Administrasi Manajemen Pelayanan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koperasi Credit Union dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Sukamakmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deliserdang)

ketiga Ostrom, 1992 dalam Arif et al, 2005 sampai pada suatu kesimpulan bahwa modal sosial merupakan prasyarat bagi keberhasilan suatu proyek pembangunan koperasi. Faktor utama ketidakmampuan koperasi menjalankan fungsinya sebagaimana yang dijanjikan sangat banyak melakukan penyimpangan atau kegiatan lain yang mengecewakan masyarakat. Kondisi ini menjadi sumber citra buruk koperasi secara keseluruhan 12,5. Pada masa yang akan datang, masyarakat masih membutuhkan layanan usaha koperasi. Alasannya kebutuhan tersebut adalah dasar pemikiran ekonomi dalam konsep pendirian koperasi, seperti untuk meningkatkan kekuatan penawaran bargaining position, peningkatan skala usaha bersama, pengadaan pelayanan yang selama ini tidak ada, serta pengembangan kegiatan lanjutan dari kegiatan anggota 92,5. Namun alasan lain yang sebenarnya juga sangat potensial sebagai sumber perkembangan koperasi seperti alasan untuk memperjuangkan semangat kerakyatan demokrasi atau alasan sosial politik lain; tampaknya belum menjadi faktor yang dominan. Hasil wawancara dengan informan menyebutkan bahwa pernyataan pola hubungan koperasi dan anggota yang sesuai dengan prisip dasar koperasi memang membutuhkan proses. Namun jika kesadaran keanggotaan telah berhasil ditumbuhkan, maka dimana pola hubungan bisnis dapat berkesinambungan melalui partisipasi pengurus yang kemudian berkembang menjadi loyalitas pengurus. Pola yang tidak hanya “Hubungan Bisnis” tersebut kemudian akan menjadi sumber kekuatan koperasi 90. Hal ini ditunjukan oleh beberapa koperasi kredit union dimana dalam masa krisis banyak koperasi unit desa dan lembaga lain gulung tikar, tapi beberapa koperasi credit union justru menunjukan peningkatan kinerja baik dilihat dari omset, sisa hasil usaha dan jumlah anggota yang meningkat . Hal ini didukung oleh pendapat Bayu Krisnamurthi, 2004.

5. Administrasi Manajemen Pelayanan

Koperasi Credit Union Berfikir secara administratif adalah berfikir secara penyelenggaraan segala sesuatunya guna mencapai tujuan-tujuan tertentu. Segala sesuatunya itu berarti merencanakan jalannya usaha, mengembangkan organisasi usaha, menerima, menyaring, mendidik, menempatkan dan memanfaatkan orang, menjalankan manajemen, menjalankan tata usaha, mengerahkan dana-dana serta kekuatan yang diperlukan mengendalikan aktivitas- aktivitas serta cara berfikir agar supaya semua aktivitas menuju tercapainya tujuan yang ditetapkan. Persepsi responden tentang anggota diperlakukan adil oleh pengurus 67,5 ini berarti masih adanya anggota yang belum dilayani secara positif ke semua anggota. Administrasi keuangan didukung oleh administrasi yang baik 72,5, berarti masih ada anggota yang merasa administrasi belum berjalan secara maksimal. Manajer menjalankan manajemen selalu memperhatikan fungsi perencanaan dan masalah-masalah strategis 80. Persepsi responden tentang pengurus dan pengawas selalu bekerja sama untuk menyelesaikan masalah internal koperasi Credit Union 77,5. Persepsi responden anggota koperasi Credit Union bebas berpendapat bila hendak mengemukakan sesuatu yang tidak jelas 82,5. Pengurus selalu membuat keputusan dan memperhatikan situasi kekuatan koperasi untuk jangka panjang 80. Kondisi krisis ekonomi saat ini serta berbagai pemikiran mengenai usaha untuk dapat keluar dari krisis ekonomi tersebut maka koperasi dipandang memiliki arti yang strategis pada masa yang akan datang menurut pandangan Bayu Krisnamurthi 2002. Hal ini sejalan dengan pengurus koperasi dalam mengambil keputusan dan memperhatikan situasi kekuatan koperasi untuk jangka panjang. Hasil wawancara dengan informan menyatakan keberadaan koperasi telah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat walaupun derajat dan intensitasnya berbeda- beda, setidaknya terdapat tiga tingkat ekstensi bagi masyarakat. Pertama, koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh 60 masyarakat 80. Kegiatan usaha dimaksudkan dapat bedanrupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan. Pada kegiatan ini biasanya koperasi menyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga usaha lain, tidak dapat melaksanakannya akibat hambatan peraturan. Hal ini dapat dilihat pada peran beberapa koperasi kredit dalam menyediakan dana yang relatif mudah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh dana dari bank. Kedua, koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain karena menyangkut masyarakat yang sudah merasakan manfaat koperasi lebih baik pelayanannya dibandingkan dengan lembaga lain dilihat dari segi manejemen pelayanan kepada anggota koperasi 85. Keterlibatan anggota dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang dapat melihat koperasi mampu memberikan pelayanan yang positif kepada semua pihak anggota koperasi. Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki anggotanya, rasa memiliki ini telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit yaitu yang mengandalkan loyalitas administrasi manejemen koperasi. Hasil wawancara dari informan menyebutkan kesediaan anggota untuk bersama-sama dengan koperasi menghadapi kesulitan adalah ilustrasi sebagai kondisi yang kuat karena kondisi perbankan yang tidak menentu dengan tingkat suku bunga yang sangat tinggi membuat loyalitas anggota koperasi semakin kuat untuk tidak memindahkan dana yang ada didalam koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa keterkaitan dengan koperasi kredit telah berjalan lama dan telah diketahui kemampuannya melayani, merupakan organisasi milik anggota dan ketidakpastian dari daya tarik bunga bank tidak dihiraukan oleh anggota koperasi. Berdasarkan ketiga kondisi diatas maka wujud peran yang diharapkan sebenarnya adalah koperasi dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus mampu menjadi alternatif yang lebih baik debanding dengan lembaga lain. Untuk mendukung kelancaran operasional pelayanan koperasi perlu di disain sistim pengendalian pelayanan manejemen yang efisien dan efektif, sesuai dengan sistim pengendalian manejemen yang didukung dengan struktur organisasi koperasi. Pusat pertanggung jawaban merupakan salah satu bentuk struktur organisasi yang dapat diterapkan melalui unit organisasi yang dipimpin oleh maneger yang bertanggung jawab terhadap semua aktivitas orang yang dipimpinnya. Hasil wawancara dari informan menyebutkan suatu koperasi merupakan kumpulan dari berbagai pusat pertanggung jawaban secara umum, tujuan dibuatnya pusat pertanggung jawaban adalah 1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian dan penilaian kinerja maneger dan unit organisasi yang dipimpinnya. 2. Untuk memudahkan tujuan organisasi. 3. Memfasilitasi terbentuknya tujuan yang dikehendaki. 4. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga mengurangi beban tugas top maneger. 5. Mendorong kreatifitas dan daya inovasi bawahan. 6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategis organisasi secara efektif dan efisien. 7. Sebagai alat pengendalian anggaran. Hal ini didukung oleh pendapat Mardiasmo 2002. Tanggung jawab manager adalah menciptakan hubungan yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output yang dihasilkan dikaitkan dengan target kinerja. Input diukur dengan jumlah sumber daya yang digunakan sedangkan output diukur dengan tajumlah produk atau output yang dihasilkan. Pada dasarnya terdapat empat jenis pertanggung jawaban yaitu, pusat biaya expense centre, pusat pendapatan revenue center, pusat laba profit centre dan pusat investasi investment centre. Idealnya struktur pertanggung jawaban sebagai alat pengendalian anggaran sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan perkataan lain tiap-tiap pertanggung jawaban bertugas untuk 61 melaksanakan program atau aktivitas-aktivitas tertentu dan penggabungan program-program dari tiap-tiap pertanggung jawaban tersebut seharusnya mendukung pertanggung jawaban pada level yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai Mardiasmo, 2002.

6. Pemberdayaan Masyarakat