Uji Klarifikasi Kitinolitik Isolat A7 secara Semikuantitatif Pola Pertumbuhan Bakteri Kitinolitik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Klarifikasi Kitinolitik Isolat A7 secara Semikuantitatif

Uji klarifikasi dilakukan untuk memastikan kembali aktivitas kitinolitik bakteri isolat A7. Aktivitas kitinase isolat A7 secara semikuantitatif ditentukan berdasarkan Indeks Aktivitas Enzim IAE. IAE merupakan hasil perbandingan antara diameter zona bening yang terbentuk dan diameter koloni. Hasil uji aktivitas kitinolitik secara semikuantitatif menunjukkan bahwa bakteri isolat A7 memiliki IAE sebesar 4.29 saat diinokulasikan pada media kitin Gambar 4.1. Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni menunjukkan bahwa isolat A7 mampu mensekresikan kitinase yang mendegradasi senyawa kitin yang terkandung di dalam media agar kitin. Kitinase merupakan kelompok enzim yang mengkatalis reaksi hidrolisis kitin menjadi senyawa yang memiliki berat molekul yang lebih rendah Jholapara et al., 2013. Menurut Apriani 2008, enzim kitinase yang disekresikan menyebabkan kandungan kitin pada media agar kitin berkurang. Hal ini disebabkan karena partikel kitin berikatan dengan enzim kitinase kemudian didegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dan terbentuk zona bening di sekitar koloni. Gambar 4.1 Hasil analisis aktivitas kitinolitik bakteri isolat A7 pada media agar kitin

4.2 Pola Pertumbuhan Bakteri Kitinolitik

Pola pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui fase-fase pertumbuhan bakteri kitinolitik isolat A7, terutama fase logaritmik yang akan digunakan sebagai inokulum untuk produksi kitinase. Pada fase logaritmik terjadi pembelahan sel bakteri dan metabolisme bakteri paling aktif Apriani, 2008. Hasil pembuatan pola pertumbuhan berdasarkan perhitungan jumlah koloni selama rentang waktu 24 jam dapat dilihat pada grafik di bawah ini Gambar 4.2. Gambar 4.2 Pola pertumbuhan bakteri kitinolitik isolat A7 Pertumbuhan bakteri kitinolitik isolat A7 menunjukkan fase lag pada jam ke-0 sampai jam ke-4. Pada fase ini, bakteri kitinolitik menyesuaikan dengan kondisi medium dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Menurut Fardiaz 1992, pada fase lag belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim belum disintesis. Jumlah sel pada fase ini tetap atau mengalami penurunan. Fase logaritmik terjadi pada jam ke-4 sampai jam ke-8, pada fase ini terjadi peningkatan massa dan volume sel akibat nutrisi yang tercukupi sehingga dapat tumbuh secara optimal. Fase stasioner terjadi pada jam ke-8 sampai jam ke-24, pada fase ini tidak terjadi peningkatan dan penurunan jumlah koloni bakteri. Ini terjadi karena jumlah sel yang hidup sama dengan sel yang mati akibat kesediaan nutrisi yang semakin berkurang dan peningkatan produk limbah. Berdasarkan Gambar 4.2, fase logaritmik terjadi setelah inkubasi selama 4 jam sampai jam ke-8. Inokulum untuk produksi enzim diambil pada pertengahan atas fase logaritmik yaitu pada waktu inkubasi 7 jam. Pembuatan sumber inokulum biasanya dilakukan pada saat fase logaritimik karena pada fase ini sel-sel bakteri kitinolitik mengalami aktivitas metabolisme paling tinggi sehingga dapat mensintesis enzim kitinase secara optimal dan cocok digunakan sebagai inokulum dalam proses produksi enzim Purkan et al., 2014. Pada fase logaritmik sel-sel bakteri sudah beradaptasi dengan medium yang ada sehingga terjadi pembelahan sel maksimum secara konstan Schegel dan Karin, 1994. Fase logaritmik merupakan pola pertumbuhan yang seimbang karena semua sel membelah secara teratur dengan pembelahan biner. Sel-sel membelah dengan laju yang konstan tergantung pada komposisi media pertumbuhan dan kondisi inkubasi www.textbookofbacteriology.net, 2015.

4.3 Produksi Enzim Kitinase Isolat A7 Menggunakan Media Tepung