Uji Validitas Kuesioner Data Hasil Penelitian
Tabel 4.1.4.4 Hubungan Food Responsiveness dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan antara Food Responsiveness dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara
keduanya. Nilai r= 0,641 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan yang kuat.
Tabel 4.1.4.5 Karakteristik Nilai Enjoyment of Food
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori enjoyment of food ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 5 dengan
satu responden 1 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.75 dengan tiga responden 2.9. Rata-rata nilai kategori enjoyment of food yang memiliki
responden paling tinggi yaitu 3.25 dengan 18 responden 17.3.
Obesitas Food Responsiveness r 0,641
p 0,000 n 104
No. Rata-rata Enjoyment
of Food Responden
1. 1.75
3 2.9
2. 2
2 1.9
3. 2.25
9 8.7
4. 2.5
15 14.4
5. 2.75
13 12.5
6. 3
10 9.6
7. 3.25
18 17.3
8. 3.5
15 14.4
9. 3.75
7 6.7
10. 4
9 8.7
11. 4.5
2 1.9
12. 5
1 1.0
Jumlah 104
Tabel 4.1.4.6 Hubungan Enjoyment of Food dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubugan antara Enjoyment of Food dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara keduanya.
Didapatkan nilai r= 0,685 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan yang kuat.
Tabel 4.1.4.7 Karakteristik Nilai Desire to Drink
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori desire to drink ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.67 dengan
dua responden 1.9 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan tiga responden 2.9. Rata-rata nilai kategori desire to drink yang memiliki
responden paling tinggi yaitu 3.67 dengan 22 responden 21.2.
Obesitas Enjoyment of Food r 0,685
p 0,000 n 104
No. Rata-rata Desire to
Drink Responden
1. 1.33
3 2.9
2. 1.67
2 1.9
3. 2
4 3.8
4. 2.33
4 3.8
5. 2.67
16 15.4
6. 3
20 19.2
7. 3.33
21 20.2
8. 3.67
22 21.2
9. 4
8 7.7
10. 4.17
1 1.0
11. 4.33
1 1.0
12. 4.67
2 1.9
Jumlah 104
Tabel 4.1.4.8 Hubungan Desire to Drink dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan antara Desire to Drink dengan Kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara keduanya.
Dan memiliki hubungan yang lemah. Didapatkan nilai r= -0,014 artinya hubungannya sangat lemah.
Tabel 4.1.4.9 Karakteristik Nilai Satiety Responsiveness
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori satiety responsiveness ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata
yaitu 4 dengan dua responden 1 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.8 dengan dua responden 1.9. Rata-rata nilai kategori satiety responsiveness yang
memiliki responden paling tinggi yaitu 2.6 dengan 17 responden 16.3.
Obesitas Desire to Drink r - 0,014
p 0,888 n 104
No. Rata-rata Satiety
Responsiveness Responden
1. 1.8
2 1.9
2. 2
4 3.8
3. 2.2
8 7.7
4. 2.4
12 11.5
5. 2.6
17 16.3
6. 2.8
11 10.6
7. 3
16 15.4
8. 3.2
13 12.5
9. 3.4
15 14.4
10. 3.5
1 1.0
11. 3.6
4 3.8
12. 4
1 1.0
Jumlah 104
Tabel 4.1.4.10 Hubungan Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan antara Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara
keduanya, didapatkan juga nilai r= -0,651 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya kuat. Hubungan terbalik adalah, semakin besar hasil nilai
kuesioner pada kategori Satiety Responsiveness akan menurunkan kejadian obesitas pada responden, sedangkan apabila nilai kuesioner kategori Satiety
Responsiveness kecil, maka akan meningkatkan kejadian obesitas pada responden.
Tabel 4.1.4.11 Karakteristik Nilai Food Fussiness
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori food fussiness ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.5 dengan
lima responden 4.8 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan satu
Obesitas Satiety Responsiveness r - 0,651
p 0,000 n 104
No. Rata-rata Food
Fussiness Responden
1. 1.33
1 1.0
2. 1.67
1 1.0
3. 2
5 4.8
4. 2.17
2 1.9
5. 2.33
6 5.8
6. 2.5
12 11.5
7. 2.67
22 21.2
8. 2.83
10 9.6
9. 3
20 19.2
10. 3.17
6 5.8
11. 3.33
14 13.5
12. 3.5
5 4.8
Jumlah 104
responden 1. Rata-rata nilai kategori food fussiness yang memiliki responden paling tinggi yaitu 2.67 dengan 22 responden 21.2.
Tabel 4.1.4.12 Hubungan Food Fussiness dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan Food Fussiness dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan juga
nilai r= -0,585 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya sedang. Hubungan terbalik adalah, apabila nilai kueisoner pada kategori Food
Fussiness besar maka akan menurunkan kejadian obesitas, sedangkan jika nilai kuesioner kategori Food Fussiness rendah maka akan meningkatkan kejadian
obesitas.
Tabel 4.1.4.13 Karakteristik Nilai Slowness in Eating
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori slowness in eating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.67
Obesitas Food Fussiness r - 0,585
p 0,000 n 104
No. Rata-rata Slowness in
Eating Responden
1. 1.33
3 2.9
2. 1.67
2 1.9
3. 2
4 3.8
4. 2.33
4 3.8
5. 2.67
16 15.4
6. 3
20 19.2
7. 3.33
21 20.2
8. 3.67
22 21.2
9. 4
8 7.7
10. 4.17
1 1.0
11. 4.33
1 1.0
12. 4.67
2 1.9
Jumlah 104
dengan dua responden 1.9 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan tiga responden 2.9. Rata-rata nilai kategori slowness in eating yang
memiliki responden paling tinggi yaitu 3.67 dengan 22 responden 21.2.
Tabel 4.1.4.14 Hubungan Slowness in Eating dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan Slowness in Eating dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya,
didapatkan juga nilai r= -0,321 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya lemah. Hubungan terbalik adalah semakin besar hasil kuesioner pada
kategori Slowness in Eating akan menurunkan kejadian obesitas pada responden, sedangkan apabila nilai kategori ini kecil maka akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya obesitas.
Obesitas Slowness in Eating r - 0,321
p 0,001 n 104
Tabel 4.1.4.15 Karakteristik Nilai Emotional Over-Eating
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori emotional over- eating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.75
dengan tiga responden 2.9 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1 dengan satu responden 1. Rata-rata nilai kategori emotional under-eating yang
memiliki responden paling tinggi yaitu 2.25 dengan 30 responden 28.8.
Tabel 4.1.4.16 Hubungan Emotional Over-Eating dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan antara Emotional Over-Eating dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara
keduanya, didapatkan juga r= 0,502 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan yang sedang.
No. Rata-rata Emotional
Over-Eating Responden
1. 1
1 1.0
2. 1.5
4 3.8
3. 1.75
1 1.0
4. 2
4 3.8
5. 2.25
30 28.8
6. 2.5
22 21.2
7. 2.75
15 14.4
8. 3
16 15.4
9. 3.25
4 3.8
10. 3.5
4 3.8
11. 3.75
3 2.9
Jumlah 104
Obesitas Emotional Over-Eating r 0,502
p 0,000 n 104
Tabel 4.1.4.17 Karakteristik Nilai Emotional Under-Eating
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori emotional under- eating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.75
dengan satu responden 1 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.5 dengan empat responden 3.8. Rata-rata nilai kategori emotional under-eating yang
memiliki responden paling tinggi yaitu 2.5 dengan 26 responden 25.
Tabel 4.1.4.18 Hubungan Emotional Under-Eating dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan Emotional Under-Eating dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,005 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya,
didapatkan juga nilai r= -0,213 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya lemah. Hubungan terbalik adalah semakin besar hasil kuesioner pada
kategori Emotional Under-Eating akan menurunkan kejadian obesitas pada responden, sedangkan apabila nilai kategori ini kecil maka akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya obesitas.
No. Rata-rata Emotional
Under Eating Responden
1. 1.5
4 3.8
2. 1.75
1 1.0
3. 2
1 1.0
4. 2.25
16 15.4
5. 2.5
26 25.0
6. 2.75
9 8.7
7. 3
15 14.4
8. 3.25
20 19.2
9. 3.5
8 7.7
10. 3.75
1 1.0
11. 4
2 1.9
12. 4.75
1 1.0
Jumlah 104
Obesitas Emotional Under-Eating r - 0,213
p 0,030 n 104
Tabel 4.1.4.19 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Kerja
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori indeks waktu kerja ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.13
dengan tujuh responden 6.7 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.88 dengan tiga responden 2.9. Rata-rata nilai kategori indeks waktu kerja yang
memiliki responden paling tinggi yaitu 2.5 dengan 19 responden 18.3.
Tabel 4.1.4.20 Hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya.
Didapatkan nilai r= 0,058 yang artinya hubungan keduanya sangat lemah.
No. Rata-rata Indeks
Waktu Kerja Responden
1. 1.88
3 2.9
2. 2
2 1.9
3. 2.13
6 5.8
4. 2.25
7 6.7
5. 2.38
8 7.7
6. 2.5
19 18.3
7. 2.62
3 2.9
8. 2.63
15 14.4
9. 2.75
15 14.4
10. 2.88
11 10.6
11. 3
8 7.7
12. 3.13
7 6.7
Jumlah 104
Obesitas Indeks Waktu Kerja r 0,058
p 0,556 n 104
Tabel 4.1.4.21 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Luang
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori indeks waktu luang ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 5
dengan tiga responden 2.9 sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.5 dengan tiga responden 2.9. Rata-rata nilai kategori indeks waktu luang yang memiliki
responden paling tinggi yaitu 3 dengan 38 responden 36.5.
Tabel 4.1.4.22 Hubungan Indeks Waktu Luang dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan Indeks Waktu Luang dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya.
Nilai r= -0,125 terdapat hubungan terbalik yang kekuatannya sangat lemah. Hubungan terbalik adalah, jika nilai indeks waktu luang semakin besar maka
menurunkan kemungkinan kejadian obesitas, jika nilai indeks waktu luangnnya semakin kecil maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas.
No. Rata-rata Indeks
Waktu Luang Responden
1. 1.5
3 2.9
2. 2
11 10.6
3. 2.25
5 4.8
4. 2.5
8 7.7
5. 2.75
6 5.8
6. 3
38 36.5
7. 3.25
7 6.7
8. 3.5
10 9.6
9. 3.75
1 1.0
10. 4
12 11.5
11. 5
3 2.9
Jumlah 104
Obesitas Indeks Waktu Luang r -0,125
p 0,207 n 104
Tabel 4.1.4.23 Hubungan Indeks Olahraga dengan Kejadian Obesitas
Pada tabel hubungan Indeks Olahraga dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p = 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan
juga nilai r= -0,171 yang artinya terdapat hubungan terbalik yang kekuatannya sangat lemah. Hubugan terbalik adalah, ketika nilai indeks olahraganya besar
maka akan menurunkan kejadian obesitas, jika nilai indeks olahraganya kecil maka akan meningkatkan kejadian obesitas.