Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
Surat Keputusan Kasad No. Skep336X2005 tanggal 17 Oktober 2005 tentang Pengadaan BarangMaterial dan Jasa di Lingkungan Angkatan
Darat mengatur tata cara pengadaan obat yang dilakukan dengan cara pembelian obat jadi dan produksi di Lafi Ditkesad. Bagminlog membuat
rencana kebutuhan produksi obat Lafi Ditkesad yang terdiri dari rencana kebutuhan bahan aktif, bahan pembantu dan bahan pengemas embalage.
Perencanaan tersebut disusun berdasarkan formula dan spesifikasi obat yang telah ditentukan oleh Lafi Ditkesad, disamping itu Bagminlog juga menyusun
rencana dan anggaran untuk pemeliharaan sarana operasional yang digunakan di tiap bidang Lafi Ditkesad.
Pengadaan barang dilakukan melalui Ditkesad yang dikirimkan ke Gudang Pusat II disertai dengan surat Perintah Penerimaan Material PPM.
Selanjutnya tim komisi penerimaan barang yang dibentuk oleh Dirkesad memeriksa keadaan barang secara administrasi, fisika dan kimia, dan
pemeriksaan mutu dilakukan oleh Instalasi Wastu. Setelah barang lulus uji mutu akan dibuatkan Laporan Hasil Pengujian LHP dan Berita Acara BA
Penerimaan Material, lalu barang disimpan di Gudang Pusat II dan barang yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan akan ditolak dan
dikembalikan kepada pemasok.
3.7.2 Penyimpanan Barang
Penyimpanan barang dilaksanakan oleh Instalasi Simpan. Barang- barang yang berkaitan dengan semua proses kerja yang berlangsung di Lafi
Ditkesad, baik produksi, pengawasan mutu, pengemasan, administrasi,
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
maupun proses pendukung lainnya merupakan tanggung jawab Instalasi Simpan.
Barang-barang di gudang tersebut disimpan berdasarkan jenis, sifat atau keadaan bahan dan pengeluarannya sesuai dengan sistem First In First Out
FIFO, First Expired First Out FEFO dan First Unstable First Out FUFO.
3.7.3 Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat. Ins. Wastu bertanggung jawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas
bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas
setelah didistribusikan dengan standar waktu kadaluarsa. Ins Wastu juga bertanggung jawab terhadap kualitas lingkungan kerja yang menyangkut
pengawasan bangunan, ruangan dan peralatan serta fasilitas penunjang lainnya seperti pemeriksaan kualitas udara, pengendalian mutu air dan pemeriksaan
limbah. Pelaksanaan kegiatan di Ins. Wastu ditunjang oleh fasilitas Instrumen HPLC, spektrofotometer dengan sistem terkomputerisasi, Laminar Air Flow,
Read Biotic pembaca hambatan bakteri, Climatic Chamber, Dissolution
Tester serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.
Dalam menjalankan tugasnya, Ins Wastu didukung oleh personel yang terdiri dari apoteker dan analis yang terlatih dan berpengalaman dalam
menjalankan tugasnya. Kegiatan Ins. Wastu tersebut dilaksanakan pada tahap persiapan, selama
proses produksi dan setelah proses produksi. Beberapa kegiatan Ins. Wastu diantaranya:
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
1. Menyiapkan metode pemeriksaan, pengujian dan validasi yang sesuai
dengan acuan standar resmi seperti Farmakope Indonesia. 2.
Menyiapkan prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan dan pengujian, dimana setiap sampel yang diambil dicatat dan
didokumentasikan. 3.
Menyimpan baku pembanding untuk pengujian. 4.
Menyimpan contoh pertinggal dan Catatan Pengujian atau Pemeriksaan. 5.
Meluluskan atau menolak bahan yang akan digunakan dalam produksi meliputi bahan baku obat, bahan baku pembantu dan embalage. Hasilnya
dapat dicatat pada Catatan Pengujian Blanko Catatan Pengujian Bahan Baku dapat dilihat pada Lampiran 2.
6. Melaksanakan In Process Control IPC selama proses produksi dan
memberikan keputusan atas diluluskan atau tidaknya hasil suatu tahap produksi sampai hasil produk akhirnya.
7. Melaksanakan pengujian terhadap hasil jadi suatu sediaan yang diperoleh.
Dicatat pada Catatan Pengujian sediaan jadi Blanko Hasil Pengujian Laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 3.
8. Meneliti dokumen produksi Catatan Pengolahan Bets sebelum obat
diluluskan. 9.
Melaksanakan uji stabilitas dipercepat untuk menetapkan kondisi penyimpanan masa edar suatu produk.
10. Membantu pelaksanaan validasi proses produksi.
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
11. Memantau stabilitas produk-produk yang telah dikeluarkan atau
didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas kadaluarsa terutama untuk sediaan antibiotika.
12. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan
didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian. Bangunan Ins. Wastu terdiri dari:
1. Laboratorium kimia
Ruang laboratorium kimia memiliki peralatan kimia yang menunjang pemeriksaan mutu secara kimia, lemari asam dan climatic chamber.
2. Laboratorium mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi dilengkapi dengan ruangan steril dan Laminar Air Flow
dan alat pembaca daya hambat bakteri Read Biotic. 3.
Ruang fisika Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat uji kekerasan
tablet, keregasan tablet dan waktu hancur tablet. 4.
Ruang Instrumen Peralatan yang terdapat di ruang Instrumen adalah spektrofotometer UV – Vis,
alat uji disolusi dan HPLC. 5.
Ruang timbang 6.
Ruang contoh pertinggal 7.
Gudang reagen 8.
Perpustakaan 9.
Ruang staff
Wan Risa Puspita Baros : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung, 2009.
3.7.4 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan Ins. Litbang