Proyeksi Angka Kelahiran Dan Kematian Bayi Pada Tahun 2013 Di Kabupaten Dairi

(1)

PROYEKSI ANGKA KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI PADA TAHUN 2013 DI KABUPATEN DAIRI

TUGAS AKHIR

SARTIKA PEMANOLA BANUREA 072407090

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PROYEKSI ANGKA KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI PADA TAHUN 2013 DI KABUPATEN DAIRI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

SARTIKA PEMANOLA BANUREA 072407090

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERNYATAAN

PROYEKSI ANGKA KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI PADA TAHUN 2013 DI KABUPATEN DAIRI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

SARTIKA PEMANOLA BANUREA 072407090


(4)

PENGHARGAAN

ﻢﻴﺤﺮﻟﺍﻦﻤﺤﺭﻟﺍﷲﻢﺴﺑ

Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang tiada terkira memberikan segala nikmat amal, insan dan ihsan, serta semangat dan kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya. Salawat bertangkaikan salam kepada junjungan mulia Rasulllullah Saw yang mulia disisi Allah.

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan pada program D3 Statistika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penyajian Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dapat dimanfaatkan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dimasa mendatang.

Pada saat masa penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan bimbingan. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika Ilmu

Pengetahuan Alam USU.

2. Bapak Dr. Saib Suwilo, M.Sc selaku Ketua Pelaksana Program D3 Ilmu Komputer

dan Statistika FMIPA USU.

3. Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Statistika

FMIPA USU.

4. Bapak Drs. Ridfe Johannes P. Matanari, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.

5. Seluruh Staff Pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

khususnya Jurusan Statistika.

6. Teristimewa kepada Ayahanda Dahlan Banurea dan Ibunda Saerah Limbong yang


(5)

materil mulai dari awal perkuliahan sampai dengan selesainya penyusunan Tugas Akhir ini.

7. Teristimewa lagi buat Kakanda Eka Prasanti Banurea, n Kakanda Irma Liasari

Banurea yang telah memberikan motivasi n semangat sebesar-besarnya pada penulis, n pada Adinda Marisa N.Z. Banurea semangat tyus y!!!!!!!!!,, “semangat tuk 4 wanita perkasa”,he he he, serta seluruh keluarga.

8. Buat Sahabat tersayang Qori, Iin, Yuly, Mirna, Iren, Lila, Lusi, Uya, Putra,fi3 yang

telah memberikan dukungan dengan penuh keikhlasan kepada Penulis, serta buat teman2 Q HMI kom’s Mipa yang selalu trus berjuang dan selalu memberikan dukungan kepada Penulis.

9. Buat teman-teman D3 Statistika khususnya pada STAT. C

10. Buat teman2 Kost Kamboja 41 k’risna, k’maya, k’herni, mida, eni, siti thanx tas

motivasi n semangatnya,,

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi Pembaca dan Penulis pada khususnya. Semoga apa yang penulis perbuat selalu diberkahi oleh sang pemilik Ilmu. Amin Ya Robbal Alamin

Medan, Juni 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

BAB I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 3

1.5 Lokasi Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 6

BAB 2 Tinjauan Teori 8

2.1 Pengertian-pengertian 8

2.1.1 Fertalitas 8

2.1.2 Mortalitas 10

2.2 Proyeksi 11

2.2.1 Rumusan yang digunakan 12

2.2.2 Peranan Proyeksi 13

BAB 3 Sejarah Kabupaten Dairi 14

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Dairi 14

3.1.1 Sebelum Penjajahan Belanda 14

3.1.2 Masa Penjajahan Belanda 15

3.1.3 Masa Penjajahan Jepang 16

3.1.4 Setelah Proklamasi Kemerdekaan Rebublik Indonesia 17 3.1.5 Perjuangan Pembentukan Daerah Otonom 18

BAB 4 Sejarah Singkat Tempat Riset 23

4.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik di Indonesia 23

4.1.1 Masa Penjajahan Belanda 23

4.1.2 Masa Penjajahan Jepang 24

4.1.3 Masa Pemerintahan Republik 24

4.1.4 Masa Orde Baru Sampai Sekarang 25

4.2 Visi dan Misi 27

4.2.1 Visi 27

4.2.2 Misi 27


(7)

BAB 5 Analisa dan Pembahasan 29

5.1 Pengumpulan Data 29

5.2 Fertilitas 30

5.2.1 Proyeksi Angka Kelahiran (TFR) pada Tahun 2013 dengan

Menggunakan Rumus Eksponensial 33

5.2.2 Proyeksi Angka Kelahiran (TFR) pada Tahun 2013 dengan

Menggunakan Rumus Geometri 34

5.3 Angka Kematian Bayi 36

5.3.1 Proyeksi Angka Kematian Bayi (IMR) pada Tahun 2013 dengan Menggunakan Rumus Eksponensial 39 5.3.2 Proyeksi Angka Kematian Bayi (IMR) pada Tahun 2013

dengan Menggunakan Rumus Geometri 40

5.4 Angka Harapan Hidup 41

5.4.1 Penurunan Angka Kematian Bayi 42

BAB 6 Implementasi sistem 45

6.1 Tahap Implementasi 45

6.2 Pengaktifan Excel 46

6.3 Jendela Lembar Kerja Excel 47

6.4 Pengisian Data 48

6.5 Pembuatan Grafik 49

BAB 7 Penutup 51

7.1 Kesimpulan 51

7.2 Saran 52

Daftar Pustaka Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Banyaknya TFR dan IMR pada Priode Tahun 1999-2008 di Kabupaten

Dairi 29

Tabel 5.2 Tingkat Infant Rate (IMR) Periode Tahun 1999-2008 di Kabupaten

Dairi 36

Tabel 5.3 Persentase Menurut Penolong Kelahiran Tahun 2008 43 Tabel 5.4 Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sejenisnya Menurut


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 5.1 Tingkat TFR dan IMR Periode Tahun 1999-2008 23 Gambar 5.2 Penurunan Tingkat IMR dan AHH di Kabupaten Dairi 24

Gambar 6.1 Tampilan Pengaktifan Excel 46

Gambar 6.2 Tampilan Jendela Microsoft Excel 47

Gambar 6.3 Tampilan Kotak Pengisian Data 48

Gambar 6.4 Tampilan Pembuatan Grafik 49


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan-kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus, penduduk akan di pengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk) tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur.

Kesejahteraan penduduk merupakan suatu tujuan penting yang ingin dicapai setiap negara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintahan berusaha membuat suatu kebijakan-kebijakan penting dan berusaha memenuhi sarana dan fasilitas yang menunjang bagi kesejahteraan penduduk.

Menteri kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia masih rendah dan ini tercermin tingginya tingkat kematian bayi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.


(11)

Mortalitas (kematian) penduduk merupakan salah satu dari variabel penting dalam demografi. Apabila angka mortalitas tinggi ataupun rendah atau tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi dapat juga dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat tersebut, bila dilihat dari angka kematian di masa lampau dan masa sekarang dapat gambaran usia penduduk untuk perencanaan yang akan datang.

Selama ini penelitian dibidang mortalitas hampir dikesampingkan, tidak terkecuali di Indonesia. Penelitian mortalitas di Indonesia jumlahnya relatif sangat sedikit, dan itupun lebih banyak menekankan pada aspek dan tingkat perkembangannya,belum banyak tentang faktor-faktor lainnya yang dikaitkan dengan tinggi rendahnya tingkat kematian. Keadaan ini disebabkan karena selama ini ada anggapan bahwa arah perkembangan tingkat kematian akan cendrung terus menurun.

Pengetahuan tentang kependudukan adalah penting untuk diketahui oleh masyarakat luas di mana dapat merangsang timbulnya kesadaran dan membina tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan, sehingga masalah-masalah yang ada dapat di atasi bersama dengan penuh perhatian dan memungkinkan setiap timbulnya dapat dicegah atau dihindari.

Oleh karena itu, maka penulis merasa tertarik dan terdorong untuk mengadakan penelitian tentang angka kelahiran dan kematian, dengan judul “ PROYEKSI ANGKA KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI PADA TAHUN 2013 DI KABUPATEN DAIRI ”.


(12)

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan judul diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana memproyeksikan angka kelahiran dan kematian bayi pada tahun 2013 di Kabupaten Dairi tersebut. Dimana angka kelahiran dan kematian bayi setiap tahunnya dapat diketahui apakah bertambah atau berkurang.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan untuk menjelaskan arah dan tujuan dari suatu masalah yang akan diteliti sehingga tidak menimbulkan kekeliruan, jadi untuk mengarahkan peneliti ini agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju maka perlu membuat batasan ruang lingkup permasalahan. Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada analisa untuk mengetahui tingkat kenaikan/penurunan angka kelahiran dan kematian bayi serta memperkirakan jumlah kelahiran dan kematian pada tahun 2013 di Kabupaten Dairi.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari tulisan ini adalah untuk mengamati dan memberikan penyajian data, yang diharapkan dapat dipergunakan seefisien mungkin bagi pihak-pihak yang membutuhkannya untuk dapat mengambil suatu keputusan atau kebijakan yang dapat membangun kesejahteraan masyarakat.


(13)

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran berapa besarnya angka kematian dan kelahiran bayi kalau diproyeksikan pada tahun 2013 yang akan datang.

1.5 Lokasi Penelitian

Penelitian atau pengumpulan data mengenai Proyeksi Angka Kelahiran dan Kematian Bayi pada Tahun 2013 di Kabupaten Dairi berdasarkan data tahun 1999-2008 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi, jln. Pelita No.15 Sidikalang.

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah dengan cara sebagai berikut:

1. Penelitian Keperpustakaan

Penelitian keperpustakan yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari perpustakaan, dengan membaca buku-buku, referensi dan bahan-bahan yang bersifat teoritis yang mendukung penulisan tugas akhir .

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk keperluan riset ini, penulis lakukan dengan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi. Data yang


(14)

dikumpulkan tersebut kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sekumpulan data tersebut.

3. Teknik dan Analisa Data

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan proyeksi dan fenomena yang bersifat tumbuh secara eksponensial, geometri.

a. Eksponensial

Eksponensial adalah pertumbuhan penduduk secara terus menerus setiap hari dengan pertumbuhan (rate) yang konstan.

Adapun rumus proyeksi eksponensial adalah sebagai berikut : Pt =P0.e

Dimana :

rt

Pt p

= jumlah kelahiran dan kematian bayi pada tahun t o

e = angka eksponensial (2.718282)

= jumlah kelahiran dan kematian bayi pada tahun dasar

t = jangka waktu (dalam tahun)

b. Geometri

Geometri adalah pertumbuhan bertahap (discrate) dimana grafik ditiap tahun merupakan satu tahap.

Adapun rumus proyeksi geometri adalah sebagai berikut : Pt = P0. (1+ r )

Dimana :


(15)

Pt p

= jumlah kelahiran dan kematian bayi pada tahun t o

r = tingkat pertumbuhan kelahiran dan kematian bayi = jumlah kelahiran dan kematian bayi pada tahun dasar

t = jangka waktu (dalam tahun)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diuraikan untuk memberikan kerangka atau gambaran dari tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan uraian teori tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah tugas akhir.

BAB 3 : SEJARAH SINGKAT KABUPATEN DAIRI

Bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat kabupaten dairi dan kecamatan – kecamatannya.

BAB 4 : SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET


(16)

BAB 5 : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang cara penggunaan rumus yang telah ditentukan oleh penulis melakukan evaluasi terhadap penelitian.

BAB 6 : IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang implementasi sistem yang digunakan untuk analisis penelitian.

BAB 7 : PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang merupakan kesimpulan dari pembahasan serta saran-saran penulis berdasarkan kesimpulan yang didapat.


(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian- pengertian

Secara singkat perlu di ketahui beberapa pengertian untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan untuk membangun atau mengembangkan aplikasi yang ada.

2.1.1 Fertilitas

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup, yaitu digunakan didalam bidang demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang dilahirkan hidup. Atau dengan kata lain fertilitas adalah suatu ukuran yang diterapkan untuk mengukur hasil reproduksi dari wanita yang diperoleh dari data statistik.

Fertilitas (kelahiran) juga merupakan salah satu komponen yang penting dalam pertubuhan dan proyeksi jumlah penduduk. Jika jumlah penduduk tinggi maka pertumbuhan akan semakin tinggi. Apabila tingginya angka kelahiran ini tidak diperhatikan dengan baik perkembangannya maka hal ini akan sangat berpengaruh


(18)

terhadap perkembangan masyarakat dari suatu wilayah atau negara baik dalam tingkat kesehatan, sosial maupun ekonomi.

Tingkat kelahiran dimasa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar dimasa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tubuh kembang bayi tersebut,kelahiran juga sebagai indicator yang penting didalam melaksanakan perencanaan kesehatan.

Angka kelahiran atau angka kesuburan dipengaruhi oleh usia memulai hubungan kelamin, kesuburan atau kemandulan biologis, baik disengaja maupun tidak disengaja, peningkatan pelayanan kesehatan pada umumnya, keluarga berencana.

Pemerintahan Indonesia telah berhasil melaksanakan program keluarga berencana sejak tahun 1971, yang ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas dari 5,6 anak pada tahun-tahun 1970-an menjadi 2,4 anak per wanita menjelang tahun 2000. Sementara program kesehatan juga telah mampu meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia yang ditandai dengan penurunan tingkat kematian bayi dan peningkatan harapan hidup penduduk Indonesia.


(19)

2.1.2 Mortalitas

Kematian atau mortalitas adalah salah satu yang berpengaruh terdapat jumlah dan kondisi penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.

Yang di maksud dengan kematian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran. Dapat di simpulkan bahwa keadaan mati hanya bisa terjadi kalau sudah terjadinya kelahiran hidup. Jadi, mati tidak pernah ada apabila kehidupan tidak ada , karena kehidupan harus dimulai dengan lahir hidup.

Lahir hidup menurut badan UN (United Nation) dan WHO (World Health Organization) :

1. Lahir hidup yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya masa kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda kehidupan lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat sudah dipotong atau belum.

2. Lahir mati yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kematian bayi, secara garis besar dari segi penyebabnya, kematian bayi dibedakan atas dua jenis yaitu :


(20)

1. Kematian Bayi Endogen

Kematian bayi disebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya sejak kehamilan.

2. Kematian Bayi Eksogen

Kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan.

Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan engan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintahan pusat lokal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Proyeksi

Sebelum masuk dalam aplikasi proyeksi perhitungan angka kelahiran dan kematian bayi di kabupaten dairi, maka ada baiknya diketahui dulu tentang proyeksi serta sejauh mana peranan dan keterkaitan dalam proses pengambilan keputusan. Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan dimasa yang akan datang berdasarkan data yang telah ada.

Untuk mengurangi resiko perlu kiranya asumsi yang diambil oleh pembuat keputusan didukung oleh proyeksi tentang perkembangan dimasa yang akan datang secara objektif, yakni dengan didasarkan atas data yang relevan dari waktu ke waktu


(21)

pada masa lalu untuk diproyeksikan kedepan agar diperoleh informasi yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Peramalan pada dasarnya adalah merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian yang akan datang (Supranto), dimana hasil proyeksi tersebut menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang. Kualitas suatu proyeksi sangat ditentukan oleh proses pelaksanaan penyusunannya. Proyeksi yang baik adalah proyeksi yang menghasilkan penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan sekecil mungkin. Bila dirumuskan error = hasil ramalan – kenyataan. Jadi bila errornya kecil bahkan bisa mendekati nol, maka ramalan itu dapat dikatakan peramalan yang baik.

2.2.1 Rumusan Yang Digunakan

Ada beberapa model matematika yang relevan, dan mungkin digunakan perhitungan secara proyeksi, dan rumus yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan angka kelahiran dan kematian bayi disini adalah secara eksponensial, geometri.

1. Eksponensial adalah pertumbuhan penduduk secara terus menerus setiap hari dengan pertumbuhan (rate) yang konstan.

Rumus :Pt =po.e P

rt

t

p

= jumlah kelahiran dan kematian bayi pada tahun t o

e = angka eksponensial (2.718282)

= jumlah kelahiran bayi pada tahun dasar

t = jangka waktu (dalam tahun)


(22)

2. Geometri adalah pertumbuhan bertahap (discrate) dimana grafik ditiap tahun merupakan satu tahap.

Rumus :Pt = po (1+ r ) P

t

t

p

= jumlah kelahiran dan kematian bayi pada tahun t o

r = tingkat pertumbuhan kelahiran dan kematian bayi = jumlah kelahiran dan kematian bayi tahun dasar

t = jangka waktu (dalam tahun)

2.2.2 Peranan Proyeksi

Jika dikaitkan dengan masalah manajemen, maka proyeksi dapat digunakan untuk : 1. Alat pengendali terhadap pelaksanaan atau implementasi perencanaan tersebut

agar bisa diketahui dengan segala kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi untuk dapat dilakukan perbaikan atau koreksi. 2. Dasar suatu perencanaan, agar suatu perencanaan sesuai dengan kemampuan

yang ada sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga dapat dicegah terjadinya suatu perencanaan yang ambisius dan susah untuk dilaksanakan. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan personil, kemampuan pembiayaan (keuangan) serta kemampuan meterial.

Dasar evaluasi, apakah realisasi hasil kerja dilapangan sesuai dengan proyeksi yang telah ditetapkan, kurang dari itu atau bahkan melampaui. Kalau proyeksi tidak tercapai, faktor-faktor apa yang menyebabkannya, untuk itu semua diperlukan data dan analisis.


(23)

BAB 3

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN DAIRI

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Dairi

Sejarah kabupaten Dairi banyak mengalami perubahan-perubahan dalam wilayah atau pun daerah, maupun pemerintahan.

3.1.1 Sebelum Penjajahan Belanda.

Pemerintahan di daerah Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan wilayah/daerah Otonom, tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap Raja-raja Adat. Pemerintahan masa itu dikendalikan oleh Raja Ekuten/Takal Aur/ Suak dan Pertaki sebagai Raja-raja Adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan.


(24)

1. Raja Ekuten, sebagai Pemimpin satu wilayah (suak) atau yang terdiri dari beberapa suku/kuta/kampung. Raja Ekuten disebut juga Takal Aur, yang merupakan Kepala Negeri.

2. Pertaki, sebagai pemimpin satu Kuta atau Kampung, setingkat di bawah Raja Ekuten.

3. Sulang Silima, sebagai Pembantu Pertaki pada setiap Kuta (Kampung), yang terdiri dari :

a. Perisang-isang b. Perekur-ekur c. Pertulan tengah d. Perpunca Ndiadep e. Perbetekken.

3.1.2 Masa Penjajahan Belanda.

Pada masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, sejarah mencatat bahwa Raja Sisingamangaraja XII semasa hidupnya cukup lama berjuang di daerah Dairi, karena wilayah Bakkara dan wilayah Toba pada umumnya telah dibakar habis dan dikuasai oleh Belanda. Kondisi tersebut tidak memungkinkan lagi untuk bertahan dan meneruskan perjuangannya, sehingga beliau hijrah ke Dairi. Beliau wafat pada tgl. 17 Juni 1907 di Ambalo Sienem Koden yang ditembak atas perintah Komandan Batalion Marsuse Belanda, Kapten Cristofel.


(25)

Pada masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan politik Devide Et Impera, maka nilai-nilai, pola dan struktur pemerintahan di Dairi mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan mengacu pada sistim dan pembagian wilayah Kerajaan Belanda, maka Dairi saat itu ditetapkan sebagai suatu Onder Afdeling yang dipimpin seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh seorang Demang dari penduduk Pribumi/Bumi Putra. Kedua Pejabat tersebut dinamai Controleur Der Dairi Landen dan Demang Der Dairi Landen.

Selama penjajahan Belanda inilah daerah Dairi mengalami sangat banyak penyusutan wilayah, karena politik penjajahan Kolonial Belanda yang membatasi serta menutup hubungan dengan wilayah-wilayah Dairi lainnya yaitu :

1. Tongging, menjadi wilayah Tanah Karo;

2. Manduamas dan Barus, menjadi wilayah Tapanuli Tengah; 3. Sienem Koden (Parlilitan), menjadi wilayah Tapanuli Utara;

4. Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Gelombang, Runding dan Singkil menjadi wilayah Aceh.

3.1.3 Masa Pemerintahan Jepang.

Setelah jatuhnya Hindia Belanda atas pendudukan Dai Nippon, maka pemerintahan Belanda digantikan oleh Militerisme Jepang. Secara umum pemerintahan Bala Tentara Jepang membagi wilayah Indonesia dalam 3 Bagian yaitu :

1. Daerah yang meliputi Jawa, berada di bawah kekuasaan Angkatan Darat yang berkedudukan di Jakarta;


(26)

2. Daerah yang meliputi pulau Sumatera, berada di bawah kekuasaan Angkatan Darat yang berkedudukan di Bukit Tinggi;

3. Daerah-daerah selebihnya berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut, yang berkedudukan di Makassar.

3.1.4 Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Setelah kemerdekaan diproklamirkan tgl. 17 Agustus 1945, maka Pasal 18 UUD 1945 menghendaki dibentuknya Undang-Undang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah, sehingga sebelum Undang-Undang tersebut dibentuk, oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tgl. 19 Agustus 1945 menetapkan Daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi atas 8 (delapan) Propinsi yang

masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur. Daerah Propinsi dibagi dalam Keresidenan

yang dikepalai seorang Residen. Gubernur dan Residen dibantu oleh Komite Nasional Daerah.

Perubahan struktur pemerintahan setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia serta pemulihan keamanan bahwa Kecamatan tetap 8 (delapan), kewedanaan dihapus, kenegerian dan kampung berjalan sebagaimana biasa. Bulan Maret 1950 Gubernur Propinsi Tapanuli /Sumatera Timur menetapkan bahwa : Kabupaten-kabupaten administratif dibubarkan dan Kabupaten Dairi dikembalikan ke Daerah Hukum Tapanuli Utara. Dengan SK Komandan Sektor III/VII tanggal 28 Januari 1949 Nomor : SU/III/3/37; ditetapkan susunan kehakiman Tentara yang diketuai Mayor Selamat Ginting.


(27)

Setelah terbentuknya Pemerintah Militer Kabupaten Dairi yang dipimpin G.B. Pinem dengan Sekretaris Bontasius Simangunsong dengan Pengatur Usaha; J. S. Meliala, Juru Usaha Mantas Tarigan dan staf Hanjah Nababan.

3.1.5 Perjuangan Pembentukan Daerah Otonom.

Sejak tahun 1958, aspirasi masyarakat Dairi untuk memperjuangkan Daerahnya sebagai Kabupaten yang Otonom tetap tumbuh berkembang dengan mengutus pertama kali Tokoh Masyarakat ke Jakarta untuk menyampaikan hasrat dimaksud agar disetujui. Aspirasi dan tuntutan tersebut terus berkembang sampai Tahun 1964 dan saat itu Tokoh Masyarakat, Mangantar Dairi Solin dkk diutus dan berangkat ke Jakarta untuk memperjuangkannya di Departemen Dalam Negeri. Akhirnya pertimbangan persetujuan pembentukan daerah Otonom Kabupaten Dairi, diproses oleh Pemerintah Pusat cq. Menteri Dalam Negeri saat itu Bpk. Sanusi Harjadinata yang pada tahun itu menyetujui Daerah Tingkat II Dairi menjadi Daerah Otonom Kabupaten yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara.

Dalam situasi tersebut dikeluarkanlah Undang-Undang darurat yaitu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 tahun 1964 tgl. 13 Pebruari 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi yang berlaku surut sejak tgl. 1 Januari 1964. Untuk mempersiapkan pembentukan DPRD Dairi dan pemilihan Bupati yang defenitif, maka diangkatlah Rambio Muda Aritonang sebagai Pejabat Bupati KDH Dairi dan setelah beliau selesai menyusun anggota DPRD sebanyak 20 orang, dilanjutkan dengan pemilihan Bupati . Saat itu terpilihlah Mayor Raja Nembah


(28)

Maha, yang memperoleh suara terbanyak menjadi Bupati KDH Tingkat II Dairi dan Wal Mantas Habeahan tepilih sebagai Sekretaris Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi , yang berlaku surut mulai tgl. 1 Januari 1964, maka wilayah Kabupaten Dairi pada saat pembentukannya terdiri atas 8 ( delapan ) Kecamatan ) yaitu :

1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang; 2. Kecamatan Sumbul , ibukotanya Sumbul; 3. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga; 4. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh; 5. Kecamatan Salak, ibukotanya Salak;

6. Kecamatan Kerajaan, ibukotanya Sukaramai.

7. Kecamatan Silima Pungga-Pungga, ibukotanya Parongil. 8. Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Bunturaja;

9. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah.

Pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, maka sesuai ketentuan Pasal 75 UU dimaksud ditetapkan bahwa pembentukan, nama, batas, sebutan, ibukota wilayah administratif (termasuk Kecamatan) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Mekanisme pembentukan Kecamatan diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138-210 Tahun 1982 tgl. 3 Maret 1982 tentang Tata Cara Pembentukan Kecamatan Kecamatan serta


(29)

Surat Edaran Mendagri Nomor 138/2603/PUOD tgl. 7 Juli 1981, perihal : Prosedur Penyelesaian Masalah Pembentukan Wilayah Kecamatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992, yang mengatur tentang Pembentukan Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Siempat Nempu Hulu dan Pegagan Hilir, maka ketiga Kecamatan tersebut disahkan menjadi Kecamatan defenitif dan diresmikan secara terpusat pada tgl. 19 Oktober 1992 di Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara.

Wilayah Kabupaten Dairi sejak tgl. 19 Oktober 1992 berjumlah 12 (dua belas) Kecamatan definitif yaitu :

1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;

2. Kecamatan Sumbul , ibukotanya Sumbul

3. Kecamatan Silima Pungga-pungga, ibukotanya Parongil 4. Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Bunturaja 5. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga 6. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh 7. Kecamatan Salak, ibukotanya Salak ;

8. Kecamatan Kerajaan, ibukotanya Sukaramai ; 9. Kecamatan Parbuluan, ibukotanya Sigalingging; 10. Kecamatan Pegagan Hilir , ibukotanya Tigabaru.

11. Kecamatan Siempat Nempu Hulu, ibukotanya Silumboyah; 12. Kecamatan Siempat Nempu Hilir, ibukotanya Sopo Butar.


(30)

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah mengamanatkan agar sebagian besar kewenangan pemerintahan diatur dan diurus oleh Daerah Otonom Kabupaten/Kota. Salah satu kewenangan Daerah yang cukup penting dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masyarakat adalah kewenangan dalam penataan dan pembentukan wilayah-wilayah kerja pemerintahan seperti: pembentukan Kecamatan, Kelurahan maupun Desa. Berdasarkan ketentuan Pasal 66 ayat (6) UU dimaksud telah ditetapkan bahwa Pembentukan Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Dengan demikian wilayah pemerintahan Kabupaten Dairi terdiri dari 16 (enam belas) Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;

2. Kecamatan Sumbul , ibukotanya Sumbul

3. Kecamatan Silima Pungga-pungga, ibukotanya Parongil 4. Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Bunturaja 5. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga 6. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh 7. Kecamatan Salak, ibukotanya Salak ;

8. Kecamatan Kerajaan, ibukotanya Sukaramai ; 9. Kecamatan Parbuluan, ibukotanya Sigalingging; 10. Kecamatan Pegagan Hilir, ibukotanya Tigabaru;

11. Kecamatan Siempat Nempu Hulu dengan ibukotanya Silumboyah; 12. Kecamatan Siempat Nempu Hilir dengan ibukotanya Sopo Butar. 13. Kecamatan Lae Parira, ibukotanya Lae Parira;


(31)

15. Kecamatan Gunung Sitember, ibukotanya Gunung Sitember. 16. Kecamatan Berampu, ibukotanya Berampu.

Berdasarkan uraian singkat perkembangan wilayah pemerintahan di Kabupaten Dairi sejak kemerdekaan tersebut di atas, maka fenomena pemerintahan yang cukup menarik dicermati adalah keterlambatan pengembangan wilayah pemerintahan, khususnya pembentukan Kecamatan pada wilayah eks Kewedanaan Simsim dahulu, dengan segala konsekwensinya dalam bidang pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan masyarakat.

Pada kenyataannya bahwa sejak terbentuknya Kabupaten Dairi Tahun 1947, wilayah eks Kewedanaan Simsim atau wilayah Onder District Van Simsim pada masa penjajahan Belanda dahulu ( Kecamatan Salak dan Kecamatan Kerajaan), baru setelah 53 Tahun berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Dairi yang dapat dimekarkan hanya Kecamatan Salak pada Tahun 2000, dengan membentuk Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Dairi No. 33 tahun 2000. Pembentukan Kecamatan dimaksud baru bisa terwujud setelah berlakunya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, walaupun pada dasarnya telah lama diusulkan pada masa berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.


(32)

BAB 4

SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

4.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik di Indonesia

Sejarah Badan Pusat Statistik di bagi dalam tiga masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan, masa setelah kemerdekaan dan masa orde baru. Masa sebelum kemerdekaan dibagi kembali dakam dua masa yaitu masa pemerintahan Belanda dan masa pemerintahan Jepang.

4.1.1 Masa Pemerintahan Belanda

Pada bulan Februari 1920, kantor statistik pertama kali dibentuk oleh direktur pertamina, kerajinan, dan perdagangan (Directur Van landbow nijerverheid en Handel) yang berkedudukan di Bogor. Kantor ini diserahi tugas untuk mengolah dan mempublikasikan data statistik. Pada bulan Maret 1923, dibentuk sutu komisi untuk badan statistik yang anggotanya merupakan wakil dari tiap-tiap departemen. Komisi tersebut diserahi tugas merencanakan tindakan-tindakan yang mengarah sejauh mungkin.

Pada tanggal 24 September 1924, nama lembaga tersebut diganti dengan nama Central kantor Voor de Statistik (CKS) atau kantor statistik dan dipindahkan ke Jakarta.


(33)

Bersama dengan itu beralih pula pekerjaan mekanisme statistik perdagangan yang semula dilaksanakan aleh kantor Invoer Uitvoer en Accijnsen (AIU) yang sekarang disebut kator bea dan cukai.

4.1.2 Masa Pemerintahan Jepang

Pada bulan juni 1944, pemerintah jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang utamanya di arahkan untuk memenuhi kebutuhan perang atau militer. Pada masa ini CKS diganti menjadi Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu.

4.1.3 Masa Pemerintahan Republik

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 kegiatan statistik tidak lagi ditangani oleh Chosasitsu Gunseikanbu tetapi oleh lembaga /instansi baru yang sesuai dengan suasana kemerdekaan yaitu KAPPURI (Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia). Tahun 1946 kantor KAPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai konsekuensi Linggarjati. Sementara ini Pemerintah Belanda (NICA) di Jakarta mengaktifkan kembali CKS.

Berdasarkan surat edaran Kementrian Kemakmuran, tanggal 12 juni 1950 No. 219/S.C,KAPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS) dan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kemakmuran.

Dengan Surat Menteri Perekonomian tanggal 1 Maret 1952 No. P/44, lembaga KPS berada dibawah tanggung jawab menteri perekonomian. Selanjutnya keputusan menteri


(34)

perekonomian tanggal 24 Desember 1953 No.18.009/M KPS dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian riset yang disebut Afdeling A dan bagian penyelenggara tata usaha yang disebut Afdeling B.

Dengan keputusan Presiden RI No. 131 tahun 1957 , kementerien perekonomian dipecah menjadi kementerian perdagangan dan perindustrian. Untuk selanjutnya keputusan presiden RI No. 172 tahun 1957, terhitung mulai tanggal 1 Juni 1957 nama KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik dan urusan statistik yang semula menjadi tanggung jawab dan wewenang berada dibawah perdana menteri.

4.1.4 Masa Orde baru Sampai Sekarang

Pada pemerintehan orde baru, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, maka untuk mendapatkan statistik yang handal, lengkap, tepat, akurat, dan terpercaya mulai diadakan pembenahan organisasi Biro Pusat Statistik.

Dalam masa orde baru ini BPS telah mengalami 4 kali perubahan struktur organisasi, yaitu :

1. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1968 tentang Organisasi BPS.

2. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1980 tentang Organisasi BPS.

3. Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1992 tentang Organisasi BPS dan keputusan

presiden No. 6 tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi susunan dan tata kerja Biro Pusat Statistik.

4. Undang-undang No. tahun 1997 tentang statistik.

5. Keputusan Presiden RI No. 86 tentang BPS.


(35)

7. PP No. 51 tahun 1999 tentang penyelenggaraan statistik.

Tahun 1968 ditetapkan peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968 yaitu yang mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan daerah. Tahun 1980 peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 di tiap propinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama kantor statistik propinsi. Di kabupaten / kotamadya terdapat cabang perwakilan BPS dengan nama Kantor Statistik sebagai pengganti UU No. 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juni 1998 ditetapkan nama Badan Pusat Statistik sekaligus mengatur tata kerja dan struktur organisasi BPS yang baru.

4.2 Visi dan Misi

4.2.1 Visi

Badan Pusat Statistik mempunyai visi untuk menjadikan informasi sebagai tulang punggung pembangunan nasianal dan regional, didukung sumber daya manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang mutakhir.

4.2.2 Misi

Dalam menunjang pembangunan nasional Badan Pusat Statistik mengemban misi mengarahkan pembangunan statistik pada penydiaan data statistik yang bermutu dan handal, efektif dan efisien, peningkatan kesadaran masyarakat akan kegunaan badan statistik dan mengemban ilmu pengetahuan statistik dalam kehidupan sehari-hari.


(36)

4.3 Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik adalah suatu lembaga pemerintah non-departemen yang bertanggung jawab kepada presiden. Ini menjamin BPS tidak tergantung pada instansi pemerintah lainnya dalam menghasilkan data statistik.

Struktur organisasi BPS pada peraturan pemerintahan No. 2 tahun 1992. di daerah-daerah terdapat 27 kantor perwakilan Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik tingkat propinsi, dan dibawahnya terdapat 302 kantor perwakilan Badan Pusat Statistik tingkat Kabupaten / Kotamadya.

Kantor statistik tingkat propinsi dibagi dalam dua kategori yaitu tipe A dan tipe B. Tipe kantor statistik tersebut didasarkan atas beban kerja serta pertimbangan lain yang dinilai mempunyai keterkaitan langsung dengan tugas dan fungsi kantor statistik propinsi. Pengumpulan data penulis ini yang dilakukan di BPS dan masuk dalam kategori tipe A. Kantor statistik tipe A berlokasi di enam propinsi yaitu : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan sedangkan kantor statistik di propinsi lainnya bertipe B.

Menteri statistik adalah aparat Badan Pusat Statistik di kecamatan yang bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Statistik tingkat II. Mereka itu adalah petugas pengumpul data statistik yang secara langsung berhubungan dengan responden. Untuk memperlancar kegiatan statistik dan menghindari kecurigaan diantara reponden, undang-undang statistik juga mengatur berbagai ketentuan, termasuk kewajiban untuk memberikan data, kerahasiaan data individual pelanggaran hokum.


(37)

BAB 5

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang didapat tidak melalui survei (pendataan langsung). Data didapat dari Badan Pusat Statistik(BPS) Kabupaten Dairi Dalam Angka.

Tabel 5.1 Banyaknya TFR dan IMR pada periode tahun 1999-2008 di Kabupaten Dairi

TAHUN TFR IMR

1998 3.92 56.30

1999 3.78 56.30

2000 3.79 56.30

2001 3.48 47.50

2002 3.61 47.00

2003 3.42 45.00

2004 3.36 43.00

2005 3.15 29.60

2006 3.07 28.20

2007 2.99 26.30

2008 2.96 25.40


(38)

Bila dilihat dari tabel, terjadi penurunan baik TFR maupun IMR dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat melalui grafik berikut :

Gambar 5.1 Tingkat TFR dan IMR periode tahun 1998-2008 di Kabupaten Dairi

5.2 FERTILITAS

Data yang dilakukan untuk menganalisis fertilitas adalah tingkat fertilitas total (TFR), yaitu rata-rata yang dilahirkan oleh wanita dalam masa usia subur. Sebelum memproyeksikan TFR maka harus lebih dl diketahui tingkat pertumbuhan TFR pada setiap tahun, di singkat dengan (r). untuk mencari r dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

1. Tingkat pertumbuhan fertilitas (r) dengan menggunakan rumus eksponensial :

Rumus : Pt =P0.e

rt 0

10 20 30 40 50 60

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

J

U

M

L

AH

TAHUN

TINGKAT TFR DAN IMR

TFR IMR


(39)

Dengan : P2008 P

= 2,96 1998 = 3,92

t = 10 tahun

r = …….?

Sehingga : Pt = P0.e

rt

P

2008 = P1998.e

2,96 = 3,92 x 2,718282

rt

2,718282

10r

10r

= Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not

defined. 92 , 3 96 , 2 2,71828210r

10 r log 2,718282 = log 0,7551

= 0,7551

10r x 0,4343 = - 0,1219

10 r = Error! Bookmark not defined.

4343 , 0 1219 , 0 −

10 r = -0,2809

r =

10 2809 , 0 −

= -0,028

r = -0.028 x 100 % = -2,8%


(40)

Rumus : Pt = P0. (1+ r )

Dengan : P

t

t = P2008

P

= 2,96 0 = P1998

t = 10 tahun

= 3,92

r = …….?

Sehingga : Pt = P0.(1+r)

t

2,96 = 3,92(1+r)

10 92 , 3 96 , 2

= (1+r)

(1+r)

10

10

10 log(1+r)

= 0,7551

log(1+r) =

= log 0,7551

10 1219 , 0 −

log(1+r) = - 0,0123

(1+r) = -0,0123 (anti log)Error! Bookmark not

defined.

(1+r) = 0,9721

Error! Bookmark not defined.

r = 0,9721-1

r = -0.028 x 100 % = -2,8%

Dari perhitungan itu didapat bahwa tingkat pertumbuhan TFR di Kabupaten Dairi sebesar -2,8%. Hal ini berarti bahwa TFR mengalami penurunan sebesar 2,8% setiap tahunnya.


(41)

Rumus : Pt = P0.e

Dengan P

rt

t = P2013

P

= …….?

0 = P2008

t = 5 tahun

= 2,96

r = -0,0281

Sehingga : Pt = P0.e

= 2,96 x 2,718282

rt

5(-0,0281)

= 2,96 x 2,718282

= 2,96 x 0,869358

-0,140

= 2,573

= 2,57

5.2.2 Proyeksi TFR pada tahun 2013 dengan menggunakan rumus geometri

Rumus : Pt = P0.(1+r)

Dengan P

t

t = P2013

P

= …….?

0 = P2008

t = 5 tahun

= 2,96

r = -0,0281

Sehingga : Pt = P0.(1+r)

= 2,96 (1-0,0281)

t

5


(42)

= 2,96 (0,867623536)

= 2,568

= 2,57

Dari hasil proyeksi yang didapat bahwa pada tahun 2013 diperkirakan TFR mengalami penurunan sebesar 2,57 bayi per wanita usia subur.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi tingkat fertilitas adalah :

1. Usia perkawinan pertama

Usia perkawina pertama salah satu yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perkembangan penduduk karena berpengaruh langsung terhadap perkembangan fertilitas. Wanita berumur 10 tahun keatas yang melangsungkan perkawinan akan melalui suatu proses biologis, yaitu melahirkan berulang kali sampai dengan masa monopause. Oleh karena itu umur perkawinan pertama dianggap mempengaruhi panjangnya masa reproduksi. Semakin muda seorang wanita menikah, maka semakin panjang masa reproduksinya dan semakin besar pula kemungkinannya untuk melahirkan anak.

2. Penggunaan alat / cara KB

Penggunaan KB juga sangat berpengaruh terhadap angka pertumbuhan bayi, juga terhadap pertumbuhan penduduk Indonesia.

Upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk erat kaitannya dengan program KB (Keluarga Berencana). Salah satu sebab terjadinya angka penurunan bayi adalah berhasilnya pelaksanaan gerakan KB yang telah dimulai sejak tahun 70-an. Sasaran program


(43)

penekanan angka fertilitas adalah PUS (Pasangan Usia Subur) karena pada usia subur tersebut (15-49 tahun), seorang wanita berada pada kemungki nan terbesar untuk melahirkan.

5.3 ANGKA KEMATIAN BAYI (IMR)

Angka kelahiran bayi merupakan indikator penting untuk mengetahui keadaan derajat kesehatan disuatu masyarakat karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat si bayi tinggal dan erat juga dengan status sosial orang tua si bayi. kemampuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunkan angka kematian bayi. Oleh karena itu angka kematian bayi dipakai sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan serta kondisi sosial masyarakat.

Program bidang kesehatan dilaksanakan pada seluruh siklus hidup manusia, mulai dari masa kandungan, anak-anak, remaja, hingga masa lanjut usia. Demikian halnya dengan pemerintah kabupaten Dairi yang selalu menurunkan angka kematian bayi.

Tabel 5.2 Tingkat Infant Rate (IMR) periode tahun 1998-2008 di Kabupaten Dairi TAHUN IMR Angka Harapan Hidup

1998 56.30 64.10

1999 56.30 64.10


(44)

2001 47.50 65.20

2002 47.00 66.60

2003 45.00 66.80

2004 43.00 66.90

2005 29.60 66.80

2006 28.20 67.40

2007 26.30 67.70

2008 25.40 67.90


(45)

Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat kematian bayi di kabupaten dairi mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Dairi serius dalam menanggapi angka kematian bayi.

Untuk mencapai proyeksi angka kematian bayi (IMR), maka terlebih dahulu harus diketahui tingkat pertumbuhan kematiannya. Untuk mencarinya dapat dilakukan dengan :

1. Angka pertumbuhan kematian bayi dengan rumus eksponensial :

Rumus : Pt = P0.e

Dengan : P

rt

t = P2008

P

= 25,40

0 = P1998

t = 10 tahun

= 56,30

r = …….?

Sehingga : Pt = P0.ert

P

2008 = P1998.e

25,40 = 56,30 x 2,718282

rt

2,718282

10r

10r

= Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not

defined. 30 , 56 40 , 25 2,71828210r

10 r log 2,718282 = log 0,4512

= 0,4512

10r x 0,4343 = - 0,3457

10 r = Error! Bookmark not defined.

4343 , 0 3457 , 0 −


(46)

10 r = -0,7959

r =

10 7959 , 0 −

= -0,07959

r = -0,0795

r = -0,079 x 100 % = -7,9%

2. Angka pertumbuhan kematian bayi dengan rumus geometri :

Rumus : Pt = P0. (1+ r )

Dengan : P

t

t = P2008

P

= 25,40 0 = P1998

t = 10 tahun

= 56,30

r = …….?

Sehingga : Pt = P0.(1+r)t

25,40 = 56,30(1+r)

10 30 , 56 40 , 25

= (1+r)

(1+r)

10

10

10 log(1+r)

= 0,4512

log(1+r) = - 0,3457

= log 0,4512

log(1+r) =

10 3457 , 0 −

(1+r) = -0,03457 (anti log)Error! Bookmark not

defined.

(1+r) = 0,9245

Error! Bookmark not defined.

r = 0,9245-1

r = 0,0765


(47)

5.3.1 Proyeksi Angka Kelahiran Bayi (IMR) pada tahun 2013 dengan Rumus Eksponensial

Rumus : Pt = P0.e

Dengan P

rt

t = P2013

P

= …….?

0 = P2008

t = 5 tahun

= 25,40

r = -0,0795

Sehingga : Pt = P0.e

= 25,40 x 2,718282

rt

5(-0,0795)

= 25,40 x 2,718282

= 25,40 x 0,6719979

-0,3980

= 17,068

Pt = 17,1

5.3.2 Proyeksi Angka Kematian Bayi pada tahun 2013 dengan Rumus Geometri

Rumus : Pt = P0.(1+r)

Dengan P

t

t = P2013

P

= …….?


(48)

t = 5 tahun

r = -0,0765

Sehingga : Pt = P0.(1+r)

= 25,40 (1-0,0765)

t

5

= 25,40 (0,9245)

= 25,40 (0,67171415)

5

= 17,061

Pt = 17,1

Dari hasil proyeksi didapat bahwa pada tahun 2013 diperkirakan IMR mengalami penurunan sebesar 17,1 bayi.

5.4 Angka Harapan Hidup(AHH)

Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Indicator yang sering dipakai adalah angka harapan hidup waktu lahir yang didefenisikan sebagai rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir.

Angka harapan hidup (AHH) pada suatu umur didefenisikan sebagai rata-rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tetap dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakat.

Seiring dengan menurunnya angka kematin bayi maka angka harapan hidup mengalami kenaikan. Di Kabupaten Dairi sendiri angka harapan hidup terus mengalami


(49)

peeningkatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter yang berpengaruh pada social-ekonomi masyarakat.

Gambar 5.2 Hubungan tingkat IMR dan AHH di Kabupaten Dairi

5.4.1 Penurunan Angka Kematian Bayi

Faktor sosial ekonomi merupakan faktor penentuan mortalitas bayi. Namun faktor sosial-ekonomi tidak bersifat langsung, yaitu harus melalui mekanisme biologi tertentu (variabel antara) yang kemudian menimbulkan resiko, dan selanjutnya bayi sakit dan apabila tidak sembuh akhirnya cacat atau meninggal.

Faktor-faktor material, lingkungan, gizi, penolong, persalinan pertama, pelayanan kesehatan merupakan beberapa variabel antara yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi.

Dalam mekanismenya, penyakit dan kurang gizi merupakan variabel antara pada angka kematian bayi karena dapat mempengaruhi kematian bayi itu sendiri. Faktor

sosial-0 10 20 30 40 50 60 70 80

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

J U M L AH TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT IMR DAN AHH


(50)

ekonomi juga sangat mempengaruhi kematian bayi. Yang termasuk faktor sosial-ekonomi adalah faktor-faktor yang ada dalam individu, keluarga, dan masyarakat.

1. Penolong Persalinan

Untuk p`enolong persalinan bayi dapat dijadikan salah satu faktor tingkat kematian bayi. Dilihat dari persalinan oleh tenaga medis seperti Dokter atau Bidan.

Tabel 5.3 Persentase menurut penolong kelahiran tahun 2007

No Kecamatan Dokter Bidan Perawat

1 Sidikalang 28 24 117

2 Sitinjo 1 9 6

3 Berampu 1 7 10

4 Parbuluan 1 8 19

5 Sumbul 4 7 43

6 Silahisabungan 1 2 6

7 Silima Pungga-pungga 3 6 29

8 Lae Parira 1 8 18

9 Siempat Nempu 1 18 19

10 Siempat Nempu Hulu 1 15 16

11 Siempat Nempu Hilir 1 6 15

12 Tigalingga 1 12 31

13 Gungung Sitember 1 2 15

14 Pegagan Hilir - 8 16

15 Tanah Pinem 1 14 22


(51)

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi

2. Pelayanan Kesehatan

Kabupaten Dairi yang kini terdiri dari 15 kecamatan memberikan Pelayanan kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu juga yang dapat di lihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 5.4 Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sejenisnya Menurut Kecamatan 2008

No KECAMATAN RS PUSKESMAS POSYANDU PRAKTEK APOTIK

1 Sidikalang 2 2 58 40 7

2 Sitinjo - 1 6 4 -

3 Berampu - 1 15 1 -

4 Parbuluan - 1 26 12 -

5 Sumbul - 2 67 15 -

6 Silahisabungan - 1 9 3 -

7

Silima Pungga-pungga

- 2 37

17 -

8 Lae Parira - 1 32 3 -

9 Siempat Nempu - 1 40 7 -

10

Siempat Nempu Hulu

- 1 59


(52)

11

Siempat Nempu Hilir

- 1 30

7 -

12 Tigalingga - 1 40 12 -

13

Gungung Sitember

- 1 18

4 -

14 Pegagan Hilir - 1 30 10 -

15 Tanah Pinem - 1 26 17 -

Jumlah / Total 2 18 493 160 7


(53)

BAB 6

IMPLEMENTASI DATA

6.1 Tahap Implementasi

Tahapan implementasi merupakan tahapan penerapan hasil desain tertulis ke dalam programming (coding). Pada tahapan inilah seluruh hasil desain dituangkan ke dalam bahasa pemrograman tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem informasi yang sesuai dengan hasil desain tertulis.

Tahapan implementasi harus dapat menentukan basis apa yang akan diterapkan dalam menuangkan hasil desain tertulis sehingga sistem yang dibentuk memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri .

Implementasi yang sudah selesai harus diujicoba kehandalannya sehingga dapat diketahui kehandalan dari sistem yang ada dan telah sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam data pengolahan angka kelahiran dan kematian bayi pada tahun 2013 di Kabupaten Dairi, implementasi yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan Softwer Excel.


(54)

6.2 Pengaktifkan Excel

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengaktifkan windows, pastikan microsoft excel berada pada jaringan microsoft windows. Lalu lanjutkan dengan langka-langkah berikut ini :

1. Dari windows klik start pada taskbar, lalu klik programs. Tampil item menu

programaplikasi yang telah diinstal.

2. Klik microsoft excel, secara otomatis akan tampil jendela utama excel dan

selanjutnya digunakan langsung untuk memanipulasi atau data lainnya.


(55)

6.3 Jendela Lembar Kerja Excel

Setelah pengaktifan, akan tampil lembar kerja Excel yang siap digunakan. Lembar kerja adalah kumpulan kplom dan baris, dimana kolom berurutan dari atas ke bawah dan baris berurutan ke kanan. Excel memiliki 256 kolom dan 65.536 baris pada setiap lembar kerja. Bentuk lembar kerja tersebut seperti di bawah ini :

Gambar 6.2 Tampilan Jendela Microsoft Excel

Pada setiap kolom dan baris terhadap sel. Sel ini diidentifikasikan dengan alamat yang merupakan kombinasi antara abjad untuk kolom dan angka untuk baris. Pada lembar kerja Excel terdapat banyak elemen yang memiliki fungsi yang tersendiri.


(56)

6.3 Pengisian Data

Pengisian data ke dalam lembar kerja Excel adalah sama dengan pemasukan atau pengetikan data kedalamnya.

Dalam mengisi data ke dalam lembar kerja dengan keyboard, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Letakkan pointer pada sel yang ingin diisi data.

2. Ketik data yang diinginkan.

3. Tekan enter atau klik tombol kiri mouse pada sel yang lain untuk konfirmasi atau

mengakhirinya.


(57)

6.5 Pembuatan Grafik

Grafik pada excel menjadi satu dengan data terpisah pada lembar grafik tersendiri, namun masih berada di file yang sama. Untuk membuat grafik pada excel, biasanya menggunakan icon chart wizard yang terdapat pada toolbar. Adapun langkah-langkahyang diperlukan adalah :

1. Sorot sel atau range sel yang ingin dibuat grafik.

2. Klik insert pada taskbar, tampil kotak dialog chart type pada kotak charts.

3. Klik tipe grafik yang diinginkan dan klik next. Tampil kotak chart source data.

4. Pada tampilan akan langsung terlihat grafik yang terpilih. Kemudian taskbar secara

otomatis pindah ke bagian design.

5. Pada kotak chart layout pilihlah salah satu bentuk desain grafiknya. Kemudian ketik

judul grafik. Setelah itu klik select data pada kotak data ditaskbar tampil kotak dialog select data source.

6. Pada kotak switch row/coloums, anda bisa meletakkan nama grafik sesuai keinginan,


(58)

(59)

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari seluruh hasil pembahasan dan analisa data yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Dari perhitungan itu didapat bahwa tingkat pertumbuhan TFR di Kabupaten Dairi sebesar -2,8%. Hal ini berarti bahwa TFR mengalami penurunan sebesar 2,8% setiap tahunnya.

1. Tingkat pertumbuhan (r) kelahiran bayi di Kabupaten Dairi mengalami penurunan

sebesar -2,8 % pada tahun 1999-2008. penurunan disebabkab karena sudah meningkatnya kesadaran masyarakat. Dari hasil analisa yang menggunakan rumus Eksponensial dan Geometri, diperoleh hasil proyeksi angka kelahiran bayi (TFR) di Kabupaten Dairi untuk tahun 2013 sebesar 2,57 bayi .

2. Tingkat kematian (r) bayi di Kabupaten Dairi mengalami penurunan sebesar -7,9 %

pada tahun 1999-2008. hal ini disebabkab karena sudah meningkatnya kesadaran masyarakat menjaga kesehatan. Angka kematian bayi pada tahun 2013 di Kabupaten Dairi mengalami penurunan menjadi 17,1 bayi yang mati dari 1000 bayi yang lahir.

3. Tingkat kesehatan di Kabupaten Dairi sudah cukup baik, terbukti menurunnya angka


(60)

7.2 Saran

Adapaun saran-saran dalam karya ilmiah ini sebagai berikut :

1. Diharapkan agar dalam penelitian tentang kelahiran dan kematian bayi khususnya di

Kabupaten Dairi perlu dibuat perencanaan proyeksinya dan dikendali dengan pengetahuan yang luas dan lebih mendalam.

2. Adapun hasil dari proyeksi angka kematian bayi (IMR) dan angka kelahiran (TFR)

yang diperoleh dapat menjadi suatu bahan masukan atau pertimbangan bagi Pemerintahan Kabupaen Dairi.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Sumatera Utara.2009.Sumatera Utara Dalam Angka.Sumatera Utara. BPS Sumatera Utara.2008.Sumatera Utara Dalam Angka.Sumatera Utara. BPS Kabupaten Dairi.2009.Kabupaten Dairi Dalam Angka.Kabupaten Dairi.

Bagoes,ida mantra, Ph,d.2003.Demografi Umum.Edisi ke-2 yogyakarta : pustaka pelajar.


(62)

Bayaknya TFR dan IMR pada periode tahun 1998-2008 di Kabupaten Dairi

TAHUN TFR IMR

1998 3.92 56.30

1999 3.78 56.30

2000 3.79 56.30

2001 3.48 47.50

2002 3.61 47.00

2003 3.42 45.00

2004 3.36 43.00

2005 3.15 29.60

2006 3.07 28.20

2007 2.99 26.30

2008 2.96 25.40


(63)

Gambar 5.1 Tingkat TFR dan IMR periode tahun 1998-2008 di Kabupaten Dairi

0 10 20 30 40 50 60

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

J

U

M

L

AH

TAHUN

TINGKAT TFR DAN IMR

TFR IMR


(64)

Banyaknya TFR dan IMR pada periode tahun 2008-2013 di Kabupaten Dairi

Tahun TFR IMR

2009 2,88 23,5

2010 2,80 21,7

2011 2,72 20,0

2012 2,65 18,5


(1)

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari seluruh hasil pembahasan dan analisa data yang telah dilakukan, maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Dari perhitungan itu didapat bahwa tingkat pertumbuhan TFR di Kabupaten Dairi sebesar

-2,8%. Hal ini berarti bahwa TFR mengalami penurunan sebesar 2,8% setiap tahunnya.

1. Tingkat pertumbuhan (r) kelahiran bayi di Kabupaten Dairi mengalami penurunan

sebesar -2,8 % pada tahun 1999-2008. penurunan disebabkab karena sudah

meningkatnya kesadaran masyarakat. Dari hasil analisa yang menggunakan rumus

Eksponensial dan Geometri, diperoleh hasil proyeksi angka kelahiran bayi (TFR) di

Kabupaten Dairi untuk tahun 2013 sebesar 2,57 bayi .

2. Tingkat kematian (r) bayi di Kabupaten Dairi mengalami penurunan sebesar -7,9 %

pada tahun 1999-2008. hal ini disebabkab karena sudah meningkatnya kesadaran

masyarakat menjaga kesehatan. Angka kematian bayi pada tahun 2013 di Kabupaten

Dairi mengalami penurunan menjadi 17,1 bayi yang mati dari 1000 bayi yang lahir.

3. Tingkat kesehatan di Kabupaten Dairi sudah cukup baik, terbukti menurunnya angka

kematian bayi dari tahun ke tahun.


(2)

7.2 Saran

Adapaun saran-saran dalam karya ilmiah ini sebagai berikut :

1. Diharapkan agar dalam penelitian tentang kelahiran dan kematian bayi khususnya di

Kabupaten Dairi perlu dibuat perencanaan proyeksinya dan dikendali dengan

pengetahuan yang luas dan lebih mendalam.

2. Adapun hasil dari proyeksi angka kematian bayi (IMR) dan angka kelahiran (TFR)

yang diperoleh dapat menjadi suatu bahan masukan atau pertimbangan bagi


(3)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Sumatera Utara.2009.Sumatera Utara Dalam Angka.Sumatera Utara.

BPS Sumatera Utara.2008.Sumatera Utara Dalam Angka.Sumatera Utara.

BPS Kabupaten Dairi.2009.Kabupaten Dairi Dalam Angka.Kabupaten Dairi.

Bagoes,ida mantra, Ph,d.2003.Demografi Umum.Edisi ke-2 yogyakarta : pustaka

pelajar.

Makridakis, S.1993. Metode dan Aplikasi Peramalan. Edisi Ke-I.Jakarta:Erlangga.


(4)

Bayaknya TFR dan IMR pada periode tahun 1998-2008 di Kabupaten Dairi

TAHUN TFR IMR

1998 3.92 56.30

1999 3.78 56.30

2000 3.79 56.30

2001 3.48 47.50

2002 3.61 47.00

2003 3.42 45.00

2004 3.36 43.00

2005 3.15 29.60

2006 3.07 28.20

2007 2.99 26.30

2008 2.96 25.40


(5)

Gambar 5.1 Tingkat TFR dan IMR periode tahun 1998-2008 di Kabupaten Dairi

0 10 20 30 40 50 60

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

J U M L AH TAHUN

TINGKAT TFR DAN IMR

TFR IMR


(6)

Banyaknya TFR dan IMR pada periode tahun 2008-2013 di Kabupaten Dairi

Tahun TFR IMR

2009 2,88 23,5

2010 2,80 21,7

2011 2,72 20,0

2012 2,65 18,5