Elsum Rodearni Purba : Analisa Pengaruh Pasangan Subur Dan Pengguna AlatCara KB Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Simalungun Tahun 1994-2007, 2009.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tiga abad yang lalu, masalah kependudukan telah dipelajari oleh para ahli kependudukan tapi berlangsung relatif lama. Namun permasalahan kependudukan
baru mendapat perhatian lebih serius ketika dipublikasikannya buah pemikiran Robeth Thomas Malthus pada tahun 1796 yang dikenal dengan “Prinsip Kependudukan“ yang
sampai sekarang masih berharga. Di Indonesia, dewasa ini semarak dengan masalah pertumbuhan penduduk karena pertumbuhan penduduk ini adalah masalah penting
yang sangat membutuhkan perhatian dan pembahasan yang serius dari peminat dan ahli kependudukan. Bila para ahli dan pengambil kebijakan tidak cepat tanggap dan
waspada maka pertumbuhan penduduk akan membawa malapetaka. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, cepat dan tidak seimbang akan mengakibatkan
terjadinya tekanan-tekanan berat pada sektor pangan, pendidikan, fasilitas kesehatan, kesempatan kerja, tempat tinggal dan lingkungan hidup dan lain-lain. Hal ini
diperkuat oleh teori Malthus yang mengatakan: Apabila tidak ada pengekangan, pengendalian, jumlah penduduk cenderung berkembang jauh lebih cepat dibanding
kebutuhan kehidupan khususnya pangan. Dalam arti jumlah penduduk bertambah menurut deret ukur sedangkan kebutuhan kehidupan khususnya pangan bertambah
menurut deret hitung.
Elsum Rodearni Purba : Analisa Pengaruh Pasangan Subur Dan Pengguna AlatCara KB Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Simalungun Tahun 1994-2007, 2009.
Pada hakekatnya pertumbuhan penduduk Indonesia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu tingkat kelahiran fertilisasi, tingkat kematian mortalitas dan
migrasi. Dalam skala makro dan nasional pengaruh migrasi dapat dikatakan nihil tetapi tingkat kelahiran dan kematian sangat besar pengaruhnya bagi laju pertumbuhan
penduduk.
Seperti yang diuraikan diatas salah satu pengaruh laju pertumbuhan penduduk adalah fertilisasi. Fertilisasi adalah jumlah anak lahir hidup dan lebih dihitung untuk
wanita dikarenakan wanitalah yang melahirkan anak. Suatu kelahiran disebut dengan lahir hidup apabila waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan dan apabila tidak ada
tanda-tanda kehidupan disebut lahir mati. Dalam demografi lahir mati tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk
harus dilakukan penurunan, pengendalian fertilisasi. Hal ini disebabkan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan penduduk yang merupakan tujuan penting yang
harus dicapai oleh setiap negara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah berusaha membuat kebijakan-kebijakan penting dan berusaha memenuhi sarana dan
fasilitas yang menunjang kesejahteraan penduduk.
Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama yang harus dicapai oleh setiap negara tak terkecuali Indonesia.
Hal ini ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan segenap tumpah darahnya serta mamajukan kesejahteraan umum. Dan didukung oleh ketetapan MPR No IVMPR1978 yang berbunyi :
Elsum Rodearni Purba : Analisa Pengaruh Pasangan Subur Dan Pengguna AlatCara KB Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Simalungun Tahun 1994-2007, 2009.
“Agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terlaksana dengan cepat, harus dibarengi dengan pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk
melalui program keluarga berencana, yang mutlak harus dilaksanakan dengan berhasil, karena kegagalan pelaksanaan keluarga berencana akan mengakibatkan
hasil usaha pembangunan menjadi tidak berarti dan dapat membahayakan generasi yang akan datang”.
Bertolak dari pemikiran tersebut maka ditetapkan bahwa tujuan program keluarga berencana di Indonesia adalah mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
yang merupakan Sumber Daya Manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menjamin terkendalinya petumbuhan penduduk Indonesia David lucas,1995.
Di berbagai daerah berkembang perasaan malu bagi orang tua bila seorang anak yang sudah cukup umur belum melangsungkan pernikahan. Tetapi ada suatu
anggapan bila anak yang masih usia remaja sudah menikah mempunyai nilai tersendiri, karena menunjukkan kekayaan kehormatan dan kebanggaan bagi orang tua
yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan wanita yang sudah kawin lebih tinggi statusnya dalam pandangan masyarakat. Untuk menghindari kejadian di atas,
pemerintah melakukan suatu kebijakan dengan membuat undang-undang pernikahan No.1 tahun 1974 pasal 6 ayat 2 yang mengatakan bahwa “Yang melangsungkan
perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua” dan pasal 7 ayat 1 berisikan “ perkawinan hanya diizinkan jika
pihak pria berusia 19 tahun dan wanita sudah mencapai 16 tahun”. Undang-undang dan kebijakan pemerintah ini mempunyai alasan dan tujuan yaitu untuk menghindari
kawin muda pendewasaan usia perkawinan yang dianggap sebagai pasangan subur yang paling berpeluang melahirkan banyak anak, dan apabila usia kawin yang lebih
Elsum Rodearni Purba : Analisa Pengaruh Pasangan Subur Dan Pengguna AlatCara KB Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Simalungun Tahun 1994-2007, 2009.
tua dapat mempengaruhi fertilitas secara langsung maupun tidak langsung, pengaruh langsung adalah makin singkatnya wanita mengalami resiko melahirkan anak;
pengaruh yang tidak langsung dapat merupakan penurunan fertilitas yang disebabkan sikap-sikap itu baru terhadap perkawinan dan keluarga. Sikap-sikap baru ini dapat
menyebabkan seorang wanita kawin pada umur yang lebih tua dan mungkin juga menyebabkan pembatasan kelahiran dikarenakan resiko untuk melahirkan terlalu
besar Algiers Rachim, 1990.
Kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh
pemerintah harus
diikutsertakan dengan peran serta masyarakat untuk mendukung tujuan tersebut. Sehingga pengetahuan tentang kependudukan sangat penting untuk merangsang
timbulnya kesadaran dan membina tingkah laku yang bertanggung-jawab sehingga masalah-masalah yang ada dapat diatasi dengan penuh perhatian dan memungkinkan
setiap masalah dapat dicegah dan dihindari. Kesadaran masyarakat dan perhatian untuk ikut serta dalam mewujudkan kesadaran masyarakat dapat menanggulangi
masalah pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui respon masyarakat dalam penurunan fertilitas. Dan sejauh manakah pengaruh pasangan subur dan penggunaan
alatcara KB terhadap angka kelahiran sehingga dapat menekan angka pertumbuhan penduduk agar dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat seperti yang tertulis dalam
pembukaan UUD 1945. Untuk itu penulis mengambil judul tulisan
“ANALISA PENGARUH PASANGAN SUBUR DAN PENGGUNAAN ALAT CARA KB TERHADAP ANGKA KELAHIRAN DI
KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 1994-2007”.
Elsum Rodearni Purba : Analisa Pengaruh Pasangan Subur Dan Pengguna AlatCara KB Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Simalungun Tahun 1994-2007, 2009.
1.2. Perumusan Masalah