Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
3.7.4 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan Ins. Litbang
Dalam menjalankan perannya Ins. Litbang melakukan penelitian terhadap produk baru dan pengembangan produk lama untuk memperoleh
kualitas yang lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana penelitian dan pengembangan produk Lafi Ditkesad yang meliputi :
1. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan
pengemas embalage. 2.
Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk Lafi Ditkesad.
3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi
perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya. 4.
Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian. Penelitian dan pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka,
pengadaan bahan, penelitian skala laboratorium dan skala produksi, selanjutnya dilakukan validasi proses produksi dan pengawasan mutu dengan kerjasama
antara Ins. Produksi dan Ins. Wastu.
3.7.5 Kegiatan Instalasi Produksi Instal. Prod.
Kegiatan produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Ins. Produksi yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian. Produk
yang dihasilkan oleh Lafi Ditkesad berupa produk betalaktam dan produk non betalaktam, dimana masing-masing produk dikerjakan pada gedung yang
berbeda. Pada Ins. Produksi terdapat empat seksi yaitu: seksi Betalaktam,
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
seksi Non-Betalaktam, seksi Sefalosporin dan seksi kemas. Masing-masing seksi dikepalai oleh seorang Kepala Seksi.
Obat-obat yang diproduksi oleh Lafi Ditkesad tidak diperdagangkan bagi masyarakat umum, sehingga tidak memiliki nomor registrasi, namun
demikian proses produksinya tetap dilaksanakan sesuai dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan oleh Badan POM.
Rencana produksi dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang diminta, jenis peralatan yang dimiliki kapasitas dan spesifikasi mesin,
jumlah sumber daya manusia dan jam kerja serta waktu produksi yang tersedia.
Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan dalam Prosedur Pengolahan dan Pengemasan Induk bagian
dari Batch Record yang disusun oleh tim dan disetujui oleh Kepala Ins. Wastu dan Kepala Ins.
Produksi, kemudian didistribusikan dan didokumentasikan. Hal yang diuraikan dalam Prosedur Pengolahan dan
Pengemasan Induk adalah nama produk, kekuatan, bentuk sediaan, pemerian, kondisi penyimpanan, perhatian khusus dan dokumen yang terkait seperti
nomor bets, besar bets dan tanggal pembuatan. Pada bagian pengolahan dalam Catatan Pengolahan Bets diuraikan
mengenai jumlah penimbangan bahan, prosedur pengolahan serta data pemeriksaan selama proses In Process Control. Pada bagian pengemasan
diuraikan tentang jumlah, bahan pengemas yang diterima, prosedur pengemasan,
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
pengambilan contoh, hasil obat jadi, pengiriman ke Ins. Simpan dan rekonsiliasi pengemasan.
Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku yang akan digunakan dan dikeluarkan dari Ins. Simpan berdasarkan Catatan Pengolahan
dan Pengemasan Bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Ins. Simpan selanjutnya memasuki tahap pengolahan pada masing-masing
seksi produksi, yaitu seksi sediaan padat, seksi sediaan cair, seksi sediaan khusus.
Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing seksi yang ada di Instalasi Produksi:
1. Seksi Non-Betalaktam
Kepala seksi Betalaktam adalah seorang Apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Ins. Produksi. Pada seksi ini memproduksi obat-obatan yang terdiri
dari: sediaan tablet, sediaan kapsul dan sediaan sirup, sediaan semi solid. a. Sediaan Tablet
Seksi ini meliputi kegiatan pencampuran, pengeringan, granulasi, pencetakan, penyalutan dan stripping. Hasil dari seksi sediaan tablet ini kemudian
dikirim ke bagian pengemasan untuk dikemas. Tablet merupakan sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa
cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan.
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
Peralatan yang digunakan oleh seksi sediaan padat untuk pembuatan tablet diantaranya adalah mesin pembuat mucilago dengan energi panas dari uap,
mesin pencampur basah sekaligus campur kering, oven pengering, granulator, mesin cetak tablet, mesin salut film serta mesin strip tablet.
Metoda pembuatan tablet yang biasa digunakan adalah metoda cetak langsung dan metoda granulasi basah. Tablet yang diproduksi adalah tablet biasa,
tablet kunyah, tablet lapis dan tablet salut film. Alur proses produksi tablet di Lafi Ditkesad dengan menggunakan
metoda granulasi basah dimulai dengan urutan sebagai berikut: 1
Proses penimbangan bahan baku Bahan yang ditimbang diambil dari Ins. Simpan. Bahan yang dibawa ke
ruang timbang hanya boleh terbungkus oleh kemasan primernya, sedangkan kemasan sekundernya tidak disertakan. Proses penimbangan
dilakukan di ruang kelas III. Ruang timbang dilengkapi dengan dust extractor
dan meja timbang yang kuat dan tahan getar. Bahan baku yang akan digunakan adalah bahan baku yang sudah dinyatakan lulus.
2 Proses pembuatan bahan pengikat mucilago
Pada proses pembuatan mucilago harus diperhatikan bahwa bahan mucilago telah dicampur homogen sebelum penambahan aqua
demineralisata panas. Kemudian dilakukan pengadukan sampai terbentuk massa bening. Pembuatan mucilago ini dilakukan di dalam
tangki pemanas double jacket. 3
Proses pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
Bahan berkhasiat dicampurkan dengan fase dalam, diaduk sampai homogen. Pada pencampuran ini yang harus diperhatikan adalah waktu
pencampuran dan putaran mesin pencampur agar dihasilkan massa yang homogen.
4 Proses granulasi basah
Pada proses granulasi ditambahkan sejumlah bahan pengikat mucilago ke dalam hasil campuran zat berkhasiat dengan fase dalam dan diaduk
hingga homogen sampai terbentuk massa yang dapat dikepal. Proses granulasi ini dilakukan didalam Mixer Planetary.
5 Proses pengeringan
Massa yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 38 C selama
±20 jam, sampai terbentuk massa setengah kering tergantung jenis tablet yang dibuat.
6 Proses pengayakan
Massa setengah kering diayak dengan ayakan mesh tertentu tergantung dari jenis dan ukuran tablet yang akan dibuat. Hasil pengayakan disebut
dengan granul setengah kering. 7
Proses pengeringan Setelah diayak granul setengah kering kembali dikeringkan dalam oven
pada suhu dan waktu tertentu sampai mencapai kadar air sekitar 2-5 tergantung jenis tablet yang dibuat.
8 Proses pengayakan
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
Setelah kering, granul diayak kembali dengan ayakan ukuran mesh tertentu sampai menjadi granul.
9 Pengawasan mutu
Pada granul yang telah dikeringkan dilakukan uji mutu IPC meliputi pemeriksaan kadar air granul.
10 Proses pencampuran dengan fasa luar Setelah granul lulus dalam uji mutu IPC dibuat massa cetak yaitu
dengan penambahan pelincir dan penghancur yang kemudian diaduk hingga homogen.
11 Pengawasan mutu Sebelum massa cetak dicetak, dilakukan uji mutu IPC meliputi
pemeriksaan homogenitas dan kadar zat aktif . 12 Proses pencetakan tablet
Setelah lulus uji mutu dilakukan pencetakan tablet dengan mesin cetak sesuai dengan ukuran, diameter dan berat tablet yang diinginkan. Untuk
tablet berlapis dua dibuat sedemikian rupa sehingga kedua lapisan warna sama tebal dan tidak tersisa granul salah satu warnanya saja pada
hopper . Selama pencetakan juga harus diperhatikan kekerasan dan
keregasan tablet. Selama pencetakan, tablet yang dihasilkan dimasukkan kedalam alat deduster untuk menghilangkan debufines yang masih ada
pada permukaan tablet. Ruang cetak tablet dilengkapi dengan dust extractor
. 13 Pengawasan mutu
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
Selama pencetakan dilakukan IPC meliputi keseragaman bobot dan kekerasan. Sementara Ins. Wastu melaksanakan uji mutu terhadap hasil
pencetakan yang meliputi keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, ketebalan, diameter tablet, uji waktu hancur, kadar bahan aktif dan uji
disolusi untuk tablet tertentu seperti tablet kecil dengan kadar kecil. 14 Proses penyalutan
Setelah dicetak, tablet ada yang disalut dan ada yang langsung distrip. Pada proses penyalutan harus diperhatikan suhu, frekuensi
penyemprotan, kecepatan putar panci penyalut dan sudut penyemprotan. Tablet bersalut ada dua jenis yaitu tablet salut film dan tablet salut gula.
Pada tablet salut film, sediaan tablet disalut dengan larutan penyalut. Alat-alat yang digunakan adalah coating pan dan spray nozzle. Tablet ini
diputar dalam coating pan kemudian disemprot dengan larutan bahan penyalut dan dikeringkan dengan mengalirkan udara panas. Tablet salut
gula atau sugar coating merupakan sediaan tablet yang disalut dengan larutan penyalut gula dragee.
15 Pengawasan mutu Pemeriksaan yang dilakukan terhadap tablet salut adalah waktu hancur
dan keseragaman bobot. 16 Proses penyetripan
Tablet salut ataupun tablet biasa distrip dengan menggunakan bahan pengemas Polycello pada suhu mesin
± 60 C atau Polycellonium pada
suhu mesin ± 80
C-110 C sebagai pengemas primer. Suhu mesin tidak
boleh terlalu rendah karena akan menyebabkan kemasan tidak dapat
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
melekat satu sama lain dan juga tidak boleh terlalu tinggi karena akan merusak kemasan itu sendiri.
17 Pengawasan mutu Uji mutu IPC yang dilakukan pada hasil penyetripan berupa
pemeriksaan uji kebocoran strip. Tablet yang telah distrip siap untuk dikemas dan dikirim ke Ins. Simpan.
Alur proses produksi tablet dan tablet salut secara granulasi basah dan cetak langsung dapat dilihat pada Lampiran 4.
Untuk pembuatan tablet metoda cetak langsung dimulai dari proses penimbangan bahan baku, selanjutnya mengikuti proses pencampuran massa cetak
sampai dengan proses penyetripan dan pengemasan tanpa melalui proses granulasi.
b. Sediaan Kapsul Ruang produksi kapsul merupakan ruang kelas III terdiri dari ruang
pencampuran, ruang pengisian dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin pencampur,
mesin pengisi kapsul, mesin polishing dan mesin strip. Alur proses produksi kapsul terdiri dari tahapan sebagai berikut:
1 Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif, bahan pengisi, bahan pelincir oleh Ins. Simpan.
2 Pencampurangranulasi
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
Proses pencampuran dilakukan hingga seluruh bahan yang dicampurkan homogen. Bahan yang diisikan ke dalam kapsul ada yang harus
digranulasi terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat alirnya, sedangkan untuk bahan yang tidak digranulasi langsung diisikan pada cangkang
kapsul. 3
Pengawasan mutu Hasil pencampuran massa kapsul dilakukan IPC oleh Ins. Wastu yang
meliputi pemeriksaan homogenitas dan kadar zat aktifnya. 4
Pengisian kapsul Setelah massa kapsul diluluskan oleh Ins. Wastu maka massa kapsul
diisikan kedalam cangkang kapsul. Selama pengisian harus diperhatikan suhu dan kelembaban ruangan.
5 Polishing Polishing
dilakukan untuk menghilangkan debu yang masih menempel pada dinding luar kapsul.
6 Pengawasan mutu Pemeriksaan dilakukan meliputi kadar aktif, keragaman bobot, uji waktu
hancur. 7
Stripping Proses stripping kapsul sama dengan proses stripping pada tablet.
8 Pengawasan mutu
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
Pada hasil stripping dilakukan tes kebocoran strip. Kapsul yang telah di strip siap untuk dikemas dan dikirim ke Ins. Simpan.
Alur proses produksi kapsul dapat dilihat pada Lampiran 5.
c. Sediaan Semi Solid