2. Sektor pemadam kebakaran
3. Wilayah pemadam kebakaran
Adapun rincian dari organisasi pos pemadam kebakaran sebagai berikut; 1. Pos pemadam kebakaran
a. Pada pos kebakaran maksimal ditempatkan 2 regu jaga.
b. Pos kebakaran dipimpin oleh seorang kepala pos.
c. Mampu menampung 2 unit mobil pemadam.
2. Sektor pemadam kebakaran
a. Sektor pemadam kebakaran membawahi maksimal 6 pos kebakaran.
b. Setiap sektor pemadam kebakaran dipimpin oleh seorang kepala sektor
pemadam kebakaran c.
Mampu untuk 2 mobil pompa, 1 mobil tangga, 2 mobil tangga 30 meter, 2 mobil rescueambulans, 1 mobil pemadam khusus, 1 mobil alat
bantu pernafasan, 2 perahu karet. 3.
Wilayah pemadam kebakaran a.
Wilayah pemadam kebakaran, membawahi seluruh sektor pemadam kebakaran.
b. Garasi untuk 2 mobil pompa 4.000 liter, 1 mobil tangga 17 m, 3 mobil
tangga 30 m, 2 mobil rescueambulans, 2 mobil pemadam khusus, 2 mobil alat bantu pernafasan, 2 perahu karet
.
2.3 Studi Banding Studi banding ini digunakan sebagai pembanding dalam penentuan titik - titik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pos pemadam kebakaran yang ditinjau secara rural dan urban.
2.3.1 Secara rural Calvert County, MD memiliki 5 pos pemadam kebakaran. Pelayanan
kebakaran dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Letak Pos Pemadam Kebakaran di Calvert County, MD Sumber: Standar Pd M-01-2004-C
Pos 1 Pos 5
Pos 4
Pos 2
Pos 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kondisi Calvert County: a.
Tidak ada hidran tapi ada tendon air b.
Jalan lancar c.
Tidak ada pemukiman padat d.
Ada alarm kebakaran e.
Jarak jangkauan pelayanan pos kebakaran 5 mil. 2.3.2 Secara urban
Arlington County memiliki 10 pos pemadam kebakaran. Pelayanan kebakaran dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Letak Pos Kebakaran Kota Arlington Sumber: Standar Pd M-01-2004-C
Pos 1 Pos 6
Pos 7 Pos 2
Pos 8 Pos 3
Pos 4
Pos 5
Pos 9 Pos 10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kondisi Arlington County: a.
Ada hidran b.
Padat bangunan tapi teratur c.
Tidak padat penduduk d.
Ada alarm kebakaran e.
Jarak jangkauan pelayanan pos kebakaran 0,9 mil
2.4 Penyebab Masalah Lalu lintas
Perkembangan aktivitas di perkotaan mengakibatkan peningkatan beban jalan. Akibatnya berbagai macam jenis permasalahan lalu lintas terjadi, mulai dari
penundaan, kemacetan, atau gangguan lainnya. Menurut Ogden 1978 menyatakan bahwa kemacetan, kecelakaan dan gangguan lalu lintas lainnya terjadi karena ketidak
sesuaian diantara komponen sistem lalu lintas. Manheim 1979 menyatakan bahwa sistem lalu lintas didefinisikan sebagai:
a. Sistem transportasi.
b. Sistem aktifitas sosial ekonomi.
c. Pola pergerakan berupa sistem transportasi, asal, tujuan, rute, volume lalu
lintas dan lain-lain. Secara garis besar hubungan komponen lalu lintas dapat digambarkan sebagai
berikut: a.
Pola pergerakan dalam sistem lalu lintas dibatasi oleh sistem transportasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Pola pergerakan menyebabkan perubahan dalam selang waktu dan sistem
kegiatan, melalui pola pelayanan lalu lintas dan melalui sumber yang dikonsumsi untuk pelayanan tersebut;
c. Pola pergerakan langsung menyebabkan perubahan dalam sistem
transportasi.
2.5 Sirkulasi Kendaran