Bagian Isi Umumnya maksud pembicaraan tercermin dalam

Raka Sukma Kurnia dan Mulyadi Struktur Percakapan Wacana Ceting LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005 yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dikenali oleh para pemakainya. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Simbol ialah tanda yang bersifat arbriter dan konvensional. Sementara itu, struktur percakapan dapat diidentifikasikan sebagai susunan dari suatu percakapan yang dilakukan oleh dua partisipan atau lebih. Ada beberapa model yang ditawarkan oleh Levinson dalam Purba 2002: 107-109. Namun, model yang digunakan dalam artikel ini adalah model organisasi menyeluruh overall organization yang membagi percakapan ke dalam unit-unit percakapan sehingga diperoleh bagian pendahuluan, isi, dan penutup.

4. STRUKTUR PERCAKAPAN DALAM WACANA CETING

4.1 Bagian Pendahuluan Cara yang paling umum dalam mengawali sebuah percakapan adalah dengan sebuah sapaan. Sapaan biasanya dibalas dengan sapaan. Pola seperti ini banyak ditemukan dalam wacana ceting. Sejumlah variasi juga muncul untuk mengawali percakapan dengan tujuan memancing respons dari mitra ceting. 5 1 NowhereMan hoeeeeee 2 tabitha- hoi Meski demikian, tidak jarang pula timbul pola sapaan – permintaan informasi. Pada contoh 6 berikut ini, penyapa dituntut memiliki skemata untuk memahami informasi yang diminta oleh mitra cetingnya. sexy13 mengajukan permintaan informasi dengan menggunakan praanggapan bahwa Miyahara memahami maksud tuturannya sebagai suatu permintaan informasi mengenai usia age, jenis kelamin sex, dan lokasi locationland. Tuturan selanjutnya menunjukkan bahwa Miyahara memahami maksud sexy13. Tanda semiotik = dapat dipadankan dengan tanda semiotik : atau :-. Tanda sama dengan = dipadankan dengan sepasang mata, tanda kurung penutup sebagai bibir yang tersenyum. Dengan demikian, tanda semiotik ini dapat dikategorikan sebagai ikon karena mengandung kemiripan rupa sebagaimana dapat dikenali oleh pemakainya Peirce dalam Budiman 2004: 29. 6 1 Miyahara hi 2 sexy13 asl = 3 Miyahara 22 m mdn Penggunaan tanda-tanda semiotik lainnya cukup banyak dijumpai pada bagian isi. Biasanya tanda-tanda semiotik tersebut bervariasi. Meski demikian, keseluruhannya tetap diklasifikasikan sebagai ikon, bukan indeks ataupun simbol, termasuk kaomoji yang muncul berikut ini. 7 9 Learn2Live mmmmmmmm 10 Learn2Live gak bisa dibilang gitu kok 11 Learn2Live honest -_-y Pada contoh 7 di atas, kaomoji dapat dikategorikan sebagai ikon mengingat kemiripannya dengan referen yang dimaksud. Tanda hubung yang diantarai garis bawah menunjukkan ekspresi yang serius. Sementara itu, tanda kurung yang di sebelah kanan dan kiri merupakan padanan dari bentuk kepala. Akhirnya huruf “y” menunjukkan tanda bersumpah. Biasanya, sebelum memasuki isi pembicaraan, pola permintaan informasi – pemberian juga terjadi di awal percakapan. Informasi yang diminta biasanya berupa informasi usia, jenis kelamin, dan lokasi. 8 1 NowhereMan hoeeeeee 2 tabitha- hoi 3 tabitha- asl pls 4 NowhereMan 22mmdn

4.2 Bagian Isi Umumnya maksud pembicaraan tercermin dalam

isi pembicaraan yang biasanya langsung dimulai setelah salam pembukaan. Coulthard dalam Richard 1995: 15 berpendapat bahwa pertanyaan pendahuluan dapat membangkitkan topik-topik percakapan. Selanjutnya, pengalihan topik akan terjadi secara mengalir. Pergantian topik secara alami akan menunjukkan pola seperti digambarkan oleh skema 1 berikut. Skema 1. Pergantian topik Topik 1 Topik 2 Topik 3 Topik n Meski demikian, tidak jarang terjadi pengalihan topik dengan maksud menghindari pembicaraan terhadap suatu topik. Dalam hal ini, ada pengalihan topik yang berhasil, tetapi sering pula ditemukan kegagalan akibat adanya tuntutan dari salah seorang partisipan untuk mendapatkan informasi yang diminta di awal percakapan. Contoh berikut menunjukkan pengalihan yang gagal. 9 3 tabitha- asl pls 4 NowhereMan 22mmdn 5 NowhereMan u? 6 tabitha- kul ya? 7 NowhereMan yeah Raka Sukma Kurnia dan Mulyadi Struktur Percakapan Wacana Ceting LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005 8 NowhereMan u? 9 tabitha- kul dimana? 10 NowhereMan usu 11 NowhereMan ih 12 NowhereMan kok dari tadi aku trus yg jb sih 13 tabitha- 25 f solo Dari 9 di atas ditemukan sejumlah elipsis yang mengakibatkan tuturan demi tuturan tidak lengkap. Unsur-unsur yang dilesapkan di antaranya berupa unsur frase dan pronomina. Dengan menggunakan teknik sisip dan perluas, tuturan demi tuturan di atas dapat diperjelas sebagai berikut. 10 3a tabitha- asl pls 4a NowhereMan 22mmdn 5a NowhereMan asl kamu? 6a tabitha- kamu kul ya? 7a NowhereMan yeah 8a NowhereMan kalau kamu? 9a tabitha- kamu kul dimana? 10a NowhereMan aku kuliah di usu 11a NowhereMan ih 12a NowhereMan kok dari tadi aku trus yg jb sih 13a tabitha- maaf, maaf, aku 25 f solo Strategi pengalihan topik yang gagal ini dapat digambarkan dengan skema berikut. Skema 2. Strategi pengalihan topik yang gagal Topik 1 Topik 3 Topik 2 Dalam percakapan ceting, sisipan pengantara atau rangkaian sisipan insertion sequences adalah hal yang umum dan sering terjadi. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut. Pertanyaan Learn2Live dibalas dengan pertanyaan. 11 7 Learn2Live kok kesasar? 8 switi Where do u live? 9 Learn2Live medan 10 switi iya nyasar nih Keberadaan sisipan pengantara tersebut mengakibatkan urutan percakapan menjadi tidak logis. Untuk mengurutkannya secara logis dapat digunakan teknik balik sehingga diperoleh pola pertanyaan – jawaban dan permintaan informasi – pemberian. Amati contoh berikut. 12 7 Learn2Live kok kesasar? 10 switi iya nyasar nih 8 switi Where do u live? 9 Learn2Live medan Sisipan pengantara tidak hanya disebabkan oleh partisipan, tetapi juga oleh sistem. Biasanya hal tersebut dikarenakan terputusnya jaringan internet salah satu partisipan seperti diilustrasikan pada contoh berikut ini. 13 15 Flamer21c eh, gimana kabarnya kasus ribut-ribut dulu? 16 meyspears em…ttg apa??? 17 Flamer21c itu tuh 18 No such nick.channel 19 Flamer21c yang perang sodara itu Untuk menafsirkan tuturan yang dilakukan oleh mitra ceting, partisipan harus memanfaatkan prinsip tafsiran lokal untuk mengerti konteks pembicaraan. Selain itu, ia juga dituntut untuk memiliki inferensi yang baik. Bila inferensi bermanfaat untuk melacak urutan tuturan yang dilontarkan oleh mitra cetingnya, maka tafsiran lokal akan membantunya untuk memahami lokasi yang dimaksud oleh mitra cetingnya. Pada contoh berikut, NowhereMan memahami Korea yang disebutkan tabitha- sebagai Korea yang sesungguhnya, bukan saluran bicara Korea. Hal ini cukup mudah dipahami mengingat saluran bicara biasanya merupakan representasi Korea yang sesungguhnya. 14 tabitha- di korea sini aku banyak kenal anak medan NowhereMan loh? u ada di korea?

4.3 Bagian Penutup Penutup percakapan menurut Schegloff dan Sacks