BAB II PENGATURAN PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM
HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA A. Penangguhan Penahanan Menurut HIR dan KUHAP
1. Menurut HIR Herzeine Inlands Regelement
Pada masa HIR Herzeine Inlands Reglement, penangguhan penahanan diatur dalam Pasal 358. Dalam pasal tersebut diatur tentang wewenang Hakim
untuk menangguhkan penangkapan atau penahanan dengan perjanjian dan perlu dengan suatu jaminan.
Hakim menentukan apabila ada alasan untuk dapat memberikan penangguhan penahanan dengan ditentukan syarat-syaratnya sebagai berikut:
a. Syarat Mutlak Pasal 358 HIR
1. Tersangka harus menyatakan kesanggupannya bila dikemudian hari “Surat
Perintah Penangguhan Penahanan sementara” itu dicabut sewaktu-waktu tersangka bersedia ditahan kembali.
2. Tersangka selama dalam waktu penangguhan, kemudian ia dipersalahkan
lagi terhadap tindak pidana lain, ia harus bersedia ditahan bila terhadap tindak pidana lain itu ia perlu ditahan.
b. Syarat Alternatif
Tersangka harus menyediakan sejumlah uang tanggungan yang diminta sebagai syarat oleh Hakim. Hakim menentukan jumlahnya dan tempat uang
disimpan. Uang tanggungan ini dapat juga disediakan oleh orang lain, tidak perlu oleh tersangka sendiri. Tanggungan ini dapat berupa uang, barang atau orang lain
zakelijke borg dan personalijke borg.
28
Universitas Sumatera Utara
Setelah Hakim menentukan penangguhan, setiap waktu Hakim bisa mencabut surat penetapan penangguhan penahanan sementara. Apabila tersangka
sudah dikeluarkan surat perintah untuk ditahan sementara dan kemudian diberi penangguhan penahanan, maka yang dikhawatirkan si tersangka dapat melarikan
diri, Penyidik dapat menahan tersangka dengan cepat memberitahukan kepada Hakim dengan permintaan agar surat penangguhan penahanannya itu ditarik
kembali. Hakim yang akan menentukan dan melihat alasan-alasan apakah penangguhan itu akan dicabut atau tidak.
Kembali kepada pemeriksaan atas diri tersangka, sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa pemeriksaan terhadap diri tersangka itu harus
dititikberatkan pada perbuatan-perbuatan pidana yang telah ia lakukan sehingga memenuhi unsur-unsur pidana sebagaimana Pasal yang telah dilanggarnya.
Dalam pemeriksaan tersebut harus diungkapkan waktu perbuatan pidana itu dilakukan, jalannya perbuatan itu sendiri dilakukan misalnya dengan
penganiayaan, pembunuhan dan sebagainya. Dan juga pihak-pihak lain yang turut membantu terjadinya perbuatan Tindak Pidana tersebut.
2. Menurut KUHAP