Rugi Histerisis Rugi-rugi Arus Pusar Eddy current P Efisiensi Trafo Metode Pendinginan dan Klarifikasi dari Peralatan

27 Tujuan utama dari perancangan listrik adalah untuk mengurangi berbagai kerugian, yang mana walaupun dalam presetasi adalah kecil, mungkin harganya sangat besar pada transformator yang lebih besar. Adapun rugi-rugi transformator antara lain :

2.10.1 Rugi Tembaga

� �� Rugi ini disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga, dapat ditulis sebagai berikut : � �� = � 2 � …………………..………………………2.22 Karena arus beban berubah-ubah, maka rugi tembaga pada setiap perubahan beban dapat ditentukan dengan persamaan: � �2 = � � 2 � 1 � 2 x � �1 ………………………………………2.23 Keterangan : P t2 = Rugi − rugi tembaga pada saat pembebanan tertentu P t1 = Rugi − rugi tembaga beban penuh S 2 = Beban yang dioperasikan S 1 = Nilai pengenal

2.10.2 Rugi Besi

� � Sedangkan untuk rugi-rugi inti rugi besi dalam keadaan normal selalu konstan tidak tergantung terhadap besarnya perubahan beban dan rugi ini dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu:

a. Rugi Histerisis

� � Rugi ini akibat dari inti besi menerima fluksi bolak-balik, yang dinyatakan dengan persamaan: P h = f fluksi B dH wattm 3 ………………………………2.24 Universitas Sumatera Utara 28 dimana: f = frekuensi jala-jala H z B = kerapatan fluksi Tesla H = intensitas medan magnet Am Atau P h = K h f B maks Watt m 3 ………..……..…………………2.25 dimana : K h = konstanta histerisis = konstanta histerisis tambahan yang besarnya antara 1,6-3,0 B maks = kerapatan fluksi maksimum

b. Rugi-rugi Arus Pusar Eddy current P

e P e = K e f 2 B 2 maks watt m 3 ………………………………2.26 dimana : K e = konstanta arus pusar f = frekuensi jala-jala t = ketebalan laminasi B maks = kerapatan fluksi maksimum Jadi rugi-rugi inti dapat dihitung dengan menjumlahkan rugi-rugi hysteresis dengan rugi-rugi arus pusar sebesar : [3,4] P i = P h + P e …………………………………………2.27

2.11 Efisiensi Trafo

Efisiensi menunjukkan tingkat keefisienan kerja suatu peralatan dalam hal ini transformator yang merupakan perbandingan rating output keluaran terhadap input masukan dan dinyatakan dengan persamaan dibawah ini : Universitas Sumatera Utara 29 � = � � � + Σ���� � x 100 ………………………………2.28 dimana; � = daya keluaran output � � = daya masukan input Σ���� = � �� + � � ………………………………………2.29 dimana: � �� = Rugi tembaga � � = Rugi Besi Jika dimisalkan daya keluaran adalah � 2 � 2 cos � dan rugi-rugi adalah rugi besi � 1 sedang rugi-rugi tembaga � �� dinyatakan dengan � 2 � 2 �� , maka efisiensi dapat dinyatakan : � = � 2 � 2 cos � � 2 � 2 cos �+� 2 2 � 2 �� + � � ………………………………2.30 Agar efisiensi maksimum : � �� 2 �� 2 � 2 �� + � � � 2 � = 0………………….………………2.31 Jadi, � 2 �� = � � � 2 2 ………………………….…………………2.32 � � = � 2 2 � 2 �� = � �� …………………….…………2.33 Artinya, untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti.[4] Universitas Sumatera Utara 30 2.12 Testing Trafo 2.12.1 Tes Hubungan Terbuka Dalam tes ini, tegangan rating dipasangkan pada suatu kumparan, biasanya kumparan dengan tegangan rendah untuk alasan keselamatan, sedangkan kumparan lain dibiarkan terbuka. Arus beban nol relatif kecil 2-6 dari arus rating, sehingga rugi tembaga bisa diabaikan selama tes. Karena itu daya input yang diberikan kepada trafo menyatakan rugi inti semata. Diagram dari rangkaian pengukuran dilukiskan dalam Gambar 2.10. Dalam diagram ini, Wattmeter menunjukkan rugi inti. Voltmeter akan membaca tegangan rating, yang bersama dengan pembacaan amperemeter akan memberikan data yang perlu untuk mendapatkan informasi tentang cabang magnetisasi, bila diperlukan. a rangkaian untuk tes brangkaian ekivalen untuk hubungan terbuka Gambar 2.10 Diagram untuk tes hubungan terbuka [3] Rugi inti bisa diukur pada sisi lain dari trafo. Misalkan suatu trafo 2400240 V dilakukan pengetesan, tegangan akan dipasangkan pada sisi sekunder, karena tegangan 240 V umumnya telah tersedia. Bila tegangan untuk tes lebih kecil dari 240V, bila dipasang autotrafo untuk maksud itu, rugi inti yang diukur pada salah satu sisi trafo adalah sama. Karena tegangan 240V dipakai pada kumparan yang mempunyai jumlah belitan yang lebih kecil daripada kumparan dengan tegangan tinggi. Jadi rasio voltbelitan adalah sama. Ini berarti bahwa harga maksimum dari inti adalah sama untuk tiap keadaan, dimana rugi inti tergantung. Universitas Sumatera Utara 31 Pembacaan ammeter menunjukkan arus nol beban nol atau arus eksitasi I e. Karena arus eksitasi masih kecil, maka drop tegangan pada impedansi bocor diabaikan. Dan untuk praktis, rangkaian ekivalen trafo pada pengetesan dimodifikasi ke dalam rangkaian Gambar 2.11, maka: P c = V 1 I e cos � ……………………………………2.34 dimana : V 1 = tegangan rating I e = arus eksitasi arus hub terbuka P e = rugi besi Faktor kerja dari trafo adalah : cos � = � � � 1 � � …………………………………………2.35 Maka, dari Gambar b dapat dituliskan persamaan berikut ini : I c = I e cos � ……….…………………………………2.36 I m = I e sin � ……………..……………………………2.37 Arus pada tahanan R c adalah : � �� = � 2 1 � � = � � � � cos � 2 = � 1 � � ……………………………2.38 Dan reaktansi magnetisasi X m adalah : � �� = � 1 � � …………………………………………………2.39 Subscript L pada R c dan X m digunakan semata-mata untuk memberikan penekanan bahwa harga tersebut untuk sisi tegangan rendah. Perlu diingat bahwa harga R c dan X m secara umum, ditinjau dari sisi dimana alat-alat ukur ditempatkan dalam hal ini disisi T.R. Voltmeter kadang-kadang digunakan pada terminal sisi Universitas Sumatera Utara 32 sekunder yang terbuka, agar menentukan rasio transformasi. Jadi tes hubungan terbuka memberikan informasi sebagai berikut : [3] • Rugi inti pada tegangan rating • Parameter pada cabang magnetisasi pada tegangan dan frekuensi rating, yakni R c dan X m • Rasio transformasi dari transformator.

2.12.2 Tes Hubung Singkat

Tes kedua yang dibutuhkan untuk menentukan parameter rangkaian ekivalen adalah tes hubungan singkat, dimana diagram rangkaian pengetesan digambarkan dalam Gambar a. Dalam gambar tersebut, terlihat bahwa kumparan dengan tegangan rendah dihubung singkat. Tegangan pada kumparan dengan tegangan tinggi diatur sehingga arus rating mengalir dalam ammeter. Dalam kondisi ini, impedansi trafo semata-mata aadalah impedansi ekivalen, seperti terlihat dalam Gambar 2.11. Pelaksanaan testing dengan tegangan tinggi adalah salah satu cara yang paling sesuai karena tegangan yang dipakai bisa diatur hanya beberapa persen dari tegangan rating. Jadi dengan pengukuran trafo dari 2400240 V adalah lebih mudah dan akurat berhubungan dengan 5 dari 2400V V=120 daripada dengan tegangan 5 dari 240V=12 V. a rangkaian untuk tes b rangkaian ekivalen untuk hubungan tertutup Gambar 2.11 Diagram untuk tes hubungan tertutup [3] Universitas Sumatera Utara 33 Dengan menurunkan arus primer besar sekali, maka fluksi akan turun dalam jumlah yang sesuai. Karena rugi inti agak berbanding lurus dengan kuadrat dari fluksi, dia secara praktis mempunyai harga nol. Jadi, wattmeter yang dipakai untuk mengukur daya input hanya akan mencatat rugi tembaga saja, daya output adalah nol. Dari data input watt, arus dan tegangan, resistansi dan reaktansi ekivalen bisa dihitung, semua dalam sisi tegangan tinggi. Pembacaan alat ukur bisa dikoreksi bila dibutuhkan. Misal Vsc, Isc dan Psc adalah pembacaan voltmeter, ammeter dan wattmeter, maka dari Gambar 2.12 berlaku: Gambar 2.12 Rangkaian ekivalen untuk hubungan tertutup [3] � ��� = � �� � �� ………………………………………2.40 � ��� = � �� � 2 �� ………………….………………………2.41 � ��� = �� 2 ��� − � 2 ��� ……………………………2.42 Disini R ekH , X ekH , Z ekH berturut-turut adalah tahanan ekivalen, reaktansi ekivalen, dan impedansi ekivalen ditinjau dari sisi tegangan tinggi. Parameter- parameter ini dapat juga dinyatakan dalam sisi tegangan rendah bila dikehendaki. Dalam analisis dari rangkaian ekivalen trafo, harga dari tahanan ekivalen dan reaktansi ekivalen ditinjau dari sisi yang lain digunakan. Namun, bila parameter Universitas Sumatera Utara 34 impedansi bocor untuk kedua sisi primer dan sekunder dipisahkan, maka diambil: [3] R 1 = R 2 = R ek 2………………………………………2.43 X 1 = X 2 = X ek 2 ………………………………………2.44 Universitas Sumatera Utara 35

BAB 3 SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR

3.1 Metode Pendinginan dan Klarifikasi dari Peralatan

Sistem pendingin dari suatu trafo terdiri dari sistem pendingin internal dan eksternal. Sistem pendingin internal adalah sistem dengan menggunakan suatu media pendingin oleh minyak untuk dapat mendinginkan kumparan dan inti besi, sedangkan sistem pendingin eksternal adalah suatu sistem tambahan dari luarlingkungan yang digunakan untuk membantu pendingin internal untuk dapat lebih menurunkan temperatur. Media yang digunakan biasanya memakai udara atau air. Tabel 3.1 Klasifikasi metode pendinginan transformator [2] No Macam sistem pendingin MEDIA Didalam Transformator Diluar Transformator Sirkulasi alami Sirkulasi paksa Sirkulasi alami Sirkulasi paksa 1 AN - - Udara - 2 AF - - - Udara 3 ONAN Minyak - Udara - 4 ONAF Minyak - - Udara 5 OFAN - Minyak Udara - 6 OFAF - Minyak - Udara 7 OFWF - Minyak - Air 8 ONANONAF Kombinasi 3 dan 4 9 ONANOFAN Kombinasi 3 dan 5 10 ONANOFAF Kombinasi 3 dan 6 11 ONANOFWF Kombinasi 3 dan 7 Universitas Sumatera Utara 36 Keterangan : • AN = Air Natural Cooling, pendinginan dengan udara biasa Pendingin Alam • ON = Oil Immersed Natural Cooling, pendinginan dengan direndam ke dalam minyak • ONAN = Oil Natural Air Natural, pendinginan dengan air dan minyak • OFN = Oil immersed Forced Oil Circulation, pendinginan dengan direndam ke dalam minyak yang dialirkan • OFB = Oil-immersed Forced-oil Circulation with Air-blast Cooling, pendinginan dengan direndam ke dalam minyak yang dialirkan dengan hembusan udara. Pendingin Buatan udara • OBONAF = Oil-immersed Air-blast CoolingOil Natural Air Force, pendinginan dengan direndam kedalam minyak dan dihembuskan udara • AB = Air-blast Cooling, pendinginan dengan udara yang dihembuskan. • OW = Oil-immersed Water Cooling, pendinginan dengan direndam minyak dan juga dibantu dengan air • OFW = Oil-immersed Forced-oil circulation with Water cooling, pendinginan dengan direndam kedalam minyak yang dialirkan dan juga dibantu dengan pendinginan air Universitas Sumatera Utara 37 Tabel 3.2 Rating Sistem Isolasi Transformator [5] Kelas Kenaikan Temperatur maksimum transformator Temperatur maksimum ambient Toleransi temperatur tertinggi A E B H 55 o C 80 o C 115 o C 150 o C 40 o C 40 o C 40 o C 40 o C 10 o C 30 o C 30 o C 30 o C

3.2 Sistem Pendingin pada Transformator