Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang

2.4.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis AIDS berdasarkan stadium adalah Nursalam dan Ninuk, 2011 : Gejala utamamayor: a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus c. Penurunan berat badan lebih dari 10 dalam tiga bulan d. TBC Gejala minor: a. Batuk kronis lebih dari satu bulan b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida albicans c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh d. Munculnya Herpes zoster berulang danbercak-bercak gatal diseluruh tubuh Kondisi yang ditetapkan bahwa HIV sudah menjadi AIDS Sjaiful Fahmi Daili dkk, 2011 : Infeksi oportunistik: a. Kandidiasis pada bronki, trakea, paru-paru b. Kandidiasis pada esophagus c. Herpes simpleks ulkus kronis lebih dari 1 bulan, bronchitis, pneumotitis, atau esofagitis d. Pneumonia, rekuren e. Toksoplasmosis pada otak Keganasan: a. Limfoma immunoblastik b. Limfoma primer pada otak c. Kanker leher rahim, invasif d. Ensefalopati e. Sindrom kelelahan karena infeksi HIV f. Penurunan imunitas yang hebat CD4 200ml

2.4.4 Pemeriksaan Penunjang

Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu lebih baik. Pasien dapat tetap sehat lebih lama dengan pengobatan awal dan dapat melindungi orang lain dengan mencegah transmisi. Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus dan protein yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus. Protein ini yang dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu setelah infeksi awal. Maka jika melakukan tes 3 hingga 6 minggu setelah paparan akan memberi hasil tes yang negatif Nursalam dan Ninuk, 2011 Menurut MacCann 2008, ELISA enzyme-linked immunosorbent adalah salah satu tes yang paling umum dilakukan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA sensitif pada infeksi HIV kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu jendela, seseorang itu mempunyai risiko yang tinggi dalam menularkan infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western blot sebagai konfirmasi. Tes Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV. Di mana protein virus ditampilkan oleh acrylamide gel electrophoresis, dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan ia bereaksi dengan serum pasien. Jika terdapat antibodi, maka ia akan berikatan dengan protein virus terutama dengan protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan antibodi yang berlabel secara enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna mengungkapkan adanya antibodi HIV dalam serum pasien yang telah terinfeksi Shaw dan Mahoney, 2003 Tes OraQuick adalah tes lain yang menggunakan sampel darah untuk mendiagnosis infeksi HIV. Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa 20 menit. Hasil tes positif harus dikonfirmasi dengan tes Western blot MacCann, 2008. Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap virus, manakala polymerase chain reaction PCR mendeteksi virus HIV. Tes ini dapat mendeteksi HIV bahkan pada orang yang saat ini tidak memproduksi antibodi terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi “proviral DNA”. HIV terdiri dari bahan genetik yang dikenal RNA. Proviral DNA adalah salinan DNA dari RNA virus. PCR digunakan untuk konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA dan Western blot negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum antibodi dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru lahir dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain Nursalam dan Ninuk, 2011.

2.4.5 Penatalaksanaan