untuk nilai beban 10 kg diberi nilai 3, untuk coupling diberi nilai 3 karena tidak aman dan tidak ada pegangan. Skor aktifitas yaitu ditambah 1 karena operator
bekerja dalam keadaan statis selama bekerja. Dari hasil perhitungan maka di dapat skor REBA yaitu 9, untuk level resiko tinggi dan level tindakan 3 yaitu perlu
tindakan secepatnya.
5.3. Penentuan Postur Kerja Yang Dapat Menimbulkan Kelelahan
Penentuan postur kerja yang dapat menimbulkan kelelahan dapat dilihat dari frekuensi kerja operator berdasarkan kerja otot statis dan dianamis
1. Kerja statis atau pembebanan otot secara statis
Operator bekerja dengan posisi berdiri sehingga kerja otot statis terjadi pada bagian kaki dan tulang punggung sangat dominan terjadi. Posisi kerja
berdiri memiliki kerugian jika posisi berdiri dilakukan salah. Dari data pengamatan kerja yang diperoleh bahwa kerja otot statis operator
pengangkatan barang pada saat ini terjadi pada tulang punggung dan bagian kaki khususnya.
Kerja otot statis pada tulang belakang dalam kondisi agak membungkuk statis terjadi selama bekerja dalam 1 shift. Kerja otot statis pada tulang
belakang dapat menyebabkan melemahnya otot-otot perut, melekungnya punggung yang tidak baik bagi organ-organ dalam, khususnya organ
pencernaan, jika posisi atau postur kerja dilakukan secara membungkuk dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena operator pengangkatan
barang bekerja dengan posisi berdiri. Otot-otot tulang belakang yang
Universitas Sumatera Utara
berkontraksi statis tidak mendapat glukose dan oksigen dari darah dan harus menggunakan cadangan-cadangan yang ada. Sisa-sisa metabolisme
tidak dapat diangkut keluar, melainkan tertimbun. Karena inilah, otot-otot yang berkontraksi statis menderita rasa nyeri dan otot menjadi lelah.
2. Kerja dinamis atau pembebanan otot secara dinamis
Kerja otot dinamis yang terjadi pada kondisi leher normal dan tegak saat operator menjangkau, mengangkat. Kerja otot dinamis tidak memiliki efek
yang buruk bagi operator, karena selama kerja otot dinamis berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian, sesuai dengan irama
mengencang atau mengendor mengerut hal ini berdampak pada aliran darah. Otot yang berkontraksi dinamis memperoleh banyak oksigen dan
glukosa pada saat mengencang dan selanjutnya sisa-sisa hasil pembakaran metabolisme saat mengendor. Otot dinamis dengan irama yang tepat dapat
lama berkelanjutan tanpa kelelahan otot.
5.4. Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi Operator