2.2.3. Pengaturan Nafsu Makan Jangka Pendek
Selain dari hormon sekresi neuropeptida yang mempengaruhi nafsu makan. Peregangan lambung setelah makan dapat juga menginhibisi nafsu makan.
Pada lambung terdapat mechanosensory yang dapat tereksitasi apabila sudah merenggang. Impuls tersebut disampaikan ke batang otak melalui nervus vagus
dan di bawa menuju ke nucleus traktus solitarius NTS di batang otak tepatnya pada bagian medulla oblongata dan sinyal dari sini akan disampaikan sebagai
sinyal untuk menghambat rasa lapar. Selain distensi dari lambung hormon seperti kolesistokinin CCK yang di sekresi oleh usus halus dapat juga menginhibis rasa
lapar karena dapat meningkatkan penghantaran listrik pada nervus vagus dan efek langsung CCK pada reseptor di hipotalamus. Meutia,2005.
2.3. Gangguan Nafsu Makan pada Anak
Kesulitan makan sudah sejak lama menjadi masalah yang harus dihadapi pada anak. Anak yang mengalami gangguan atau kesulitan dalam makan akan
gagal dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, yang seiring dengan waktu dapat berdampak terhadap gangguan kesehatan pada anak. Kesulitan makan pada anak
sangat sulit untuk dikenali dan diobati ini dikarenakan adanya gabungan dari gangguan perilaku dan kelainan medis yang dapat mempengaruhi anak sehingga
anak akan menolak untuk makan. Greer,2007. Karena pemberian makan normal tergantung kepada berhasilnya integrasi
dan fungsi fisik dan hunbungan intrapersonal saat perkembangan dari anak, gangguan pada salah satu area tersebut dapat berujung pada gangguan pemberian
makan pada anak. Gangguan umum yang terjadi dalam pemberian makan pada anak sering dikaitkan dengan:
a. Terhambatnya atau tidak adanya kemampuan pada anak untuk makan.
b. Kesulitan dalam menelan cairan atau makan padat.
c. Penolakan dari anak dikarenakan rasa atau tekstur makanan yang tidak
sesuai dengan keinginan anak. d.
Tidak adanya nafsu makan pada anak.
Universitas Sumatera Utara
Kira-kira 25-45 pada anak yang berkembang normal dan 80 pada anak yang terlambat perkembangannya akan mengalami kesulitan dalam makan.
Waugh,2010. Anak-anak dengan gangguan atau kesulitan makan dapat menganggu
berbagai macam organ di tubuh kita dan berefek serius. Komplikasi seperti gangguan elektrolit, sinkop, hematemesis, luka pada esophagus sering terjadi pada
anak yang mengalami kesulitan makan. Berat badan yang rendah sampai dibawah 75 berat badan normal dapat menyebabkan premature osteoporosis dan
gangguan perkembangan anak di kemudian harinya. Dapat juga terjadi gangguan pada otak sebab sintesis protein untuk kelangsungan fungsional otak akan
terganggu dan secara kronik akan berlanjut menjadi atrofi pada otak. DeSocio,2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kurva Berat Badan Pada Anak
2.4.1. Anak Laki-laki Umur 0-3 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Anak Perempuan Umur 0-3 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Anak Laki-laki Umur 3-20 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Anak Perempuan Umur 3-20 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Interpretasi Nilai yang didapat dari Kurva
Eid Index adalah perbandingan dari berat badan aktual dengan berat badan ideal dalam persen. Berat badan ideal dapat diketahui degnan bantuan Grafik
CDC-NCHS 2000 yaitu dengan memproyeksikan titik hasil pengukuran tingggi badan ke kurva persentil 50 tinggi badan lalu ke kurva persentil 50 berat badan.
Status gizi ditentukan dengan ketentuan eid index dari BBTB. : 1.
≥ 90-110 : normal gizi baik
2. ≥ 80-90
: malnutrisi ringan 3.
≥ 70-80 : malnutrisi sedang
4. 70
: malnutrisi berat 5.
≥ 110-120 : overweight
6. ≥ 120
: obesitas
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Variabel dan Defenisi Operasional
3.2.1 Variabel Independen Pemberian temulawak.
3.2.2 Variabel Dependen
Peningkatan berat badan.
3.2.3 Definisi Operasional a. Temulawak
Tanaman sebangsa akar batang dimana akar nya dapat berfungsi sebagai buah atau dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber pangan. Sari
dari temulawak banyak dimanfaatkan sebagai hepatoprotektif dan sebagai penambah nafsu makan.
b. Berat badan
Merupakan massa dari seseorang yang dapat diukur secara kuantitatif dan ditunjukkan dalam bentuk angka.
c. Perlakuan Intervensi