Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, SET KESEMPATAN INVESTASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH:
DETHY MATHILDA PASARIBU 090522158
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 16 Juli 2012 Yang Membuat Pernyataan,
Dethy Mathilda Pasaribu NIM: 090522158
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas izin dan kuasa-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima doa, cinta kasih, bimbingan, dukungan, semangat, motivasi, maupun bantuan materil. Oleh karena itu, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada: kedua orang tua saya, ayahanda V. Pasaribu dan ibunda L. Br. Siboro, kedua saudara saya kakak Maria Natalina Pasaribu dan adik Saul Hesty Otniel Pasaribu, penyemangat saya Sangap Rohaidi Manurung, dan seluruh keluarga yang selalu membantu saya selama penulisan skripsi ini.
Penulis juga menerima bimbingan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak DR. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
(4)
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si. Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Drs. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu DR. Rina Bukit, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan serta arahan kepada saya selama proses penyelasian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan kepada peneliti.
6. Kepada seluruh dosen dan pegawai Departemen Akuntansi khususnya akuntansi ekstensi, sahabat saya Ekaristi, Linda, Gloria, Winda, Andriyani, dan seluruh teman-teman akuntansi ekstensi angkatan 2009 gelombang I dan II yang tidak dapat saya sebutkan sata-persatu namanya.
Akhir kata, saya menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 16 Juli 2012 Penulis,
Dethy Mathilda Pasaribu NIM: 090522158
(5)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, SET KESEMPATAN INVESTASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 yang berjumlah 147 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 57 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan menggunakan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan situs Bursa Efek Indonesia. Teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Variabel terikat adalah kebijakan hutang diwakili debt to equity ratio, sedangkan variabel bebas adalah free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio. Secara parsial free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio, sedangkan kepemilikan manajerial dan set kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio.
Kata Kunci: free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, ukuran perusahaan, debt to equity ratio
(6)
ABSTRACT
ANALYSIS INFLUENCE OF FREE CASH FLOW, MANAGERIAL OWNERSHIP, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, AND FIRM SIZE TO DEBT POLICY AT MANUFACTURE COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to test the influence of free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, and firm size to debt policy which represented by debt to equity ratio.
The population of this research is manufacture companies listed in Indonesian Stock Exchange in the year 2010, total 147 companies. The sample of this research is 57 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from Indonesian Capital Market Directory and Indonesian Stock Exchange’s website. The technique of data collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regressions analyze that use classic assumption test and hypothesis test. The dependent variable is the debt policy which represented by debt to equity ratio, while the independent variables are free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, and firm size
The result of the test shows that simultaneously free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, and firm size don’t have significant influence to the debt to equity ratio. The partially free cash flow and firm size have significant to the debt to equity ratio, while managerial ownership and firm size don’t have significant influence to the debt to equity ratio.
Keywords: free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, firm size, debt to equity ratio
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Tinjauan Pusataka ... 10
2.1.1 Agency teori ... 10
2.1.2 Kebijakan Hutang ... 12
2.1.3 Free Cash Flow ... 15
2.1.4 Kepemilikan Manajerial ... 17
2.1.5 Set Kesempatan Investasi ... 20
2.1.6 Ukuran Perusahaan ... 22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
2.3 Kerangka Konseptual ... 28
2.4 Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
(8)
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 30
3.2.1 Populasi Penelitian ... 30
3.2.2 Sampel Penelitian ... 31
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
3.5.1 Variabel Dependen (X) ... 39
3.5.2 Variabel Independen (Y) ... 39
3.5.2.1Free Cash Flow (FCF) ... 39
3.5.2.2Kepemilikan Manajerial ... 40
3.5.2.3Set Kesempatan Investasi ... 41
3.5.2.4Ukuran Perusahaan ... 41
3.6 Metode Analisis Data ... 42
3.6.1 Statistik Deskriptif ... 42
3.6.2 Uji Asusmsi Klasik ... 42
3.6.2.1Uji Normalitas Data ... 43
3.6.2.2Uji Multikolinearitas ... 44
3.6.2.3Uji Heteroskedastisitas ... 45
3.6.2.4Uji Autokorelasi ... 46
3.6.2.5Uji Regresi Berganda ... 47
3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 47
3.6.3.1Analisis Koefisien Determinasi ... 48
3.6.3.2Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 48
3.6.3.3Uji Signifikasnsi Parsial (Uji t) ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 49
4.2 Analisis Hasil Penelitian... 49
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 49
4.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 51
4.3.1 Uji Normalitas ... 51
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 55
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 56
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 58
4.3.5 Analisis Regresi Berganda ... 59
4.3.5.1Persamaan Regresi ... 60
4.4 Uji Hipotesis ... 61
4.4.1 Analisis Koefisien Korelasi ... 61
4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 63
4.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 64
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
(9)
5.1 Kesimpulan ... 70
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 70
5.3 Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
(10)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25
3.1 Proses Seleksi Sampel Penelitian ... 32
3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 36
4.1 Statistik Deskriptif ... 50
4.2 Hasil Uji Normalitsas ... 52
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.4 Tingkat Autokolerasi (Durbin Wetson) ... 58
4.5 Hasil Uji Autokolerasi ... 59
4.6 Analisis Hasil Regresi ... 60
4.7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 62
4.8 Hasil Uji F ... 66
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual... . 27 4.1 Histogram Dependen Variabel: DER ... 53 4.2 Histogram Normal P-P Plot ... 54
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Populasi Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2010 ... 76
2 Data Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 ... 80
3 Data Variabel Penelitian Tahun 2010 ... 82
4 Statistik Dekriptif ... 84
5 Hasil Uji Normalitas ... 84
6 Histogram dan Grafik P-Plot ... 85
7 Hasil Multikolinearitas ... 86
8 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) ... 86
9 Hasil Uji Autokolerasi ... 87
10 Hasil Koefisien Regresi ... 87
11 Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 88
12 Hasil Uji F ... 88
(13)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, SET KESEMPATAN INVESTASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 yang berjumlah 147 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 57 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan menggunakan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan situs Bursa Efek Indonesia. Teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Variabel terikat adalah kebijakan hutang diwakili debt to equity ratio, sedangkan variabel bebas adalah free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio. Secara parsial free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio, sedangkan kepemilikan manajerial dan set kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio.
Kata Kunci: free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, ukuran perusahaan, debt to equity ratio
(14)
ABSTRACT
ANALYSIS INFLUENCE OF FREE CASH FLOW, MANAGERIAL OWNERSHIP, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, AND FIRM SIZE TO DEBT POLICY AT MANUFACTURE COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to test the influence of free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, and firm size to debt policy which represented by debt to equity ratio.
The population of this research is manufacture companies listed in Indonesian Stock Exchange in the year 2010, total 147 companies. The sample of this research is 57 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from Indonesian Capital Market Directory and Indonesian Stock Exchange’s website. The technique of data collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regressions analyze that use classic assumption test and hypothesis test. The dependent variable is the debt policy which represented by debt to equity ratio, while the independent variables are free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, and firm size
The result of the test shows that simultaneously free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, and firm size don’t have significant influence to the debt to equity ratio. The partially free cash flow and firm size have significant to the debt to equity ratio, while managerial ownership and firm size don’t have significant influence to the debt to equity ratio.
Keywords: free cash flow, managerial ownership, investment opportunity set, firm size, debt to equity ratio
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan memerlukan dana yang besar untuk tumbuh dan
berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi
dewasa ini. Dana tersebut dapat diperoleh dengan cara dan dari sumber yang
berbeda. Masalah pendanaan ini harus diputuskan dengan hati – hati karena setiap
kebijakan pendanaan memiliki konsekuensi financial yang berbeda. Keputusan
pendanaan akan berkaitan dengan sumber dana dan penggunaan dana yang telah
diperoleh. Menurut penelitian yang dilakukan Damayanti (2006), sumber dana
dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari luar (eksternal) kedua sumber
pendanaan ini akan sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan
pendanaan keuangan perusahaan juga akan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya. Menurut penelitian Afri
Siswandi (2011), sumber dana internal berasal dari laba ditahan sedangkan
sumber dana eksternal berasal dari para kreditur dan pemilik. Dana yang diperoleh
dari kreditur disebut hutang sedangkan dana yang diperoleh dari pemilik disebut
modal.
Kebijakan hutang perusahaan ini sering kali menjadi penyebab konflik
antara manajemen dan pemegang saham. Konflik tersebut meliputi darimana
sumber hutang tersebut didapatkan dan bagaimana hutang yang diperoleh tersebut
(16)
kepemilikan dan fungsi pengelolaan perusahaan sehingga menyebakan timbulnya
perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham.
Akibat dari perbedaan kepentingan inilah maka terjadi konflik yang sering
disebut agency conflict yang menimbulkan agency cost sebagai biaya atas
mekanisme pengawasan untuk mengurangi agency conflict. Menurut teori
keagenan yang dikemukakan Jensen dan Meckling (1976), beberapa alternatif
untuk mengurangi agency cost yaitu: (1) dengan menurunkan agency cost dari
free cash flow karena akan mengurangi sumber-sumber pemborosan, khususnya aliran kas dibawah kontrol manajemen, (2) meningkatkan pendanaan dengan
hutang, (3) dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen, dan (4)
investor institusional sebagai monitoring agents.
Konflik antara manajer dengan pemegang saham telah menjadi subjek
penelitian yang menarik bagi para peneliti. Dalam penelitian Anafoni (2011)
mengemukakan, ketika para pemegang saham kesulitan untuk memonitor
pengelola perusahaan, maka asset perusahaan bisa saja digunakan untuk
kepentingan pengelola daripada untuk memaksimalkan kepentingan pemegang
saham. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
memberikan sebagian kepemilikan perusahaan kepada pengelola. Hal ini akan
menjadikan para manajer lebih berhati–hati dalam pengambilan setiap keputusan,
karena dari setiap keputusan yang dibuat para manajer juga akan turut
menanggung resiko dari keputusan tersebut. Dengan demikian, manajemen akan
(17)
membantu untuk menyelaraskan antara kepentingan manajemen dengan
kepentingan pemegang saham.
Menurut penelitin yang dilakukan oleh Bachtiar (2007), dalam perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas terdapat sifat limited liability (tanggung jawab
pemilik sebesar modal yang disetor). Hal ini dapat memicu perusahaan untuk
menggunakan rasio hutang yang terlalu tinggi karena ingin menggeser resiko
financial kearah kreditur. Sifat limited liability tersebut akan mengakibatkan
pemilik akan menikmati seluruh manfaat dari investasi yang berhasil setelah
dikurangi bunga, apabila investasi gagal kreditur akan ikut menanggung kerugian.
Karena itu, apabila kreditur memberi kredit pada perusahaan yang memiliki
tingkat hutang yang terlalu tinggi, mereka juga akan menetapkan tingkat bunga
yang tinggi untuk mengamankan kredit yang mereka berikan. Dari
pernyataan-pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa kebijakan hutang di pengaruhi
oleh tingkat kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan.
Perusahaan biasanya lebih cenderung menerbitkan hutang atau obligasi
daripada menerbitkan saham baru. Hal ini dikarenakan pemegang saham lama
akan merasa bahwa dengan adanya penerbitan saham baru, maka akan ada
pemegang saham baru sehingga akan mengurangi hak pemegang saham lama.
Sebaliknya, hutang dianggap lebih menguntungkan karena kreditor tidak akan
mengganggu hak kepemilikan perusahaan dan pembagian hutang perusahaan.
Selain itu, biaya penerbitan hutang atau obliogasi akan lebih murah daripada biaya
penerbitan saham baru karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga
(18)
Jensen (1986) mendefenisikan, free cash flow atau aliran kas bebas adalah
kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham
yang tidak diperlukan sebagai modal kerja. Keberadaan free cash flow dapat
menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen.
Konflik ini terjadi karena pihak manajemen berkeinginan untuk menginvestasikan
dana tersebut ke dalam proyek-proyek yang dapat mendatangkan keuntungan,
sehingga pihak manajemen akan mendapatkan insentif dari investasi tersebut. Di
pihak lain, pemegang saham menginginkan free cash flow tersebut dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai deviden.
Menurut Damayanti (2006), investasi yang dilakukan pihak manajemen
dengan menggunakan free cash flow tersebut tidak akan menjadi masalah jika
investasi tersebut berhasil, yang akan menjadi masalah apabila investasi tersebut
gagal. Untuk mengatasi dugaan pemborosan free cash flow oleh pihak manajemen
dapat dilakukan dengan pembentukan hutang. Pembentukan hutang bisa
mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow guna
membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal dan tidak mendatangkan
keuntungan. Hutang akan mengurangi tingkat free cash flow, karena perusahaan
harus membayar bunga hutang tersebut secara periodik. Penelitian Bachtiar
(2007), peneliti Damayanti (2006), dan penelitian Jaggi dan Gul (1999)
menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan saham dengan
(19)
yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Penelitian ini
menggunakan kepemilikan manajerial sebagai unsur struktur kepemilikan saham.
Penelitian oleh Jaggi dan Gul (1999) mengemukakan, ada atau tidaknya
kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen
dan pemegang saham, sehingga manajer sebagai agen akan memperoleh manfaat
langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai
konsekuansi dari pengambilan keputusan yang salah. Dengan demikian, maka
kepemilikan saham oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan menggunakan hutang secara
optimal sehingga akan meminimumkan agency cost.
Penelitian mengenai hubungan struktur kepemilikaan saham dalam
struktur modal perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti. Penelitian
tersebut umumnya menggunakan managerial ownership sebagai unsur struktur
kepemilikan dan mereka menemukan hasil yang berbeda. Peneliti Kurniati (2007),
Wahidahwati (2002), dan penelitian Moh’d et al (1998) menemukan hubungan
negative dan signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang
perusahaan, sedangkan peneliti Pithaloka (2009) dan Damayanti (2006)
menemukan hubungan yang tidak signifikan antara persentase saham yang
dipegang manajer (kepemilikan manajerial) dengan kebijakan hutang perusahaan.
Ketidak konsistenan ini menimbulkan research gap yang membutuhkan penelitian
(20)
Jones dan Sharma (2001) menyatakan bahwa set kesempatan investasi
(investment opportunity set) menggambarkan investasi atau pertumbuhan sebuah perusahaan. Implikasi teori set kesempatan investasi berkaitan dengan keputusan
pendanaan yang telah dilakukan perusahaan terdiri dari keputusan pendanaan
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Smith dan Watts (1992)
menemukan adanya bukti empiris bahwa pada perusahaan yang mempunyai
kesempatan untuk tumbuh lebih besar, mempunyai debt to equity ratio yang lebih
rendah dalam keputusan struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri
(equity financing) cenderung untuk mengurangi masalah-masalah agensi yang berpotensial berasosiasi dengan eksistensi hutang yang beresiko dalam struktur
modalnya.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, akan menghasilkan
profit yang tinggi sehingga akan mengurangi hutangnya dan akan mengutamakan
penggunaan dana internal sebagai biaya investasi. Sedangkan perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan rendah, akan menghasilkan profit yang lebih rendah
sehingga akan memaksa perusahaan untuk meningkatkan penggunaan hutang
sebagai biaya investasinya. Penelitian Jones dan Sharma (2001) serta penelitian
Jaggi dan Gul (1999) menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan
antara set kesempatan investasi dengan kebijakan hutang perusahaan, sedangkan
penelitian Damayanti (2006) menunjukkan bahwa set kesempatan investasi
berhubungan positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Adanya perbedaan
dari kedua penelitian ini, menyebabkan perlunya diteliti lebih lanjut hubungan
(21)
Variabel lain yang diperkirakan mempengaruhi stuktur hutang perusahaan
adalah ukuran perusahaan. Gaver dan Gaver (1993) manyatakan bahwa ukuran
perusahaan juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan level hutang perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar lebih muda
memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan akses kepada pihak
lain atau jaminan yang dimiliki berupa asset yang bernilai besar dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Peneliti Pithaloka (2009), peneliti Jaggi dan Gul (1999),
dan peneliti Moh’d et al (1998) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Penulis memilih perusahan manufaktur,
karena perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mampu menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, karena industri manufaktur
merupakan industri yang menghasilkan nilai tambah pada suatu barang.
Pertumbuhan ekonomi akan berkualitas apabila didukung oleh industri
manufaktur yang kuat dan kreatif. Selain itu perusahaan manufaktur juga
memiliki semua unsur variabel yang dipakai dalam penelitian ini yang akan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan perusahaan manufaktur, sehingga peneliti
dapat lebih muda dalam malakukan penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian tersebut, penulis
menyimpulkan bahwan free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan
investasi, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutgang.
(22)
“ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, SET KESEMPATAN INVESTASI, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis merumuskan permasalahan adalah apakah free cash flow, kepemilikan
manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan berpengaruh baik
secara parsial mapun simultan terhadap kebijakan hutang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah free
cash flow, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial maupun secara simultan terhadap kebijakan hutang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkempentingan antara lain:
1. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai penggunaan free cash
flow yang tepat dan memberikan kontribusi praktis dalam pengambilan keputusan mengenai hutang disertai dengan adanya pertimbangan atas
(23)
yang pada akhirnya akan mempengaruhi penentuan struktur modal
perusahaan.
2. Bagi investor, penelitian ini digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat
keputusan investasi khususnya pada pemilihan perusahaan, seteleh
mengetahui perilaku manajemen dalam perusahaan dan kesehatan perusahaan
tersebut.
3. Bagi kreditor, diharapkan dapat menjadi referensi dalam menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur permodalan perusahaan, khususnya
ketika ingin memberikan pinjaman.
4. Bagi penulis, untuk menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan
peneliti khususnya mengenai pengeruh free cash flow, struktur kepemilikan
manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan hutang perusahaan.
5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan kontribusi
khususnya yang berkaitan dengan pengaruh free cash flow, struktur
kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Teori
Menurut Horne dan Wachowicz (2007), agency teori muncul karena
adanya pemisahan fungsi antara pemilik dengan pengelola, hal ini dikarenakan
kebutuhan modal perusahaan tidak dapat lagi disediakan hanya oleh satu pemilik.
Menurut peneliti Siswandi (2011), teori perusahaan klasik tidak dapat lagi
dijadikan sebagai basis analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa
pemilik perusahaan merupakan soeorang wiraswasta yang mengelola dan
mendanai sendiri perusahaannya untuk menciptakan profit yang sebesar-besarnya.
Perusahaan-perusahaan modern yang besar tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan
modalnya hanya dari satu pemilik, akibatnya mereka akan mengundang pihak lain
untuk menanamkan modal pada perusahaannya, hal ini akan berakibat pada
pemisahan wewenang perusahaan, antara pemilik dan pengelola (Hartono dan
Atahau, 2007).
Dalam teori agensi, pemilik atau pemegang saham ini disebut principal,
sedangkan pengelola atau manajemen disebut agent. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan kontrak dimana satu atau
lebih principal menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa untuk
kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat
keputusan kepada pihak agent. Dalam manajemen keuangan, salah satu tujuan
(25)
itu manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk
kepentingan pemegang saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang
saham dengan pihak manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang
saham dan manajer berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung untuk
mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang
saham (Anafoni, 2011).
Konflik ini dapat diminimumkan dengan mekanisme pengawasan yang
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan
adanya mekanisme tersebut, muncul biaya baru yang disebut agency cost.
Pengelompokan agency cost menurut Jensen dan Meckling (1976), yaitu:
1. Monitoring cost, yang merupakan biaya untuk memonitor perilaku manajer. 2. Bonding cost, yang merupakan biaya untuk membentuk mekanisme untuk
menjamin bahwa manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
3. Residual loss, yang merupakan biaya untuk mendorong manajer bertindak sesuai kemampuannya untuk kepentingan pemegang saham.
Menurut penelitian Siswandi (2011), ada beberapa alternatif yang dapat
digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu:
1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan mamanfaatkan hutang secara maksimal.
2. Meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.
3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang sahamm dengan manajemen. Disamping itu, hutang juga akan menurunkan tingkat free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.
(26)
4. Investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Karena kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.
2.1.2 Kebijakan Hutang
Kebijakan pendanaan suatu perusahaan ditentukan oleh tingkat kebutuhan
investasi. Manajemen akan mencari dana untuk mendanai investasi tersebut.
Higgins (2007:199) menyatakan bahwa kebijakan pendanaan harus dilakukan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan, apakah harus mengajukan pinjaman atau
menerbitkan saham baru. Hal ini karena kebijakan pendanaan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Menurut Pecking Order Theory, perusahaan akan menggunakan
pendanaan internal jika tersedia (Brealey dan Myers, 2004:516). Namun, jika
dana internal tidak mencukupi, maka manajemen akan mencari sumber dana
eksternal. Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan terlebih dahulu
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dari
hutang kemudian sekuritas campuran seperti obligasi konvertibel, kemudian
ekuitas sebagai langkah terakhir.
Menurut Mamduh (2004) terdapat beberapa faktor yang memiliki
pengaruh terhadap kebijakan hutang, antara lain :
1. NDT (Non-Debt Tax Shield, manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat digunakan untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak, perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan dana pensiun. Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan hutang yang tinggi.
(27)
2. Struktur Aktiva, besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.
3. Profitabilitas, perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. 4. Risiko Bisnis, perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan
menggunakan hutang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan. 5. Ukuran Perusahaan, perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga
menurunkan risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan eksternal.
6. Kondisi Internal Perusahaan, kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang dalam suatu perusahaan.
Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Menurut Brailsford yang dikutip Bachtiar (2007:45), kebijakan hutang dipandang
sebagai mekanisme internal kontrol yang dapat mengurangi konflik keagenan
antara manajemen dan pemegang saham.
Chrurchley dan Hansen (1989) dalam Silvi et.al (2008:40) menyatakan
bahwa penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan
saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Selain itu, perusahaan
memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga
secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajemen bekerja lebih keras untuk
meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajibam dari penggunaan hutang
Selain mengurangi konflik keagenan, hutang dapat menguntungkan bagi
perusahaan, terutama dalam hal pengurangan jumlah pajak yang harus dibayarkan
(28)
yang harus dibayarkan dapat meningkatkan jumlah kas yang tersedia untuk
didistribusikan kepada pemegang saham dan kreditor.
Manajemen harus mempertimbangkan nilai manfaat pengajuan hutang
dimana biaya hutang berupa biaya bunga harus lebih rendah daripada manfaat
yang akan diperoleh perusahaan. Selain itu, manajemen juga perlu
memperhitungkan distress cost yang akan ditimbulkan dari hutang yang semakin
tinggi. Distress cost ini berkaitan dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan
apabila terjadi kebangkrutan (bankruptcy costs), biaya tidak langsung (indirect
cost) berupa biaya yang timbul akibat kehilangan penjualan atau pendapatan, serta konflik kepentingan yang akan terjadi dimana pihak kreditor dan pemegang
saham akan mengkhawatirkan pengembalian atas dana mereka (Higgins,
2007:213).
Kebijakan pendanaan suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio solvabilitas,
yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
(Kasmir, 2009:151). Jenis rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah debt to equity ratio (DER) dimana rasio ini membandingkan antara total
hutang, termasuk hutang lancar dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan
yang berkaitan dengan kebijakan pendanaan perusahaan.
Bagi kreditor, semakin tinggi debt to equity ratio, akan semakin tidak
(29)
mungkin terjadi pada perusahaan akan semakin tinggi. Debt to equity ratio juga
memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.
2.1.3 Free Cash Flow
Jensen (1986) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas yang
merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present
value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan.
Free cash flow, menurut Penman yang dikutip oleh Mardiyah dan Nurwahyudi
(2004:113), didefinisikan sebagai kas dari laba operasi setelah menahan laba
tersebut sebagai aset dan merupakan kas bersih yang dihasilkan dari operasi yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar klaim atas hutang dan
ekuitasnya. Pengertian free cash flow menurut Higgins (2007:22), “free cash flow
extends cash flow from operating activities by recognizing that some of the cash a business generates must be flowed back into the business, in the form of capital expenditures, to support growth”. Dari beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa free cash flow merupakan aliran kas bebas yang diperoleh
setelah digunakan sebagai modal kerja atau investasi pada aset.
Menurut Ross et.al (2000), free cash flow biasanya menimbulkan konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer menginginkan dana
tersebut disalurkan dalam proyek-proyek yang dapat memberikan tambahan
keuntungan bagi perusahaan. Hal ini dapat menambah produktivitas manajemen
dan insentif yang akan diterimanya. Namun di lain pihak, pemegang saham
menginginkan kelebihan dana tersebut dibagikan kepada mereka dalam bentuk
(30)
Free cash flow merupakan dana internal yang penggunaannya tergantung pada kebijakan manajer. Dengan demikian penggunaan free cash flow memiliki
dua kemungkinan, yaitu sesuai atau tidak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham. Jika sesuai dengan kepentingan pemegang saham tidak akan terjadi
masalah, tetapi jika tidak sesuai akan menimbulkan konflik kepentingan antara
pemegang saham dan manajer, konflik kepentingan inilah yang dikenal sebagai
agency conflict. Salah satu solusi untuk mengurangi konflik tersebut adalah dengan menambah hutang, seperti yang dikemukakan oleh peneliti Moh’d et al
(1998).
Jensen (1986) menyatakan bahwa peningkatan hutang dapat mengurangi
free cash flow karena sebagian besar free cash flow dalam perusahaan digunakan oleh manajemen untuk membayar hutang, sehingga tidak ada free cash flow yang
dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan demi
kepentingan manajemen yang merugikan pemegang saham. Penambahan hutang
memerlukan komitmen pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman yang
mengurangi free cash flow dan mengurangi kemampuan manajer untuk
melakukan tindakan pemborosan, yang membuat manajer menjadi disiplin,
sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif. Dengan
demikian, perusahaan dengan free cash flow tinggi cenderung akan mempunyai
level hutang yang tinggi.
2.1.4 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial (managerial ownership) adalah tingkat
(31)
keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan
manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir
tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi kepemilikan
manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk
kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri
(Mahadwartha dan Hartono, 2002). Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya
managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam
program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara
manajemen dan pemegang saham. Smith dan Watts (1992) menjelaskan
bagaimana paket kompensasi fixed (gaji) dan contingent (bonus) terbukti dapat
digunakan sebagai insentif untuk menyamakan kepentingan manajemen dan
pemegang saham.
Wahidahwati (2002) menjelaskan peran struktur kepemilikan manajerial
dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu: pendekatan keagenan (agency
approach) dan pendekatan informasi asimetri atau ketidakseimbangan informasi (asymmetric information approach). Dimana pendekatan keagenan menganggap
struktur kepemilikan manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk
mengurangi konflik keagenan diantara berbagai klaim (claim holder) terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial
untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga
bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan adanya peningkatan
(32)
pemegang saham maka manajer termotivasi meningkatkan kinerja dan
bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham .
Sedangkan menurut pendekatan kedua, informasi asimetri menganggap
struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan
informasi di dalam pasar modal. Menurut Siswandi (2011), dengan adanya
kepemilikan saham oleh pihak insiders, maka insiders akan ikut memperoleh
manfaat langsung atas keputusan-keputusan yang diambilnya, selain itu para
manajer juga akan semakin hati-hati dalam menentukan hutang perusahaan karena
mereka akan memeperoleh manfaat langsung dari keputusan yang mereka ambil
serta akan menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan
keputusan yang salah. Sehingga kebangkrutan perusahaan bukan lagi menjadi
tanggung jawab pemilik utama (Sofiana, 2009).
Peneliti Damayanti (2006) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial
dalam kaitannya dengan kebijakan hutang memiliki peran yang penting, yaitu
mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan
pemegang saham. Semakin tinggi tingkat hutang, maka resiko keuangan juga akan
semakin tinggi. Menurut peneliti Pithaloka (2009) dan Damayanti (2006),
kepemilikan manajerial akan membuat pihak manajemen lebih berhati-hati dalam
keputusan pembentukan hutang. Pemegang saham akan berusaha untuk
menyamakan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham dengan
(33)
Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
2.1.5 Set Kesempatan Investasi
Menurut Myres (1977) dalam Kodrat dan Herdinata (2009:132),
Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan datang dan mencerminkan adanya
pertumbuhan aktiva dan ekuitas, dimana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu
perusahaan dan berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi
kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang
setara dengan kelompok industrinya. Penelitin oleh Smith dan Watts (1992)
mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi
diidentifikasikan sebagai perusahaan yang mengalami peningkatan pada aktiva
riilnya dan peningkatan peluang investasi yang ada. Menurut peneliti Jones dan
Sharma (2001), perusahaan yang memiliki potensi tumbuh rendah
diidentifikasikan sebagai perusahaan yang kurang mengalami peningkatan pada
aktiva riilnya atau bahkan mengalami penurunan nilai karena perusahaan tersebut
tidak mampu menangkap peluang investasi yang ada.
Berdasarkan pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan
proksi pertumbuhan perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data
yang tersedia dalam penelitiannya. Selanjutnya IOS dijadikan dasar untuk
menentukan klasifikasi pertumbuhan perusahaan dimasa depan apakah suatu
(34)
Proksi pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS yang telah digunakan
oleh para peneliti diantaranya (Gaver dan Gaver, 1993; dan Kallapur dan
Trombley, 2001) dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Proksi yang berbasis pada harga (price-based proxies)
Investment Opportunity Set berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relative untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place). Rasio-rasio yang berkaitan dengan proksi pasar adalah market to book value of equity; market to book value of asset; Tobin’s Q; earnings to price ratios; ratio of property, plant, and equipment to firm value; ratio of depreciation to firm value
2. Proksi yang berbasis pada investasi (investment-based proxies)
Proksi IOS berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang diinvestasikan untuk waktu yang lama dalam suatu perusahaan. Proksi ini berbentuk suatu ratio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio tersebut adalah ratio of R&D to assets, ratio of R&D to sales, ratio of capital expenditure to firm value, investment intensity, ratio of capital expenditure to book value of assets, investment to sales ratio.
3. Proksi yang berbasis pada ukuran varians (variance measures proxies)
Proksi pengukuran varians (variance measurement) mengunkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan bersarnya opsi tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Rasio dalam proksi tersebut adalah variance of returns, asset betas, variance of asset deflated salea.
Penelitian mengenai IOS diantaranya dilakukan oleh Smith dan Watts
(1992) meneliti proporsi hubungan IOS dengan kebijakan pendanaan, dividen,
dan kompensasi. Hasil penelitiannya memberikan bukti bahwa perusahaan yang
bertumbuh memiliki utang yang lebih kecil, membayar dividen yang lebih rendah
(35)
Kallapur dan Trombley (2001) menyatakan bahwa perusahaan dengan
level nilai perusahaan yang tinggi yang direpresentasikan dengan IOS cenderung
untuk menggunakan hutang yang lebih sedikit dalam struktur permodalan mereka.
Hal ini konsisten dengan teori agensi yang menyatakan bahwa perusahaan dengan
IOS yang relative tinggi lebih menghindari hutang.
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kebijakan hutang yang akan
dilakukan perusahaan. Menurut peneliti Moh’d et al (1998), ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan
total aktiva atau total penjualan bersih. Menurut peneliti Anafoni (2011), semakin
besar total aktiva maupun penjualan maka semakin besar pula ukuran suatu
perusahaan. Semakin besar aktiva maka semakin besar modal yang ditanam,
sementara semakin banyak penjualan maka semakin banyak juga perputaran uang
dalam perusahaan. Dengan demikian, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau
besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya
aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu
perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran
perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan (Fidyati, 2003).
Menurut Weston dan Brigham (2000) menyatakan bahwa suatu
(36)
modal. Kemudahan untuk ke pasar modal maka berarti fleksibilitas bagi
perusahaan besar lebih tinggi serta kemampuan untuk mendapatkan dana dalam
jangka pendek juga lebih besar daripada perusahaan kecil.
Menurut peneliti Mulianti (2010), ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh penting terhadap integrasi antar bagian dalam perusahaan, Hal ini
disebabkan karena ukuran perusahaan yang besar memiliki sumber daya
pendukung yang lebih besar dibanding perusahaan yang lebih kecil. Pada suatu
perusahaan yang kecil maka kompleksitas yang terdapat dalam organisasi juga
kecil. Perusahaan kecil sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan
cenderung kurang menguntungkan, sedangkan perusahaan besar dapat mengakses
pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau
permodalan (Wahidawati 2001). Menurut Mulianti (2010) perusahaan-perusahaan
besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga,
karena kemampuannya mengakses pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa
asset bernilai lebih besar dibanding perusahaan kecil. Selain itu, perusahaan besar
akan cenderung menggunakan dana seiring pertumbuhannya. Perusahaan yang
besar akan lebih aman dalam memperoleh hutang karena perusahaan mampu
dalam pemenuhan kewajibannya dengan adanya diversifikasi yang lebih luas dan
memiliki arus kas yang stabil (Pithaloka 2009).
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Moh’d et al (1998) melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur
(37)
cross-sectional. Variabel dependennya adalah debt policy, sedangkan variabel independennya adalah ownership structure (inside ownership, institutional
ownership, dan shareholder dispersion), dividend payments, growth opportunities, firm size, asset structure, asset risk (intrinsic business risk dan operating leverage risk), profitability, tax rate, non-debt tax shield, uniqueness. Metode analisis yang digunakan adalah TSCS analysis dan OLS Regression. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ownership structure, dividend payments,
growth, intrinsic business risk (asset risk), profit, dan uniqueness berpengaruh negatif signifikan terhadap debt policy. Sedangkan size, asset structure, operating
leverage risk (asset risk), tax rate, dan non-debt tax shield berpengaruh positif signifikan terhadap debt policy.
Jaggi dan Gul (1999) meneliti pengaruh bersama antara set kesempatan
investasi, free cash flow, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang
perusahaan. Variabel dependennya adalah debt policy, sedangkan variabel
independennya adalah free cash flow. Peneliti ini juga menggunakan ukuran
perusahaan dan set kesempatan investasi sebagai variabel moderating, serta
dividend yield sebagai variabel kontrol. Metode analisis yang digunakan adalah OLS Regression. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap debt-equity saat set kesempatan
investasinya rendah dan dengan ukuran perusahaan yang besar.
Jones dan Sharma (2001) meneliti hubungan antara set kesempatan
investasi, pendanaan perusahaan, dan keputusan dividen di Australia. Variabel
(38)
keputusan dividen (dividend yield), sedangkan variabel independennya adalah set
kesempatan investasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap debt-equity ratio dan dividend yield.
Wahidahwati (2002) menguji hubungan kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang. Peneliti ini juga
menggunakan ukuran perusahaan sebgai variabel dalam menguji kebijakan
hutang. Metode analisis yang digunakan adalah persamaan regresi. Hasil
penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan negatif antara kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan hutang dan hubungan antara ukuran perusahaan
dengan kebijakan hutang adalah signifikan positif.
Damayanti (2006) meneliti pengaruh free cash flow dan struktur
kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang. Variabel dependennya adalah
kebijakan hutang (debt to equity ratio), sedangkan variabel independennya adalah
free cash flow, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Peneliti menggunakan set kesempatan investasi (MVABVA) dan dividend yield sebagai
variabel kontrol. Metode analisi yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Set kesempatan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
hutang, sebaliknya dividend yield berpengaruh negatif namun tetap signifikan
(39)
Bachtiar (2007) meneliti pengaruh free cash flow terhadap kebijakan
hutang dan pembayaran dividend tunai. Variabel dependennya adalah kebijakan
hutang dan pembayaran dividen tunai, sedangkan variabel independennya adalah
free cash flow. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa free csh flow berpengaruh positif dan
signifikan secara individu terhadap kebijakan hutang dan pembayaran dividen
tunai.
Kurniati (2007) meneliti pengaruh struktur kepemilikan terhadap
kebijakan hutang perusahaan tekstil/garmen di Indonesia. Variabel dependennya
adalah kebijakan hutang, sedangkan variabel independennya adalah kepemilikan
manajerial dan kepemilikan intitusional. Dividen, struktur asset, dan profitabilitas
digunakan sebagai variabel control. Metode analisis yang digunkan adalah regresi
liniear berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
dan kepemilikan intitusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang. Dividen dan struktur asset juga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kebijakan hutang, sementara profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1 Moh’d et al (1998)
Variabel Dependen: Debt Policy
Variabel Independen:
Ownership Structure, Devidend Payments, Growth Opprtunities, Firm
Size, Asset Structure, Asset Risk, Profitability, Tax Rate,
Ownership structure, dividend payments growth, intrinsic business risk (asset risk) profit, dan uniqueness berpengaruh negatif signifikan terhadap debt policy.
Size, asset structure, operating leverage risk (asset risk), tax rate, dan non-debt tax shield berpengaruh
(40)
Non-debt tax Shield, uniqueness
positif signifikan terhadap debt policy.
2 Jaggi dan
Gul (1999)
Variabel Dependen: Debt Policy
Variabel Independen: Free Cash Flow
Variabel Moderating: Size dan IOS
Variabel Kontrol: Devidend Yield
Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap debt policy saat IOS rendah dengan ukuran perusahaan besar.
3 Jones dan
Sharma (2001)
Variabel Dependen: Debt-Equity Ratios, Devidend Yield
Variabel Independen: IOS
Perusahaan yang memiliki IOS yang tinggi berhubungan signifikan dengan semakin rendahnya debt-equity ratio dan rendahnya dividend yield.
4 Wahidahwa ti
(2002)
Variabel Dependen: Kebijakan Hutang
Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Intitusional.
Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
5 Damayanti (2006)
Variabel Dependen: Kebijakan Hutang
Variabel Independen: Free cash flow, Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional.
Variabel Kontrol: Dividend Yield dan Set Kesempatan Investasi.
Free cash flow dan IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan dividend yield berpengaruh negatif tetapi tetap signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
6 Bachtiar (2007)
Variabel Dependen: Dividen Tunai, Kebijakan Hutang
Variabel Independen: Free Cash Flow
Free cash flow berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran deviden tunai dan kebijakan hutang, tetapi pengaruhnya terahadap kebijakan hutang lebih signifikan.
7 Kurniati (2007)
Variabel Dependen: Kebijakan Hutang
Variabel Independen: Managerial Ownership dan Institusional Ownership. Variabel Kontrol: Deviden, Struktur Asset, dan Profitabilitas.
Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.
Struktur asset dan deviden negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
(41)
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suat teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu.
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan diawal, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada
skema gambar dibawah ini:
H1
H2
H3
H4 H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang dan
variabel independennya adalah free cash flow, kepemilikan manajerial, set
kesempatan invetasi, dan ukuran perusahaan.
Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak lagi dibutuhkan untuk modal
kerja atau investasi pada asset. Perusahaan dengan free cash flow tinggi cenderung
akan memiliki level utang yang tinggi untuk menurunkan agency cost khususnya
Free Cash Flow (X1)
Kepemilikan Manajerial (X2)
Set Kesempatan Investasi (X3)
Kebijakan Hutang (Y)
Ukuran Perusahaan (X4)
(42)
hubungan antara free cash flow terhadap kebijakan hutang adalah hubungan
positif.
Kepemilikan manajerial menggambarkan kepemilikan saham oleh pihak
manajemen (komisaris dan direksi) diperlukan untuk mensejajarkan kepentingan
antara manajemen dan pemegang saham. Manajer yang ikut memiliki perusahaan
tidak mungkin oportunistik dan semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang
serta berusaha meminimumkan cost agency sehinggka akan meningkatkan nilai
perusahaan. Dengan demikian, hubungan antara kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan hutang adalah hubungan negatif.
Perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk bertumbuh (IOS) lebih
besar mempunyai debt to equity ratio (DER) yang lebih rendah dalam keputusan
struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri (equity financing) cenderung
untuk mengurangi masalah-masalah agensi yang potensial berasosiasi dengan
eksistensi hutang yang beresiko dalam struktur modalnya. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang.
Semakin besar ukuran perusahaan, maka kebutuhan dana untuk
menjalankan operasinya akan semakin besar. Kebutuhan dana ini dapat dipenuhi
dengan menerbitkan saham baru ataupun melakukan hutang kepada pihak ketiga.
Pihak manajemen lebih cenderung memilih untuk berhutang daripada
menerbitkan saham baru. Dengan demikian, semakin besar ukuran perusahaan,
(43)
2.4 Hipotesis Penelitin
Hipotesis adalah jawaban semntara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan tujuan, landasan teori serta kerangka pemikiran teoritis, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1: Free cash flow (FCF) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
kebijakan hutang.
H2: Kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap kebijakan hutang.
H3: Set kesempatan investasi (SKI) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap kebijakan hutang.
H4: Ukuran perusahaan (UP) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
kebijakan hutang.
H5: FCF, KM, SKI, UP berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Erlina (2008:66) menyatakan bahwa “desain penelitian merupakan rencana
induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang
digunakan, metode sampling, sampai dengan anlisis data untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
jenis penelitian asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel
atau lebih (Erlina, 2008:34), tepatnya dengan hubungan kausal. Menurut sugiyono
(2007) desain kausal adalah desain penelitian yang bertujuan menganalisis
hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi)
dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).
Penelitian ini menguji pengaruh free cash flow, kepemilikan manajerial,
set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan terhadap kebijkan hutang.
Dimensi waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series, yang
mencerminkan keadaan pada suatu saat tertentu, yaitu tahun 2010.
3.2Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:55).
(45)
adalah semua perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2010.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Erlina, 2008:75). Jika sampel kurang represantatif maka
mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga
nilai populasi sesungguhnya. Menurut Erlina (2008:80), secara umum ada dua
metode pengambilan sampel yang dapat digunakan, yaitu:
1. Probability sampling, metode pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Metode ini dibedakan atas:
1) Simple random sampling 2) Complex random sampling
2. Non probability sampling, metode pengambilan sampel dimana tidak semua elemen populasi mempunyai kemungkinan atau peluang untuk terpilih sebagai sampel penelitian. Metode ini terdiri atas:
1) Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel secara nyaman dimana peneliti mengambil sampel sekehendak hatinya.
2) Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.
3) Judgement sampling, yaitu pengambilan berdasarkan suatu pertimbangan tertentu.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2004). Adapun kriteria
penentuan sampel yang dipertimbangkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tesebut merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2010.
2. Perusahaan tesebut telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang
(46)
3. Laporan keuangan dipublikasikan dalam mata uang rupiah.
4. Perusahaan tersebut memiliki data tentang kepemilikan manajerialnya.
Data tentang sampel penelitian ini didownload Juni 2012. Berdasarkan
kriteria, maka diproses sampel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Penelitian
NO KODE POPULASI KRITERIA SAMPEL
1 2 3 4
Food and Baverages
1 ADES PT Akasaha Wira Internasional Tbk. √ √ √ x
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. √ √ √ x
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk. √ √ √ x
4 DAVO PT Davomas Abadi Tbk. √ √ √ x
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. √ √ √ x
6 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk √ √ √ x
7 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, √ √ √ x
8 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk, √ √ √ √ 1
9 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ x
10 MYOR PT Mayora Indah Tbk √ √ √ x
11 PSDN PT Parasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ x
12 PTSP PT Pioneerindo Gourment Internasional Tbk. √ √ √ x
13 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. √ √ √ x
14 SKLT PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ 2
15 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk. (SMART Tbk) √ √ √ x
16 STTP PT Siantar Top Tbk. √ √ √ √ 3
17 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √ 4
18 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. √ √ √ √ 5
Tobacco Manufactures
19 GGRM PT Gudang Garam Tbk √ √ √ √ 6
20 HMSP PT Hanjaya Mandala Tbk √ √ √ x
21 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk. √ √ √ x
Textile Mill Products
22 ARGO PT Argo Pantes Tbk. √ √ √ √ 7
23 CNTX PT Century Textile Industry (CENTEX) Tbk. √ √ √ x
24 ERTX PT Eratex Djaja Tbk. √ √ √ x
25 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk. √ √ √ √ 8
(47)
28 TFCO PT Tifico Fiber Indonesia Tbk. √ √ √ x
29 UNTX PT Unitex Tbk. √ √ √ √ 10
Apparel and Other Textille Products
30 BATA PT Sepatu Bata Tbk. √ √ √ x
31 BIMA PT Primarindo Asia Infrastucture Tbk. √ √ √ √ 11
32 ESTI PT Ever Tex Tbk √ √ √ x
33 INDR PT Indorama Synthetics Tbk. √ √ √ x
34 KARW PT Karwell Indonesia Tbk. √ √ √ x
35 MYRX PT Hanson Internasional Tbk. √ √ √ x
36 MYTX PT Apac Citra Centertex Tbk. √ √ √ √ 12
37 PBRX PT Pan Brothers Tex Tbk. √ √ √ x
38 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk. √ √ √ x
39 SRSN PT Indo Acidatama Tbk. √ √ √ √ 13
40 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk. √ √ √ √ 14
Lumber and Wood Products
41 BRPT PT Barito Pasific Tbk. √ √ √ √ 15
42 SULI PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk. √ √ √ √ 16
43 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk. √ √ √ x
Paper and Allied Products
44 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk. √ √ √ x
45 INKP PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. √ √ √ x
46 KBRI PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. √ √ √ x
47 TKIM PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. √ √ √ x
48 SAIP PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk. √ √ √ x
49 SPMA PT Suparma Tbk. √ √ √ x
50 INRU PT Toba Pulp Lestari Tbk. √ √ √ x
Chemical and Allied Products
51 AKRA PT AKR Corporindo Tbk. √ √ √ √ 17
52 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk. √ √ √ x
53 CPIN PT Colorpak Indonesia Tbk. √ √ √ x
54 ETWA PT Eterindo Wahanatama Tbk. √ x √ x
55 LTLS PT Lautan Luas Tbk. √ √ √ x
56 POLY PT Asia Pasific Fiber Tbk. √ √ √ x
57 TPIA PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. √ √ √ √ 18
58 SOBI PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. √ √ √ x
59 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk. √ √ x √
Real Estate and Property
60 DPNS PT Duta Pertiwi Tbk. √ √ √ √ 19
Adhesive
(48)
62 INCI PT Intanwijaya Internasioanal Tbk. √ √ √ √ 20
63 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk. √ √ √ x
Plastics and Glass Products
64 AKKU PT Alam Karya Unggul Tbk. √ √ √ x
65 AKPI PT Argha Karya Prima Industry Tbk. √ x x x
66 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk. √ √ √ x
67 APLI PT Asiaplast Industries Tbk. √ √ √ √ 21
68 BRNA PT Berlian Tbk. √ √ √ √ 22
69 DYNA PT Dynaplast Tbk. √ x x x
70 FPNI PT Titan Kimia Nusantara Tbk. √ √ x x
71 IGAR PT Champion Pasific Indonesia Tbk. √ √ √ x
72 IPOL PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk. √ √ √ x
73 LAPD PT Leyand Internasional Tbk. √ √ √ x
74 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk. √ √ √ √ 23
75 SIAP PT Sekawan Inti Pratama Tbk. √ √ √ x
76 SIMA PT Siwani Makmur Tbk. √ √ √ x
77 TRST PT Trias Sentosa Tbk. √ √ √ x
78 YPAS PT Yanaprima Hastapersada Tbk. √ √ √ √ 24
Cement
79 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. √ √ √ x
80 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk. √ √ √ x
81 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk. √ √ √ x
Metal and Allied Products
82 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk. √ √ √ √ 25
83 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk. √ √ √ √ 26
84 CTBN PT Citra Tubindo Tbk. √ √ x √
85 GDST PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. √ √ √ x
86 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk. √ √ √ x
87 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. √ √ √ √ 27
88 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk. √ √ √ √ 28
89 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. √ √ √ √ 29
90 LION PT Lion Metal Works Tbk. √ √ √ √ 30
91 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. √ √ √ √ 31
92 NIKL PT Pelat Timah Nusantara Tbk. √ √ √ √ 32
93 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk. √ √ √ √ 33
94 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk. √ √ √ x
95 TIRA PT Tira Austenite Tbk. √ √ √ √ 34
Fabricated Metal Products
96 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk. √ √ √ x
(49)
Stone, Clay, Glass, and Concrete Products
98 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk. √ √ √ x
99 IKAI PT Intikeramik Alamsari Industri Tbk. √ x x x
100 MITI PT Mitra Investindo Tbk. √ √ √ x
101 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk. √ √ √ √ 36
102 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk. √ √ √ x
Cable
103 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk. √ √ √ √ 37
104 JECC PT Jembo Cable Company Tbk. √ √ √ x
105 KBLI PT KMI Wire and Cable Tbk. √ √ √ x
106 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk. √ √ √ √ 38
107 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk. √ √ √ x
108 VOKS PT Voksel Electric Tbk. √ √ √ √ 39
Electronic and Office Equipment
109 ASGR PT Astra Graphia Tbk. √ √ √ x
110 MLPL PT Multipolar Tbk. √ √ √ √ 40
111 MTDL PT Metrodata Electronics Tbk. √ √ √ √ 41
112 MYOH PT Myoh Technology Tbk. √ √ √ x
113 PTSN PT Sat Nusapersada Tbk. √ √ √ √ 42
Automotive and Allied Products
114 ASII PT Astra Internasional Tbk. √ √ √ √ 43
115 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. √ √ √ √ 44
116 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk. √ √ √ x
117 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. √ √ √ √ 45
118 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. √ √ √ x
119 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk. √ √ √ √ 46
120 HEXA PT Hexindo Adiperkasa Tbk. √ √ √ x
121 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. √ √ √ √ 47
122 INDS PT Indospring Tbk. √ √ √ x
123 INTA PT Intraco Penta Tbk. √ √ √ √ 48
124 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk. √ √ √ x
125 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk. √ √ √ x
126 NIPS PT Nipress Tbk. √ √ √ x
127 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk. √ √ √ √ 49
128 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. √ √ √ √ 50
129 TURI PT Tunas Ridean Tbk. √ √ √ x
130 UNTR PT United Tractor Tbk. √ √ √ x
Photographic Equipment
131 INTD PT Inter Delta Tbk. √ √ √ x
(50)
133 MDRN PT Modern Internasional Tbk. √ √ √ x
Pharmaceuticals
134 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk. √ √ √ x
135 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk. √ x x x
136 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk. √ √ √ √ 52
137 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. √ √ √ √ 53
138 MERK PT Merck Tbk. √ √ √ x
139 PYFA PT Pyridam Farma Tbk. √ √ √ √ 53
140 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk. √ √ √ x
141 SQBI PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. √ √ √ x
142 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. √ √ √ √ 55
Consumer Goods
143 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. √ √ √ x
144 MBTO PT Martina Berto √ √ √ x
145 TCID PT Mandom Indonesia Tbk. √ √ √ √ 56
146 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. √ √ √ √ 57
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Diolah peneliti, 2012
Berikut adalah daftar sampel perusahaan manufaktur yang digunakan
dalam penelitian ini setelah melalui tahap penyeleksian kriteria sampel:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
NO KODE POPULASI
1 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk, 2 SKLT PT Sekar Laut Tbk
3 STTP PT Siantar Top Tbk.
4 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk
5 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. 6 GGRM PT Gudang Garam Tbk
7 ARGO PT Argo Pantes Tbk.
8 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk.
9 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk. 10 UNTX PT Unitex Tbk.
11 BIMA PT Primarindo Asia Infrastucture Tbk. 12 MYTX PT Apac Citra Centertex Tbk.
13 SRSN PT Indo Acidatama Tbk.
14 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 15 BRPT PT Barito Pasific Tbk.
16 SULI PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk. 17 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.
(51)
18 TPIA PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. 19 DPNS PT Duta Pertiwi Tbk.
20 INCI PT Intanwijaya Internasioanal Tbk. 21 APLI PT Asiaplast Industries Tbk. 22 BRNA PT Berlian Tbk.
23 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk. 24 YPAS PT Yanaprima Hastapersada Tbk. 25 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk. 26 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk.
27 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 28 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk.
29 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. 30 LION PT Lion Metal Works Tbk. 31 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 32 NIKL PT Pelat Timah Nusantara Tbk. 33 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk. 34 TIRA PT Tira Austenite Tbk.
35 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk. 36 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk. 37 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk. 38 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk. 39 VOKS PT Voksel Electric Tbk. 40 MLPL PT Multipolar Tbk.
41 MTDL PT Metrodata Electronics Tbk. 42 PTSN PT Sat Nusapersada Tbk. 43 ASII PT Astra Internasional Tbk. 44 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 45 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 46 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk.
47 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. 48 INTA PT Intraco Penta Tbk.
49 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk. 50 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.
51 KONI PT Perdana Bangun Pusaka Tbk. 52 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk. 53 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
54 PYFA PT Pyridam Farma Tbk. 55 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 56 TCID PT Mandom Indonesia Tbk. 57 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. Sumber: Tabel 3.1
(52)
3.3Jenis dan Sumber Data
Data merupakan keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang
suatu keadaaan. Data yang diperoleh perlu diolah untuk dapat menjawab
persoalan penelitian yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini jenis data yang
digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang
informasinya diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
telah dipubllikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).
Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang
rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten yang terdapat di
dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) atau dapat didownload
melalui situs
informasi mengenai posisi keuangan dan rasio keungan perusahaan, informasi
mengenai perdagangan saham, dan informasi mengenai arus kas perusahaan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal. Metode
pengunmpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan, yaitu dengan
melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacaan lain
yang berhubungan dengan pokok pembahasan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara
memperoleh data, dan gambaran cara mengolah data. Tahapan selanjutnya adalah
(53)
dibutuhkan guna menjawab persoalan penelitian dan memperkaya literatur untuk
menunjang data kuantitatif yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan dari
situs
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen sering disebut juga variabel terikat atau variabel tidak
bebas, merupakan tipe variabel yang dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel
independen (Erlina, 2008:42). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Debt to Equity Ratio (DER) sebagai proksi dari kebijakan hutang perusahaan. DER merupakan pebandingan antara total hutang perusahaan dengan total ekuitas
perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Ratio ini dapat
dihitung dengan persamaan:
Total Liabilities (Total Hutang) DER =
Total Shareholder’s Equity (Total Ekuitas) 3.5.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen. Penelitian ini menggunakan free cash flow, kepemilikan manajerial, set
kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independennya.
3.5.2.1Free Cach Flow (FCF)
Menurut Ross et al. (2003) “Free cash flow merupakan kas perusahaan
(1)
37 IKBI (3.87561) 0.09510 0.74569 27.12156 0.22012 38 KBLM 0.35326 6.40761 0.54237 26.72269 0.77302 39 VOKS 12.09670 0.78009 0.97013 27.75012 1.92067 40 MLPL 15.39170 0.00094 0.47885 30.27127 1.13938 41 MTDL 31.38084 10.83170 0.56270 27.57471 1.63219 42 PTSN 12.65543 70.00262 0.30261 27.43934 0.76281 43 ASII (3.58418) 0.03660 4.47856 32.35714 1.09852 44 AUTO (4.24594) 0.07716 0.55727 29.35126 0.38404 45 BRAM (1.82197) 25.39808 1.00694 28.03163 0.26465 46 GJTL 5.35567 0.08358 2.27274 29.97009 1.94096 47 IMAS (10.96327) 0.00010 5.92914 29.70859 4.99253 48 INTA (0.22240) 3.53282 2.56868 28.12261 2.90765 49 PRAS (12.28928) 5.90917 0.40427 26.85876 2.41527 50 SMSM 17.58771 6.04332 2.96596 27.69597 0.96005 51 KONI 20.20786 5.57895 0.32383 25.16405 2.61086 52 KAEF 15.92842 0.00491 0.79270 28.13621 0.48765 53 KLBF 25.41648 0.02092 6.14224 29.58156 0.23454 54 PYFA 13.29923 23.07692 0.87996 25.33429 0.30252 55 TSPC 21.15844 0.08116 2.95495 28.90906 0.36284 56 TCID 18.88729 0.14832 1.52632 27.67718 0.10412 57 UNVR (4.98304) 0.00100 31.09399 29.79449 1.14907
(2)
Lampiran 4
Statistik Dekriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FCF 35 .35 126.60 16.8858 20.59379
KM 35 .00 70.00 5.2112 10.90508
SKI 35 .30 31.09 2.1274 4.30506
UP 35 24.77 32.36 27.7178 1.75022
DER 35 .04 27.06 1.6983 3.78634
Valid N (listwise) 35
Lampiran 5
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 35
Normal Parametersa,b Mean 1.0122326
Std. Deviation .37356412
Most Extreme Differences
Absolute .106
Positive .087
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z .629
Asymp. Sig. (2-tailed) .824
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(3)
(4)
Lampiran 7
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
FCF .973 1.027
KM .891 1.122
SKI .691 1.447
UP .710 1.408
a. Dependent Variable: DER
Lampiran 8
(5)
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .409a .167 .056 .88734 1.902
a. Predictors: (Constant), UP, FCF, KM, SKI b. Dependent Variable: DER
Lampiran 10
Analisis Hasil Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.210 2.745 -1.169 .251
FCF -.009 .018 -.083 2.491 .027
KM -.012 .013 -.163 -.925 .362
SKI -.295 .147 -.401 -2.000 .055
UP .176 .102 .342 1.728 .004
(6)
Lampiran 11
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate d e s o 0
1 .409a .167 .056 .88734
Lampiran 12
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.745 4 1.186 1.507 .225a
Residual 23.621 30 .787
Total 28.366 34
a. Predictors: (Constant), UP, FCF, KM, SKI b. Dependent Variable: DER
Lampiran 13
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.210 2.745 -1.169 .251
FCF -.009 .018 -.083 2.491 .027
KM -.012 .013 -.163 -.925 .362
SKI -.295 .147 -.401 -2.000 .055
UP .176 .102 .342 1.728 .004
a. Dependent Variable: DER
a. Predictors: (Constant), FCF, KM, SKI, UP b. Dependent Variabel : DER