Analisis Tenaga Kerja Sektoral Di Provinsi Sumatera Utara Periode 1980 – 2012
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Periode 1980 – 2012
TESIS
Ole
DJAMES SIAHAAN
107018002/EP
SEKOLAH PASCASARJA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(2)
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
PERIODE 1980 – 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister
Sains Dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah Pasca
Sarajana Universitas Sumatera Utara
OLEH
DJAMES SIAHAAN
107018002/EP
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(3)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 27 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Dr. Rujiman, M.A.
Anggota
: 1. Dr. Rahmanta, MSi
2.
Dr. Tarmizi SU.
3.
Prof. Dr. Ramli. MS.
(5)
(6)
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Periode 1980 – 2012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi perobahan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha dalam perekonomian di provinsi Sumatera Utara. Untuk tujuan dimaksud, maka penelitian ini menggunakan variabel bebas antara lain PDRB sektoral, Upah Minimum Provinsi (UMP), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) serta Penanaman Modal Asing (PMA). Sedangkan variabel tidak bebas adalah Tenaga Kerja yang bekerja pada masing-masing sektor.
Adapun sektor atau lapangan usaha dimaksud antara lain adalah : Pertanian, Pertambangan, Industri, Listrik Gas dan Air Bersih, Konstruksi, Perdagangan, Transportasi, Keuangan dan sektor Jasa.
Penelitian ini berlokasi di Provinsi Sumatera Utara dan menggunakan data deret berkala selama 33 tahun mulai tahun mulai tahun 1980 hingga tahun 2012. sedangkan analisis adalah menggunakan regresi berganda metode Ordinary Least Square (OLS) dengan hasl terbaik berupa transformasi variabel ke dalam nilai logaritma natural (Ln), untuk 9 (sembilan) sektor.
Ditemukan bahwa tenaga kerja sektor pertanian dipengaruhi secara signifikan oleh Upah Minimum Povinsi (UMP) dan Penanaman Modal asing (PMA) masing-masing dengan koefisien 0,032 dan 0,045. Tenaga kerja sektor Pertambangan dipengaruhi PDRB sektor Pertambangan (PDRB_Tamb) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), masing-masing dengan koefisien 0,233 dan 0,119. Tenaga kerja sektor Industri dipengaruhi oleh Ekspor sektor Industri (Eksp_Ind), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN dan Penanaman Modal asing (PMA) masing-masing dengan koefisien 0,813, 0,125 dan 0,073. Tenaga kerja sektor Listrik Gas dan Air Bersih dipengaruhi oleh UMP dan PMA dengan koefisien 0,137 dan 0,058. Tenaga kerja sektor konstruksi dipengaruhi oleh PDRB sektor Konstruksi 1 (satu) tahun lalu, PMDN dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,131, 0,123 dan 0,084. Tenaga kerja sektor Perdagangan hanya dipengaruhi oleh oleh UMP dengan koefisien 0,264. Tenaga kerja sektor Transportasi dipengaruhi oleh UMP, PMDN dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,131, 0,088 dan 0,1456. Tenaga kerja sektor Keuangan dipengaruhi oleh UMP, PMDN dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,262, 0,414 dan 0,209. Tenaga kerja sektor Jasa dipengaruhi oleh UMP dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,222 dan 0,370.
(7)
(8)
KATA PENGANTAR
Penelitian dalam bentuk tesis ini merupakan tugas akhir yang harus
disajikan dalam rangka menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana pada
program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara
(USU) Medan, dengan judul “Analisis Tenaga Kerja Sektoral Di Provinsi
Sumatera Utara Periode 1980 – 2012”.
Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dalam
waktu yang telah ditetapkan berkat bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu
dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, khususnya dosen pembimbing serta
dosen penguji dimana atas kesabarannya telah meluangkan waktu dan pikiran
dalam memberikan petunjuk dan arahan yang intensip.
Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, penulis banyak dibantu oleh
berbagai pihak baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan sehingga
sesuai dengan syarat dan tatacara yang telah ditentukan. Untuk itu penulis dalam
kesempatan ini, dengan kerendahan hati dan rasa hormat menyampaikan terima
kasih yang tulus antara lain kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTM&H, MSC (CTM). Sp.A(AK),
selaku rektor Universitas Smatera Utara.
1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Affifuddin MEc., Ketua Program Studi Magister
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Rujiman MA., sebagai Ketua Pembimbing atas arahan dan
bimbingannya selama masa perkuliahan dan proses penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Dr. Rahmanta M.Si., sebagai Anggota Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
(9)
6. Bapak Dr. Tarmizi SU., sebagai dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran-saran perbaikan dalam penyusunan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara USU Medan.
9. Kepada yang tercinta tecinta, Bapak S. Siahaan dan Ibunda M. Napitupulu,
Istri dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, motivasi,
semangat, saran serta doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Dalam kurun waktu tiga semester selama menjalani masa perkuliahan, telah
terjadi interaksi yang baik antara penulis dengan rekan-rekan kuliah terutama
angkatan XIX, maka untuk itu penulis memberikan ucapan terima kasih
kepada mereka semua.
11. Rekan-rekan sekerja di Politeknik Negeri Medan yang selalu memberikan
semangat dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masi jauh dari sempurna, namun harapan
penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala
kesalahan dan kesilapan penulis selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih
memberikan berkat-Nya kepada kita.
Medan, November 2013
Peneliti,
(10)
RIWAYAT HIDUP
Djames Siahaan dilhirkan di Sigualon pata tanggal 26 Februari 1964 dari
pasangan Bapak S. Siahaan dan Ibu M. Napitupulu, sebagai anak kedua dari
sembilan bersaudara. Selanjutnya menikah dengan Tiodora Aritonang pada tahun
1996 serta dikaruniai dua orang putera Tobin J. Siahaan dan Ricky Anderson
Siahaan serta satu orang puteri Novalita Sari Siahaan.
Pendidikan formal dimulai tahun 1973 di SD Negeri 2 Hatunduhan dan
lulus tahun 1979, kemudian pada tahun 1979 melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Tanah Jawa dan lulus pada tahun 1982. Pada tahun 1982 melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Pematang Siantar, lulus tahun 1984 kemudian kuliah
di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan pada tahun 1984 dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 2010
melanjutkan pendidikan pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Sejak tahun 1994 bekerja sebagai dosen Politeknik Negeri Medan sampai
sekarang.
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
[ABSTRAK ...
i
ABSTRACT ...
ii
KATA PENGANTAR ...
iii
RIWAYAT HIDUP ...
v
DAFTAR ISI ...
vi
DAFTAR TABEL ...
ix
DAFTAR GAMBAR ...
x
DAFTAR LAMPIRAN ...
xi
BAB I :
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 8
2.2. Permintaan Tenaga Kerja ... 9
2.3. Penawaran Tenaga Kerja ... 10
2.3.1. Konsep Penawaran Tenaga Kerja ... 11
2.3.2. Partisipasi Angkatan Kerja ... 11
2.4. Determinan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ...
15
2.5. Kesempatan Kerja ...
17
2.6. Elastisitas Kesempatan Kerja ...
17
2.7. Penyerapan Tenaga Kerja ...
18
2.8. Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja ...
19
2.9.
Pengaruh Upah, Output dan Investasi Terhadap Penyerapan Penyerapan Tenaga Kerja ... 252.9.1. Tingkat Upah ... 25
2.9.2. Nilai Produksi (Output) ... 27
2.9.3 Nilai Investasi ... 28
2.10. Penelitian Terdahulu ...
30
(12)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...
41
3.2. Jenis dan Sumber Data ...
41
3.3. Metode Analisis ...
41
3.3.1. Model Regresi Berganda ... 41
3.3.2. Pendeflasian Variabel ... 45
3.3.3. Uji Kesesusain (Test of Goodness of Fit) ... 46
a. Uji Individu (t) ... 46
b. Uji F (Overall test) ... 46
c. Uji Goodness of Fit (R2) ... 47
3.4. Uji Asumsi Klasik ...
47
3.4.1. Uji Multikolinearitas ... 47
3.4.2. Uji Autokorelasi ... 48
3.4.3. Heteroskedastisitas ... 48
3.4.4. Uji Normalitas ... 49
3.5. Defenisi Operasional ...
49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ...
53
4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis ... 53
4.1.2. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 53
a. Jumlah Penduduk ... 53
b Ketenagakerjaan ... 54
4.2. Gambaran Umum Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja ... 57
4.3. Hasil Estimasi Parameter ...
59
4.3.1. Sektor Pertanian ... 62
4.3.2. Sektor Pertambangan ... 63
4.3.2. Sektor Industri ... 65
4.3.4. Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih ... 67
4.3.5. Sektor Konstruksi... 68
4.3.6. Sektor Perdagangan ... 69
4.3.7. Sektor Transportasi ... 71
4.3.8. Sektor Keuangan ... 72
4.3.9. Sektor Jasa ... 74
...
4.4. Pembahasan ...
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
KESIMPULAN ...
85
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor JUDUL
Halaman
1.
Komposisi Tenaga Kerja Sektoral Sumatera Utara (Persen) ...
2
2.
Perkembangan PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Sektor Atas
Harga Konstan Tahun 2000 (Miliar Rupiah) ...
3
3.
Penduduk Usia Kerja (PUK) Di Sumatera Utara Menurut Kegiatan
Dan Jenis Kelamin 2012 ...
56
4.
Rekapitulasi Parameter Regresi Tenaga Kerja Sektoral Sumatera
Utara ...
60
5.
Hasil Estimasi Parameter Sektor Pertanian ...
62
6.
Hasil Estimasi Parameter Sektor Pertambangan ...
63
7.
Hasil Estimasi Parameter Sektor Industri ...
65
8.
Hasil Estimasi Parameter Sektor LGA ...
66
9.
Hasil Estimasi Parameter Sektor Konstruksi ...
67
10.
Hasil Estimasi Parameter Sektor Perdagangan ...
69
11.
Hasil Estimasi Parameter Sektor Transportasi ...
70
12.
Hasil Estimasi Parameter Sektor Keuangan ...
72
(14)
DAFTAR GAMBAR
Nomor
JUDUL
Halaman
2.1.
Kombinasi Faktor Produksi Modal dan Buruh ...
19
2.2.a. Kerangka Pemikiran Sektor Pertanian ... 36
2.2.b. Kerangka Pemikiran Sektor Pertambangan ... 36
2.2.c. Kerangka Pemikiran Sektor Industri ... 37
2.2.d. Kerangka Pemikiran Sektor Listrik Gas Dan Air Bersih ... 37
2.2.e. Kerangka Pemikiran Sektor Konstruksi ... 37
2.2.f. Kerangka Pemikiran Sektor Perdagangan ... 38
2.2.g. Kerangka Pemikiran Sektor Transportasi ... 38
2.2.h. Kerangka Pemikiran Sektor Keuangan... 38
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
JUDUL
Halaman
1.
Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha (Orang) ...
90
2.
Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 (Miliar Rupiah) ...
91
3.
Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal, Ekspor
Industri, UMP dan Indeks Harga konsumen ...
92
4.
Regresi Tenaga Kerja Sektor Pertanian ...
93
5.
Uji Hetroskedastisrtas Regresi Sektor Pertanian ...
96
6.
Uji Normalitas Persamaan Sektor Pertanian ...
97
7.
Regresi Tenaga Kerja Sektor Pertambangan ...
98
8.
Uji Heteroskedastisitas Regresi Sektor Pertambangan ... 102
9.
Uji Normalitas Persamaan Sektor Pertambangan ... 103
10.
Regresi Tenaga Kerja Sektor Industri ... 104
11.
Uji Heteroskedastisitas Regresi Sektor Industri ... 108
12.
Uji Normalitas Persamaan Sektor Industri ... 109
13.
Regresi Tenaga Kerja Sektor LGA ... 110
14.
Uji Heteroskedastisitas Regresi Sektor LGA ... 113
15.
Uji Normalitas Persamaan Sektor LGA ... 116
16.
Regresi Tenaga Kerja Sektor Konstruksi ... 117
17.
Uji Heteroskedastisitas Regresi Sektor Konstruksi ... 121
18.
Uji Normalitas Persamaan Sektor Konstruksi ... 122
(16)
21.
Uji Normalitas Persamaan Sektor Perdagangan ... 129
22.
Regresi Tenaga Kerja Sektor Transportasi ... 130
23.
Uji Heteroskedastisitas Regresi Sektor Transportasi ... 132
24.
Uji Normalitas Persamaan Sektor Transportasi ... 134
25.
Regresi Tenaga Kerja Sektor Keuangan ... 135
26.
Uji Heteroskedastisitas Regresi Sektor Keuangan ... 138
27.
Uji Normalitas Persamaan Sektor Keuangan ... 141
28.
Regresi Tenaga Kerja Sektor Jasa ... 142
29.
Uji Heteroskedastistas Regresi Sektor Jasa ... 145
(17)
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Periode 1980 – 2012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi perobahan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha dalam perekonomian di provinsi Sumatera Utara. Untuk tujuan dimaksud, maka penelitian ini menggunakan variabel bebas antara lain PDRB sektoral, Upah Minimum Provinsi (UMP), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) serta Penanaman Modal Asing (PMA). Sedangkan variabel tidak bebas adalah Tenaga Kerja yang bekerja pada masing-masing sektor.
Adapun sektor atau lapangan usaha dimaksud antara lain adalah : Pertanian, Pertambangan, Industri, Listrik Gas dan Air Bersih, Konstruksi, Perdagangan, Transportasi, Keuangan dan sektor Jasa.
Penelitian ini berlokasi di Provinsi Sumatera Utara dan menggunakan data deret berkala selama 33 tahun mulai tahun mulai tahun 1980 hingga tahun 2012. sedangkan analisis adalah menggunakan regresi berganda metode Ordinary Least Square (OLS) dengan hasl terbaik berupa transformasi variabel ke dalam nilai logaritma natural (Ln), untuk 9 (sembilan) sektor.
Ditemukan bahwa tenaga kerja sektor pertanian dipengaruhi secara signifikan oleh Upah Minimum Povinsi (UMP) dan Penanaman Modal asing (PMA) masing-masing dengan koefisien 0,032 dan 0,045. Tenaga kerja sektor Pertambangan dipengaruhi PDRB sektor Pertambangan (PDRB_Tamb) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), masing-masing dengan koefisien 0,233 dan 0,119. Tenaga kerja sektor Industri dipengaruhi oleh Ekspor sektor Industri (Eksp_Ind), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN dan Penanaman Modal asing (PMA) masing-masing dengan koefisien 0,813, 0,125 dan 0,073. Tenaga kerja sektor Listrik Gas dan Air Bersih dipengaruhi oleh UMP dan PMA dengan koefisien 0,137 dan 0,058. Tenaga kerja sektor konstruksi dipengaruhi oleh PDRB sektor Konstruksi 1 (satu) tahun lalu, PMDN dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,131, 0,123 dan 0,084. Tenaga kerja sektor Perdagangan hanya dipengaruhi oleh oleh UMP dengan koefisien 0,264. Tenaga kerja sektor Transportasi dipengaruhi oleh UMP, PMDN dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,131, 0,088 dan 0,1456. Tenaga kerja sektor Keuangan dipengaruhi oleh UMP, PMDN dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,262, 0,414 dan 0,209. Tenaga kerja sektor Jasa dipengaruhi oleh UMP dan PMA masing-masing dengan koefisien 0,222 dan 0,370.
Kata Kunci : Tenaga Kerja Sektor, PDRB sektoral, Upah Minimum Provinsi (UMP), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi setiap daerah bahkan suatu negara senantiasa diarahkan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatmya. Sedangkan secara teknis, aktivitas pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan interaksi dari berbagai aspek atau variabel antara lain sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Demikian pula halnya dengan Sumatera Utara sebagai wilayah provinsi dengan program-program pembangunan daerah, juga ditujukan kepada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah Sumatera Utara secara umum.
Pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan di semua lapisan ekonomi bahkan dengan penekanan pada penduduk miskin. Oleh karena itu, pembangunan suatu daerah harus dikembangkan dan dilaksanakan dengan memperhitungkan kondisi dan potensi penduduknya sehingga seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Pembangunan suatu daerah dapat dikategorikan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan menurut indikator-indikator yang berlaku.
Keadaan atau kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah di Sumatera Utara. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan dengan kualitas penduduk yang memadai, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan daerah.
(19)
Sumber daya manusia mengandung dua pengertian, antara lain: pertama, sumber daya manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Pengertian kedua dari sumber daya manusia (SDM) menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Kedua pengertian SDM tersebut mengandung aspek kuantitas dalam arti jumlah penduduk yang mampu bekerja dan aspek kualitas dalam atau jasa kerja yang tersedia dan diberikan untuk produksi. (Payaman Simanjuntak, 1985).
Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh suatu sektor perekonomian, dapat digunakan sebagai indikator daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan kerja. Sepanjang sejarah, pertambahan penduduk merupakan sumber terpenting atas bertambahnya output yang dinikmati seluruh dunia. Jumlah penduduk yang meningkat hampir selalu mengarah pada naiknya total output.
Mobilitas aktivitas perekonomian di berbagai sektor di Sumatera Utara seharusnya juga diikuti oleh kemampuan masing-masing sektor untuk menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja di Sumatera Utara. Gambaran tentang komposisi dan daya serap tenaga kerja berdasarkan 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel-1
Komposisi Tenaga Kerja Sektoral Sumatera Utara (Persen)
No Sektor
Tahun
Pertumbuhan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 49,8 46,4 45,7 44,9 44,4 42,0 42,7 -6,92 2 Pertambangan 0,5 0,4 0,3 0,6 0,4 0,5 0,3 -16,06 3 Industri 6,8 7,3 7,8 8,3 7,3 7,8 7,3 7,19 4 LGA 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 6,38 5 Konstruksi 4,6 4,7 4,8 5,0 4,8 5,4 4,5 2,56 6 Perdagangan 15,3 18,3 19,6 19,3 18,8 19,6 18,3 19,56
(20)
walaupun mengalami penurunan kontribusi rata-rata -6,92 persen pertahun. Demikian pula sektor pertambangan terlihat mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu 16,06 persen. Sebaliknya sektor yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi adalah sektor perdagangan dengan rata-rata kontribusi sebesar 19,56 persen dan dengan pernanan yang cukup besar setelah sektor pertanian yaitu 18,45 persen. Sektor lain yang meningkat dengan cukup tinggi adalah sektor keuangan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 32,33 persen dengan kontribusi rata-rata sebesar 1,11 persen. Gambaran output (PDRB) 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha Sumatera Utara dapat disajikan pada tabel di bawah.
Tabel-2
Perkembangan PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Sektor Atas Harga Konstan Tahun 2000 (Miliar Rupiah)
PDRB Sumatera Utara masih didominasi oleh sektor industri yaitu rata-rata sebesar 24 persen pertahun dengan pertumbuhan sebesar 6,6 persen. Pada urutan
Sektor
Tahun Pertum
buhan Share 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 35.808 41.010 48.872 54.431 57.658 60.143 61.558 9,6 23,0 Pertambangan 2.039 2.405 2.981 3.230 3.550 3.779 3.924 11,7 1,4 Industri 41.193 45.531 51.641 55.051 58.141 59.256 60.125 6,6 24,0 LGA 1.880 1.898 2.073 2.325 2.406 2.625 2.715 6,4 1,0 Konstruksi 9.400 10.548 12.763 14.902 15.001 17.452 19.254 12,9 6,3 Perdagangan 30.340 34.846 41.281 44.942 47.688 49.252 53.256 10,0 19,3 Transportasi 14.339 16.364 18.569 19.257 20.146 21.562 22.555 7,9 8,6 Keuangan 9.726 11.588 14.410 15.729 16.558 16.889 17.542 10,6 6,5
(21)
terdapat pertumbuhan kontribusi sebesar 0,5 persen pertahun. Selanjutnya sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar 19,3 persen, meningkat rata-rata 10 persen pertahun sedangkan kontrubis bertumbuh 0,9 persen pertahun. Sebaliknya sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan dalam kontrubusi adalah adalah sektor industri sebesar -2,2 persen, Listrik gas dan Air Bersih 2,2 persen dan sektor transportasi -0,9 persen. Secara umum terjadi peningkatan pada PDRB Sumatera utara dalam harga konstan tahun 2000, yaitu rata-rata sebesar
Kondisi ini menunjukkan bahwa meningkatnya aktivitas sektor-sektor perekonomian di Sumatera Utara tidaklah semata-mata diikuti oleh peningkatan kesempatan kerja pada sektor, demikian pula mengindikasikan belum mampunya menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja secara optimal sehingga persoalan ketenaga-kerjaan tetap berlangsung terutama dalam aspek pengangguran sebesar 9,5 persen pertahun.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, maka
permasalahan pokok yang terdapat dalam peneitian adalah seberapa besar daya
serap tenaga kerja menurut sektor yang ada di provinsi Sumatera Utara. Agar
lebih jelas maka permasalahan penelitian ini dapat dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.
Apakah PDRB Sektor Pertanian, UMP, PMDN dan PMA berpengaruh
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Pertanian di provinsi Sumatera
Utara?
2.
Apakah PDRB Sektor Pertambangan, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Pertambangan di provinsi
(22)
3.
Apakah PDRB Sektor Industri, UMP, PMDN dan PMA berpengaruh
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Industri di provinsi Sumatera
Utara?
4.
Apakah PDRB Sektor Listrik Gas dan Air Bersih, UMP, PMDN, dan PMA
berpengaruh terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Listrik Gas dan
Air Bersih (LGA) di provinsi Sumatera Utara?
5.
Apakah PDRB Sektor Konstruksi, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Konstruksi di provinsi
Sumatera Utara?
6.
Apakah PDRB Sektor Perdagangan, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Perdagangan di provinsi
Sumatera Utara?
7.
Apakah PDRB Sektor Pertanian Transportasi, UMP, PMDN, dan PMA
berpengaruh terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Transportasi di
provinsi Sumatera Utara?
8.
Apakah PDRB Sektor Keuangan, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Keuangan di provinsi Sumatera
Utara?
9.
Apakah PDRB Sektor Jasa, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh terhadap
daya serap tenaga kerja pada sektor Jasa di provinsi Sumatera Utara?
(23)
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah seperti diuraikan berikut:
1.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Pertanian, UMP, PMDN dan
PMA terhadap daya serap tenaga kerja sektor Pertanian di provinsi Sumatera
Utara.
2.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Pertambangan, UMP, PMDN,
dan PMA terhadap daya serap tenaga kerja sektor Pertambangan di provinsi
Sumatera Utara.
3.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Industri, UMP, PMDN, dan
PMA terhadap daya serap tenaga kerja sektor Industri di provinsi Sumatera
Utara.
4.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Listrik Gas dan Air Bersih,
UMP, PMDN, dan PMA terhadap daya serap tenaga kerja sektor Listrik Gas
dan Air Bersih (LGA) di provinsi Sumatera Utara.
5.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Konstruksi, UMP, PMDN, dan
PMA terhadap daya serap tenaga kerja sektor Konstruksi di provinsi
Sumatera Utara.
6.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Perdagangan, UMP, PMDN,
dan PMA terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Perdagangan di
provinsi Sumatera Utara.
7.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Transportasi, UMP, PMDN,
dan PMA terhadap daya serap tenaga kerja sektor Transportasi di provinsi
Sumatera Utara.
8.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Keuangan, UMP, PMDN, dan
PMA terhadap daya serap tenaga kerja sektor Keuangan di provinsi
Sumatera Utara.
(24)
9.
Untuk menganalisis pengaruh PDRB Sektor Jasa, UMP, PMDN, dan PMA
terhadap daya serap tenaga kerja sektor Jasa di provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah dalam pengambilan
kebijakaan aspek ketenaga-kerjaan, khususnya dalam hal pengurangan
tingkat pengangguran di provinsi Sumatra Utara.
2.
Sebagai referensi dalam bidang studi ketenaga-kerjaaan bagi pihak yang
membutuhkan di kemudian hari.
3.
Sebagai masukan dalam proses pembelajaran bagi peneliti untuk melakukan
kajian ilmiah.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi.
Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting dari pada sarana produksi
yang lain seperti bahan mentah, tanah, air, dan sebagainya. Karena manusialah
yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang
(Bakir dan Manning, 1984). Pada dasarnya tenaga kerja dibagi dalam dua
kelompok, yaitu:
a
Angkatan kerja yaitu tenaga kerja berusia 15 tahun yang selama seminggu
yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara
tidak bekerja karena suatu sebab. Di samping itu, mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan
pekerjaan.
b.
Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja yang berusia 15 tahun ke atas yang
selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan
sebagainya dan tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja,
sementara tidak bekerja atau mencari kerja. Ketiga golongan dalam
kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya
untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering dinamakan
potential
labor force
.
(26)
2.2. Permintaan Tenaga Kerja
Menurut Paiaman Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu akan memberikan kegunaan baginya. Akan tetapi bagi pengusaha, mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja sangat tergantung dari pertambahan permintaan pengusaha akan barang yang akan diproduksinya.
Menurut teori permintaan tenaga kerja, seorang pengusaha sebelum menambah tenaga kerjanya secara permanen tentu akan melakukan berbagai langkah terlebih dahulu seperti dengan menambah jam kerja dari tenaga kerja yang ada, menaikkan upah dan sebagainya. Setelah itu dilakukan, ternyata tetap tidak dapat memenuhi capaian target perusahaan, pengusaha baru akan melakukan langkahlangkah lainnya dengan menambah tenaga kerja.
Dengan kondisi seperti itupun pengusaha masih tetap mempertimbangkan yang lainnya bila ingin menambahtenaga kerja, seperti :
(1) Bagaimana tambahan hasil marginal yaitu output yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja,
(2) Bagaimana penerimaan marginal yaitu jumlah uang yang diterima pengusaha dengan tambahan hasil marginal dikalikan dengan outputnya,
(27)
(3) Bagaimana biaya marginal yaitu jumlah yangdikeluarkan pengusaha dengan manambah tenaga kerja.
Jika tambahan marginal akibat penambahan tenaga kerja ini lebih besar atau menambah keuntungan perusahaan maka hal ini lebih baik untuk dilakukannya.
Berdasarkan teori permintaan di atas, maka yang dibahas adalah teori pemintaan tenaga kerja secara umum maksudnya setiap jenis kegiatan dalam perekonomian yang membutuhkan tenaga kerja akan mempunyai prilaku yang tidak jauh berbeda. Teori permintaan tenaga kerja diatas adalah teori permintaan tenaga kerja oleh suatu perusah aan.
Oleh karena dalam tulisan ini permintaan tenaga kerja adalah tenaga kerja agregat (pertanian, industri dan jasa), maka dapat dikatakan bahwa permintaan tenaga kerja agregat itu merupakan penjumlahan dari permintaan tenaga kerja perusahaan, yang selan jutnya diasumsikan prilaku permintaan tenaga kerja agregat adalah sama dengan prilaku permintaan tenaga kerja perusahaan.
2.3. Penawaran Tenaga Kerja
Ada dua kategori dalam masalah penawaran tenaga kerja, yaitu (Ehrenberg dan Smith, 2003):
(28)
a. Keputusan individual untuk membagi waktunya antara bekerja atau leisure. Ini
berkaitan dengan partisipasi individu dalam angkatan kerja. Bekerja part-time atau
full-time work, waktu di rumah dan bekerja untuk dibayar.
b. Keputusan untuk menerima suatu pekerjaan dan masalah bekerja di lain geografi/wilayah.
(29)
2.3.1. Konsep Penawaran Tenaga Kerja
Konsep penawaran tenaga kerja (labor supply) memiliki beberapa dimensi
antara lain yaitu (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):
a. Ukuran dan komposisi demografi populasi yang tergantung pada kelahiran,
kematian dan perpindahan penduduk (net immigration);
b. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate), merupakan tingkat
persentase working-age populasi dengan actual working atau seekingwork.
c. Jumlah jam kerja per minggu atau per tahun, dan
d. Kualitas angkatan kerja.
2.3.2. Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat partisipasi angkatan tenaga kerja (the labor force participation)
merupakan nilai perbandingan antara actual labor force dengan potensial labor force.
Actual labor force adalah angkatan kerja yang bekerja dan menganggur atau angkatan
kerja yang sedang mencari pekerjaan. Potential labor force atau tenaga kerja (man
power) adalah populasi dikurangi dengan jumlah anak-anak atau penduduk usia 15
tahun dan masyarakat yang dilembagakan (people who are institutionalized) (SUDA, BPS
(30)
Bukti empiris di Amerika Serikat bahwa penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja, khususnya kaum pria, dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):
a. Kenaikan real wages dan earnings akan mengurangi jam kerjanya atau mereka akan
semakin kecil memasuki partisipasi angkatan kerja (income effect).
b. Adanya jaminan sosial dan pensiunan swasta (social security dan private pension).
c. Disability benefits, angkatan kerja yang memiliki keterbatasan atau menerima gaji
kecil akan menarik diri dari partisipasi kerja karena mereka umumnya mendapat
lebih banyak uang dari transfer/tunjangan pemerintah.
d. Life cycle consideration, mempengaruhi orang dalam partisipasi angkatan kerja.
Orang yang telah berumur, kemampuan atau skill yang dimilikinya tidak sesuai lagi dengan kebutuhan trend permintaan tenaga kerja akan mengurangi partisipasi mereka di angkatan kerja (substitution effect).
Sementara itu kaum perempuan, penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa partisipasi kerja kaum perempuan meningkat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):
a. Kenaikan wage rate dan earnings suami dan kaum perempuan. Kenaikan wage rate dan earnings kaum perempuan lebih dominan substitution effect-nya daripada income effect-nya;
(31)
b. Perubahan keinginan dan sikap (preferences dan attitude) termasuk dari pengaruh gerakan femenisme;
c. Meningkatnya produktivitas kerja sektor rumah tangga karena semakin bekembangnya teknologi peralatan rumah tangga. Waktu yang digunakan oleh kaum wanita untuk mengurus keperluan keluarga semakin sedikit (productionand consumption household semakin kecil). Ini yang memacu merekamengalihkan waktu luang tesebut ke dunia kerja atau labor market.
d. Penurunan tingkat kelahiran. e. Meningkatnya angka perceraian.
f. Berkembangnya akses di dunia kerja bagi kaum perempuan di mana tingkat diskriminasi semakin berkurang.
g. Usaha untuk memperbaiki atau mempertahankan standar hidup.
Pertumbuhan pendapatan kaum laki-laki (suami mereka) mengalami stagnan sehingga mendorong wanita untuk bekerja guna mempertahankan standar hidup mereka. Net effect dari semua tingkat partisipasi tergantung pada ukuran: added-workeffect dan discouraged-work worker effect. Added-work effect terkait dengan
Kehilangan pekerjaan suatu seorang anggota keluarga akan ditutupi oleh anggota keluarga yang lain untuk mencari pekerjaan yang baru. Tujuannya untuk menutupi kehilangan penghasilan akibat dari berhentinya anggota lain tersebut dari dunia kerja.
(32)
kembali. Pekerja yang pernah diberhentikan karena resesi akan merasa pesimis untuk mendapatkan pekerjaan kembali sesuai dengan keinginannya, minimal seperti yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Discourafe-work effect sifatnya mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).
Bukti empiris menyebutkan discourage-work effect lebih dominan dari pada added-work effect. Tingkat partisipasi angkatan kerja berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran. Semakin besar tingkat pengangguran semakin kecil tingkat partisipasi angkatan kerja. Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk dengan peningkatan pengangguran dan penurunan wage rate menyebabkan partisipasi angkatan kerja menurun (discourage-work effect). Banyak usia muda yang sebenarnya telah dapat memasuki dunia kerja enggan berpartisipasi. Mereka lebih memilih untuk tetap di tempat sekolah/kuliah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).
Beberapa survey yang dilakukan di Amerika Serikat setelah masa perang Dunia II, menyimpulkan bahwa real wages cendrung naik tetapi jam kerja per minggu relatif turun. Adapun hasil survey tersebut antara lain (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):
a. Undang-undang mewajibkan pemberi kerja untuk memberikan wage premium kepada pekerja, atas kondisi tertentu yang dilakukan oleh pekerja atau dialami pekerja,
(33)
d. Pengaruh iklan (Brack dan Cowling) menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk melakukan konsumsi barang/jasa yang sifatnya time-intensive commodities dari barang yang sifatnya goods-intensive commodities.
e. Owen, berpendapat masyarakat lebih memilih konsumsi dan pengaturan anggotakeluar (family sized) dan pasangan lebih lama dalam pendidikan.
2.4. Determinan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Determinan permintaan tenaga kerja dapat diringkas sebagai berikut (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):
a. Permintaan produk suatu barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja itu sendiri. Jika permintaan produk tinggi maka permintaan tenaga kerja juga yang memproduksi produk tersebut akan tinggi. Menurut Frank dan Bernanke (2007), kenaikan harga produk tertentu yang diproduksi oleh pekerja akan menggeser kurva permintaan ke kanan (permintaan tenaga kerja semakin besar untuk semua tingkat upah nominal maupan upah riel). Begitu juga sebaliknya.
b. Produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggi produktivias tenaga kerja semakin tinggi permintaan terhadap tenaga kerja tersebut. Kenaikan produktivitas tenaga kerja akan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke arah kanan. Namun seandainya produktivitas tenaga kerja menurun maka kurva permintaan tenaga kerja akan bergeser ke kiri. Frank dan Bernanke (2007) menyatakan bahwa kenaikan
(34)
di mana permintaan terhadap tenaga kerja meningkat untuk semua tingkat upah nominal dan upah riel.
c. Jumlah pemberi kerja (employers). Semakin banyak jumlah pemberi kerja maka
semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan atau permintaan tenaga kerja akan meningkat.
d. Harga barang/faktor produksi yang lain. Perubahan faktor-faktor produksi yang lain seperti modal, bahan baku, tanah dapat mengubah permintaan tenaga kerja.
Namun perubahan faktor produksi yang lain harus dipilah-pilah lebih dahulu dan harus dibedakan apakah faktor produksi yang lain termasuk dalam kategori sebagai berikut:
1. Gross substitutes. Jika harga faktor produksi yang lain berubah maka permintaan tenaga kerja juga akan berubah ke arah yang sama.
2. Gross complements. Harga faktor-faktor produksi yang lain berubah maka permintaan tenaga kerja juga akan berubah dengan arah yang berlawanan.
Sedangkan determinan penawaran tenaga kerja dapat diringkas sebagai berikut (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):
a. Wage rates yang lain.
(35)
e. Number of qualified suppliers.
2.5. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja mengandung pengertian bahwa besarnya kesediaan
usaha produksi untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses
produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia
untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja
dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga
dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan permintaan terhadap tenaga
kerja. (Sudarsono, 1998) Perluasan kesempatan kerja merupakan suatu usaha
untuk mengembangkan sektor-sektor penampungan kesempatan kerja dengan
produktivitas rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari
faktor-faktor seperti, pertumbuhan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan
ekonomi, tingkat produktiuvitas tenaga kerja, atau kebijaksanaan mengenai
perluasan kesempatan kerja itu sendiri.
2.6. Elastisitas Kesempatan Kerja
Perubahan jumlah barang yang dibeli karena perubahan harga barang dapat diukur dengan elastisitas harga dari permintaan (price elasticity of demand). Elastisitas permintaan dari suatu barang terhadap perubahan dari suatu faktor penentunya (harga barang itu sendiri, harga barang lain/ penghasilan konsumen) menunjukkan derajat kepekaan akan barang tersebut terhadap perubahan faktor-faktor di atas. (Boediono, 1999) Payaman Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa konsep elastisitas dapat
(36)
untuk masing-masing sektor maupun untuk ekonomi secara keseluruhan. Atau sebaliknya dapat digunakan untuk menyusun simulasi kebijakan pemangunan untuk ketenagakerjaan yaitu dengan memilih beberapa elternatif laju pertumbuhan tiap sektor, maka dihitung kesempatan kerja yang dapat diciptakan. Kemudian dipilih kebijaksanaan pembangunan yang paling sesuai dengan kondisi pasar kerja.
2.7. Penyerapan Tenaga Kerja
Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor
yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang
relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian
pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan
laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan
laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara
berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja
maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Payaman Simanjuntak,
1985). Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini
adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di 9 (sembilan) sektor
perekonomian.
(37)
2.8. Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja
Lincolyn (1992) dalam Sinaga (2005) menjelaskan pendapat Robert Sollow dan
Trevor Swan mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Swan berpendapat pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan kualitas dan kuantitas faktor produksi. Teori ini mendukung pendapat teori kaum neo klasik, yaitu
perekonomian dalam full employment jikalau faktor produksi senantiasa berkembang
secara harmonis.
Selanjutnya dijelaskan, Capital Output Ratio (COR) dapat berubah-ubah atau
dengan kata lain untuk memproduksi sejumlah barang/jasa, maka jumlah modal yang digunakan dapat berbeda-beda misalnya untuk memproduksi barang/jasa sejumlah A, diperlukan buruh sebesar L1 dan modal sebesar K1. Jika terjadi perubahan target produksi bertambah 2 kali hal ini diperoleh dari alternatif pemakaian teknologi dalam produksi, maka perlu tambahan modal sebesar K2 dan penyerapan buruh berkurang sebanyak L1/2. Kombinasi kedua faktor produksi tersebut pada gambar di bawah ini:
(38)
Gambar 2.1. Kombinasi Faktor Produksi Modal dan Buruh
Gambar di atas menunjukkan bahwa fungsi produksi oleh kurva produksi 1 dan 2 di mana diawali dari usaha untuk memproduksi sejumlah barang diperlukan modal minimal sebesar K1 dan diserap buruh maksimal L1. Masalahnya dengan modal sebesar K1 tidak cukup untuk membeli teknologi maka untuk meningkatkan produksi kepada kurva P2, terlihat garis tidak akan bersinggungan dengan kurva P2, meskipun sampai
kepada titik infinity (∞) jikalau modal tetap sebesar K1, maka kombinasi produksi dalam
menyerap buruh hanyalah A, B, C dengan konsistensi mengurangi jumlah produksi atau buruh. Untuk modal sebesar K2 maka dapat dipilih kombinasi tingkat produksi sebesar A. atau B. ataupun C. di mana diperoleh kombinasi buruh sebanyak L4. Kesimpulannya dari kurva ini semakin banyak modal diinvestasikan maka semakin sedikit buruh yang dapat diperkerjakan untuk memproduksi barang Modal. Tenaga Kerja atau jasa ini terlihat dari berkurangnya jumlah buruh dari L3 ke L4 untukmemproduksi sejumlah B atau B..
Dari gambar di atas, Sollow dan Swan membuat fungsi persamaan sebagai berikut:
Qt = Kta . Ltb... (2.1)
Qt = Tingkat produksi pada tahun t Kt = Jumlah stok barang modal tahun t
(39)
a = Penambahan output yang diciptakan oleh penambahan 1 unit modal
b = Penambahan output yang diciptakan oleh penambahan 1 unit pekerja
Dari persamaan Sollow dan Swan nilai a, b, dapat diestimasi secara empiris di mana nilai dari a+b = 1, berarti nilai a dan b adalah sama dengan batas kapasitas produksi, atau nilai a dan b adalah terpulang kepada pilihan pengusaha yaitu investasi padat modal atau padat karya, teori ini disebut teori pembangunan negara berkembang (Lincolyn, 1992).
Kenaikan produktivitas tenaga kerja mengakibatkan naiknya rasio modal-tenaga kerja. Rasio modal-tenaga kerja yang tinggi yaitu dengan metode-metode produksi yang lebih padat modal, akan menghasilkan laba yang lebih besar, sehingga tingkat tabungan
yang optimal yakni akan menghasilkan pertumbuhan output maksimum. Di sini jelas
bahwa tujuan mencapai pertumbuhan output maksimum dan peningkatan kesempatan
kerja maksimum merupakan dua hal yang saling bertentangan dan tidak bisa dicapai secara serentak.
Ada dua teori yang mendasar dalam ketenagakerjaan yakni pertama teori Lewis
(Todaro, 2003) tentang surplus tenaga kerja dua sektor:
1. Sektor tradisional: sektor pedesaan yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marginal tenaga kerja sama dengan nol, maksudnya kelebihan tenaga kerja sektor pertanian dialihkan ke sektor lain, namun sektor pertanian tersebut
tidak kehilangan output sedikit pun.
(40)
Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kerja tersebut dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor tersebut, perluasan tersebut dimungkinkan adanya peningkatan investasi di bidang industri dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern. Peningkatan investasi itu sendiri didasarkan pada kelebihan keuntungan sektor industri dari selisih upah, dengan asumsi bahwa menanamkan kembali seluruh keuntungannya tersebut.
Untuk tingkat upah di sektor industri perkotaan diasumsikan konstan, dan ditetapkan melebihi tingkat rata-rata upah di sektor tradisional (pertanian), dengan maksud memaksa para pekerja pindah dari desa ke kota.
Teori yang kedua adalah teori Fei-Ranis dalam Mulyadi (2003), yang berkaitan
dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum optimal dalam pemanfaatannya, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut Fei-Ranis selanjutnya ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam
kondisi kelebihan tenaga kerja.
Pertama, di mana para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama.
Kedua, tahap dimana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri.
(41)
kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat terus menerus
sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usahanya.
Sejalan dengan hal itu indikasi keberhasilan pembangunan suatu negara atau wilayah yang banyak digunakan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhanekonomi diukur dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk lingkup nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk lingkup wilayah. Selain dipengaruhi faktor internal, pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dipengaruhi faktor eksternal, terutama setelah era ekonomi yang semakin meng-global.
Secara internal, tiga komponen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut sebaiknya berkedudukan sejajar dalam mengelola sumberdaya ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Dalam prakteknya, selain bergerak dalam sektor produksi barang dan jasa, pemerintah lebih banyak berperan dalam sektor regulasi dan fasilitasi, termasuk mengendalikan dan mengantisipasi pengaruh eksternal yang bersifat negatif.
Besaran dan arah peran pemerintah tersebut sangat menentukan peran dunia usaha dan masyarakat berpartispasi dalam pembangunan yang pada akhirnya menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Permasalahannya adalah menggunakan pertumbuhan PDB sebagai indikator kesejahteraan sifatnya masih sangat makro. Nilai PDB menggambarkan aktivitas produksi dari suatu negara. Perhitungan PDB dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu sisi penawaran berdasarkan lapangan usaha menurut sektor dan sisi permintaan atau penggunaan yaitu untuk konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.
(42)
perkembangan dan penggunaan teknologi mengalami peningkatan, penyerapan tenaga kerja menjadi lebih banyak sehingga mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hubungan antara pertumbuhan PDB dengan angka pengangguran dikenal sebagai Hukum Okun, yaitu setiap peningkatan satu persen pengangguran akan menurunkan PDB 2,5 persen (Lipsey, 1992). Dengan demikian jika PDB meningkat seharusnya pengangguran menurun. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan, namun kesejahteraan masyarakat secara umum tidak meningkat berarti ada ketidakseimbangan baik antar sektor maupun antar wilayah dalam pelaksanaan pembangunan. Untuk itu, selain pertumbuhan ekonomi, diperlukan juga indikator yang
lebih mikro untuk melihat dinamika kesejahteraan masyarakat. Dorongan besar (big
push) kearah industrialisasi yang cepat telah merupakan kalimat sakti dalam model ini,
bagi berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dan tercapainya keberhasilan pembangunan nasional (Todaro, 2003).
2.9. Pengaruh Upah, Output dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di semua sektor
diharapkan memiliki tingkat permintaan yang tinggi terhadap tenaga kerja.
Tingkat permintaan yang tinggi terhadap tenaga kerja mempunyai arti penting
bagi pembangunan karena dapat membantu mengurangi masalah pengangguran,
pengentasan kemiskinan dan upaya perbaikan ekonomi.
(43)
Menurut Sonny Sumarsono (2003), Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi, dimana faktor yang
mempengaruhi penyerapan akan tenaga kerja adalah:
1. Tingkat Upah
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya
produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka
akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya priduksi perusahaan, yang
selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi.
Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi
kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi
mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak
terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya
target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan.
Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya
skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau
scale effect
(Sonny
Sumarsono, 2003).
b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak
berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat
modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga
kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya.
Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian
atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek substitusi
(44)
sebelumnya dalam uraian diatas, Sudarsono (1988) menyatakan bahwa
permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah.
Menurut Sonny Sumarsono (2003) upah dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Upah pokok
Upah yang diberikan pada karyawan, yang dibedakan atas upah per jam,
per hari, per minggu, per bulan.
2. Upah lembur
Upah yang diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja
yang telah ditetapkan perusahaan.
3. Tunjangan
Sejumlah uang yang diterima karyawan secara menyeluruh karena adanya
keuntungan dari perusahaan pada akhir tahun neraca.
(45)
2. Nilai Produksi (Output)
Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang
yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang
selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Naik turunnya
permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila
permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen
cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut
produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya.
Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain:
naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang
bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga
barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi
(Sudarsono, 1988).
Nilai output suatu daerah memperkirakan akan mengalami peningkatan
hasil produksi dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi
barang yang sama. Para pengusaha akan membutuhkan sejumlah uang yang akan
diperoleh dengan tambahan perusahaan tersebut, demikian juga dengan tenaga
kerja. Apabila jumlah output dihasilkan oleh perusahaan yang jumlahnya lebih
besar maka akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak
jumlah perusahaan/unit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan
untuk terjadi penambahan output produksi.
Sudarsono (1988) menyatakan bahwa perubahan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan
(46)
besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau
alat yang digunakan dalam proses produksi.
Lain halnya dengan Payaman J. Simanjuntak (1985) yang menyatakan
bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi
barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan
pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat
akan barang yang diproduksi.
3. Nilai Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan
penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
(Sadono Sukirno, 1997) Mesin digerakkan oleh tenaga kerja atau sumber-sumber
serta bahan-bahan dokelola oleh manusia.
Sedangkan menurut Dumairy (1998:81) investasi adalah penambahan
barang modal secara netto positif. Seseorang yang membeli barang modal tetapi
ditujukan untuk mengganti barang modal yang aus dalam proses produksi
bukanlah merupakan investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang modal
untuk mengganti (
replacement
). Pembelian barang modal ini merupakan investasi
pada waktu yang akan datang. Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau
harga dari kondisi mesin dan peralatan pada saat pembelian. Investasi ini
menentukan skala usaha dari suatu industri kecil yang akan mempengaruhi
(47)
hal ini berhubungan dengan jumlah investasi yang dilakukan perusahaan yang
pada akhirnya menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja.
Menurut Sadono Sukirno (1997) dalam praktek usaha untuk mencatat nilai
penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu yang digolongkan
sebagai investasi atau penanaman modal meliputi pengeluaran atau pembelanjaan
sebagai berikut:
a. Pembelanjaan pokok berbagai jenis barang modal yaitu mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b. Pembelanjaan penunjang untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik dan lainnya.
Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang
membelanjakan sebahagian terbesar dari pendapatan untuk membeli barang dan
jasa yang dibutuhkan, penanaman modal melakukan investasi bukan untuk
memenuhi kebutuhan tapi untuk memberi keuntungan yang sebesar-besarnya.
Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali
peranannya didalam menentukan tingkat investasi yang dilakukan oleh para
pengusaha. Disamping oleh harapan di masa depan untuk memperoleh
keuntungan terdapat beberapa faktor yang akan menentukan tingkat investasi yang
akan dilakukan oleh penanam modal dalam suatu perekonomian (Sadono Sukirno,
1997). Dimana faktor utama untuk menentukan tingkat investasi adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
b. Tingkat bunga
(48)
d. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
e. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya
penyerapan tenaga kerja. Secara teoritis, semakin besar nilai investasi pada
Industri Kecil dimana investasi yang dilakukan bersifat padat karya, sehingga
kesempatan kerja yang diciptakan semakin tinggi.
2.10. Penelitian Terdahulu
1.
Tindaon 2010, dengan judul Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
Sektoral Di Jawa Tengah, (Pendekatan Demometrik) Penelitian ini
ditujukan untuk menenjajaki kondisi ketenagakerjaan dari sektor-sektor
ekonomi yang terdapat di provinsi Jawa Tengah. Dengan menggunakan
Pertumbuhan Penduduk dan PDRB sektoral sebagai variabel
mempengaruhi dan mengukur pengaruhnya terhadap kapasitas daya serap
tenaga kerja di masing-masing sektor ekonomi.
Penelitian menggunakan pendektan demometrik dengan data deret berkala
serta peridoe 21 tahun dari tahun 1988 hingga 2008 dan dengan
mengambil lokasi penelitian provinsi Jawa Tengah. Model analisa yang
digunakan dalam studi ini adalah study is Ordinary Least Square (OLS).
Berdasarakan hasil yang diperoleh, ditemukan bahwa pertumbuhan
penduduk terbukti mempengaruhi secara signifikan terhadap sejumlah
tenaga kerja sektoral seperti Pertanian, Lisrik Gas dan Air Bersih
(49)
Jawa Tengah dengan sifat yang elastis yang menunjukkan kemapuan dan
daya serap sektor dimaksud terhdap tenaga kerja
Peretumbuhan ekonomi adalah menunjukkan suatu peningkatan dalam
kemampuan perekonomian dalam memproduksi barang dan dan jasa.. Di
sisi lain pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran dari permbangunan
ekonomi darah dimaksud. Dalam kiran ini aspek dmograpi berupa
kependudukan merupakan pusatk semua kebijakan serta program
pembangunan. Sebagai subjek dari pembangunan, potensi penduduk harus
dijaga dan dikembangkan sehingga dapat menjadi motivator
pembangunan.
2.
Syafriadi, 2010, berjudul Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempataii Kerja
di kota Solok (Sebuah Kajian dengan Menggunakan Metode Kasula dan
Kointegrasi).
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa perobahan
struktur perekonomian dan kesempatan kerja di kota Solok dan
menganalisa kausalitas antara pertumbiuhan ekononi dan keseempatan
kerja di Kota Solok. Metode analisis yang dipakai adalah metode
deskriptip dan ekonometrika dengan menggunakan Uji Kausalitas Granger
dengan pendekatan Error Correction Model (ECM) dan Uji Kointegrasi.
Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi (PDRB) atas harga
konstantahun 2000 dan variabel kesempatan kerja, yaitu jumlah orang
yang bekerja menurut lapangan usaha.
(50)
tidak adanya kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja maupun sebaliknya.
Sedangkan dnegan pendekatan ECM, ditemukan adanya hubungan jangka pendek antara pertumbuhan ekonomi dengan kesempatan kerja dengan faktor kelambanan +1, dengan arti bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini terbukti mempengaruhi kesempatan kerja tahun mendatang.
Pertumbuhan kesempatan kerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sektor yang dominan dalam dalam struktur ekonomi dan struktur kesempatan kerja di Kota Solok adalah sektor tersier (Jasa).
3.
Rangkuti, 2009, Dengan Judul Pengaruh Investasi Dan Pertumbuhan
Di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian
di Indonesisa. Penelitian ini bertujuan, untuk menganalisis pengaruh
investasi dan tenaga kerja di sektor pertanian terhadap pertumbuhan sektor
pertanian. Menganalisis pengaruh investasi dan pertumbuhan di sektor
pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.
Penelitian ini mengadopsi teori yang dikemukakan oleh Solow dimana
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pertumbuhan teknologi, modal,
dan tenaga kerja.
Jenis data yang digunakan dalm penelitian ini menggunakan data nasional
berupa sekunder bentuk deret berkala tahunan (time series) dari tahun
(51)
equation) dengan metode Two Stages Least Square (2SLS). Beradasarkan
pendugaan yang telah dilakukan, dapat dikatakan pertumbuhan di sektor
pertanian dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian periode
sebelumnya dan investasi di sektor pertanian. Dengan nilai koefisien
masing-masing 1.109350 dan 0.001846 sedangkan pengaruh tenaga kerja
di sektor pertanian terhadap pertumbuhan sektor pertanian memiliki
hubungan yang negatif. Pertumbuhan sektor pertanian periode sebelumnya
berpengaruh terhadap pertumbuhan di sektor pertanian dengan selang
kepercayaan 95 persen. Variabelvariabel yang digunakan pada model
dapat menjelaskan keberagaman sebesar 98 persen.
Berdasarkan pendugaan dampak pertumbuhan dan investasi terhadap
tenaga kerja di sektor pertanian, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dan
investasi di sektor pertanian berpengaruh secara positif terhadap
peningkatan tenaga kerja pertanian. Dengan nilai koefisien masing-masing
17.20 dan 0.12, variabel investasi dapat nyata pada taraf 90 % dan model
dapat menjelaskan keberagaman sebesar 40%.
Dapat disimpulkan investasi dan pertumbuhan sebelumnya di sektor
pertanian berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan pertanian,
sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan sektor
pertanian. Hubungan negatif antara pertumbuhan sektor pertanian dan
tenaga kerja sektor pertanian, bertentangan secara hipotesis dan teoritis
dalam penelitian ini. Pengaruh pertumbuhan dan investasi terhadap tenaga
kerja di sektor pertanian memiliki hubungan yang positif, sehingga secara
(52)
bekerja di sektor pertanian mutlak diperlukan investasi dan pertumbuhan
di sektor pertanian. Sektor pertanian masih merupakan sumber kesempatan
kerja dan berburuh tani yang potensial.Upaya menigkatkan produktivitas
dan kesejahteraan buruh tani perlu terus dilakukan antara lain melalui
perbaikan sistem sakap dan pengupahan, mobilitas dan informasi tenaga
kerja, serta pengembangan agroindustri dan kesempatan kerja di luar
sektor pertanian.
Tingkat upah bergantung pada penawaran tenaga kerja, perkembangan
mekanisasi pertanian, dan pertumbuhan kesempatan kerja di luar sektor
pertanian.Walaupun indeks upah absolut menigkat, harga kebutuhan
pokok meningkat lebih cepat sehingga laju upah riil menjadi sangat
lambat. Pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan pembinaan
ketrampilan tenaga kerja (khususnya wanita) sangat penting agar dapat
bekerja secara mandiri dan posisi tawarannya meningkat.
Kontribusi tenaga kerja dinilai menentukan kinerja usaha tani padi yang
bersifat padat tenaga kerja. Kelangkaan tenaga kerja dan peningkatan upah
secara tidak terkendali perlu dicegah.
4.
Azwir Sinaga, 2005, dalam Judul Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di
Sumatera Utara, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetaui besaran
elastistas dan tingkat signifikansi dari variabel makro regional Sumatera
Utara berupa Investasi, Angkatan Kerja Sektoral terhadap PDRB
Sumatera Utara dengan periode pengamatan dari tahun 1978 hingga 2002.
(53)
Analisa data dilakukan dengan model ekonometrika kaida Ordinary Least
Square (OLS).
Ditemukan bahwa PDRB Sumatera Utara adalah bersifat elastis terhadap
pertumbuhan tenaga kerja dan penyerapan tenga kerja terbesar adalah pada
sektor pertanian. Dengan kata lain sektor pertanian adalah sektor yang
paling mampu mengurangi tingkat pegangguran.
Dari sisi investasi ditemukan memiliki sifat yang elastis terhadap tenaga
kerja sektoral, sedangkan Angkatan Kerja bersifat in-elastis terhadap
pertumbuhan Tenaga Kerja sektoral serta sangat dipengaruhi oleh laju
pertumbuhan penduduk usia kerja yang masuk ke pasar kerja.
2.10. Kerangka Pemikiran
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
(54)
Gambar 2.2-a: Kerangka Pemikiran Sektor Pertanian
b. Sektor Pertambangan
UMP
PMDN
PMA
Tenaga Kerja Sektor Pertanian
PDRB Sektor Pertambangan
UMP
PMDN
PMA
(55)
c. Sektor Industri
Gambar 2.2-c: Kerangka Pemikiran Sektor Induistri
d. Sektor LGA
PDRB Sektor Industri
UMP
PMDN
PMA
Tenaga Kerja Sektor Industri
PDRB Sektor LGA
(56)
Gambar 2.2-d: Kerangka Pemikiran Sektor LGA
e. Sektor Konstruksi
Gambar 2.2-e: Kerangka Pemikiran Sektor Konstruksi
f. Sektor Perdagangan
PDRB Sektor Konstruksi
UMP
PMDN
PMA
(57)
Gambar 2.2-f: Kerangka Pemikiran Sektor Perdagangan
g. Sektor Transportasi
UMP
PMDN
PMA
Tenaga Kerja Sektor Perdagangan
PDRB Sektor Transportasi
UMP
PMDN
PMA
(58)
h. Sektor Keuangan
Gambar 2.2-h: Kerangka Pemikiran Sektor Keuangan
i. Sektor Jasa
PDRB Sektor Keuangan
UMP
PMDN
PMA
Tenaga Kerja Sektor Keuangan
PDRB Sektor Jasa
UMP
PMDN
PMA
(59)
Gambar 2.2-i: Kerangka Pemikiran Sektor Jasa
2.11. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka, serta penelitian terdahulu, maka hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
PDRB Sektor Pertanian, UMP, PMDN dan PMA berpengaruh positif
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Pertanian
2.
PDRB Sektor Pertambangan, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh positif
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Pertambangan
3.
PDRB Sektor Industri, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh positif
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Industri
4.
PDRB Sektor Listrik Gas dan Air Bersih, UMP, PMDN, dan PMA
berpengaruh positif terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Listrik Gas
dan Air Bersih (LGA)
5.
PDRB Sektor Konstruksi, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh positif
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Konstruksi
(60)
6.
PDRB Sektor Perdagangan, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh positif
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Perdagangan
7.
PDRB Sektor Transportasi, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh positif
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Transportasi
8.
PDRB Sektor Keuangan, UMP, PMDN, dan PMA berpengaruh positif
terhadap daya serap tenaga kerja pada sektor Keuangan
9.
PDRB Sektor Jasa, UMP, PMDN, dan PMA terhadap daya serap tenaga
kerja pada sektor Jasa
(61)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan penekanan pada faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral. Periode pengamatan dipilih mulai tahun 1980 hingga tahun 2012 dengan ruang lingkup geografis provinsi Sumatera Utara.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder dengan sumber perolehan data antara lain Kantor Statistik Sumatera Utara dan Dinas Tenaga Sumatera Utara. Data sekunder dimaksud diperoleh dari sajian atau publikasi resmi baik dalam bentuk harga berlaku maupun harga konstan. Selanjutnya data yang berupa satuan mata uang akan dipilih dalam sajian harga konstan untuk digunakan sebagai variabel dalam model.
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1. Model Regresi
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang
digunakan untuk menganalisis perbedaan pengaruh PDRB Sektoral, Upah
Minimum Provinsi (UMP), PMDN dan PMA terhadap Tenaga Kerja antara
lapangan atau sektor berbeda.
Sedangkan pendekatan deskriptif digunakan untuk membahas interpretasi
lebih lanjut dari hasil penelitian yang telah diperoleh dalam analisis kuantitatif.
(62)
Variabel-variabel dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu
variabel yang dijelaskan atau variabel dependen dan variabel yang menjelaskan
atau variabel independen
Adapun variabel dependen dalam penelitian ini yaitu:
1)
Tenaga kerja sektor pertanian (TK_Pert)
2)
Tenaga kerja sektor pertambangan dan galian (TK_Tamb),
3)
Tenaga kerja sektor industri pengolahan (TK_Ind),
4)
Tenaga kerja sektor listrik, gas dan air Bersih (TK_LGA),
5)
Tenaga kerja sektor bangunan (TK_Konst),
6)
Tenaga kerja sektor perdagangan (TK_Dag),
7)
Tenaga kerja sektor pengangkutan, pengiriman dan komunikasi
(TK_Tran),
8)
Tenaga kerja sektor keuangan, asuransi dan perbankan (TK_Keu),
9)
Tenaga kerja sektor jasa-jasa, sosial dan pribadi (TK_Jasa).
Berdasarkan uraian variabel baik dependen maupun independen di atas
maka model digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian
TK_Pert
t=
f
(PDRB_Pert
tTK_Pert
, UMP, PMDN, PMA,) ………..(3.1)
t
= a
0+ a
1PDRB_Pert
t+ a
2UMP
t+ a
3PMDN
t+ a
4PMA
t+
Ų
1t…………(3.2)
2. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Pertambangan
TK_Tamb
t=
f
(PDRB_Tamb
t, UMP
t, PMDN
t, PMA
t)
...(3.3)
(63)
(64)
3. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Industri
TK_Ind
t=
f
(PDRB_Ind
t, UMP
t, PMDN
t, PMA
tTK_Ind
) ……….….(3.5)
t
= c
0+ c
1PDRB_Ind
t+ c
2UMP
t+ c
3PMDN
t+ c
4PMA
t+
Ų
3t………....(3.6)
4. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Listrik Gas dan Air Bersih
TK_LGA
t=
f
(PDRB_LGA
t,
UMP
t,
PMDN
t, PMA
tTK_LGA
)
……….……….(3.7)
t
= d
0+ d
1PDRB_LGA
t+ d
2UMP
t+ d
3PMDN
t+d
4PMA
t+
Ų
4t…………(3.8)
.
5. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Konstruksi
TK_Konst
t=
f
(PDRB_Konst
t, UMP
t, PMDN
t, PMA
tTK_Konst
) .………...……
(3.9)
t
= e
0+ e
1PDRB_Konst + e
2UMP
t+ e
3PMDN
t+ e
4PMA
t+
Ų
5t……….(3.10)
6. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Perdagangan
TK_Dag
t=
f
(PDRB_Dag
t,
UMP
t,
PMDN
t, PMA
tTK_Dag
)
..……..………..(3.11)
t
= f
0+ f
1PDRB_Dag
t+ f
2UMP
t+ f
3PMDN
t+ f
4PMDA
t+
Ų
6t……….
(3.12)
7. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Transportasi
TK_Tran
t=
f ( PDRB
_Tran
t, UMP
t, PMDN
t, PMA
tTK_Tran
) …..….………
(3.13)
t
= g
0+g
1PDRB_Tran
t+ g
2UMP
t+ g
3PMDN
t+ g
4PMA
t +Ų
7t(65)
TK_Keu
t=
f
(PDRB_Keu
t, UMP
t, PMDN
t, PMA
tTK_Keu
) ………
(3.15)
t
= h
0+ h
1PDRB_Keu
t+ h
2UMP
t+ h
3PMDN
t+ h
4PMA
t+
Ų
………..(3.16)
(66)
9. Persamaan Kesempatan Kerja Sektor Jasa
TK_Jasa
=
f
(PDRB_Jasa
t, UMP
t, PMDN
t, PMA
tTK_Jasa
) …….………..
(3.17)
t
= i
0+ i
1PDRB_Jasa
t+ i
2UMP
t+ i
3PMDN
t+ i
4PMA
t+
Ų
9tKeterangan:
…….… (3.18)
•
TK_Pert
t•
TK_Tamb
: Tenaga Kerja Sektor Pertanian
t•
TK_Ind
: Tenaga Kerja Sektor Pertambangan
t•
TK_LGA
: Tenaga Kerja Sektor Industri
t•
TK_Kons
: Tenaga Kerja Sektor Listrik Gas dan Air Bersih
t•
TK_Dag
: Tenaga Kerja Sektor Konstruksi
t•
TK_Trans
: Tenaga Kerja Sektor Perdagangan
t•
TK_Keu
: Tenaga Kerja Sektor Transportasi
t•
TK_Jasa
: Tenaga Kerja Sektor Keuangan
t•
UMP
: Tenaga Kerja Sektor Jasa
t•
PMDN
: Upah Minimum Provinsi
t•
PMA
: Penanaman Modal Dalam Negeri
t•
PDRB_Pert
: Penanaman Modal Asing
t•
PDRB_Tamb
: PDRB Sektor Pertanian
t•
PDRB_Ind
: PDRB Sektor Pertambangan
t•
PDRB_LGA
: PDRB Sektor Industri
t•
PDRB_Kons
: PDRB Sektor Listrik Gas dan Air Bersih
t•
PDRB_Dag
: PDRB Sektor Konstruksi
t•
PDRB_Tran
: PDRB Sektor Perdagangan
t•
PDRB_Keu
: PDRB Sektor Transportasi
t•
PDRB_Jasa
: PDRB Sektor Keuangan
t•
UMP
: PDRB Sektor Jasa
t•
PMDN
: Upah Minimum Provinsi
t•
PMA
: Penanaman Modal dalam Negeri
t•
a
: Penanaman Modal Asing
(1)
LAMPIRAN 29 : Uji Heteroskedastistas Jasa
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
ABS_RES_Jasa .1982 .19525 33
Ln_UMP_R 6.6255 1.66495 33
Ln_PMDN_R 7.2606 1.51143 33
Ln_PMA_R 6.2183 1.85333 33
Correlations
ABS_RES_Jasa Ln_UMP_R Ln_PMDN_R Ln_PMA_R
Pearson Correlation ABS_RES_Jasa 1.000 -.047 .067 .105
Ln_UMP_R -.047 1.000 .814 .863
(2)
Ln_PMA_R .105 .863 .841 1.000
Sig. (1-tailed) ABS_RES_Jasa . .397 .355 .280
Ln_UMP_R .397 . .000 .000
Ln_PMDN_R .355 .000 . .000
Ln_PMA_R .280 .000 .000 .
N ABS_RES_Jasa 33 33 33 33
Ln_UMP_R 33 33 33 33
Ln_PMDN_R 33 33 33 33
Ln_PMA_R 33 33 33 33
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Ln_PMA_R,
Ln_PMDN_R, Ln_UMP_Ra
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .298a .089 -.006 .19579
a. Predictors: (Constant), Ln_PMA_R, Ln_PMDN_R, Ln_UMP_R b. Dependent Variable: ABS_RES_Jasa
Model Summaryb
(3)
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1 .089 .942 3 29 .433 1.791
b. Dependent Variable: ABS_RES_Jasa
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .108 3 .036 .942 .433a
Residual 1.112 29 .038
Total 1.220 32
a. Predictors: (Constant), Ln_PMA_R, Ln_PMDN_R, Ln_UMP_R b. Dependent Variable: ABS_RES_Jasa
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .212 .179 1.186 .245
Ln_UMP_R -.068 .043 -.577 -1.557 .130
Ln_PMDN_R .013 .045 .101 .293 .772
Ln_PMA_R .055 .042 .518 1.302 .203
a. Dependent Variable: ABS_RES_Jasa
Coefficientsa
(4)
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 Ln_UMP_R -.047 -.278 -.276 .228 4.377
Ln_PMDN_R .067 .054 .052 .262 3.811
Ln_PMA_R .105 .235 .231 .198 5.044
a. Dependent Variable: ABS_RES_Jasa
Coefficient Correlationsa
Model Ln_PMA_R Ln_PMDN_R Ln_UMP_R
1 Correlations Ln_PMA_R 1.000 -.472 -.568
Ln_PMDN_R -.472 1.000 -.322
Ln_UMP_R -.568 -.322 1.000
Covariances Ln_PMA_R .002 .000 -.001
Ln_PMDN_R .000 .002 .000
Ln_UMP_R -.001 .000 .002
(5)
LAMPIRAN 30 : Uji Normalitas Sektor Jasa
Descriptives
Notes
Output Created 27-Jun-2013 01:19:39
Comments
Input Data D:\TESISA~1\DATASP~1\DATARI~1.S
AV
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
313
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as missing.
Cases Used All non-missing data are used.
Syntax DESCRIPTIVES
VARIABLES=RES_Jasa
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX KURTOSIS SKEWNESS.
Resources Processor Time 0:00:00.032
Elapsed Time 0:00:00.031
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Unstandardized Residual 33 -.94557 .64204 .0000000 .28038683
(6)
Descriptive Statistics
Skewness Kurtosis
Statistic Std. Error Statistic Std. Error