BAB III PENELITIAN SENDIRI
3.1. Latar Belakang
Hepatitis kronis B adalah penyakit nekroinflammasi hati kronis yang disebabkan infeksi persisten virus hepatitis B
1
. Diseluruh dunia diperkirakan terdapat 400 juta orang menderita hepatitis kronis B
72
dan 15 – 40 penderita berlanjut menjadi sirosis dan karsinoma hepatoseluler
24
. Sirosis dan penyakit hati tahap akhir disebabkan terbentuknya fibrosis hati pada
keadaan kerusakan hati kronis yang bersamaan dengan penumpukan protein matriks ekstraseluler MES di hati yang selanjutnya menyebabkan
perubahan arsitektur hati dan pembentukan nodul regenerasi
5
. Injuri kronis dengan berbagai etiologi terhadap sel hati menghasilkan
fibrosis hati yang ditandai akumulasi berlebih dari protein MES. Kerusakan sel hati mengakibatkan sintesa protein MES meningkat fibrogenesis dan
menurun degradasi protein MES fibrolisis. Sel yang paling berperan terhadap fibrogenesis hati adalah HSC.
Sekarang ini, belum tersedia terapi kuratif untuk fibrosis hati dan pasien tergantung pada transplantasi hati
4,6,73
. Sedangkan transplantasi hati membutuhkan organ, biaya mahal, problema serius dan gagal hati setelah
transplantasi merupakan beban mortaliti tinggi
74
.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa fibrosis hati dan bahkan sirosis dapat reversibel telah
merubah dogma selama ini dan meningkatkan perhatian untuk mengembangkan terapi antifibrotik.
Sehingga dibutuhkan farmakoterapi anti-fibrotik sebagai
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
tantangan utama. Intervensi farmakologi terhadap anti-fibrosis yang efektif melalui 3 mekanisme meliputi: pencegahan fibrosis, fibrostasis, dan fibrolisis
4,13
. Telah dilaporkan, secara invivo dan invitro bahwa pentoxifylline sebagai anti-fibrosis yang bekerja pada HSC melaui mekanisme fibrostatis dan
fibrolisis pada MES dengan menghambat sitokin inflamasi TNF- , TGF- dan PDGF
6,69,75
.
FibroIndeks adalah salah satu penanda non invasif yang terdiri atas Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGOT, trombosit dan gamma
globulin. Penelitian oleh Koda dkk membandingkan penggunaan FibroIndeks ini
terhadap penanda non invasif lainnya seperti Aminotransferase to Platelet Ratio Index APRI dan Forn index. Ternyata dari hasil penelitian tersebut akurasi
FibroIndeks memprediksi fibrosis signifikan dan fibrosis berat dengan atau tanpa sirosis lebih baik dibanding APRI dan Forn index.
3.2. Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan FibroIndeks pada penderita hepatitis kronis B sebelum pemberian dengan 4 minggu sesudah pemberian
pentoxifylline.
3.3. Hipotesa
Penurunan FibroIndeks pada penderita hepatitis kronis B 4 minggu sesudah pemberian pentoxifylline daripada FibroIndeks sebelum
pemberian.
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
3.4. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui penurunan FibroIndeks pada penderita hepatitis kronis B setelah pemberian pentoxifylline.
3.5. Manfaat penelitian
Dengan mengetahui penurunan nilai FibroIndeks pada penderita hepatitis kronis, dapat menentukan manfaat pentoxifylline sebagai
salah satu alternatif obat antifibrotik pada penderita hepatitis kronis.
3.6. Kerangka Konsepsional
TNF g
PDGF ROS
TGF-
Nekroinflamasi kronis Pentoxifylline
Virus Hepatitis
Pentoxifylline Sel Kupfer
A k t i f a s i HSC tidak aktif
HSC aktif
Akumulasi MES Fibrogenesis me
Biopsi Hati Fibrosis Hati
FibroIndeks
TGF- ↑
PDGF ↑
Miofibroblas Degradasi me
Keterangan : = inhibisi
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
3.7. BAHAN DAN CARA 3.7.1. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan secara uji klinis dengan perlakuan ulang pre dan post test design.
3.7.2. Definisi Operasional 3.7.2.1.Hepatitis Kronis B
Adalah hepatitis B dengan HBsAg menetap lebih dari 6 bulan dan pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan gambaran hati
membesar atau normal, permukaan regular atau ireguler, bertambahnya densitas gema parenkim hati yang heterogen, tepi hati
tajam atau tumpul dengan peningkatan SGPT 1,3 kali nilai batas atas normal.
3.7.2.2. Sirosis hati SH
Kriteria diagnosis SH yang dipakai adalah pada pemeriksaan USG didapatkan pelebaran vena porta, vena lienalis, splenomegali,
permukaan hati noduler, ekostruktur hati heterogen, vena hepatika berkelok-kelok. Sirosis dekompensata bila sirosis hati disertai asites
dengan atau tanpa edema tungkai, ikterik, ensefalopati hepatik dan PSMBA.
3.7.2.3. Pentoxifylline
Tablet Trental
®
pentoxifylline oral mengandung 1
bahan aktif 1-5-oxohexyl-3, 7-dimethylxanthine 400 mg 2
bahan tidak aktif :
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
̇ FDC Red No. 3 ̇ Hypromellose
USP ̇ Magnesium
stearate NF
̇ Polyethylene glycol NF ̇ Povidone
USP ̇ Talc
USP ̇ Titanium dioxide USP
̇ Hydroxyethyl cellulose dalam formulasi lepas lambat
3.7.2.4.
FibroIndeks
adalah salah satu penanda non invasif untuk fibrosis hati yang terdiri atas Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGOT,
trombosit dan gamma globulin. Perhitungan skor FibroIndeks didapat dari rumus :
FibroIndeks = 1,738 – 0,064 trombosit [x10
4
mm
3
] + 0,005SGOT [IUL] + 0,463 gamma globulin [gdl]
Skor ≤ 1,25 adalah bukan fibrosis, skor 1,25 adalah fibrosis dan
diikutkan dalam penelitian.
3.7.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian antara bulan Februari 2008 – Juli 2008 di RS Haji Adam Malik, RS Pirngadi dan Praktek Ahli Gastroenterohepatologi
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
3.7.4. Populasi Terjangkau
Penderita hepatitis kronis B dengan HBsAg positif yang dirawat jalan ataupun rawat inap dan dilakukan pemeriksaan klinis, darah rutin,
fungsi hati, fungsi ginjal, SPE, USG hati.
3.7.5. Kriteria
Inklusi
a. Penderita hepatitis kronis B naive
b. Usia diatas 18 tahun
c. Bersedia mengikuti penelitian
3.7.6. Kriteria Eksklusi
Penderita hepatitis kronis B dengan :
a. Riwayat perdarahan serebral
b. Riwayat perdarahan retina
c. Riwayat angina pektoris
d. Riwayat pasca operasi 2 minggu
e. Sedang menggunakan obat – obat golongan theophylline,
cimetidine, warfarin f.
Sirosis hati dekompensata
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
3.7.7. Populasi dan Sampel
Perkiraan besar sampel : Rumus yang digunakan
2
d S
x Z
g ⎥⎦
⎤ ⎢⎣
⎡ =
z α
= nilai baku normal berdasarkan α = 0,05 å Zα = 1,96
S = simpangan baku kadar trombosit = 7
75
d = tingkat ketepatan presisi = 3,5
2
5 ,
3 7
96 ,
1 ⎥⎦
⎤ ⎢⎣
⎡ =
η = 15,4 ≈ 15 Jadi besar sampel minimal 15 orang
3.7.8 . Cara Penelitian
a Dilakukan skrining untuk kriteria yang dimasukkan dan yang dikeluarkan, kemudian subyek penelitian diminta untuk menandatangani persetujuan
tertulis, setelah dilakukan pemeriksaan pendahuluan, termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG dan laboratorium yang meliputi fungsi
hati, HBsAg, ureum, kreatinin, darah perifer lengkap dan SPE. Data hasil pemeriksaan dicantumkan didalam kuesioner penelitian
kemudian dihitung FibroIndeks.
b Subyek penelitian satu kelompok yang mendapatkan pentoxifylline 3x400 mghari selama 4 minggu
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
c Evaluasi pemakaian tablet baik pentoxifylline menggunakan sistim pill count yaitu pasien diberi tablet untuk 1 minggu dan evaluasinya
dengan cara menghitung tablet yang tersisa. d Setelah 4 minggu pemakaian tablet, dilakukan pemeriksaan
laboratorium ulang terhadap subyek meliputi fungsi hati, ureum, kreatinin, darah perifer lengkap dan
SPE dan dihitung FibroIndeks
.
e Selama penelitian dilakukan pengamatan terhadap efek samping
yang dicatat didalam kuesioner.
3.7.9. Analisa Data
Untuk membandingkan penurunan FibroIndeks sebelum dan sesudah 4 minggu pemberian pentoxifylline dengan menggunakan
uji t berpasangan bila data terdistribusi normal dan uji wilcoxon bila data tidak terdistribusi normal.
3.7.10. Kerangka Operasional
SUBYEK Hepatitis Kronis B
FibroIndeks Terapi Pentoxifylline 3 x400 mg
selama 4 minggu
FibroIndeks
Eric Halim Sumampow : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU RS H Adam Malik Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN