Kajian Penentuan Titik - Titik Pos Pemadam Kebakaran Di Kota Medan

(1)

KAJIAN PENENTUAN TITIK - TITIK POS PEMADAM

KEBAKARAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

ALAMSYAH

087020031/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN PENENTUAN TITIK - TITIK POS PEMADAM

KEBAKARAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Magister

Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALAMSYAH

087020031/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : KAJIAN PENENTUAN TITIK - TITIK POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Alamsyah

Nomor Pokok : 087020031

Program Studi : Magister Teknik Arsitektur

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Tanggal Lulus : 13 Januari 2011

(Ir. N. Vinky Rahman, MT) Anggota

(A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD) Ketua

Dekan

(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) Ketua Program Studi,


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 13 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD Anggota : 1. Ir. N. Vinky Rahman, MT

2. Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD 3. Salmina W. Ginting, ST, MT


(5)

PERNYATAAN

TESIS

KAJIAN PENENTUAN TITIK - TITIK POS PEMADAM

KEBAKARAN DI KOTA MEDAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Maret 2011

Alamsyah 087020031


(6)

ABSTRAK

Luasnya kota Medan dan penyebaran penduduk yang tidak merata serta aktivitas kota yang cukup tinggi menimbulkan permasalahan terhadap penanganan penanggulangan kebakaran. Permasalahan yang muncul disebabkan tidak sesuainya jumlah dan tata letak pos pemadam kebakaran untuk skala kota.

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk dapat menentukan jumlah minimal pos pemadam kebakaran dan perletakan titik – titik pos yang strategis untuk dapat mengatasi kebakaran yang terjadi di kota Medan. Pada penelitian ini mengunakan model Deskriptif yang dapat diartikan suatu cara dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Untuk menentukan jumlah pos kebakaran dengan menggunakan standar, peraturan yang berlaku dan pengalaman para petugas dinas pemadam kebakaran. Sedangkan dalam penentuan letak titik pos kebakaran dengan mempertimbangkan sirkulasi kendaraan ataupun pemelihan rute yang tepat.

Dengan hasil kajian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan kebakaran di kota Medan.


(7)

ABSTRACT

The problem of handling the fire in Medan is caused, among others, by some factors: Medan is too wide, too hectic, and its inhabitants are unequally distributed. Besides that, the number of the fire stations in Medan is too small and unequally distributed, too. The aim of this research was to determine the minimum number of the fire stations and the strategic sites of the fire stations in Medan in order to minimize the fire accidents.

This research was a descriptive study, a method of analyzing the status of a group of people, an object, a set of condition, a set of thought, or a set of events which would occur in the future.

In order to determine the number of fire stations, the researcher used the standard, existing regulations, and the experience of the fire fighters. In order to determine the strategic sites of the fire stations, the researcher considered the circulation of the fire engines and their exact routes.

This research could hopefully help handle the problems if the fire in Medan.

Keywords: Town Extent, Distribution of the Inhabitants, Number and sites of Fire Stations


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Stara 2 pada Program Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Ibu Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, PhD, selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan serta Bapak dan Ibu dosen yang selama ini member pengajaran dan ilmu yang sangat berharga bagi penulis. Komisi Pembimbing, yaitu Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD dan Ir. N. Vinky Rahman, MT yang selalu membimbing dan member saran-saran hingga selesainya tesis ini. Bapak dan Ibu penguji yang banyak memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan tesis ini. Rekan-rekan mahasiswa/I Stara 2 Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2008 yang telah banyak member dukungan dan dorongan serta kerjasamanya dalam penyelesaian tesis ini. Teristimewa buat orang tua dan keluarga tercinta, atas dukungan dan kesabarannya dalam menanti penulis menyelesaikan


(9)

pendidikan Stara 2 Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan masih membutuhkan kritik, saran dan masukan untuk perbaikannya. Untuk ini saya sekali lagi saya mengucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada yang telah berpartisipasi di dalam penyelesaian tesis ini.

Medan, Maret 2011


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Alamsyah

Tempat/Tanggal Lahir : Langkat, Pangkalan Berandan 10 September 1972 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl. Garu II Perumahan Villa Harjosari II No. 47 Medan Sumetera Utara

Pendidikan:

1. SD Negeri Pangkalan Berandan Tahun 1979-1985 2. SMP YPDP Pertamina Pangkalan Berandan Tahun 1985-1988 3. SMA YPDP Pertamina Pangkalan Berandan Tahun 1988-1991 4. Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Institut Teknologi Bandung (ITB) Tahun 1992-1995 5. Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Tahun 1997-1999 6. Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara Tahun 2008-2011 Pekerjaan:

1. PT. Jaya Konstruksi Tahun 1995-1997 2. Takenaka Corporations Tahun 1999-2001 3. Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2002-2011


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

ABSTRACT………..……… ii

KATA PENGANTAR……….………... iii

RIWAYAT HIDUP.……… v

DAFTAR ISI………..…………..…… vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang……….……….. 1

1.2 Permasalahan……….…. 4

1.3 Tujuan Penelitian………..……….………. 4

1.4 Manfaat Penelitian………..………. 5

1.5 Kerangka Berfikir……….…………..…………. 6

BAB II TIJAUAN PUSTAKA………..……….…. 7

2.1 Standar Jumlah dan Perletakan Pos Pemadam Kebakaran……….……….. 7

2.2 Perencanaan Pos Pemadam Kebakaran………. 8

2.2.1 Waktu tanggap.………. 8

2.2.2 Kecepatan kendaraan………..………….………. 9


(12)

2.3 Studi Banding………..………. 10

2.3.1 Secara rural……… 11

2.3.2 Secara urban………..………. 12

2.4 Penyebab Masalah Lalu lintas………….……….. 13

2.5 Sirkulasi Kendaran……… ……… 14

2.6 Pemilihan Rute……… 15

BAB III METODE PENELITIAN……… 18

3.1 Jenis Penelitian………..………. 18

3.2 Metode Pengumpulan Data………….………..……. 18

3.3 Analisis Penentuan Jumlah Pos Kebakaran..………. 19

3.4 Penentuan Perletakan Pos Pemadam Kebakaran .………. 20

3.5 Jadwal Penelitian………..………. 22

BAB IV PEMBAHASAN………. 25

4.1 Kondisi Kota Medan……….………. 25

4.2 Penyususunan Pos - pos Kebakaran ………. 28

4.3 Resiko Kebakaran……….………. 29

4.4 Penentuan Rasio dan Jumlah Pos Kebakaran....…………. 32

4.4.1 Potret penanganan negara maju.………. 32

4.4.2 Secara rural………. 32

4.4.3 Secara urban………..………. 32

4.4.4 Menurut peraturan yang berlaku ..………. 33

4.4.5 Berdasarkan ISO (Insurance Service Office) .……. 33

4.4.6 Berdasarkan Pd M-01-2004-C…… .……… 33

4.4.7 Berdasarkan waktu tanggap ..………. 34


(13)

4.5 Pembagian Wilayah Layanan Dan Penyebaran

Pos Kebakaran………...………. 36

4.5.1 Pembagian daerah pos kebakaran ..……….. 36

4.5.2 Penentuan wilayah sektor dan penyebaran pos …. 39 4.5.2.1 Penentuan wilayah sektor....……….. 40

4.5.2.2 Penentuan pembagian pos kebakaran….... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 77

5.1 Kesimpulan………..……….. 77

5.2 Saran……….. 78

DAFTAR PUSTAKA………. 80 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………..………….. 22

4.1 Luas dan Jumlah Penduduk Kota Medan ……….. 25

4.2 Pos – pos Pemadam Kebakaran………..………... 27

4.3 Data Waktu Tanggap………..……… 28

4.4 Kepadatan masing – masing Kecamatan... 30

4.5 Waktu Asumsi Diskar……….. 35

4.6 Pembagian Sektor Berdasarkan Kecamatan ………... 41

4.7 Pembagian Pos Kebakaran untuk Tiap – tiap Sektor ……… 42

4.8 Pos Kebakaran di Kota Medan………….………... 48

4.9 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Sektor I. ….. 49

4.10 Letak Pos Kebakaran di Sektor I……… 58

4.11 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Sektor II … 59 4.12 Letak Pos Kebaran di Sektor II…………..……… 66

4.13 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Sektor III... 67

4.14 Letak Pos Kebaran di Sektor III ……….……… 73


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Berfikir………... 6

2.1 Letak Pos Pemadam kebakaran di Calvert County, MD……. 11

2.2 Letak Pos Kebakaran Kota Arlington ….………... 12

4.1 Peta Existing Pos - pos Kebakaran Kota Medan….…….…... 26

4.2 Sketsa Jarak antar Pos Pemadam Kebakaran….………..…… 27

4.3 Alur Pemikiran Penentuan Jumlah dan Distribusi Pos Kebakaran ……….………….…………. 29

4.4 Pemetaaan Resiko Kebakaran Kota Medan…..………….…… 31

4.5 Jarak dan Waktu Tempuh Kendaraan Menurut ISO…..……… 35

4.6 Hirarki Layanan Pos Kebakaran ……… 37

4.7 Skematik Pembagian Pos – pos Kebakaran ……….. 38

4.8 Pembagian Pos Secara Hirarki ……….. 39

4.9 Alur Pemikiran untuk Penyebaran Pos Kebakaran…..………... 39

4.10 Peta WilayaPembagian Sektor ………. 40

4.11 Peta Letak Kantor Wilayah dan Sektor Pemadam….……... 43

4.12 Sketsa Jarak Antar Sektor……….……….. 44

4.13 Metode Lingkaran Layanan………..………. 45

4.14 Jarak Pos Menurut ISO...……….………. 46

4.15 Peta Penyebaran Penduduk Kota Medan….………..…… 47


(16)

4.17 Peta Penyebaran Penduduk Sektor I ……..……… 50

4.18 Denah Lokasi Pos Wilayah ……… 51

4.19 Denah Lokasi Pos 1 ……… 52

4.20 Denah Lokasi Pos 2 ……… 53

4.21 Denah Lokasi Pos 3 ……….……… 54

4.22 Denah Lokasi Pos 4………... ……….. 55

4.23 Denah Lokasi Pos 5 ……….. ………. 56

4.24 Peta Radius Lingkaran Layanan Sektor I …………..…………. 57

4.25 Jarak Antar Pos Kebakaran Pada Sektor I …………..………... 58

4.26 Peta Penyebaran Penduduk Sektor II …... ……….. 59

4.27 Denah Lokasi Pos Sektor 2………... ....……….. 60

4.28 Denah Lokasi Pos 6 ……….. ……….. 61

4.29 Denah Lokasi Pos 7………..……… 62

4.30 Denah Lokasi Pos 8 ……….. ……….. 63

4.31 Denah Lokasi Pos 9 ……….. ………….…………. 64

4.32 Peta Radius Lingkaran Layanan Sektor II …………..……….. 65

4.33 Jarak Antar Pos Kebakaran Pada Sektor II …………..………. 66

4.34 Peta Penyebaran Penduduk Sektor II…… ……… 67

4.35 Denah Lokasi Pos Sektor 3………... ……….. 68

4.36 Denah Lokasi Pos 10………. ……….. 69


(17)

4.38 Denah Lokasi Pos 12………. ………... 71 4.39 Peta Radius Lingkaran Layanan Sektor III ………. 72 4.40 Jarak Antar Pos Kebakaran Pada Sektor III ……….……….. 73 4.41 Peta Radius Layanan Pos Kebakaran Kota Medan …….…… 74 4.42 Peta Pos Kebakaran Kota Medan ………. ……… 75


(18)

ABSTRAK

Luasnya kota Medan dan penyebaran penduduk yang tidak merata serta aktivitas kota yang cukup tinggi menimbulkan permasalahan terhadap penanganan penanggulangan kebakaran. Permasalahan yang muncul disebabkan tidak sesuainya jumlah dan tata letak pos pemadam kebakaran untuk skala kota.

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk dapat menentukan jumlah minimal pos pemadam kebakaran dan perletakan titik – titik pos yang strategis untuk dapat mengatasi kebakaran yang terjadi di kota Medan. Pada penelitian ini mengunakan model Deskriptif yang dapat diartikan suatu cara dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Untuk menentukan jumlah pos kebakaran dengan menggunakan standar, peraturan yang berlaku dan pengalaman para petugas dinas pemadam kebakaran. Sedangkan dalam penentuan letak titik pos kebakaran dengan mempertimbangkan sirkulasi kendaraan ataupun pemelihan rute yang tepat.

Dengan hasil kajian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan kebakaran di kota Medan.


(19)

ABSTRACT

The problem of handling the fire in Medan is caused, among others, by some factors: Medan is too wide, too hectic, and its inhabitants are unequally distributed. Besides that, the number of the fire stations in Medan is too small and unequally distributed, too. The aim of this research was to determine the minimum number of the fire stations and the strategic sites of the fire stations in Medan in order to minimize the fire accidents.

This research was a descriptive study, a method of analyzing the status of a group of people, an object, a set of condition, a set of thought, or a set of events which would occur in the future.

In order to determine the number of fire stations, the researcher used the standard, existing regulations, and the experience of the fire fighters. In order to determine the strategic sites of the fire stations, the researcher considered the circulation of the fire engines and their exact routes.

This research could hopefully help handle the problems if the fire in Medan.

Keywords: Town Extent, Distribution of the Inhabitants, Number and sites of Fire Stations


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan penduduk di perkotaan yang sangat tinggi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya. Selain itu, meningkatnya kegiatan sosial - ekonomi di perkotaan sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan kota juga merupakan penyebab meningkatnya permintaan terhadap pengadaan perumahan, pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri dan fasilitas sosial lainnya. Hal ini tentunya mempunyai implikasi pada perubahan guna lahan yang berdampak pada

Perkembangan ke arah perpacuan pertumbuhan ekonomi nasional termasuk percaturan globalisasi berdampak kepada meningkatkan tuntutan akan kontrol kualitas dengan berbagai aspek (Achmad Hidajat Effendi dkk, 2007). Salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian adalah peningkatan pada pelayanan oleh dinas kebakaran. Hal ini mengingat Frekuensi kebakaran cenderung semakin meningkat dan keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam menangani bahaya kebakaran sehingga menghambat pelaksanaan penanganan bencana kebakaran oleh

beban hidup perkotaan yang semakin berat sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang semakin kompleks di bidang-bidang sosial - ekonomi, sosial - budaya, politik - pemerintahan, ketertiban dan keamanan, dan sebagainya.


(21)

barisan pemadam kebakaran (Mimin Karmini, 2005).

Kebakaran berbeda dengan bencana lainnya seperti banjir, gempa, dan datangnya badai, dengan kemajuan teknologi yang ada biasanya bisa didahului dengan datangnya peringatan lebih dahulu. Hal ini menjadi sangat memungkinkan untuk dapat menekan timbulnya kerugian dan korban jiwa yang lebih besar yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Tidak demikian halnya dengan bahaya kebakaran, dimana bencana ini proses datangnya selalu tanpa dapat diperkirakan dan diprediksi sebelumnya sebagaimana bencana lain. Kapan datangnya, apa penyebabnya, tingkat cakupanya serta seberapa besar dampaknya adalah hal-hal yang tidak bisa diperkirakan oleh kemampuan manusia. Teknologi yang ada hanya dapat membantu memberi peringatan dini, tetapi mempunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk memberi waktu persiapan dan pertolongan dalam menghadapi bahayanya. Sebaliknya, pengetahuan masyarakat dalam mengatasi bahaya kebakaran sangatlah minim. Hal ini disebabkan bencana kebakaran datangnya tidak umum dan bukan bahaya yang rutin terjadi, sehingga masyarakat tidak siap untuk menghadapi bahaya kebakaran.

Kebakaran merupakan salah satu faktor yang sangat merugikan masyarakat baik dalam segi korban jiwa dan harta benda serta asset yang tidak ternilai harganya (Fatma Lestari dkk, 2008). Bertambah luasnya kawasan perumahan/permukiman padat penduduk dan kawasan kumuh yang kondisi perumahannya di bawah stándar, ditambah tingginya intensitas kegiatan perekonomi kota dan meningkatnya kegiatan sosial masyarakat serta kegiatan - kegiatan lainnya. Hal ini di perparah dengan


(22)

kesadaran masyarakat yang masih minim mengakibatkan kota Medan sering mengalami kebakaran.

Masalah kebakaran di Indonesia dari data yang diperoleh, dari Dinas Pemadam Kebakaran, sejak tahun 1978 hingga tahun 1992 yang merujuk pada kejadian di 5 kota besar di Indonesia menginformasikan bahwa ada kira-kira 2050 kejadian pada jangka waktu itu. Data dari Dinas Pemadam Kebakaran Medan dari tahun 2001 – 2008 terjadi 1246 peristiwa kebakaran, yang berarti sekitar 156 kejadian pertahun atau 1 kejadian per 2,5 hari. Kejadian terbesar pada tahun 2005 dengan kerugian + Rp. 518.86 milyar dengan korban jiwa 157 tewas dan 34 lainnya luka – luka.

Tingginya intensitas kebakaran di kota Medan yang tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik dari Dinas Kebakaran kota Medan. Hal ini disebabkan antara lain kota Medan sebagai kota Metropolitan yang memiliki luas wilayah 265,10 Km2 hanya memiliki 4 (empat) pos pemadam kebakaran untuk melayani seluruh kota Medan. Hal ini diperburuk dengan cukup tingginya volume lalu lintas terutama di pusat perkotaan yang dapat menghambat laju kendaraan pemadam kebakaran, sehingga membuat para petugas pemadam kebakaran kewalahan untuk mengatasi kebakaran di kota Medan. Bahkan tak jarang petugas pemadam tiba dilokasi setelah bangunan habis terbakar atau kebakaran sudah meluas yang akhirnya membuat opini masyarakat terhadap Dinas Pemadam Kebakaran kota Medan sangatlah minus, bahkan para petugas sering mendapatkan cemohan, makian dan hujatan. Bahkan tak jarang terjadi bentrokan fisik antara masyarakat dengan para petugas pemadam


(23)

kebakaran. Padahal dampak yang ditimbulkan dari kebakaran berimplikasi luas (sosial-ekonomi-psikologi-lingkungan). Orang yang mengalami bencana ini, akan bisa mengalami shcok yang berkepanjangan.

Berdasarkan Kepmen PU No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulaan kebakaran di perkotaan bahwa daerah yang telah terbangun harus mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran yang jarak pos terdekat berada dalam jarak 2,5 Km dan daerah layanan setiap wilayah manajemen kebakaran tidak melebihi radius 7,5 Km. Dimana wilayah manajemen kebakaran dibentuk oleh pengelompokkan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah maupun buatan. Selain itu wilayah manajemen kebakaran ditentukan pula oleh “waktu tanggap” dari pos pemadam kebakaran yang terdekat.

Luasnya area dan tidak meratanya penyebaran penduduk kota Medan membuat Dinas Pemadam Kebakaran kesulitan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat kota Medan dalam hal mengatasi kebakaran. Sehingga diperlukan suata Kajian untuk dapat menentukan jumlah pos kebakaran dan letak titik – titik pos pemadam kebakaran kota Medan.

1.2 Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kedatangan pemadam kebakaran sering mengalami keterlambatan apabila terjadi kebakaran di pusat kota.


(24)

2. Jumlah pos pemadam kebakaran dan perletakan titik – titik pos pemadam kebakaran yang ada tidak sesuai dengan standar perletakan untuk skala kota.

3. Bagaimana menentukan titik – titik pos pemadam kebakaran di kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk dapat mengatasi keterlamabatan para petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kebakaran.

2. Untuk dapat menentukan jumlah minimal pos pemadam kebakaran. 3. Untuk dapat menentukan perletakan pos pemadam kebakaran yang

strategis sehingga dapat memberikan pelayanan penanggulangan kebakaran yang maksimal di kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Adanya proteksi kebakaran di kota Medan.

2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Medan dalam mengambil kebijakan pembangunan kota dan lembaga – lembaga terkait dengan masalah kebakaran.


(25)

1.4.1 Kerangka Berfikir

Adapun kerangka berfikir pada penilitian ini seperti pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Sumber: Penulis

Gagasan Ide

- Untuk merencanakan layanan pemadam kebakaran

Masalah

- Perletakan titik – titik Pos Kebakaran, Keterlambatan kedatangan P2K, Bagaimana Penentuan Titik – Titik Pos Pemadam

Latar Belakang

Tujuan

-Perencanaan jumlah dan perletakan pos pemadam kebakaran

Survey

-Sarana dan prasarana P2DK

Literatur

-Peraturan & Standar terkait -Study Banding

Wawancara

-Dinas P2DK -Tenaga Ahli

Pengumpulan Data Analisa

Kesimpulan


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Standar Jumlah dan Perletakan Pos Pemadam Kebakaran Standar perletakan pos pemadam kebakaran dalam skala kota: 1.Berdasarkan Kepmen PU No.11/KPTS/2000

Ketentuan teknis manajemen penanggulaan kebakaran di perkotaan, yaitu: a. Daerah yang sudah terbangun harus mendapat perlindungan oleh mobil

kebakaran yang pos terdekatnya berada dalam jarak 2,5 km dan berjarak 3,5 km dari sektor.

b. 1 (satu) pos pemadam melayani maksimum 3 kelurahan. 2. Berdasarkan standar ISO (Insurance Service Office)

Ketentuan aman untuk perlindungan kebakaran yaitu: a. Mobil Pemadam berjarak 2,4 Km dari bangunan b. Mobil Tangga berjarak 4 Km dari bangunan

c. Untuk setiap bangunan terjauh berjarak 8 km dari Pos Kebakaran 3. Berdasarkan standar Pd M-01-2004-C

Berdasarkan standar Pd M-01-2004-C yang telah dilakukan pengujian di kota Bandung dapat disimpulkan bahwa daerah yang sudah terbangun harus mendapat perlindungan oleh mobil kebakaran yang pos terdekatnya berada dalam jarak 1,5 km.


(27)

2.2 Perencanaan Pos Pemadam Kebakaran 2.2.1 Waktu tanggap

Berdasarkan Kepmen PU No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan, waktu tanggap adalah waktu mulai menerima pemberitahuan kebakaran disuatu lokasi, waktu perjalanan dan waktu gelar peralatan dilokasi sampai dengan siap operasi penyemprotan.

waktu tanggap dapat juga diartikan waktu pemanggilan + waktu pengecekan + waktu tempuh + waktu siap penyemprotan.

Waktu tanggap adalah:

a. Faktor waktu merupakan faktor yang paling menentukan dalam hubungan antara waktu pertumbuhan kebakaran yang eksponensial dengan operasi pemadaman kebakaran dan penyelamatan yang efektif.

b. Waktu tanggap ditetapkan berdasarkan tingkat bahaya kebakaran dan waktu pencapaian unit pemadam kebakaran pertama tiba di lokasi kebakaran. c. Waktu tanggap merupakan waktu yang ditetapkan untuk merespon setiap

kejadian yang mungkin terjadi.

Waktu tanggap meliputi penggalan waktu sebagai berikut: a. Waktu proses laporan

b. Waktu pemberangkatan c. Waktu tempuh


(28)

e. Waktu penyiapan peralatan f. Waktu penyemprotan

Perincian dari penggalan waktu tanggap adalah sebagai berikut:

a. Waktu proses laporan yaitu jumlah waktu dari penerimaan berita insiden dan proses selanjutnya yang meliputi penerimaan berita, penentuan macam insiden, verifikasi lokasi kejadian, menentukan sumber daya yang akan

menangani insiden, dan memberitahukan unit - unit yang akan merespon (5 Menit).

b. Waktu pemberangkatan yaitu jumlah waktu yang dibutuhkan petugas untuk bereaksi setelah menerima informasi pemberangkatan dan persiapan untuk meninggalkan stasiun/pos kebakaran (5 Menit).

c. Waktu tempuh yaitu jumlah waktu perjalanan dari sebuah kendaraan IPK dari stasiun/pos kebakaran sampai ke tempat kejadian (5 Menit).

2.2.2 Kecepatan kendaraan

Berdasarkan NFPA 1231 Standard on Water Supplies for Suburban and Rural Fire Fighting edisi 1993, kecepatan normal dan kecepatan aman kendaraan adalah 35 mil/jam atau 56,4 Km/Jam.

2.2.3 Hirarki layanan kebakaran

Secara hirarki organisasi pelayanan pemadam kebakaran, terdiri dari; 1. Pos pemadam kebakaran


(29)

2. Sektor pemadam kebakaran 3. Wilayah pemadam kebakaran

Adapun rincian dari organisasi pos pemadam kebakaran sebagai berikut; 1. Pos pemadam kebakaran

a. Pada pos kebakaran maksimal ditempatkan 2 regu jaga. b. Pos kebakaran dipimpin oleh seorang kepala pos. c. Mampu menampung 2 unit mobil pemadam. 2. Sektor pemadam kebakaran

a. Sektor pemadam kebakaran membawahi maksimal 6 pos kebakaran. b. Setiap sektor pemadam kebakaran dipimpin oleh seorang kepala sektor

pemadam kebakaran

c. Mampu untuk 2 mobil pompa, 1 mobil tangga, 2 mobil tangga > 30 meter, 2 mobil rescue/ambulans, 1 mobil pemadam khusus, 1 mobil alat bantu pernafasan, 2 perahu karet.

3. Wilayah pemadam kebakaran

a. Wilayah pemadam kebakaran, membawahi seluruh sektor pemadam kebakaran.

b. Garasi untuk 2 mobil pompa 4.000 liter, 1 mobil tangga 17 m, 3 mobil tangga > 30 m, 2 mobil rescue/ambulans, 2 mobil pemadam khusus, 2 mobil alat bantu pernafasan, 2 perahu karet.

2.3 Studi Banding


(30)

pos pemadam kebakaran yang ditinjau secara rural dan urban.

2.3.1 Secara rural

Calvert County, MD memiliki 5 pos pemadam kebakaran. Pelayanan kebakaran dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Letak Pos Pemadam Kebakaran di Calvert County, MD Sumber: Standar Pd M-01-2004-C

Pos 1 Pos 5

Pos 4

Pos 2


(31)

Kondisi Calvert County:

a. Tidak ada hidran tapi ada tendon air b. Jalan lancar

c. Tidak ada pemukiman padat d. Ada alarm kebakaran

e. Jarak jangkauan pelayanan pos kebakaran 5 mil. 2.3.2 Secara urban

Arlington County memiliki 10 pos pemadam kebakaran. Pelayanan kebakaran dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Letak Pos Kebakaran Kota Arlington Sumber: Standar Pd M-01-2004-C

Pos 1 Pos 6

Pos 7 Pos 2

Pos 8

Pos 3

Pos 4

Pos 5

Pos 9


(32)

Kondisi Arlington County: a. Ada hidran

b. Padat bangunan tapi teratur c. Tidak padat penduduk d. Ada alarm kebakaran

e. Jarak jangkauan pelayanan pos kebakaran 0,9 mil

2.4 Penyebab Masalah Lalu lintas

Perkembangan aktivitas di perkotaan mengakibatkan peningkatan beban jalan. Akibatnya berbagai macam jenis permasalahan lalu lintas terjadi, mulai dari penundaan, kemacetan, atau gangguan lainnya. Menurut Ogden (1978) menyatakan bahwa kemacetan, kecelakaan dan gangguan lalu lintas lainnya terjadi karena ketidak sesuaian diantara komponen sistem lalu lintas.

Manheim (1979) menyatakan bahwa sistem lalu lintas didefinisikan sebagai: a. Sistem transportasi.

b. Sistem aktifitas sosial ekonomi.

c. Pola pergerakan berupa sistem transportasi, asal, tujuan, rute, volume lalu lintas dan lain-lain.

Secara garis besar hubungan komponen lalu lintas dapat digambarkan sebagai berikut:


(33)

b. Pola pergerakan menyebabkan perubahan dalam selang waktu dan sistem kegiatan, melalui pola pelayanan lalu lintas dan melalui sumber yang dikonsumsi untuk pelayanan tersebut;

c. Pola pergerakan langsung menyebabkan perubahan dalam sistem transportasi.

2.5 Sirkulasi Kendaran

Sirkulasi kendaraan adalah suatu hal yang menggambarkan sebuah pola pergerakan disekitar tapak yang dapat mempengaruhi sirkulasi kendaraan terhadap lamanya dan beban puncak bagi lalu lintas. Sifat konfigurasi ialah mempengaruhi dan dipengaruhi pola organisasi ruang – ruang yang menghidupkannya. Konfigurasi sebuah jalan yang dapat memperkuat organisasi ruang dengan mensejajarkan polanya.

Bentuk-bentuk sirkulasi yang biasa terjadi diperkotaan (Ching, 1985) adalah: a. Linier

Semua jalan adalah linier, jalan yang lurus dapat menjadi unsure pembentuk untuk satu deretan ruang - ruang.

b. Radial

Bentuk radial memiliki jalan yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat, tidak sama.

c. Spiral


(34)

titik pusat, berputar mengelilinginya dan bergerak menjauhi titik pusat tersebut.

d. Grid

Bentuk grid terdiri dari dua set jalan-jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang yang berbentuk segi empat.

e. Net Work

Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik – titik tertentu dalam ruang.

f. Campuran

Pada kenyataannya, sebuah bangunan umumnya mempunyai suatu kombinas dari pola - pola tersebut.

2.6 Pemilihan Rute

Jaringan jalan di kota besar sering menghadapi permasalahan lalu lintas terutama pada saat jam – jam sibuk yang pada umumnya pada jam pagi, siang, dan sore. Kemacetan lalu lintas yang dihadapi di kota besar dapat mencapai tingkat yang sangat kritis. Kemacetan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh tingginya tingkat pergerakan kendaraan dari luar kota menuju pusat perkotaan. Selain itu penyebab kemacetan lalu lintas disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi, tingginya aktivitas sosial di perkotaan dan tingginya jumlah pemilik kendaraan, serta berbaurnya peranan fungsi jalan arteri, kolektor dan lokal sehingga jaringan jalan


(35)

tidak dapat berfungsi secara efisien. Ketidak lancaran arus lalu lintas ini menimbulkan tundaan kemacetan yang cukup tinggi. Untuk dapat menghindari kemacetan yang cukup tinggi diperlukan suatu pemilihan rute yang tepat dalam melakukan perjalanan dari asal tempat ke tempat tujuan, sehingga waktu tempuh yang diperlukan seminimal mungkin.

Empat faktor yang mempengaruhi pemilihan rute (Warpani, 1990): 1. Waktu perjalanan

2. Biaya perjalanan 3. Kenyamanan 4. Tingkat pelayanan

Rute terbaik bagi pemakai jalan dapat diartikan sebagai rute tercepat dalam

mencapai tempat tujuan dan membutuhkan biaya yang tidak terlalu mahal. Menurut (Hutchinson, 1974) menyatakan bahwa hambatan perjalanan adalah sebagai

faktor utama yang berpengaruh dalam pemilihan rute. Semakin tinggi hambatan yang terjadi di suatu ruas jalan mengakibatkan semakin sedikit jumlah lalu lintas kendaraan yang menggunakan ruas jalan tersebut dan sebaliknya, apabila hambatan yang terjadi di suatu ruas jalan yang cukup rendah maka semakin banyak jumlah lalu lintas yang menggunakan ruas jalan tersebut. Perjalanan biasanya dinyatakan dalam ukuran kuantitatif yang terdiri dari waktu perjalanan, jarak perjalanan, kecepatan perjalanan serta biaya perjalanan. Dari keempat ukuran kuantitatif tersebut, hambatan


(36)

perjalanan dan waktu perjalanan yang merupakan ukuran yang sangat mempengaruhi (Warpani, 1990). Pembebanan lalu lintas adalah suatu proses dimana permintaan perjalanan (yang didapat dari tahap distribusi) dibebankan ke rute jaringan jalan yang terdiri dari kumpulan ruas-ruas jalan.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada kasus ini adalah model deskriptif yang dapat diartikan suatu cara dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder yang akan menjelaskan hasil dari pengumpulan data penelitian yang juga berupa informasi mengenai persepsi tentang permasalahan yang akan di angkat sesuai dengan judul:

“ Kajian Penentuan Titik – Titik Pos Pemadam Kebakaran di kota Medan”.

Adapun data – data yang dikumpulkan yaitu:

a. Untuk mengetahui permasalahan kota Medan dalam menangani kebakaran diperlukan data sebagai berikut:


(38)

2. Historis kebakaran (Respon Time) 3. Geografis

4. Kepadatan Penduduk

5. Kondisi jalan dan lebar jalan di lokasi penentuan titik – titik pos kebakaran. b. Untuk dapat mengindentifikasi resiko kebakaran diperlukan data – data sebagai

berikut: 1. Geografis

2. Kapasitas instansi kebakaran kota

3. Aspek sarana dan prasaran pemadam kebakaran 4. Kepadatan penduduk.

3.3 Analisis Penentuan Jumlah Pos Kebakaran

Metode yang digunakan dalam menganalisis penentuan jumlah pos kebakaran yang di butuhkan kota Medan, dilakukan dengan 2 langkah.

Langkah yang pertama menganalisis jumlah pos kebakaran untuk kota Medan dengan beberapa cara:

a. Study banding ke negara maju untuk mendapatkan gamabaran penanganan masalaha kebakaran baik secara rural maupun urban.

b. Menggunakan standar ISO (Insurance Service Office) untuk jarak tempuh aman untuk mobil pemadam ke bangunan yang terproteksi dari bahaya kebakaran.


(39)

c. Menggunankan Kepmen PU No.11/KPTS/2000 untuk mendapatkan radius layanan pos kebakaran

d. Hasil penelitian penentuan titik – titik pos pemadam kebakaran kota Bandung yang dituangkan dalam Pd M-01-2004-C.

Langkah kedua mengunakan waktu tanggap untuk dapat menentukan jumlah pos kebakaran. Standar waktu tanggap yang digunakan sesuai dengan ketentuan Kepmen PU No.11/KPTS/2000, untuk itu dilakukan dengan cara:

a. Menganalisis waktu yang dibutuhkan Dinas Pemadam Kebakaran sejak adanya laporan kebakaran sampai petugas siap semprot di lokasi. Adapun waktu yang diperlukan yaitu waktu pengecekan, waktu persiapan dan waktu penggelaran untuk siap semprot.

b. Waktu tempuh kendaraan pemadam didapat dari pemilihan hasil analisis jumlah pos kebakaran yang dianalisis dengan menggunakan standar NFPA 1231 untuk satndar kecepatan normal kendaran mobil pemadam.

3.4 Penentuan Perletakan Pos Pemadam Kebakaran

Metode yang digunakan untuk menentukan perletakan pos pemadam kebakaran dilakukan dalam 4 tahapan yaitu:

1. Tahap Pertama

Dari hasil analisis jumlah pos kebakaran dilakukan pembagian jumlah wilayah atau sektor sesuai teori hirarki layanan kebakaran dan standar Kepmen PU No.11/KPTS/2000.


(40)

2. Tahap Kedua

Menentukan luasan tiap-tiap wilayah/sektor dengan cara: a. Penggabungan beberapa kecamatan yang saling berdekatan. b. Memperhitungkan existing perletakan pos kebakaran. c. Memperhitungkan dari segi geografis kota Medan. 3. Tahap Tiga

Menentukan jumlah pos kebakaran untuk tiap-tiap wilayah/sektor dengan cara:

a. Perhitungan luas tiap – tiap sektor. b. Perhitungan kepadatan tiap – tiap sektor.

c. Dari hasil perhitungan luas dan kepadatan diambil nilai rata-rata jumlah pos tiap-tiap sektor.

4. Tahap Keempat

Dari hasil jumlah pos kebakaran untuk tiap – tiap sektor dilakukan penyebaran pos kebakaran dengan cara:

a. Menggunakan existing perletakan pos kebakaran yang ada b. Menggunakan usulan dari Dinas Pemadam Kebakaran c. Metode lingkaran layanan

d. Standar ISO

e. Kondisi penduduk kota Medan


(41)

3.5 Jadwal Penelitian

Direncanakan jangka waktu dalam meneliti kasus yang diangkat diperlukan selama kurang 5 (lima) bulan terdiri dari:

1. Persiapan Survei;

2. Survei dan Kompilasi Data; 3. Analisa Data;

4. Olah Hasil Penelitian; 5. Pembahasan hasil Penelitian;

6. Kesimpulan dan Saran (Rekomendasi).

Adapun jadwal pelaksanaan penilitian ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

N o

TAHAPAN PENELITIAN

JADWAL PEKERJAAN

Bulan – 1 Bulan - 2 Bulan - 3 Bulan - 4 Bulan – 5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan Survei 2 Survei dan

Kompilasi Data

3 Analisis Data 4 Olah hasil data

penelitian

5 Pembahasan

hasil penelitian

6 Kesimpulan dan

saran


(42)

a. Persiapan Survei

Tahapan persiapan survei dilakukan dalam 2 minggu, dengan distribusi waktu pada kegiatan studi literatur dan kegiatan persiapan survei, dengan perincian:

1. penyelesaian surat-surat dan pengurusan perijinan; 2. pembuatan program pelaksanaan survei;

3. merancang daftar data yang dibutuhkan, serta pembuatan peta-peta survei; 4. persiapan hal-hal lain yang berhubungan dengan kelancaran survei.

b. Survei

Terdiri dari dua jenis pokok kegiatan, yaitu:

1. Survei primer, yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lokasi studi dengan wawancara kepada pihak – pihak yang terkait, melakukan pengamatan kondisi lapangan dan pengambilan data existing jalan dimasing-masing titik pos pemadam kebakaran.

2. Survei sekunder, dilakukan dengan pengumpulan data sekunder yang sifatnya instansional, dengan cara menghubungi instansi, lembaga dan dinas-dinas yang berkaitan dengan Dinas Pemadaman Kebakaran di Kota Medan.

c. Kompilasi Data

Kompilasi data dilakukan dalam dengan proses seleksi, pengelompokkan data secara sistematis sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam analisis dan


(43)

penulisan tesis penelitian. d. Analisis Data

Kegiatan pokok analisis adalah menelaah, mengolah serta menilai data yang telah tersusun sehingga dihasilkan interpretasi data sesuai dengan tujuan penelitian tesis. Kegiatan ini direncanakan memerlukan waktu 3 (tiga) minggu. e. Olah Hasil Data Penelitian

Memerlukan waktu penyelesaian selama 6 (enam) minggu untuk hasil data. Pengolahan data dilakukan sesuai dengan permasalahan, tujuan, dan sasaran penelitian tesis. Setiap perkembangan hasil penelitian dikonsultasikan dengan pembimbing tesis melalui proses bimbingan tesis.

f. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah draft olah hasil data penelitian dirampungkan dan dengan persetujuan pembimbing diarahkan kepembahasan hasil penelitian guna mendapatkan hasil untuk pembahasan lanjutan. Pembahasan ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

g. Kesimpulan dan Saran (Rekomedasi)

Bagian ini merupakan hasil rekapitulasi akhir dari setiap kegiatan, dan setiap hasil kegiatan ini baik itu dari awal sampai dengan tahap rekomendasi merupakan wujud nyata dari penelitian.


(44)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Kota Medan

Berdasarkan sensus tahun 2007 dengan jumlah penduduk 2,083,156 jiwa dan luas 265,1 km2

Tabel 4.1 Luas dan Jumlah Penduduk Kota Medan . Data sensus 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

No. Nama Kecamatan Luas

Jlh.

Penduduk Kepadatan Keterangan Km2 Jiwa Jiwa/Km2

1 Medan Tuntungan 20.68 68,817.00 3,327.71 2 Medan Selayang 12.81 84,148.00 6,568.93 3 Medan Johor 14.58 114,143.00 7,828.74 4 Medan Amplas 11.19 113,099.00 10,107.15 5 Medan Denai 9.05 137,443.00 15,187.07 6 Medan Tembung 7.99 139,256.00 17,428.79 7 Medan Kota 5.27 82,783.00 15,708.35 8 Medan Area 5.52 107,300.00 19,438.41 9 Medan Baru 5.84 43,419.00 7,434.76 10 Medan Polonia 9.01 52,472.00 5,823.75 11 Medan Maimun 2.98 56,821.00 19,067.45 12 Medan Sunggal 15.44 108,688.00 7,039.38 13 Medan Helvetia 13.16 142,777.00 10,849.32 14 Medan Barat 6.82 77,680.00 11,390.03 15 Medan Petisah 5.33 66,896.00 12,550.84 16 Medan Timur 7.76 111,839.00 14,412.24 17 Medan Perjuangan 4.09 103,809.00 25,381.17 18 Medan Deli 20.84 147,403.00 7,073.08 19 Medan Labuhan 36.67 105,015.00 2,863.79 20 Medan Marelan 23.82 124,369.00 5,221.20 21 Medan Belawan 26.25 94,979.00 3,618.25

Total 265.10 2,083,156.00


(45)

Kota Medan pada saat sekarang hanya memiliki 4 Pos kebakaran. Pelayanan kebakaran di kota Medan dapat dilihat pada gambar 4.1, tabel 4.2 dan jarak antar pos dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.1 Peta Existing Pos - pos Kebakaran Kota Medan Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan

Pos Kebakaran Belawan

Pos Kebakaran Kim

Pos Kebakaran Amplas

Pos Kebakaran (WMK)


(46)

Tabel 4.2 Pos – pos Pemadam Kebakaran No. Uraian Lokasi Keterangan

1 2 3

Pos 1 Pos 2 Pos 3

Jl. Candi Borobudur Terminas Amplas

KIM

Pusat WMK PMK PMK

4 Pos 4 Belawan PMK

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan

Gambar 4.2 Sketsa Jarak antar Pos Pemadam Kebakaran Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan

Pos Kebakaran (PMK) Belawan

Pos Kebakaran (PMK) KIM

Pos Kebakaran (WMK Pusat) Jl. C. Borobudur

Pos Kebakaran Amplas

10.48 Km

7.08 Km 6.91 Km


(47)

Waktu tanggap dinas pemadam kebakaran dalam mengatasi kebakaran untuk 84 kejadian dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Waktu Tanggap Waktu

Tanggap (Menit)

Jumlah Peristiwa

Bobot (%)

0-15 11 13.10

16-20 9 10.71

21-25 18 21.43

26-30 26 30.95

>30 20 23.81

Total 84 100.00

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan

Kota Medan hanya memiliki 4 pos kebakaran berlokasi di Jl. Candi Borobudur (Pusat Wilayah), Terminal Amplas (Pos Pembantu), Kim (Pos Pembantu) dan Belawan (Pos Pembantu). Dengan jumlah 4 pos kebakaran membuat jarak layanan sangat jauh tidak sesuai lagi dengan standar perletakan pos pemadam kebakaran untuk scala kota. Hal ini terbukti dengan hasil respon time dari 84 kejadian hanya 11 kejadian atau 13,10% yang memiliki respon time sesuai dengan Kepmen PU No.11/KPTS/2000.

4.2 Penyususunan Pos – pos Kebakaran

Penyususunan pos – pos kebakaran berdasarkan analisis resiko kebakaran yaitu: a. Potensi resiko kebakaran


(48)

c. Distribusi pos kebakaran

Alur pemikiran penyususan pos kebakaran dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Alur Pemikiran Penentuan Jumlah dan Distribusi Pos Kebakaran Sumber: Standar Pd M-01-2004-C

4.3 Resiko Kebakaran

Kepadatan penduduk memiliki korelasi terhadap tingkat resiko kebakaran suatu wilayah, semangkin padat suatu wilayah maka resiko kebakaran juga semangkin tinggi. Resiko kebakaran dapat dilihat pada tabel 4.4 dan pemetaannya pada gambar 4.4. Penentuan Tingkat Resiko Kebakaran Wilayah Penentuan Jumlah dan Rasio Pos Kebakaran yg Optimal Ditentukan berdasarkan Kepadatan Wilayah Kajian Rasio Pos Kebakaran berdasarkan Peraturan, Standard, Respon Time dan Tipologi Kota/daerah (Urban dan Rural) Peta Resiko Jumlah Pos Hasil Pembulatan thd (A+B)/2 A Distribusi Pos Berdasarkan Kepadatan B Distribusi Pos Berdasarkan Luas Sektor Distribusi Pos


(49)

Tabel 4.4 Kepadatan masing – masing Kecamatan

No. Nama Kecamatan Kepadatan (Jiwa/Km2) Keterangan 1 Medan Perjuangan 25,381.17

2 Medan Area 19,438.41 3 Medan Maimun 19,067.45 4 Medan Tembung 17,428.79 5 Medan Kota 15,708.35 6 Medan Denai 15,187.07 7 Medan Timur 14,412.24 8 Medan Petisah 12,550.84 9 Medan Barat 11,390.03 10 Medan Helvetia 10,849.32 11 Medan Amplas 10,107.15 12 Medan Johor 7,828.74 13 Medan Baru 7,434.76 14 Medan Deli 7,073.08 15 Medan Sunggal 7,039.38 16 Medan Selayang 6,568.93 17 Medan Polonia 5,823.75 18 Medan Marelan 5,221.20 19 Medan Belawan 3,618.25 20 Medan Tuntungan 3,327.71 21 Medan Labuhan 2,863.79


(50)

Gambar 4.4 Pemetaaan Resiko Kebakaran Kota Medan Sumber: Penulis

Medan Labuhan Kpdt : 2.863,79 Peringkat : 21

Medan Marelan Kpdt : 5.221,20 Peringkat : 18

Medan Deli Kpdt : 7.073.08 Peringkat : 14

Medan Timur Kpdt : 14.412,24 Peringkat : 7

Medan Sunggal Kpdt : 7.039,38 Peringkat : 15

Medan Selayang Kpdt : 6.568,93 Peringkat : 16

Medan Tuntungan Kpdt : 3.327,71 Peringkat : 20

Medan Johor Kpdt : 7.828,74 Peringkat : 12

Medan Amplas Kpdt : 10.107,15 Peringkat : 11

Medan Denai Kpdt : 15.187,07 Peringkat : 6 Medan Kota

Kpdt : 15.708,35 Peringkat : 5

Medan Tembung Kpdt : 17.428.79 Peringkat : 4

Medan Helvetia Kpdt : 10.849,32 Peringkat : 10

Medan Polonia Kpdt : 5.823,75 Peringkat : 17

Medan Maimun Kpdt : 19.067,45 Peringkat : 3

Medan Petisah Kpdt : 12.550,84 Peringkat : 8

Medan Barat Kpdt : 11.390,03 Peringkat : 9

Medan Perjuangan Kpdt : 25.381,17 Peringkat : 1

Medan Area Kpdt : 19.438,41 Peringkat : 2


(51)

4.4 Penentuan Rasio dan Jumlah Optimal Pos Kebakaran 4.4.1 Potret penanganan kebakaran negara maju

a. Layanan Kebakaran merupakan layanan masyarakat yang mendasar, karena kebakaran selalu menyebabkan total loss. Tidak ada korelasi jumlah pos kebakaran dengan daerah, income per kapita, dan tingkat kemakmuran relatif.

b. Yang ada korelasi jumlah pos dengan jumlah populasi/penduduk atau jumlah bangunan. 1 pos untuk melayani 18.183 penduduk atau 6977 rumah.

4.4.2 Secara rural

Calvert County. MD memiliki jarak jangkauan pelayanan pos kebakaran 5 mil, ini berarti 1 pos memiliki wilayah layanan seluas 78 mil2. Jadi untuk kota Medan yang memiliki luas daerah 265,1 km2 atau 98,8 mil2 membutuhkan 2 Pos Kebakaran.

4.4.3 Secara urban

Arlington County memiliki jarak jangkauan pelayanan pos kebakaran 0,9 mil, ini berarti 1 pos memiliki wilayah layanan seluas 2,54 mil2. Jadi untuk kota Medan yang memiliki luas daerah 265,1 km2 atau 98,8 mil2 membutuhkan 39 Pos Kebakaran.


(52)

4.4.4 Menurut peraturan yang berlaku

Berdasarkan Kepmen PU No.11/KPTS/2000, terdapat dua ketentuan:

a. Berdasarkan jarak jangkauan wilayah layanan radius 2,5 km, maka luas layanan = 19.62 Km2. Kota Medan dengan luas 265.1 Km2

b. Berdasarkan ketentuan 1 pos pemadam melayani maksimum 3 kelurahan. Kota Medan memiliki 151 kelurahan, hal ini berarti kota Medan membutuhkan 51 Pos Kebakaran.

, hal ini berarti kota Medan membutuhkan 14 Pos Kebakaran.

4.4.5 Berdasarkan standar ISO

Ketentuan aman dapat terpenuhi apabila mobil kebakaran berjarak 1,5 Mil atau 2,4 Km dari lokasi kebakaran. Hal ini berarti radius layanan menurut ISO adalah 2,4 Km, maka kota Medan membutuhkan 15 Pos Kebakaran.

4.4.6 Berdasarkan Pd M-01-2004-C

Berdasarkan pengalaman Dinas Pemadam Kebakaran kota Bandung, bahwa Dinas Pemadam Kebakaran kota Bandung pernah melukukan pemadam pada kasus kebakaran yang tidak sampai mengakibatkan total loss (hanya mengenai sebagian atap rumah) yang dianggap kasus kebakaran “terbaik”, terjadi pada jarak lokasi 1,5 km dari Pos Pemadam. Hal ini bila diterapkan di kota Medan, maka kota Medan membutuhkan 38 Pos Kebakaran.


(53)

Terlihat hasil yang beragam untuk itu perlu dilihat kondisi daerah setempat

berdasarkan waktu tanggap. Menurut Kepmen PU No.11/KPTS/2000 dan Standar Pd M-01-2004-C, waktu tanggap merupakan factor terpenting dalam menentukan

jumlah pos kebakaran yang optimal.

4.4.7 Berdasarkan waktu tanggap

Dalam menghitung waktu tanggap yang dijadikan acuan sebagai berikut: a. Berdasarkan NFPA 1231 Standard on Water Supplies for Suburban and

Rural Fire Fighting edisi 1993

Menurut standar NFPA 1231, bahwa kecepatan normal kendaraan 35 Mil/Jam atau 56,4 Km/Jam

b. Berdasarkan ISO (Insurance Service Office)

Ketentuan aman dari ISO (Insurance Service Office) dipenuhi apabila besar waktu tempuh (travel time) adalah:

1. untuk mobil kebakaran adalah (2,4/56,4 x 60) = 2,57 menit. 2. untuk mobil tangga/ladder = 4,28 menit, dan

3. untuk bangunan terjauh dari pos sejarak 5 mil (8 km) diperlukan waktu tempuh = 8,57 menit.


(54)

Standar ISO dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Jarak dan Waktu Tempuh Kendaraan Menurut ISO Sumber: ISO (Insurance Service Office)

c. Menurut Dinas Kebakaran

Waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan petugas kebakaran dari sejak awal pemberitahuan sampai petugas siap semprot di lokasi kebakaran. Waktu asumsi Diskar dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Waktu Asumsi Diskar

No. Uraian Waktu Asumsi Diskar

(Menit) 1 2 3 Waktu Pengecekan Waktu Pemanggilan Waktu Siap Semprot

5 5 2,5

Total 12.5

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan

Waktu Tanggap = waktu pemanggilan + waktu pengecekan + waktu tempuh + waktu siap penyemprotan.

POS Terjauh Mobil Pemadam Mobil Tangga Bangunan 8 Km 4 Km 2,4 Km 8,57 menit 4,28 menit 2,57 menit


(55)

4.4.8 Perhitungan waktu tanggap

Adapun langkah – langkah dalam perhitungan waktu tanggap sebagai berikut: 1. Waktu tempuh yang aman menurut ISO untuk mobil pemadam kebakaran

adalah 2,57 menit.

2. Asumsi Diskar bahwa waktu yang diperlukan untuk pemanggilan + Pengecekan + siap semprot adalah 12,5 Menit

Jadi apabila kedua hal ini diinterpretasikan dalam menghitung waktu tanggap adalah:

Waktu tanggap = 12,5 + 2,57 = 15,07 Menit

Hasil dari interpretasi tersebut sesuai dengan ketentuan Kepmen PU No.11/KPTS/2000 bahwa waktu tanggap yang diperlukan adalah 15 menit. Maka dari

pendekatan di atas dapat diambil bahwa jarak layanan yang cukup aman sejauh 2,4 Km dari Pos Kebakaran.

Dari hasil perhitungan waktu tanggap menghasilkan radius layanan 2,4 Km atau memiliki luas layanan 18 Km2. Kota Medan yang memiliki luas 265,1 Km2

“ Jumlah Pos Minimal untuk Kota Medan adalah 15 Pos Kebakaran”

, berarti kota Medan membutuhkan 15 Pos Kebakaran.

4.5 Pembagian Wilayah Layanan Dan Penyebaran Pos Kebakaran 4.5.1 Pembagian daerah pos kebakaran

Berdasarkan Kepmen PU No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis penanggulangan kebakaran di perkotaan secara hirarki layanan kebakaran dari tingkat


(56)

terbawah yaitu pos pemadam kebakaran, pektor pemadam kebakaran dan wilayah pemadam kebakaran

Pelayanan kebakaran berdasarkan hirarki dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Hirarki Layanan Pos Kebakaran Sumber: Kepmen PU No.11/KPTS/2000

WMK dibentuk oleh pengelompokan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah

POS PEMADAM KEBAKARAN

SEKTOR PEMADAM KEBAKARAN

(Max. 6 Pos)

WILAYAH PEMADAM KEBAKARAN (Seluruh Sektor)


(57)

maupun buatan. Alur pemikiran dalam pembagian pos – pos kebakaran dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Skematik Pembagian Pos – pos Kebakaran Sumber: Penulis

Adapun acuan untuk pembagian wilayah sektor adalah Kempen PU No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis penanggulangan kebakaran di perkotaan

antara lain:

a. Tiap sektor maksimum membawahi 6 pos kebakaran. Total pos = 15 pos

Jumlah sektor = 15/6 = 2,5 atau dibulatkan 3 sektor. Jumlah Total Pos

Kebakaran (15 Pos)

Penentuan Jumlah Sektor Penentuan Wilayah Pemadam Kebakaran

(Pengendali Sektor) Penyebaran Pos

Kebakaran

Penentun Jumlah Pos Pembantu


(58)

b. Salah satu sektor berfungsi sebagai pusat pengendali (wilayah pemadam kebakaran).

Maka dari jumlah total 15 pos kebakaran akan dibagi berdasarkan hirarki dengan hasil dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Pembagian Pos Secara Hirarki Sumber: Penulis

4.5.2 Penentuan wilayah sektor dan penyebaran pos

Alur pemikiran penyebaran pos kebakaran dapat dilihat pada gambar 4.9.

Gambar 4.9 Alur Pemikiran untuk Penyebaran Pos Kebakaran Sumber: Penulis Jumlah Total Pos Kebakaran (15Pos) 1 (Satu) Sektor Sbg Wilayah 2 (Dua) Sektor 12 (Dua Belas) Pos Pembantu Setiap Sektor Penentuan Luas Layanan Kebakaran Berdasarkan Letak Kecamatan Dan Maksimum Membawahi 6 Pos

Penyebaran Pos Kebakaran dimasing-masing Sektor Berdasarkan Metode Lingkaran, Standard ISO dan Penyebaran Penduduk Existing Pos yg ada Pertimbangan Lalu Lintas


(59)

4.5.2.1 Penentuan wilayah sektor

Untuk penentuan daerah layanan masing – masing sektor pemadam kebakaran dengan cara menentukan luas daerah layanan untuk masing – masing sektor yang ditentukan berdasarkan letak kecamatan yang saling berdekatan, dengan mempertimbangkan tiap sektor maksimum melayani 6 pos kebakaran. Pemetaan wilayah sektor pemadam kebakaran dapat dilihat pada gambar 4.10.

Sektor I Sektor II Sektor III Sektor III


(60)

Penjabaran Tiap – tiap Sektor

Pembagian wilayah tiap – tiap sektor dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Pembagian Sektor Berdasarkan Kecamatan

No. Nama Kecamatan Luas Jlh. Penduduk Kepadatan Km2 Jiwa Km2/Jiwa 1 Sektor I Medan Petisah 5.33 66,896.00 12,550.84 Medan Barat 6.82 77,680.00 11,390.03 Medan Maimun 2.98 56,821.00 19,067.45 Medan Polonia 9.01 52,472.00 5,823.75 Medan Baru 5.84 43,419.00 7,434.76 Medan Selayang 12.81 84,148.00 6,568.93 Medan Tuntungan 20.68 68,817.00 3,327.71 Medan Johor 14.58 114,143.00 7,828.74 Medan Sunggal 15.44 108,688.00 7,039.38 Medan Helvetia 13.16 142,777.00 10,849.32 2 Sektor II Medan Perjuangan 4.09 103,809.00 25,381.17 Medan Timur 7.76 111,839.00 14,412.24 Medan Tembung 7.99 139,256.00 17,428.79 Medan Area 5.52 107,300.00 19,438.41 Medan Denai 9.05 137,443.00 15,187.07 Medan Kota 5.27 82,783.00 15,708.35 Medan Amplas 11.19 113,099.00 10,107.15 3 Sektor III Medan Deli 20.84 147,403.00 7,073.08 Medan Marelan 23.82 124,369.00 5,221.20 Medan Belawan 26.25 94,979.00 3,618.25 Medan Labuhan 36.67 105,015.00 2,863.79 Total 265.10 2,083,156.00 228,320.40


(61)

4.5.2.2 Penentuan pembagian pos kebakaran

Pembagian pos pemadam kebakaran dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Pembagian Pos Kebakaran untuk Tiap – tiap Sektor

No. Nama

Jlh. Pos Jlh. Pos

Rata-Rata

Pembulatan Berdasarkan Berdasarkan

Kepadatan Luas Wilayah

1 Sektor I 6.04 6.03 6.04 6.00

2

Sektor II 7.73 2.88 5.30 5.00

3

Sektor III 1.23 6.09 3.66 4.00

Total 15.00 15.00 15.00 15.00 Sumber: Penulis

Hasil perhitungan kebutuhan pos-pos

a. Penentuan Pos Wilayah dan Sektor Pemadam

1. Untuk menentukan pusat wilayah yang akan membawahi seluruh sektor, ditunjuk pos kebakaran Jl. Candi Borobudur sesuai dengan kondisi sekarang.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pusat sektor adalah pos kebakaran yang berada dekat dengan pusat perkembangan kota dan berada diantara pos – pos yang lainnya.

Pembagian Sektor dan Letak masing – masing Sektor

Pembagian sektor dapat dilihat pada gambar 4.11 dan jarak antar sektor dapat dilihat pada gambar 4.12.


(62)

Gambar 4.11 Peta Letak Kantor Wilayah dan Sektor Pemadam Sumber: Penulis

Pos Sektor III

Pos Wilayah

Pos Sektor II Kantor Wilayah Kantor Sektor


(63)

Jarak Antar Sektor

Gambar 4.12 Sketsa Jarak Antar Sektor Sumber: Penulis

S III

W

S II

Jl. Candi Borobudur

Dpn Ktr Camat Medan Area Jl. Marelan


(64)

b. Penyebaran Pos Kebakaran Tiap Sektor

Penyebaran Pos Kebakaran berdasarkan metode lingkaran layanan dan standar ISO (Insurance Service Office). Metode pelayanan lingkaran dapat dilihat pada gambar 4.13.

Metode Lingkaran Layanan R = 2.4 Km

Gambar 4.13 Metode Lingkaran Layanan Sumber: ISO (Insurance Service Office)

Standar ISO (Insurance Service Office)

Untuk perlindungan kebakaran yang aman untuk: 1. Mobil pemadam berjarak 2,4 Km

2. Mobil tangga berjarak 4 Km

3. Untuk setiap bangunan terjauh berjarak 8 km dari pos kebakaran. 2.4 Km


(65)

Jarak antar pos menurut standar ISO dapat dilihat pada gambar 4.14.

Gambar 4.14 Jarak Pos Menurut ISO Sumber: ISO (Insurance Service Office)

Kepadatan penduduk memiliki korelasi terhadap tingkat resiko kebakaran suatu wilayah, semangkin padat suatu wilayah maka resiko kebakaran juga semangkin tinggi (Standar Pd M-01-2004-C). Suatu daerah yang memiliki kepedatan penduduk yang cukup tinggi akan membuat semangkin dekatnya jarak antar pos kebakaran dan sebaliknya. Jadi penyebaran penduduk juga merupakan suatu hal yang dijadikan bahan pertimbangan dalam penyebaran pos kebakaran. Peta penyebaran penduduk kota Medan dapat dilihat pada gambar 4.15.

POS

Mobil Pemdam Mobil

Tangga

Bangunan 8 Km

4 Km


(66)

Gambar 4.15 Peta Penyebaran Penduduk Kota Medan Sumber: Sensus 2007

Permukiman Padat Permukiman Penduduk Areal Bisnis


(67)

Pertimbangan Kondisi Existing Pos Kebakaran di Kota Medan

Kota Medan telah memiliki 4 pos kebakaran yang dapat dilihat pada tabel 4.8 dan gambar 4.16.

Tabel 4.8 Pos Kebakaran di Kota Medan

No. Uraian Lokasi Keterangan

1 2 3 4 Pos Wilayah Pos Pembantu Pos Pembantu Pos Pembantu

Jl. Candi Borobudur Terminal Amplas KIM

Ktr Camat Medan Belawan

Pusat Pengendali

Sumber: Penulis

Gambar 4.16 Peta Existing Pos Kebakaran Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan

Pos Kebakaran Belawan

Pos Kebakaran KIM Pos Kebakaran

Jl. C. Borobudur

Pos Kebakaran Amplas Catatan :

Existing Pos Kebakaran Kota Medan tetap digunakan dalam penyebaran 15 Pos Kebakaran


(68)

Pertimbangan Lalu Lintas

Pertimbangan lalu lintas digunakan untuk menentukan letak titik pos yang strategis untuk keluar - masuknya kendaraan pemadam kebakaran pada saat melaksanakan tugas pemadaman. Dalam hal ini yang dijadikan acuan adalah sirkulasi ataupun ada banyak alternatif untuk pemilihan rute.

1. Penyebaran Pos pada Sektor I

Wilayah kecamatan yamg masuk pada sektor I dapat dilihat pada tabel 4.9 dan peta penyebaran penduduk pada sektor I dapat dilihat pada gambar 4.17.

Tabel 4.9 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Sektor I

No. Kecamatan Luas Jlh. Penduduk Kepadatan Km2 Jiwa Km2/Jiwa 1 Medan Petisah 5.33 66,896.00 12,550.84 Medan Barat 6.82 77,680.00 11,390.03 Medan Maimun 2.98 56,821.00 19,067.45 Medan Polonia 9.01 52,472.00 5,823.75 Medan Baru 5.84 43,419.00 7,434.76 Medan Selayang 12.81 84,148.00 6,568.93 Medan Tuntungan 20.68 68,817.00 3,327.71 Medan Johor 14.58 114,143.00 7,828.74 Medan Sunggal 15.44 108,688.00 7,039.38 Medan Helvetia 13.16 142,777.00 10,849.32

Total 106.65 815,861.00 Sumber: Penulis


(69)

Pertimbangan Penduduk

Gambar 4.17 Peta Penyebaran Penduduk Sektor I Sumber: Penulis

Pada Sektor I ini penyebaran penduduk cukup merata, terkecuali di kecamatan Medan Johor, Tuntungan dan Selayang. Hal ini akan berpengaruh pada letak pos kebakaran.

Permukiman Permukiman Padat Area Bisnis Lahan Kosong


(70)

Pertimbangan Rute dan Sirkulasi Kendaraan

Kondisi jalan pada sektor I dapat dilihat pada gambar 4.18.

Gambar 4.18 Denah Lokasi Pos Wilayah Sumber: Penulis

Dari gambar 4.18 dapat terlihat jelas bahwa lokasi pusat wilayah (Pusat Pengendali) yang berada pada lokasi yang strategis di pusat kota. Pos berada pada jalan 2 arah dan memiliki banyak jalan alternatif yang saling berhubungan sehingga memudahkan dalam pemilihan rute untuk dapat mencapai lokasi kebakaran.

Kantor Wilayah Simbol W Jl. Candi Borobudur

Jl. Kejaksaan

Jl. Candi Prambanan Jl. Maulaya Lubis

Jl. Guru Patimpus


(71)

Pos Kebakaran Satu (P1)

Kondisi jalan pada P1 dapat dilihat pada gambar 4.19.

Gambar 4.19 Denah Lokasi Pos 1 Sumber: Penulis

Pos 1 dengan daerah layanan Medan Johor, sebagian daerah di jalan Brigjend. Katamso dan permukiman sekitar bandara Polonia. Dari denah lokasi P1 sangat memungkinkan untuk mencapai daerah tersebut dalam waktu yang singkat, karena berada pada lokasi strategis dan memiliki banyak jalan alternatif yang dapat mempermudah dalam pemilihan rute untuk menghindari kemacetan.

Jl. Karya Jaya Jl. Karang sari Jl. A.H Nasution

Jl. Karya Bati

Jl. Karya Kasih

Jl. M. Basir Jl. Brigjend. Katamso

P1

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah Jl. Karya Wisata


(72)

Pos Kebakaran Dua (P2)

Kondisi jalan pada P2 dapat dilihat pada gambar 4.20.

Gambar 4.20 Denah Lokasi Pos 2 Sumber: Penulis

Lokasi Pos 2 untuk melayani sekitar Jalan Jamin Ginting, Ngumban Surbakti, Bunga Mawar, Pasar II, Pasar III, pasar IV dan sebahagian jalan Setia Budi serta daerah Kuala Belaka. Letak lokasi P2 sangat strategis untuk dapat melayani daerah tersebut karena berada di ruas jalan yang saling berhubungan (terdapat banyak jalan alternatif) sehingga memudahkan dalam pemilihan rute untuk menghindari kemacetan

P2

Jl. Bunga Mawar

Jl. Jamin Ginting Jl. Mesjid Syuhada

Jl. Bunga Kantil Jl. Ngumban Surbakti

Jl. Bunga Kenanga

Jl. A.H Nasution

Simpang Pos

Kuala Belaka

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah


(73)

Pos Kebakaran Tiga (P3)

Kondisi jalan pada P3 dapat dilihat pada gambar 4.21.

Gambar 4.21 Denah Lokasi Pos 3 Sumber: Penulis

Lokasi Pos 3 untuk melayani sekitar Jalan Jamin Ginting, Tuntungan, Perumahan Simalingkar dan Jalan Flamboyan Raya. Letak lokasi P3 sangat strategis untuk dapat melayani daerah tersebut karena berada di ruas jalan yang terdapat banyak jalan alternatif sehingga memudahkan dalam pemilihan rute untuk dapat mencapai daerah layanan.

P3

Jl. Jamin Ginting Jl. Setia Budi Jl. Bunga Rinte

Jl. Bunga Nicole I

Jl. Kapten Purba

Jl. Bunga Nicole

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah Perumahan

Simalingkar

Tuntungan Jl. Flamboyan Raya


(74)

Pos Kebakaran Empat (P4)

Kondisi jalan pada P4 dapat dilihat pada gambar 4.22.

Gambar 4.22 Denah Lokasi Pos 4 Sumber: Penulis

Lokasi Pos 4 untuk melayani sekitar Jalan Kenanga Raya, Setia Budi, Doktor Mansur, Sunggal dan Ring road. Letak lokasi P3 sangat strategis untuk dapat melayani daerah tersebut karena berada di antara ruas jalan Setia Budi dan Ring road yang memilki kapasitas jalan yang cukup besar dengan lebar jalan + 12 meter 2 lajur 2 arah.

P4

Jl. Kenanga Raya Keterangan :

Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Jl. Dr. Mansur

Jl. Setia Budi Jl. Ring Road Jl. Sunggal


(75)

Pos Kebakaran Lima (P5)

Kondisi jalan pada P5 dapat dilihat pada gambar 4.23.

Gambar 4.23 Denah Lokasi Pos 5 Sumber: Penulis

Lokasi Pos 5 untuk melayani sekitar Jalan Asrama, Jend. Gatot Subroto, Kapten Muslim, Gaperta dan Sunggal. Letak lokasi P3 sangat strategis untuk dapat melayani daerah tersebut karena banyak terdapat jalan altenatif sehingga memudahkan pemilihan rute untuk menghindari kemacetan.

P5

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah Jl. Gaperta

Jl. Budi Luhur Jl. Kapten Muslin

Jl. Jend. Gatot Subroto

Jl. Asrama


(76)

Metode Lingkaran Layanan Untuk Sektor I

Metode lingkaran layanan untuk sektor I dapat dilihat pada gambar 4.19, peta radius lingkaran layanan sektor I dapat dilihat pada gambar 4.24, jarak antar pos kebaran untuk sektor I dapat dilhat pada gambar 4.25, dan letak pos kebakaran di sektor I dapat dilihat pada tabel 4.10.

Gambar 4.24 Peta Radius Lingkaran Layanan Sektor I Sumber: Penulis

W

P4 P5

P2

P3

P1

S2

P6

P7 P8

P9

Kantor Wilayah Kantor Sektor Pos Pembantu Permukiman Permukiman Padat Area Bisnis


(77)

Jarak Antara Pos - pos Kebakaran Sektor I

Gambar 4.25 Jarak Antar Pos Kebakaran Pada Sektor I Sumber: Penulis

Tabel 4.10 Letak Pos Kebaran di Sektor I

No. Noda Lokasi Keterangan

1 2

W P1

Jl. Candi Borobudur

Kelurahan Pangkalan Mansyur

Kantor Wilayah Pos Pembantu 3 4 P2 P3 Pasar VII

Simpang Jamin Ginting-Setia Budi

Pos Pembantu Pos Pembantu 5 6 P4 P5

Jl. Kenanga Raya Jl. Asrama Pos Pembantu Pos Pembantu Sumber: Penulis Kantor Wilayah Kantor Sektor Pos Pembantu


(78)

2. Penyebaran Pos pada Sektor II

Wilayah kecamatan yamg masuk pada sektor II dapat dilihat pada tabel 4.11 dan peta penyebaran penduduk pada sektor II dilihat pada gambar 4.26.

Tabel 4.11 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Sektor II

No. Kecamatan Luas

Jlh.

Penduduk Kepadatan Km2 Jiwa Km2/Jiwa 1 Medan Perjuangan 4.09 103,809.00 25,381.17 Medan Timur 7.76 111,839.00 14,412.24 Medan Tembung 7.99 139,256.00 17,428.79 Medan Area 5.52 107,300.00 19,438.41 Medan Denai 9.05 137,443.00 15,187.07 Medan Kota 5.27 82,783.00 15,708.35 Medan Amplas 11.19 113,099.00 10,107.15

Total 50.87 795,529.00 Sumber: Penulis

Pertimbangan Penduduk

Gambar 4.26 Peta Penyebaran Penduduk Sektor II Sumber: Penulis

Permukiman Permukiman Padat Area Bisnis


(79)

Pada Sektor II ini penyebaran penduduk cukup merata dan kepadatan penduduknya cukup padat. Sehingga susunan Pos Kebakarannya cukup rapat di bandingkan sektor I.

Pertimbangan Rute dan Sirkulasi Kendaraan

Kondisi jalan pada sektor II dapat dilihat pada gambar 4.27.

Gambar 4.27 Denah Lokasi Sektor 2 Sumber: Penulis

Jl. Rahmadsyah

S2

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Jl. Halat Jl. Laksana

Jl. Ismaliyah Jl. A.R. Hakim Jl. Amaliun

Jl. Asia


(80)

Sektor 2 untuk melayani Kec. Medan Area, sebagian Kec. Medan Maimun, Kec. Medan denai dan Kec. Medan Kota. Sektor 2 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena banyak terdapat jalan altenatif sehingga memudahkan dalam pemilihan rute untuk menghindari kemacetan dan ruas jalan yang dilalui 2 arah sehingga mempermudah ruang gerak atau sirkulasi kendaraan dari pos pemadam ke lokasi kebakaran.

Pos Kebakaran 6

Kondisi jalan pada P6 dapat dilihat pada gambar 4.28.

Gambar 4.28 Denah Lokasi Pos 6 Sumber: Penulis

P6

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Jl. Letda Sujono

Jl. Denai Jl. Mandala By Pass

Jl. Perguruan


(81)

Pos 6 untuk melayani sebagian Kec. Medan Tembung, Kec. Medan denai dan Kec. Medan Area. Pos 6 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena berada pada ruas jalan Mandala By Pass yang berhubungan dengan jalan Denai dan Letda Sujono yang memiliki lebar jalan + 9 meter (2 arah, 2 jalur) sehingga memiliki kapasitas jalan yang cukup besar serta 2 ruas jalan tersebut terhubung dengan jalan 2 arah. Hal ini mempermudah sirkulasi kendaraan pemadam, disamping itu terdapat jalan alternatif yang menghubungkan pos 6 ke akses jalan lainnya, sehingga mempermudah dalam pemilihan rute.

Pos Kebakaran 7

Kondisi jalan pada P7 dapat dilihat pada gambar 4.29.

Gambar 4.29 Denah Lokasi Pos 7 Sumber: Penulis

P7

Jl. Rivai Manaf Nasution

Jl. Pertahanan Jl. SM Raja

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Terminal Amplas


(82)

Pos 7 untuk melayani Kec. Medan Amplas. Pos 7 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena berada dekat dengan persimpangan antara jalan SM. Raja, Rivai Manaf Nasution dan Pertahanan. Ruas Jalan SM. Raja dan Rivai Manaf Nasution memiliki lebar jalan 12 meter (2 arah, 2 jalur). Kedua ruas jalan ini memiliki kapasitas jalan yang besar, sehingga sirkulasi kendaraan dapat berjalan dengan lancar.

Pos Kebakaran 8

Kondisi jalan pada P8 dapat dilihat pada gambar 4.30.

Gambar 4.30 Denah Lokasi Pos 8 Sumber: Penulis

P8

Jl. Bilal Ujung

Jl. Pendidikan

Jl. Tempuling

Jl. Pancing Jl. Karakatau

Jl. HM. Said Jl. Pelita IV

Jl. Pelita I Keterangan :

Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah


(83)

Pos 8 untuk melayani sebagian Kec. Perjuangan, Kec. Tembung dan Kec. Medan Petisah. Pos 8 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena berada pada ruas jalan yang banyak terdapat jalan alternatif yang mempermudah dalam pemilihan rute, sehingga sirkulasi kendaraan pemadam dari pos pemadam ke lokasi kebakaran dapat berjalan lancar.

Pos Kebakaran 9

Kondisi jalan pada P9 dapat dilihat pada gambar 4.31.

Gambar 4.31 Denah Lokasi Pos 9 Sumber: Penulis

P9

Jl. Aluminium

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Jl. Aluminium Raya

Jl. Bengkel

Jl. Karakatau

Jl. Pertahanan Jl. Kawat Raya


(84)

Pos 9 untuk melayani sebagian Kec. Perjuangan, dan Kec. Medan Deli. Pos 9 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena letak Pos 9 banyak terdapat jalan alternatif yang mempermudah dalam pemilihan rute, sehingga sirkulasi kendaraan pemadam dari pos pemadam ke lokasi kebakaran dapat berjalan lancar.

Metode Lingkaran Layanan Untuk Sektor II

Metode lingkaran layanan untuk sektor II dapat dilihat pada gambar 4.32, jarak antar pos kebaran untuk sektor II dapat dilhat pada gambar 4.33, dan letak pos kebakaran di sektor II dapat dilihat pada tabel 4.12.

Gambar 4.32 Peta Radius Lingkaran Layanan Sektor II – 5 Pos Kebakaran Sumber: Penulis

Kantor Wilayah Kantor Sektor Pos Pembantu Permukiman Permukiman Padat Area Bisnis

Lahan Kosong

P6 P9

P7 P8

S2 W


(85)

Jarak Antara Pos - pos Kebakaran Sektor II

Gambar 4.33 Jarak Antar Pos Kebakaran Pada Sektor II Sumber: Penulis

Tabel 4.12 Letak Pos Kebaran di Sektor II

No. Noda Lokasi Keterangan

1 2

S2 P6

Dpn. Ktr Camat M. Area Kelurahan Tegal Sari I

Kantor Sektor Pos Pembantu 3

4

P7 P8

Terminal Amplas

Ktr Camat Medan Perjuangan

Pos Pembantu Pos Pembantu

5 P9 Jl. Aluminium Pos Pembantu

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan

Kantor Wilayah Kantor Sektor Pos Pembantu


(86)

3. Penyebaran Pos pada Sektor III

Wilayah kecamatan yamg masuk pada sektor III dapat dilihat pada tabel 4.13 dan peta penyebaran penduduk pada sektor III dapat dilihat pada gambar 4.34.

Tabel 4.13 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Sektor III

No. Kecamatan Luas

Jlh.

Penduduk Kepadatan Km2 Jiwa Km2/Jiwa Medan Deli 20.84 147,403.00 7,073.08 Medan Marelan 23.82 124,369.00 5,221.20 Medan Belawan 26.25 94,979.00 3,618.25 Medan Labuhan 36.67 105,015.00 2,863.79 Total 107.58 471,766.00 18,776.31 Sumber: Penulis

Pertimbangan Penduduk

Gambar 4.34 Peta Penyebaran Penduduk Sektor III Sumber: Penulis

Permukiman Permukiman Padat Area Industri Lahan Kosong


(87)

Pada Sektor III ini penyebaran penduduk tidak merata dan kepadatan penduduknya rendah. Sehingga susunan Pos Kebakarannya cukup renggang di bandingkan sektor I dan II.

Pos Kebakaran Sektor 3

Kondisi jalan pada sektor III dapat dilihat pada gambar 4.35.

Gambar 4.35 Denah Lokasi Pos Sektor III Sumber: Penulis

Pos Sektor 3 untuk melayani sebagian Kec. Medan Marelan dan Kec. Medan Deli. Sektor 3 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena

S3

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Jl. Marelan

Jl. Marelan II

Jl. Marelan VI

Jl. MarelanV Jl. Marelan III

Jl. Marelan I


(88)

letak Sektor 3 banyak terdapat jalan alternatif yang mempermudah dalam pemilihan rute dan sangat dekan dengan jalan Marelan yang memiliki lebar jalan 9 meter, sehingga sirkulasi kendaraan pemadam dari pos pemadam ke lokasi kebakaran dapat berjalan lancar.

Pos Kebakaran Pos 10

Kondisi jalan pada P10 dapat dilihat pada gambar 4.36.

Gambar 4.36 Denah Lokasi Pos 10 Sumber: Penulis

Pos 10 untuk melayani Kec. Medan Deli. Pos 10 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena letak Pos 10 berada pada jalan yang memiliki lebar jalan 9 meter yang terhubung dengan jalan Yos Sudarso dan Platina I,

P10

Keterangan : Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah Jl. Yos Sudarso

Jl. Mangan III Jl. KIM

Jl. RM. Potong Hewan


(89)

sehingga mempermudah dalam pemilihan rute dan sirkulasi kendaraan pemadam dari pos pemadam ke lokasi kebakaran dapat berjalan lancar.

Pos Kebakaran Pos 11

Kondisi jalan pada P11 dapat dilihat pada gambar 4.37.

Gambar 4.37 Denah Lokasi Pos 11 Sumber: Penulis

Pos 11 untuk melayani Kec. Medan Perjuangan. Pos 11 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena letak Pos 11 berada pada jalan yang memiliki lebar jalan 12 meter, sehingga sirkulasi kendaraan pemadam dari pos

P11

Keterangan :

Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Jl. Jermal

Jl. Tol Belawan

Jl. Cing Wei Jl. M. Basir

Jl. Titi Pahlawan


(90)

Pos Kebakaran Pos 12

Kondisi jalan pada P12 dapat dilihat pada gambar 4.38.

Gambar 4.38 Denah Lokasi Pos 12 Sumber: Penulis

Pos 12 untuk melayani Kec. Medan Belawan. Pos 12 berada di lokasi strategis untuk dapat melayani daerah tersebut, karena letak Pos 12 berada pada jalan yang memiliki lebar jalan 12 meter, sehingga sirkulasi kendaraan pemadam dari pos pemadam ke lokasi kebakaran dapat berjalan lancar.

P12

Keterangan :

Jalan yang dilalui seluruhnya 2 arah

Jl. Pelabuhan I Jl. Raya Pelabuhan

Jl. Tol Belawan Jl. Yos Sudarso


(91)

Metode Lingkaran Layanan Untuk Sektor III

Metode lingkaran layanan untuk sektor III dapat dilihat pada gambar 4.39, jarak antar pos kebaran untuk sektor III dapat dilhat pada gambar 4.40, dan letak pos kebakaran di sektor III dapat dilihat pada tabel 4.14.

Gambar 4.39 Peta Radius Lingkaran Layanan Sektor III – 4 Pos Kebakaran Sumber: Penulis

Jarak Antara Pos - pos Kebakaran Sektor III P11

P9 P8 P12

S3

P10

Kantor Wilayah Kantor Sektor Pos Pembantu

Kantor Wilayah Kantor Sektor Pos Pembantu Permukiman Permukiman Padat Area Industri Lahan Kosong


(1)

Tabel 4.15 Lokasi Pos – pos Kebakaran

No. Noda Lokasi Jenis Pos Keterangan

1 W Jl. Candi Borobudur Pos Wilayah Existing

2 P1 Kelurahan Pangkalan

Mansyur Pos Pembantu Hasil Kajian

3 P2 Pasar VII Pos Pembantu Hasil Kajian

4 P3 Simpang Jamin

Ginting-Setia Budi Pos Pembantu Usulan P2K

5 P4 Jl. Kenanga Raya Pos Pembantu Hasil Kajian

6 P5 Jl. Asrama Pos Pembantu Hasil Kajian

7 S2 Dpn. Ktr Camat M. Area Pos Sektor II Usulan P2K 8 P6 Kelurahan Tegal Sari I Pos Pembantu Hasil Kajian 9 P7 Terminal Amplas Pos Pembantu Existing

10 P8 Ktr Camat Medan

Perjuangan Pos Pembantu Usulan P2K

11 P9 Jl. Aluminium Pos Pembantu Hasil Kajian 12 S3 Jl. Marelan Pos Sektor III Hasil Kajian

13 P10 KIM Pos Pembantu Existing

14 P11 Kelurahan Sei Mati Pos Pembantu Hasil Kajian 15 P12 Ktr Camat Medan Belawan Pos Pembantu Existing Sumber: Penulis

Tabel 4.15 Rangkuman dari hasil kajian penentuan titik – titik pos pemadam kebakaran di kota Medan yang dihasilkan berdasarkan existing pemadam kebakaran yang ada, usulan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan, metode lingkaran, penyebaran penduduk, sirkulasi kendaraan dan pemilihan rute.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kajian penentuan titik-titik pos pemadam kebakaran di kota Medan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan jumlah pos kebakaran yang minimal yaitu 15 pos kebakaran didapat dari perhitungan respon time yang berdasarkan waktu yang dibutuhkan petugas dalam mempersiapkan pemadaman yang berdasarkan asumsi diskar dan menggunakan standar ISO untuk mobil pemadam kebakaran. Dimana hasil perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan Kepmen PU No.11/KPTS/2000 yaitu respon time sebesar 15 menit.

2. Jumlah pos kebakaran minimal untuk kota Medan yaitu 15 pos kebakaran dibagi dalam 3 sektor, dimana salah satu sektor berkedudukan sebagai pusat wilayah dengan rincian sebagai berikut yaitu 1 Pos Wilayah Pemadam, 2 Pos Sektor Pemadam dan 12 Pos Pembantu. Kelima belas pos tesebut di sebar di kota Medan dengan menitik beratkan pada penyebaran penduduk, sirkulasi kendaraan dan pemilihan rute serta dengan metode lingkaran. 3. Kota Medan yang hanya memiliki 4 pos kebakaran membuat para petugas

pemadam sangat sulit untuk memberikan pelayanan yang baik dalam mengatasi kebakaran di kota Medan. Dengan adanya penambahan pos

77


(3)

kebakaran menjadi 15 pos, diharapakan dapat memberikan pelayan yang lebih baik sebanding dengan penambahan pos tesebut.

4. Penyebaran penduduk yang tidak merata menghasilkan jarak yang berbeda antara titik pos yang satu dengan yang lain. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa daerah yang memiliki kepadatan yang tinggi jarak antara pos yang satu dengan yang lain lebih berdekatan dibandingkan dengan kepadatannya yang rendah.

5. Luasnya kota Medan serta tidak meratanya penyebaran penduduk membuat ada daerah yang tidak masuk dalam radius pelayanan 2,4 Km dari pos terdekat, tetapi daerah tersebut tetap mendapatkan pelayanan dari pos terdekat tersebut.

5.2 Saran

Dari hasil kajian Penempatan Pos Pemadam Kebakaran di kota Medan dapat diambil beberapa saran sebagai berikut:

1. Mengingat cukup tingginya intensitas kebakaran di kota Medan disaran Dinas Pemadam Kebakaran kota Medan untuk segera dapat merealisasikan pembangunan pos kebakaran terutama yang menjadi pusat sektor pemadam kebakaran.

2. Untuk dapat meningkatkan kesadaran pada masyarakat kota Medan untuk berperan aktif dalam penanggulangan kebakaran disarankan Dinas P2K melakukan sosialisasi kemasyarakat dalam hal penanggulangan kebakaran.


(4)

3. Kota Medan yang memiliki luas wilayah 265,1 Km2 sebaiknya memiliki 2 Pusat Wilayah Pemadam. Terutama apabila penyebaran penduduk kota Medan sudah merata. Hal ini akan lebih mengoptimalkan pelayanan dari Dinas P2K.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D.K, 1985, Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, Erlangga, Jakarta.

Effendi, Achmad Hidajat & Suprapto (2007), Penerapan NSPM Biddang Keselamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Dalam Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman, Jurnal Standardisasi, Vol. 9, No. 2, Hal. 56-63

Hutchinson, B .G, 1974, Estimating Urban Goods Movement Demands, Transportation Research Record.

Kepmen PU No. 11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan

Karmini, Mimin , 2005, Pemantapan Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Penanggulangan Kebakaran Dengan Sistem Balakar, Bandung, 8-9

Desember

Lestari, Fatma & RM. Yodan Amaral Panindrus (2008), Audit Sarana Prasarana Pencegahan Penanggulangan dan Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung Fakultas X Universitas Indonesia Tahun 2006, Makara Teknologi, Vol. 12, No. 1 , Hal. 55-60

Mantra, Ida Bagus Gede Wirawibawa (2005), Kajian Penanggulangan Bahaya Kebakaran Pada Perumahan, Jurnal Permukiman Natah, Vol. 3, No. 1, Hal 1-61


(6)

Manheim, M. L, 1979, Fundamentals of Transportation Systems Analysis, Volume I :

Basic Concepts, The MIT Press.

NFPA 1231 Standard on Water Supplies for Suburban and Rural Fire Fighting edisi 1993

Ogden, K. W, 1978, The Distribution of Truck Trips and Commodity Flow in Urban

Areas : A Gravity Model Analysis, Transportation Research.

Permen Dalam Negeri No. 62 Tahun 2008 standar pelayanan minimal

Purnomo, Heru, Rarasati, Ayomi Dita & Adventus, Manlian Ronald (2008), Asesmen Risiko Kebakaran Pasar-Pasar di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta,

Jurnal Teknologi, Edisi No. 2 Tahun XXII, hal 81-89

Pd M-01-2004-C tentang Metode Penyusunan Pos-Pos Kebakaran Berdasarkan Hasil Analisis Risiko Kebakaran dalam Wilayah Manajemen Kebakaran

Perkotaan. Bandung, Oktober 2003

Puslitbang Permukiman, “ Kajian Kebakaran Besar dan Upaya Penanggulangannya

di Perkotaan “ ,Bandung 2004.

Rahman, Nurinayat Vinky, 2003, Kajian Penerapan Sistem Proteksi Pasif Desain

Site Planning pada Beberapa Kasus Rumah Susun di Jakarta & Bandung,

Digitized by USU digital library

Ramachandran, G (1999), Fire Safety Management and Risk Assessment, Facilities

Journal, Vol. 17, No. 9/10, Hal 364-366

Warpani, Suwardjoko, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB, Bandung.