Latar Belakang Masalah Penutup IV.1

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

RRC berdiri pada 1 oktober 1949, pada saat itu ketua Mao mengumumkan pembentukan Republik Rakyat Cina kepada dunia. Seperti rekan-rekannya di uni soviet, dia tidak membuang-buang waktu dalam mengubah bangsa itu menurut misi pribadinya akan utopia komunis yang egaliter. Namun, karena Cina merupakan negara agraris, versi Mao tentang komunis berkisar disekitar para petani, bukan para pekerja pabrik yang menjadi fokus Karl Marx, bapak komunis barat. Pada 1955, Mao mengolektifkan pertanian. Petani tidak boleh memiliki tanah sendiri atau secara pribadi membeli dan menjual apa yang mereka produksi kecuali mereka menanamnya pada sebidang kecil lahan pribadi mereka. 1 orang. Para pengurus partai komunis menentukan tanaman apa yang harus ditanam oleh petani, dengan janji bahwa komune akan menyediakan makanan, Hanya dalam waktu beberapa tahun, produksi jatuh 40 persen disebuah negara yang sebelumnya selalu bersusah payah untuk memproduksi pangan yang memadai. Memberi makan seluruh negara itu, bahkan ketika panen sedang bagus, sangat sulit karena Cina harus memberi makan 22 persen populasi dunia hanya dengan 10 persen lahan dunia yang dapat ditanami. Secara kontras, Amerika Serikat dapat memberi makan 1,3 miliar orang Cina dan masih memiliki cadangan panen dari ladang-ladang lumbung gandum negara-negara bagian California, Texas, Nebraska, dan Oklahoma. Kekurangan makanan bertambah parah tiga tahun setelahnya, pada 1958, ketika program Lompatan Besar ke Depan Mao menyatukan area pertanian kolektif menjadi komune-komune yang masing-masing terdiri atas sepuluh ribu 1 Robyn Meredith, 2007.The Elephant and the Dragon, New York : W.W.Norton Company, Hal. 10-13 Universitas Sumatera Utara 2 fasilitas kesehatan, dan keperluan-keperluan lain bagi para pekerja. Para petani diwajibkan untuk menyerahkan sekitar sepertiga hasil panen yang ditanam oleh komune kepada negara sebagai pajak yang digunakan untuk memberi makan kota- kota, sisanya dapat dimakan oleh mereka. Namun, para pejabat daerah yang ambisius melaporkan dengan sangat bersemangat produksi yang membumbung di daerah mereka, saling berkompetisi dengan wilayah lain untuk menyenangkan Mao dengan menegaskan bahwa program kolektifnya sangat sukses. Disatu daerah di provinsi Henan, para pejabat membual bahwa hasil panen mencapai dua kali lipat walaupun pada musim kemarau. Untuk itu, para kader partai itu mendapatkan pujian, namun hal itu meningkatkan pajak panen terhadap hasil panen yang dikhayalkan melampaui hasil yang sesungguhnya. Akibatnya, komune menyerahkan seluruh hasil panen mereka kepada negara dan itupun masih kurang untuk memenuhi kuota. Ketika komune kelaparan, para pajabat partai menghukum para petani yang diduga menyembunyikan hasil panen. Ideologi nagara komunis muda itu dan perut rakyatnya berbenturan, dan perut rakyatlah yang dikalahkan. Sementara itu, Mao menetapkan untuk mengubah negaranya menjadi sebuah kekuatan industri. Para petani diharuskan untuk menyerahkan seluruh harta benda pribadi, mulai dari sepeda sampai panci masak. Pertama-tama untuk pemerataan dari desa-desa kaya kepada desa-desa miskin. Kemudian untuk dilelehkan ditungku-tungku pembakaran belakang rumah. Rangkaian tungku- tungku pembakaran belakang rumah diseluruh negeri ini diharapkan dapat mengangkat produksi baja Cina melampaui Inggris. Dibeberapa wilayah, hasil panen yang bagus membusuk diladang-ladang karena begitu banyak petani yang disuruh memproduksi baja alih-alih menuai hasil panen. Para petani kecil manjadi kurus kering. Para petani negeri ini, termasuk para penduduk xiaogang, harus setengah mati mencari makanan. Dapur-dapur komune hanya menyajikan bubur encer, sehingga para petani berburu kodok dan tikus untuk dimakan. Akhirnya mereka memakan rumput dan dedaunan, bahkan Universitas Sumatera Utara 3 menelanjangi pohon-pohon untuk menggerogoti kulit-kulitnya. Beberapa keluarga yang sangat kelaparan terpaksa menjalankan praktik yang disebut yi zi er shi. Mereka menukar anak mereka dengan anak tetangga, kemudian membunuh dan menyantap bocah kurus itu, dengan kesadaran yag menjijikkan bahwa para tetangga melahap anak mereka. Ratusan ribu petani sekarat. Mayat-mayat orang yang mati kelaparan dibiarkan begitu saja diladang-ladang atau disepanjang jalan karena yang masih hidup tidak memiliki kekuatan untuk mengubur jasad mereka. Di beberapa desa seluruh keluarga binasa. Di beberapa wilayah, seluruh desa musnah. Kebijakan-kebijakan Mao menciptakan kelaparan diseluruh negeri itu sekitar 30 sampai 40 juta jiwa mati kelaparan antara 1959 dan 1962. Dan parah nya lagi, hasil panen yang dibesar-besarkan dan pajak panen yang dibebankan akibat itu berarti bahwa selama masa kelaparan ini lumbung-lumbung penuh, bahkan di provinsi Anhui, gudang-gudang pangan militer penuh, ketika rakyatnya kelaparan, Cina mengekspor bahan pangan. Pada decade 1950-an, setelah Stalin meninggal dan Uni Soviet dipimpin Khrushchev, hubungan kedua negara sosialis inisemakin renggang dan akhirnya putus sama sekali karena alasan ideologis. 2 2 Dr. H Tarmizi Taher, 1997. Masyarakat CINA Ketahanan Nasional Dan Integrasi Bangsa Di Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Islam dan Masyarakat PPIM, Hal. 85-86 Akibatnya, pada 1960, Uni Soviet juga menghentikan bantuan teknis dan keuangannya kepada RRC. Selain mengakibatkan penderitaan rakyat akibat satagnan ekonomi yang berkepanjangan, hal ini juga menimbulkan pertentangan internal diantara para pemimpin PKC. Dalam pertentangan internal ini, kelompok garis keras tampil sebagai kekuatan dominan. Kelompok reformis dalam PKC, yang disebut juga kelompok revisionis, disingkirkan. Pergolakan internal ini memuncak dalam apa yang disebut “ Revolusi Kebudayaan” Cultural Revolution pada 1966-1967, dimana dua pemimpin kaum reformis yang menonjol, Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping tersingkir. Universitas Sumatera Utara 4 Melalui cara-cara yang luar biasa itu Mao tak ayal lagi mencapai cita- citanya untuk mengubah Cina dangan paham komunis : usaha-usaha milik negara mencapai 77,6 persen dari ekonomi Cina, dan selebihnya dikuasai oleh usaha kolektif tak ada lagi ekonomi berbasis pasar. Menyusul kolektivisasi, pada 1966 Mao mencanangkan Revolusi Kebudayaan, pembersihan berdarah para lawan politik yag potensial dan mereka yang dicap intelektual atau “kapitalis jalanan”. 3 Mao meninggal pada 1976, dan setelah sengitnya perebutan kekuasaan yang mengiringinya, reformis ekonomi Deng Xiaoping muncul sebagai pemimpin Cina. Deng menguasai sebuah Partai Komunis yang masih berpegang teguh pada Maoisme : jenazah Sang Ketua masih, dan akan selalu, dipajang secara terbuka ditempat yang dinamakan Mao-soleum di Beijing. Berdiri dibawah bayang- bayang Mao, Deng, yang tingginya tidak sampai 1,5 meter dan mencapai kekuasaan pada umur tujuh puluh empat tahun, tidak terlihat seperti seorang agen perubahan. Selama rezim Mao, dia telah diusir dua kali dan bahkan pernah Selain banyaknya korban manusia, buku-buku dibakar, kesenian Cina dihancurkan, kelenteng dan biara diruntuhkan, dan kontak dengan sebagian besar dunia luar amat dibatasi. Universitas-universitas di negara itu menutup pintu mereka, sebuah langkah yang akan melumpuhkan Cina selama puluhan tahun. Selama lebih dari sepuluh tahun, satu-satunya pendidikan yang dibolehkan adalah mempelajari propaganda partai komunis dan buku merah kecil little Red Book Mao. Selama lebih dari dua puluh tahun kekuasaan Mao, Cina membuat dirinya hampir tidak dapat dilacak oleh barat sebagai sebuah kekuatan ekonomi. Negara itu menjadi gudang sakit jiwa politik dan bencana ekonomi. Mao telah mencapai cita-citanya akan egalitarianisme bagi kebanyakan orang Cina, dan dalam melakukan hal itu, dia menyengsarakan rakyat Cina menjadi sebagian orang termiskin di dunia. 3 Robyn Meredith, The Elephant and the Dragon,ibid.hal.13-14 Universitas Sumatera Utara 5 dikirim untuk bekerja dipabrik traktor. Meski demikian, ide-ide raksasa pria kecil ini mengubah sejarah akhir abad kedua puluh. Disamping itu harus disadari, kelebihan Strategi pembangunan berdikari RRC yang bersumber dari prinsip swadayanya Mao Zedong, dikenal secara umum oleh masyarakat dunia. Termasuk dalam kemampuan RRC untuk mempertahankan independesi, memegang prakarsa di tangan sendiri dan dalam mengandalkan usaha sendiri, serta di lain pihak dapat meminimalkan segala macam gagasan, pengaruh dan aspirasi asing, telah melahirkan kekaguman di kalangan pengamat, yang justru sedang menyaksikan kenyataan yang berbeda di negara-negara Dunia Ketiga lainnya, yaitu pembangunan dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada pihak luar. Namun, pasca 1978 pemerintah RRC mengadakan perombakan drastis terhadap kebijakan dasar pembangunannya. Tindakan yang oleh pemerintah RRC dinamakan pembaharuan reformasi ekonomi itu, intisarinya menghapuskan kehidupan komunal dan membatasi peran negara, diantisipasi orang sebagai perubahan transfomasi jalan pembangunan sosialis yang selama ini dilaksanakan. Cara hidup kolektifisme dan egaliterianisme yang menjadi tipologi pembangunan sosialis RRC selama ini, sekarang dipudarkan oleh semangat berkompetisi individual. 4 Perombakan drastis yang dilakukan oleh pemerintah RRC, dalam waktu relatif singkat telah menghapuskan pengalaman historis berharga yang telah diwujudkan selama beberapa dasawarsa dan telah memberikan sumbangan yang besar terhadap tujuan pembangunan negara tersebut, semula. Tentunya penghapusan praktik-praktik sejarah lama, mustahil dapat bekerja begitu saja dengan mudah, tanpa menghadapi kendala-kendala tertentu dalam menisfetasinya, berupa penantangan keras dari kondisi yang sudah terbentuk lama atau mapan, 4 Poltak Partogi Nainggolan, 1995.Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta: Pustaka Sinar.hal.18-19 Universitas Sumatera Utara 6 karena menyangkut “ide yang dianut oleh suatu kelompok social luas dan merupakan gambaran dari kenyataan sosialnya.” 5 Menurut Jan Tinbergen, pertentangan antara kapitalisme dan sosialime menjadi usang, karena sistem social politik modern yang ada, sangat berbeda jauh Dengan munculnya kasus RRC ini, orang kembali mempertanyakan eksistensi idiologi. Pertanyaan tersebut timbul sejak dasawarsa 1950-an, tatkala orang mulai terpesona dengan perkembangan teknologi. Pada waktu itu Prof. Walt Buckingham menggambarkan arah gerak ekonomi dunia cenderung membetuk suatu sistem campuran antara sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi sosialisme. Perkawinan kedua sistem ekonomi itu dimungkinkan karena sistem ekonomi kapitalisme telah mengalami perubahan-perubahan drastis, sehingga perkembangannya sekarang dan pada waktu yang akan datang, tidak jelas. Sedangkan sistem ekonomi nonkapitalisme yang telah ada dan telah membuktikan arti ekonominya, tidak mengharapkan keruntuhannya. Sistem baru yang terbentuk mewarisi beberapa unsur dari kapitalisme dan sosialisme seperti pemilikan swasta dari alat-alat produksi, laba sebagai tenaga pendorong untuk berproduksi, kompetisi pasar sebagai alat distribusi komoditi dan pembentukan harga, persamaan dari warga negara, pengawasan produksi oleh kaum pekerja dan prinsip perencanaan ekonomi. Dalam perspektif lain, W.W. Rostow mengidentifikasikan seluruh perkembangan masyarakat dalam 5 dimensi ekonomi, dengan menghilangkan ciri- ciri perbedaan yang menjadi pertentangan antagonistic antara sistem ekonomi sosialisme. Sementara Galbraith dalam The New industrial State perindustrian baru. Kapitalisme semakin menjadi suatu masyarakat kapitalis yang bebas dari campur tangan kaum kapitalis, sedangkan sosialisme berangsur-angsur melepas sistem pengawasan masyarakatnya. Pendapat Galtbraith itu bertitik tolak dari dasar pikiran bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh kemajuan teknologi dan bukan oleh symbol-simbol ideologis. 5 Gregory Grossman, 1984.sistem-sistem ekonomi, Jakarta, Bumi Aksara. Hal.135 Universitas Sumatera Utara 7 dengan sistem kapitalisme di abat 19. Kekuasaan kaum kapitalis sudah sangat bekurang, karena sebagian besar telah berpindah ke tangan pengelola-pengelola perusahaan dan organisasi-organisasi perburuhan, sementara gagasan-gagasan kaum sosialis telah merembes ke banyak bidang, seperti asuransi social, perpajakan, perusahaan-perusahaan negara dan macam-macam bentuk perencanaan. Demikian pula kaum social akhir-akhir ini. Para pengambil keputusan atau penyusun kebijakan di negara-negara mereka, telah menjadi sadar bahwa perencanaan secara sentral tidak boleh melewati batas-batas tertentu, jika ingin mendapat hasil. Dan beberapa fungsi dari perencana-perencana dan badan-badan pemerintahan harus dialihkan ke tingkat-tingkat yang lebih rendah. Dipandang dari segi kemanfaatan ekonomi, sistem yang paling baik adalah sinthesa dari unsur-unsur tertentu dari azas efektifitas kapitalisme dan azas kesamaan sosialisme. Oleh karena itu,perbedaan pendapat mengenai sistem social ekonomi yang paling baik, berubah menjadi pertentangan kualitatif murni menjadi masalah nilai kuantitatif relative. Dilain pihak, Alphons Matt mengemukakan bahwa kompetisi antara sistem kapitalisme dengan sistem sosialisme akan membawa keduanya kesuatu titik pertemuan sebagai kompromi, dimana masing-masing sistem mempertahankan unsure-unsur terbaik mereka. Dengan demikian, sistem yang restrukturisasi tersebut akan memperoleh keuntungan yang sangat besar.Karenadengantidak terjadinya fluktuasi oleh krisis atau peristiwa eksternal, maka kemajuan ekonomi dapat dicapai lebih muda dalam sistem yang membolehkan persaingan antara perusahaan kapitalis negara dan yang tidak terikat padasuatu garis perkembangan ekonomi dan politik dari atas, dibanding dengan sistem persaingankapitalisme swasta dewasa ini. Sejak semula Deng Xiaoping memiliki pemikiran yang berbeda dengan Mao Zedong mengenai strategi pembangunan yang selayaknya dijalankan RRC. Deng memandang prioritas pemerataan ekonomi seperti yang digariskan Mao, memperlambat RRC dalam mencapai kemajuan yang diharapkan. Strategi pembangunan Mao yang radikal, menurut Deng, telah mengakibatkan biaya yang Universitas Sumatera Utara 8 besar dan membawa pengaruh buruk pada terhambatnya gerak laju pembangunan RRC. Padahal rakyat RRC sudah banyak menderita sejak zaman nenek moyang mereka dulu, dan sekarang setelah 300 tahun, dihitung dari pertengahan Dinasti Ming, RRC tetap saja miskin, terbelakang dan buta dalam kehidupan modern. 6 Langkah yang dipilih Deng adalah diktum yang kedua. Karena, kemudian ia menyadari cara yang dulu diandalkan negaranya, bukan saja salah, tetapi telah menjadi penyebab utama mengapa negaranya sampai tertinggal dari bagian dunia lain. Deng sepakat dengan konsep pembangunan sebagai suatu proses penghapusan kemiskinan dalam konteks pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini ia mengemukakan secara tegas, “adalah tidak masuk akal membangun masyarakat di Sebaliknya, alternative prioritas pertumbuhan ekonomi dicanangkan untuk RRC, supaya rakyat RRC terlepas dari buruk di maksud dan dapat mencapai ketingkat kemajuan yang lebih baik, dalam waktu selekasnya. Meskipun dengan strategi pembangunan yang demikian timbul gambaran bahwa RRC cenderung melakukan penyimpangan ideologi, tetapi semuanya itu terpijak dari penilaian Deng yang menyatakan bahwa, sosialisme adalah suatu cara untuk meningkatkan standar kehidupan dan bukan berarti kemiskinan. Lebih jelas lagi, sosialisme tidak berarti kemiskinan, melainkan sebaliknya, bertujuan melenyapkan kemiskinan. Tugas diskusi, menciptakan kesejahtraan social yang lebih baik, dan memenuhi kebutuhan material serta kultural rakyat yang semakin bertambah. Di mana pun juga, pilihan antara strategi pemerataan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan perdebatan klasik yang tidak pernah kunjung usai. Di satu sisi para perencana pembangunan menghendaki agar manfaat pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, di sisi lain mereka menginginkan terjadinya peningkatan kesejahtraan hidup masyarakat,secepat mungkin. Pada akhirnya, permasalahan ini tetap diperdebatan, apakah obsesi keadialan social dulu yang harus diselesaikan ataukah peningkatan standart hidup rakyat? 6 Poltak Partogi Nainggolan,Op. cit., hal.81-84 Universitas Sumatera Utara 9 bawah panji kemiskinan, dan kita menginginkan untuk memperluas peranan ekonomi pasar sebagaimana yang kita harapkan, dalam cara yang tidak akan merubah sistem sosialis negara”. Pernyataan sikap Deng semakin gencar. Pemimpin rakyat RRC itu tengah merivisihukum idielogi negaranya. Segelombang pembaruhan diadakan untuk menentang konsep-konsep,kebiasaan-kebiasaan tata tertib dan hukum lama. Implementasinya membawa serangkaian perubahan dalam bidang ekonomi,jalan hidup dan sikap batin rakyat. Deng telah meminta supaya rakyat RRC memperlihatkan perilaku tipis dan kreatif dalam mempraktekan idiologi Maxisme. Teori-teori marx harus diperlakukansebagia penuntun tindakan dan bukan dogma yang mesti di taati sepenuhnya. Karena itu,rakyat RRC perlumenyesuaikan teori dengan kenyaataan yang terdapat dalam masyarakat. Melalui surat kabar partai,yakni Renmin Ribao Harian Rakyat, pemerintah Deng menerangkan evaluasinya mengenai Marxisme. Sambil mengutip sejumlah komentar dari Mao, Stalin, Lenin, Engels dan Marx sendiri, pemerintah Deng mengemukakan bahwa, kebenaran dalam Marxisme hanya dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang tersedia. Evaluasi yang tertulis dihalaman muka suratkabar itu dan menyita seperempat halaman, mengetengahkan ucapan Mao di tahun 1935 –yaitu “Mereka yang mengaku seratus persen penganut Revolusi Bolshevik adalah kurang memperhatikan realitas di Cina dan hanya bersikap sebagai wakil Komintern” – untuk pembelaan atas pandangan mereka. Menurut mereka, sama seperti yang dikatakan Mao, marxisme dan leninisme bukan merupakan sebuah obat mujarap untuk menyelesaikan masalah- masalah masyarakat, sehinggga setiap sikap kritis terhadap penerapan teori marxisme dan leninisme, tidak berarti bahwa negara ini tidak konsisten. Sebagaimana yang dilakukan Mao, kebijakan prakmatis yang diambil pemerintah sekarang ialah dalam rangka menyelamatkan Revolusi RRC dan partai, karena pemerintah merasa turut bertanggung jawab, seperti telah diperlihatkan oleh tokoh-tokoh Marxis pendahulu mereka, memperluas dan memperkaya ideologi Marxisme. Universitas Sumatera Utara 10 Kalau Mao mempunyai perspektif yang spesifik tentang sosialisme, maka Deng juga demikian. Dalam pemikiran Deng, sosialisme yang berusaha diterapkan di RRC adalah sosialisme dengan karakter Cina, dimana prinsi-prinsip dasar Marxisme diintregrasikan dengan kondisi actual di Cina. Jalan apa pun harus ditempuh, tanpa mempertanyakan, apakah hal tersebut keluar dari jalur ideologi yang murni atau tidak. Karena menurut Deng, ideologi tidak dapat dilaksanakan secara dogmatis dan kaku, tetapi harus mengalir dan fleksibel. “Tidak peduli kucing itu hitam atau pun putih, selama ia dapat menangkap tikus, ia adalah kucing yang baik”, demikian retorika Deng. Sejak semula, Deng dan anggota kelompok pragmatis-realis lainnya perhatikan gagasan kebijakan pembangunan yang muncul pada pertengahan dasawarsa 1950 – menyarankan bahwa penstrukturan ekonomi negara, sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sistematis, dengan meninggalkan cara-cara yang ekstrem. Dalam pemikiran ini, Deng menunjukan pada sejumlah aspek sosialisme yang diaplikasikan di Yugoslivia. Aspek sosialisme yang dimaksud pemimpin RRC yang pragmatis ini adalah memperhitungkan kekuatan pasar dan mengakui pemilikan swasta, disamping pemikiran oleh negara, dalam sector pertanian. Pemikiran Deng yang tidak radikal dan bertolak belakang dengan pemikiran Mao, dimanifestasikan secara jelas dalam program Pelita 1, bersama- sama dengan Liu. Selama priode itu, Deng dan kawan-kawan sebagai perumus kebijakan pembangunan RRC, bercermin pada model Soviet yang memberikan penekanan berat pada pembangunan sector produksi, khususnya pada bidang produksi yang pada kemajuan sector industry, dimana industrialisasi dilaksanakan dengan devisa yang ditarik dari sector pertanian. Sementara disektor pertanian dilakukan transformasi kelembagaan, di sector industry dilancarkan program industrialisasi semampu mungkin. Sedangkan dalam pemilihan teknologi produksi barang-barang industry lebih diperhatikan metode padat modalnya, dibandingkan dengan metode padat karya. Dalam pandangan pengamat, konsentrasi khusus pada kemajuan sector industry dan prioritas metode padat Universitas Sumatera Utara 11 modal, berkaitan erat dengan komitmen yang berlebihan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dari tahun ke tahun. Permasalahan diatas semakin menarik untuk dibahas mengingat perkembangan yang semakin hangat dewasa ini dan memunculkan perdebatan yang sangat ideologis sifatnya, inilah alasan penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini kedalam sebuah penelitian.

I.2 Rumusan masalah