes-fairedapat menjamin alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi menurut List melalui 5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian dan industri pengolahan (Manufacturing), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.

d. Harrod Domar

Teori ini menganggap setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika untuk mengganti barang-barang modal yang rusak.


(39)

21

Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Rasio modal output (COR) sebagai suatu hubungan antara investasi yang ditanamkan dengan pendapatan tahunan yang dihasilkan dari investasi tersebut (Arsyad,2004).

e. Thomas Robert Malthus

Malthus menitikberatkan perhatian pada perkembangan kesejahteraan suatu negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian tergantung pada jumlah output yang dihasilkan oleh tenaga kerja, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut (Jhinghan,1993).

4. Ketenagakerjaan a. Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 15 tahun, tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja dipilah pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan (Dumairy, 2010).


(40)

22

Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor yaitu kelompok pekerja dan penganggur. Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan, dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Adapun yang dimaksud penganggur adalah orang yang tidak

mempinyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. Bila penyediaan tenaga kerja dan jenis tingkatan pendidikan tertentu lebih besar dari kebutuhan dalam kelompok jabatan yang sepadan maka akan terjadi pengangguran. Pengangguran merupakan pemborosan dana dan dapat menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat. Kewajiban pemerintah untukmenyesuaikan rencana pembangunan yang ditujukan untuk menangulangi masalah kesempatan kerja. Oleh karena itu jelas bahwa perencanaan pembangunan erat hubungannya dengan penyerapan tenaga kerja.

b. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi (Disnakertrans, 2003). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia. Kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah serta, perkembangan jumlah dan.kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaaatkan seluruh potensi pembangunan di daerah masing-masing. Bertitik


(41)

23

tolak, dari kebijaksanaan tersebut maka dalarn rangka mengatasi masalah perluasan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran, Departemen Tenaga Kerja dalam UU No. 13 Tahun 2002 tentang Ketenagakerjaan memandang perlu untuk menyusun program yang mampu baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.

c. Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB)

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB menjadi semakin serius. Tingkat pengangguran terbuka terbuka di perkotaan hanya menunjukkan aspek-aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan kerja di NSB. Tenaga kerja yang tidak bekerja bekerja secara penuh mempunyai berbagai bentuk, termasuk berbagai bentuk danunderemploymentdi NSB sangat jarang, tetapi dari hasil studi ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa dikatkan tidak bekerja secara penuh( underutilitized ). Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi NSB perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang memadai dan

menyediakan kesempatan-kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin. Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang paling esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penghapusan (Arsyad, 2004).


(42)

24

d. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah (yang ditilik dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh perusahaan (dalam hal ini dapat dikatakan dibeli) (Wulaningrum, 2006). Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu memberi kenikmatan (utility) kepada pembeli. Akan tetapi pengusaha

mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan

permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti ini disebut denganderived demand(Simanjuntak, 2005).

Sifat permintaan tenaga kerja adalahderived demandsehingga untuk

mempertahankan tenaga kerja yang digunakan perusahaan, maka harus dijaga bahwa permintaan masyarakat terhadap produk perusahaan harus tetap stabil dan kalau mungkin meningkat. Untuk menjaga stabilitas permintaan produk perusahaan serta kemungkinan pelaksanaan eksport, maka perusahaan harus memiliki kemampuan bersaing baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Dengan demikian bisa diharapkan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja bisa dipertahankan atau bahkan ditinggalkan (Sumarsono, 2003).


(43)

25

Beberapa faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja: a) Tingkat Upah

Yang mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan adalah tingkat upah para tenaga kerja. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, sehingga akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Apabila harga per unit produk yang dijual ke konsumen naik, reaksi yang biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli produk tersebut. Sehingga akan muncul perubahan skala produksi yang disebut efek skala produksi (scale effect) dimana sebuah kondisi yang memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi tenaga kerja perusahaan. Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal yang lain tetap, maka pengusaha mempunyai

kecenderungan untuk menggantikan tenaga kerja dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja akibat adanya penggantian dengan mesin disebut efek substitusi (substitution effect).

b) Teknologi

Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu

mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat terjadi kecanggihan teknologi akan menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun


(44)

26

relatif sama. Faktor yang berpengaruh dalam menentukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada kemampuan manusia. Misalnya, mesin pengemasan produk makanan yang dulunya berbasis tenaga kerja manusia dan beralih ke mesin-mesin dan robot akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja manusia lebih rendah untuk memproduksi makanan tersebut.

c). Produktivitas tenaga kerja

Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh berapa tingkat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu dibutuhkan 50 karyawan dengan produktivitas standar yang bekerja selama 9 bulan. Namun dengan karyawan yang produktivitasnya melebihi standar, proyek tersebut dapat diselesaikan oleh 25 karyawan dengan waktu 9 bulan. Kita mengetahui bahwa kekuatan permintaan tenaga kerja dalam pekerjaan tertentu sebagian bergantung pada produktivitas (MP). Perusahaan mengontrol kebanyakan faktor-faktor yang menentukan produktivitas pekerja. Tetapi dua cara serikat buruh dapat mempengaruhi ouput per jam pekerja adalah berpartisipasi dalam komite manajemen produktivitas tenaga kerja gabungan yang seringkali disebut “lingkaran kualitas” dan “codetermintation”, yang terdiri dari partisipasi langsung para pekerja dalam pengambilan keputusan perusahaan. Sebelumnya juga terkadang disebut “demokrasi buruh”. Tujuan kedua pendekatan tersebut adalah memperbaiki komunikasi internal dalam perusahaan dan meningkatkan produktivitas melalui penekanan lebih melalui kerjasama lebih dan insentif profit.


(45)

27

Dalam banyak kasus, serikat buruh telah menolak partisipasi dalam lingkaran kualitas dancodetermintation, memperdabatkan bahwa program-progam ini memperlancar proses tawar menawar dan memperkecil otoritas serikat. Dalam contoh lainnya, serikat setuju untuk berpartisipasi dalam basis eksperimental. Sampai pada saat pendekatan mereka meningkatkan marginal produk tenaga kerja, permiontaan tenaga kerja akan meningkat, sehingga meningkatkan prospek serikat untuk menegoisiasi peningkatan upah.

d). Kualitas Tenaga Kerja

Pembahasan mengenai kualitas ini berhubungan erat dengan pembahasan mengenai produktivitas. Karena dengan tenaga kerja yang berkualitas akan menyebabkan produktivitasnya meningkat. Kualitas tenaga kerja ini tercermin dari tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan kematangan tenaga kerja dalam bekerja.

e).Fasilitas Modal

Dalam prakteknya faktor-faktor produksi, baik sumber daya manusia maupun yang bukan sumber daya alam dan lain-lain, seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja


(46)

28

e. Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja jika dilihat dengan pendekatan secara makro ekonomi maka penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah penduduk, angkatan kerja, tingkat upah, jenis kelamin, tempat tinggal atau wilayah, tingkat pendidikan. Sedangkan dengan pendekatan mikro ekonomi, sisi dari penawaran tenaga kerja yang dilihat adalah seberapa banyak jam kerja yang digunakan. Dasar pemikiran yang digunakan dalam penawaran tenaga kerja adalah “theory labour/leassure choice”adalah teori pilihan orang untuk bekerja atau tidak bekerja dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatanindifferent curve.Terdapat dua jenis sifat tenaga kerja yang ada dalam pasar kerja yaitu seorang pekerja keras (workaholic) yaitu seorang tenaga kerja yang mau menambah jam kerjanya sebanyak mungkin padahal jumlah upah naik. Jenis yang kedua adalah seorang tenaga kersa yang tergolonglateback personyaitu seorang tenaga kerja yang sedikit menambah jam kerjanya padahal upahnya telah dinaikkan.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja seperti yang sudah dibukakan dalam Latar belakang dari pemelihan judul ini adalah ketidak seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut

penawaran yang lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.


(47)

29

Sumber : Subri, 2003

Gambar 1. Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Sumber : Subri, 2003 Gambar 2. Kurva Excess Demand of Labour


(48)

30

Sumber : Subri,2003 Gambar 3. Kurva Excess Supply Of Labour

Keterangan gambar :

SL : Penawaran Tenaga Kerja (supply of labor) DL : Permintaan Tenaga Kerja (demand of labor) W : Upah Riil

N : Jumlah Tenaga Kerja

We : Tingkat Upah Keseimbangan

Ne : Jumlah Tenaga Kerja Keseimbangan E : Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Penjelasan gambar:

1. Berdasarkan Gambar 1, jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian, Titik

keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan We, semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebutfull employmentpada tingkat upah We.


(49)

31

2. Berdasarkan Gambar 2, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat upah W2, permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada tingkat upah W1 adalah sebanyak N3, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N4.

3. Berdasarkan Gambar 3, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah W1, penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2, sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian, ada orang yang

menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1, N2.

f. Penyerapan Tenaga Kerja

Ada perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atitau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan atau suatu sektor. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah orang yang diminta untuk dipekerjakan. Sedangakan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan kepada kuantitas atau banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu (Simanjuntak, 2005).

Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju


(50)

32

peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Simanjuntak, 2005). Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian. Tenaga kerja di Indonesia lebih banyak terserap pada sektor informal. Sektor informal akan menjadi pilihan utama pencari kerja karena sektor formal sangat minim menyerap tenaga kerja. Sektor formal biasanya membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang tinggi.

Hukum okun menyatakan hubungan antara pendapatan nasional dengan tenaga kerja bahwa untuk setiap kenaikan 1% pada tingkat pengangguran, PDB suatu negara akan menjadi pada sekitar 2% lebih rendah dari PDB tambahan potensinya. Versi

kesenjangan menggambarkan hubungan antara perubahan kuartalan pengangguran dan perubahan kuartalan dalam PDB riil.

B.Tinjauan Empiris 1. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini :


(51)

33

Tabel 4.Ringkasan Penelitian “Analisis Struktur Perekonomian Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta”

Judul Analisis Struktur Perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penulisan/Tahun Prasetyo Supomo, 1993

Variabel Penelitian Penyerapan Tenaga Kerja Tiap Sektor, Kesempatan Kerja, Tingkat Pendidikan.

Metode Penelitian AnalisisShift Share

Hasil Penelitian KomponenIndustry-mixsebagai pengaruh kedua yang menjelaskan pengaruh perbedaan kenaikan jumlah pekerja tingkat nasional dan kenaikan tingkat D.I.Y menunjukkan bahwa di D.I.Y laju pertumbuhan nasional kesempatan kerja di sektor pertanian (22%) yang lebih rendah laju pertumbuhan kesempatan kerja nasional (39%).

Tabel 5.Ringkasan Penelitian “Perubahan Struktur Ekonomi danKesempatan Kerja Serta Kualitas Sumberdaya Manusia diIndonesia”

Judul Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja Serta Kualitas Sumberdaya Manusia di Indonesia.

Penulisan/Tahun Ketut Kariyasa, 2004

Variabel Penelitian Penyerapan Tenaga Kerja Tiap Sektor, Kesempatan Kerja, Tingkat Pendidikan

Metode Penelitian AnalisisShift Share

Hasil Penelitian Telah terjadi perubahan struktur ekonomi (pangsa produksi terhadap PDB) di Indonesia selama tahun 1995-2001 yaitu dari pola J-I-P (Jasa-Industri-Pertanian) kepola I-J- P. Sementara itu, pada periode yang sama pola struktur pangsa penyerapan tenaga kerja relatif stabil (tidak mengalami perubahan) dengan pola P-J-I.


(52)

34

Tabel 6.Ringkasan Penelitian “PerubahanStruktur Ekonomi (economic landscape) dan Kebijakan Strategi Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000

Analisis Input Output”

Judul Perubahan Struktur Ekonomi (economic andscape) dan Kebijakan Strategi Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000 Analisis Input Output

Penulisan/Tahun Hidayat Amir dan Suahasil Nazara, 2005 Variabel Penelitian Pertumbuhan ekonomi

Metode Penelitian AnalisisShift Share

Hasil Penelitian Dari struktur output,permintaan akhir dan nilai tambah bruto terlihat bahwa perekonomian Jawa Timur semakin mempertegas peranan sektor industri makanan, minuman dan tembakau walaupun dominasinya mengalami

penurunan namun masih memiliki prosporsi output yang terbesar bagi perekonomian..


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dan informasi yang mendukung dan diperlukan dalam proses penulisan skripsi ini, penelitian dilakukan di Provinsi Lampung. Secara khusus bertempat pada instansi yang terkait yaitu Badan Pusat Statistik dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder dari periode 2003-2012 merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang


(54)

36

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini antara lain berasal dari

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung tentang penduduk yang bekerja di provinsi Lampung menurut lapangan usaha, Penduduk yang bekerja di Indonesia atas dasar lapangan usaha.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan studi kepustakaan

(Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik

pengumpulan data dilakukan dengan meneliti dokumen laporan- laporan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung dan dinas ketenagakerjaan dan transmmigrassi Provinsi Lampung.

D. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Shift-Share

Untuk melihat pergeseran kesempatan tenaga kerja di Provinsi di Lampung, maka digunakan AnalisisShift-Share. Teknik analisisShift Shareini menggambarkan performancekinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian nasional. Ditunjukkan dengan adanyashift(pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah bila daerah itu memperoleh kemajuan sesuai


(55)

37

dengan kedudukannya dalam perekonomian. Perbandingan laju pertumbuhan

sektorsektor di suatu wilayah terhadap laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor - sektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan-perbandingan itu dapat ditentukan keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah, seandainya penyimpangan tersebut bernilai positif (Supomo, 1993). AnalisisShift-Sharemerupakan salah satu alat analisis yang dapat diterapkan untuk menganalisis pembangunan regional yang mempelajari komponen-komponen pertumbuhan wilayah. Menurut Simanjuntak, 2005, pertumbuhan lapangan usaha regional total dapat diuraikan menjadi komponenShiftdan komponenShare. KomponenSharesering juga disebut komponen nasionalShare.

Komponen nasionalShare(NS) adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertumbuhan nasional selama periode studi. Hal ini dapat dipakai sebagai criteria bagi daerah yang

bersangkutan untuk mengukur apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan nasional rata-rata.

Komponenshiftadalah penyimpangan (Deviation) darinational sharedalam pertumbuhan output regional. Penyimpangan ini positif di daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat/ merosot dibandingkan dengan pertumbuhan output secara nasional. Bagi setiap daerah,Shift nettodapat dibagi menjadi dua komponen, yaituProportional Shift Component(P), danDifferential Shift Component(D).Proportional Shift Component(P) dikenal sebagai komponen struktural atauindustrial mix, mengukur besarnyashift regional


(56)

38

nettoyang diakibatkan oleh komposisi sektorsektor industri di daerah yang bersangkutan.

Komponen ini positif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.Proportional Shiftadalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional. Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat dari pada perekonomian yang menjadi referensi.Differential Shift Component(D) kadang dinamakan komponen lokasional atau regional. Komponen ini mengukur besarnyashift regional nettoyang

diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan dari pada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasinal intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti sumber daya yang melimpah akan mempunyaiDifferential Shift Componentyang positif. Sedangkan daerah yang secara lokasional tidak

menguntungkan akan mempunyai komponen yang negatif.Differential Shiftadalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus didaerah yang bersangkutan. Komponen ini memberikan gambaran dalam Analisisshift-Sharepada hakekatnya merupakan teknik yang sederhana untuk menganalisis perubahan struktur

perekonomian suatu wilayah dan pergeseran struktur suatu wilayah.

Menurut Soepomo (1993), metode analisisShift-Sharemenghendaki pengisolasian pengaruh dari struktur ekonomi suatu daerah terhadap pertumbuhan selama periode tertentu. Proses pertumbuhan suatu daerah diuraikan dengan memperlihatkan


(57)

39

variabel-variabel penting seperti kesempatan kerja, pendapatan atau nilai tambah suatu daerah yang merupakan sejumlah komponen.

Model ini mengasumsikan bahwa perubahan atau pergeseran pendapatan sektor i di wilayah j antara tahun dasar dengan tahun akhir ditentukan oleh tiga komponen pertumbuhan, yaitu:

1) National share(N), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional. Jika pertumbuhan daerah sama dengan pertumbuhan rata-rata nasional, maka peranannya terhadap nasional akan tetap.

2) Proportional (industry-mix) shift(M), adalah perbedaan antar pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional sektoral dan pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional total.

3) Defferental Shift(C), adalah perbedaan antara pertumbuhan kesempatan kerja daerah secara aktual dengan pertumbuhan kesempatan kerja sektoral untuk nasional.

Metode analisisshift-sharedalam notasi matematik dirumuskan sebagai berikut: D ij = N ij + M ij + C ij

Keterangan :

i = sembilan sektor yang diteliti di Indonesia j = sembilan sektor yang diteliti di Lampung

D ij = Perubahan kesempatan kerja keseluruhan Komponen sektor i di Provinsi Lampung

N ij = Komponen pertumbuhan kesempatan kerja sektor i terhadap pertumbuhan kesempatan kerja di Indonesia


(58)

40

M ij = Komponen pertumbuhan proporsional (bauran industri) sektor i di Provinsi Lampung

C ij = Keunggulan kompetitif penyerapan tenaga kerja sektor i di Provinsi Lampung

Atau secara umum dikenal formulasi berikut :

1. Perubahan keseluruhan Komponen sektor i di Provinsi Lampung Dij = Nij + Mij + Cij atau Dij = Eij*-Eij 2. Pengaruh Pertumbuhan kesempatan kerja nasional terhadap daerah.

Nij = Eij X rn

3. Pengaruh Pertumbuhan Proporsional (Bauran Industri) Mij = Eij (rin-rn) 4. Pengaruh Keunggulan Kompetitif.

Cij = Eij (rij-rin)

Sedangkan untuk menentukan laju pertumbuhan kesempatan kerja nasional dengan Provinsi Lampung di sektor i :

r

n

=

r

in

=

r

ij

=

Dimana :

Eij = kesempatan kerja di sektor i Lampung Ein = kesempatan kerja di sektor i Indonesia


(59)

41

E*j = kesempatan kerja sektor i Lampung tahun akhir E*n = Total kesempatan kerja sektor i Indonesia tahun akhir En = Total kesempatan kerja sektor i Indonesia tahun awal rij = Laju perubahan kesempatan kerja sektor i Lampung rin = Laju perubahan kesempatan kerja sektor i nasional. rn = Laju pertumbuhan total kesempatan kerja nasional.

Dari ketiga persamaan pada masing-masing komponen di atas menurut (Marlinawati, 2007) terdapat ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu :

a) Bahwa bila suatu sektor mempunyai Mij < 0, maka sektor tersebut lamban pertumbuhannya dan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja region dan nasional adalah negatif, sebaliknya bila sektor ini mempunyai Mij > 0, maka sektor tersebut adalah cepat pertumbuhannya dan pengaruhnya terhadap penyediaan kesempatan kerja nasional dan positif. Dengan demikian kita dapat melihat sektor mana yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang relatif lamban atau relatif cepat.

b) Bila suatu sektor mempunyai Cij < 0, maka sektor tersebut dikatakan memiliki daya saing yang lemah terhadap sektor yang sama di region lain. Sebaliknya bila sektor tersebut memiliki Cij > 0, maka sektor tersebut memiliki posisi daya saing yang kuat dalam hal penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian, kita dapat menentukan sektor mana saja yang memiliki daya saing yang lemah dan kuat. Kemudian untuk melihat apakah suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang relatif lamban atau relatif cepat dapat digunakan total bersih pergeseran (net shift). Total bersih pergeseran ini merupakan jumlah dari komponen


(60)

42

pertumbuhan proporsional (M) ditambah dengan komponen pertumbuhan daya saing wilayah (C).

Jika suatu wilayah memiliki M + C > 0, berarti total bersih pergeseran (net shift) wilayah tersebut adalah positif, sehingga wilayah itu dikatakan mengalami tingkat kesempatan kerja regional wilayah yang lebih besar daripada kesempatan kerja nasional. Demikian juga sebaliknya jika wilayah itu memiliki M+C < 0.

Dengan melihat komponen M dan C, maka tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di setiap sektor di Provinsi Lampung diklasifikasi dalam empat kelompok sebagai berikut menurut (Marlinawati, 2007) :

a. Tingkat M dan C > 0, adalah unggul

b. Tingkat C > 0 tetapi tingkat M < 0, adalah agak unggul c. Tingkat M > 0 tetapi tingakat C < 0, adalah kurang unggul d. Tingkat C dan < 0, adalah tidak unggul


(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pergeseran kesempatan kerja dari perekonomian tradisional menuju perekonomian modern telah terjadi di Provinsi Lampung selama periode 2003-2012, itu disebabkan tingkat kontribusi dan pertumbuhan kesempatan kerja dari setiap sektor-sektor memiliki komposisi yang berbeda setiap tahunnya, ditandai oleh menurunnya kontribusi kesempatan kerja dari sektor primer dan tersier serta semakin meningkatnya kontribusi oleh sektor

sekunder selama tahun 2003-2012.

2. Pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Lampung berjalan lambat terhadap kesempatan kerja ditingkat nasional, itu dikarenakan hanya sektor primer seperti sektor pertanian saja yang memiliki kesempatan kerja yang tinggi sedangkan sektor sekunder dan tersier hanya berkontribusi sedikit dalam pembentukan laju pertumbuhan kesempatan kerja sektoral.

3. Daya saing kesempatan kerja Provinsi Lampung dapat dikatakan berdaya saing tinggi itu dikarenakan sektor tersier dan sektor sekunder mengalami laju pertumbuhan kesempatan kerja yang cukup signifikan, sedangkan sektor yang


(62)

66

memiliki daya saing paling tinggi adalah sektor pertanian jika dibandingkan dengan daya saing sektor pertanian di tingkat Nasional.

4. Sejalan dengan penelitian Marlinawati, 2007 jika Mij dan Cij > 0 maka sektor tersebut bisa dikatakan unggul, sektor unggulan yang memiliki kesempatan kerja yang besar di Provinsi Lampung adalah sektor sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik, air, dan gas, sektor bangunan, sektor

perdagangan, sektor angkutan, sektor jasa dalam penyediaan kesempatan kerja.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan dan menjadi masukan bagi pemerintah Provinsi Lampung dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja Provinsi antara lain:

1. Perubahan struktural dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern telah menyebabkan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi PDRB di Provinsi Lampung sehingga Pemerintah Provinsi Lampung agar lebih cermat dalam melihat transformasi ekonomi yang terjadi di Provinsi Lampung. Seperti memanfaatkan Sektor

potensial/unggulan di Provinsi Lampung tersebut adalah sektor industri yang telah menyerap tenaga kerja lebih banyak serta memberikan

kontribusi PDRB yang tinggi terhadap perekonomian di Provinsi Lampung ketimbang sektor-sektor yang lainnya.

2. Pemerintah Provinsi Lampung juga seharusnya memperhatikan pada pergeseran struktur ekonomi, seperti sektor pertanian yang mulai


(63)

67

ekonomi dari tradisional ke perekonomian modern. Maka dari itu sektor pertanian tetap dikembangkan karena penurunan jumlah produksi sektor pertanian akan mengganggu ketahanan pangan di Provinsi Lampung.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arfida, BR. 2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta Arsyad, Lincolin. 2004.Pengantar Perencanaan Pembangunan. Media Widya

Mandala. Yogyakarta

Artur Lewis, 1954.Economic development with unlimited supplies and Labour. Manchaster School. England.

Badan Pusat Statistik. 2007.Lampung Dalam Angka 2007. BPS Lampung. Statistik Indonesia Tahun 2003-2007.Lampung.

Badan Pusat Statistik.Lampung Dalam Angka 2012. BPS Lampung.Statistik Indonesia Tahun 2008-2012.Lampung.

Bendavid-Val, Avrom. 1991.Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. 4th Edition. Praeger Publisher. New York.

Chenery, Hollis B. 1960.Pattern of Industrial Growt.American Economics Review. Amerika.

Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. 2012.Keadaaan Tenaga Kerja di Indonesia.Lembaga Penerbitan Buku Kemenakertrans. Jakarta.

Djojohadikusumo,Sumitro. 1994.Perkembangan Pemikiran Ekonomi-Dasar teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.PT. Pustaka LP3ES. Jakarta.

Dumairy, 2010.Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Hayami, Y.V.R, 1971.Agricultural Product Perspective.The John Hopkins Press, New York.


(65)

Hasani, Akrom. 2010.Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2003-2008.Jurnal Ekonomi Pembangunan. Semarang.

Irawan dan Suparmoko, 2002.Ekonomi Pembangunan. BPFE. Yogyakarta. Jhingan, M. L. 1993. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja

Grafindo Perkasa. Jakarta.

Kariyasa, Ketut. 2004.Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja Serta Kualitas Sumber daya Manusia di Indonesia, Jurnal Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. Bogor.

Kuncoro, Mudrajad. 2004.Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan. AMP YKPN. Yogyakarta.

Mantra, Ida Bagoes. 2004.Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Marlinawati, Marsha. 2007.Identifikasi Komoditas Unggulan Subsektor

Perkebunan Kabupaten di Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Universitas Hasanudin. Makasar.

Muklis, Imam, 2001.Analisis Shift-share pada perekonomian Jatim (1990-1999). Jurnal Ekonomi dan Manajemen.Malang.

Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2004.Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1. No. 2. Semarang.

Siregar, Arifin M. 1982.Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dan Pembangunan ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta Simanjuntak, Payaman. 2005.Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.

Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Soepomo, Prasetyo. 1993.Analisis Struktur Perekonomian D.I. Yogyakarta 1980-1990.Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta.

Suahasil Nazahara, Amir Hidayat, 2005.Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000 : AnalIsis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Jakarta.


(66)

Subri, Mulyadi. 2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sumarsono, Sonny. 2003.Manajemen Koperasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Supriyati, dan Sumedi. 2001.Dinamika ketenagakerjaan dan penyerapan tenaga

kerja di pedesaan jawa(kasus di propinsi jawa barat, jawa tengah dan jawa timur). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian RI. Bogor.

Swasono, Sri Edi.Membangun Koperasi Sebagai Soko-Guru Perekonomian Indonesia. Dalam mencari Bentuk, Posisi, dan realitas Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Syafrizal. 1997.Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat.LP3ES. Jakarta.

Todaro, Michael, 2011.Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Erlangga. Jakarta Tambunan, Tulus T. H. 2001.Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan

Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Tarigan, Robinson, 2005.Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi.PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Wulaningrum, Dias. 2006.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Konveksi. Jurnal Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pergeseran kesempatan kerja dari perekonomian tradisional menuju perekonomian modern telah terjadi di Provinsi Lampung selama periode 2003-2012, itu disebabkan tingkat kontribusi dan pertumbuhan kesempatan kerja dari setiap sektor-sektor memiliki komposisi yang berbeda setiap tahunnya, ditandai oleh menurunnya kontribusi kesempatan kerja dari sektor primer dan tersier serta semakin meningkatnya kontribusi oleh sektor

sekunder selama tahun 2003-2012.

2. Pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Lampung berjalan lambat terhadap kesempatan kerja ditingkat nasional, itu dikarenakan hanya sektor primer seperti sektor pertanian saja yang memiliki kesempatan kerja yang tinggi sedangkan sektor sekunder dan tersier hanya berkontribusi sedikit dalam pembentukan laju pertumbuhan kesempatan kerja sektoral.

3. Daya saing kesempatan kerja Provinsi Lampung dapat dikatakan berdaya saing tinggi itu dikarenakan sektor tersier dan sektor sekunder mengalami laju pertumbuhan kesempatan kerja yang cukup signifikan, sedangkan sektor yang


(2)

66

memiliki daya saing paling tinggi adalah sektor pertanian jika dibandingkan dengan daya saing sektor pertanian di tingkat Nasional.

4. Sejalan dengan penelitian Marlinawati, 2007 jika Mij dan Cij > 0 maka sektor tersebut bisa dikatakan unggul, sektor unggulan yang memiliki kesempatan kerja yang besar di Provinsi Lampung adalah sektor sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik, air, dan gas, sektor bangunan, sektor

perdagangan, sektor angkutan, sektor jasa dalam penyediaan kesempatan kerja.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan dan menjadi masukan bagi pemerintah Provinsi Lampung dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja Provinsi antara lain:

1. Perubahan struktural dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern telah menyebabkan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi PDRB di Provinsi Lampung sehingga Pemerintah Provinsi Lampung agar lebih cermat dalam melihat transformasi ekonomi yang terjadi di Provinsi Lampung. Seperti memanfaatkan Sektor

potensial/unggulan di Provinsi Lampung tersebut adalah sektor industri yang telah menyerap tenaga kerja lebih banyak serta memberikan

kontribusi PDRB yang tinggi terhadap perekonomian di Provinsi Lampung ketimbang sektor-sektor yang lainnya.

2. Pemerintah Provinsi Lampung juga seharusnya memperhatikan pada pergeseran struktur ekonomi, seperti sektor pertanian yang mulai


(3)

67

ekonomi dari tradisional ke perekonomian modern. Maka dari itu sektor pertanian tetap dikembangkan karena penurunan jumlah produksi sektor pertanian akan mengganggu ketahanan pangan di Provinsi Lampung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arfida, BR. 2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta Arsyad, Lincolin. 2004.Pengantar Perencanaan Pembangunan. Media Widya

Mandala. Yogyakarta

Artur Lewis, 1954.Economic development with unlimited supplies and Labour. Manchaster School. England.

Badan Pusat Statistik. 2007.Lampung Dalam Angka 2007. BPS Lampung. Statistik Indonesia Tahun 2003-2007.Lampung.

Badan Pusat Statistik.Lampung Dalam Angka 2012. BPS Lampung.Statistik Indonesia Tahun 2008-2012.Lampung.

Bendavid-Val, Avrom. 1991.Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. 4th Edition. Praeger Publisher. New York.

Chenery, Hollis B. 1960.Pattern of Industrial Growt.American Economics Review. Amerika.

Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. 2012.Keadaaan Tenaga Kerja di Indonesia.Lembaga Penerbitan Buku Kemenakertrans. Jakarta.

Djojohadikusumo,Sumitro. 1994.Perkembangan Pemikiran Ekonomi-Dasar teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.PT. Pustaka LP3ES. Jakarta.

Dumairy, 2010.Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Hayami, Y.V.R, 1971.Agricultural Product Perspective.The John Hopkins Press, New York.


(5)

Hasani, Akrom. 2010.Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2003-2008.Jurnal Ekonomi Pembangunan. Semarang.

Irawan dan Suparmoko, 2002.Ekonomi Pembangunan. BPFE. Yogyakarta. Jhingan, M. L. 1993. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja

Grafindo Perkasa. Jakarta.

Kariyasa, Ketut. 2004.Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja Serta Kualitas Sumber daya Manusia di Indonesia, Jurnal Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. Bogor.

Kuncoro, Mudrajad. 2004.Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan. AMP YKPN. Yogyakarta.

Mantra, Ida Bagoes. 2004.Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Marlinawati, Marsha. 2007.Identifikasi Komoditas Unggulan Subsektor

Perkebunan Kabupaten di Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Universitas Hasanudin. Makasar.

Muklis, Imam, 2001.Analisis Shift-share pada perekonomian Jatim (1990-1999). Jurnal Ekonomi dan Manajemen.Malang.

Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2004.Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1. No. 2. Semarang.

Siregar, Arifin M. 1982.Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dan Pembangunan ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta Simanjuntak, Payaman. 2005.Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.

Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Soepomo, Prasetyo. 1993.Analisis Struktur Perekonomian D.I. Yogyakarta 1980-1990.Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta.

Suahasil Nazahara, Amir Hidayat, 2005.Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000 : AnalIsis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Jakarta.


(6)

Subri, Mulyadi. 2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sumarsono, Sonny. 2003.Manajemen Koperasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Supriyati, dan Sumedi. 2001.Dinamika ketenagakerjaan dan penyerapan tenaga

kerja di pedesaan jawa(kasus di propinsi jawa barat, jawa tengah dan jawa timur). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian RI. Bogor.

Swasono, Sri Edi.Membangun Koperasi Sebagai Soko-Guru Perekonomian Indonesia. Dalam mencari Bentuk, Posisi, dan realitas Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Syafrizal. 1997.Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat.LP3ES. Jakarta.

Todaro, Michael, 2011.Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Erlangga. Jakarta Tambunan, Tulus T. H. 2001.Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan

Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Tarigan, Robinson, 2005.Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi.PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Wulaningrum, Dias. 2006.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Konveksi. Jurnal Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.