Sifat Karet Penentuan Kualitas Karet Remah

Viskositas Mooneynya karet alam menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekul. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tahanan aliran dengan kata lain karetnya semakin viscous dank eras. Cara pencampuran mengikuti standard dari Bridgestone juga, yaitu dengan cara sebagai berikut : 1. Komponen nonproduktif Yang terdiri dari dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan 80 – 90 C. Komponen yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5 – 5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill. Lembaran didinginkan di dalam air, kemudian dicelupkan di dalam larutan MgCO 3 , untuk mencegah kelengketan. 2. Komponen produktif Komponen produktif dibuat dari komponen nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakukan juga dengan anbury Mixing Mill, kemudian dibuat lembaran dengan Sheeting Mill. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan di dalam larutan MgCO 3 , kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 16 – 24 jam. Spillane.

2.3. Sifat Karet

1. Pengaruh Komponen bukan karet non-rubber Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa – senyawa protein, lipida, karbohidrat serta ion – ion anorganik mempengaruhi sifat karet. Komponen senyawa– senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel karet memantapkan lateks, juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan pencepat accelerator dalam proses pembuatan barang jadi karet. Oleh karena itu dalam penanganan bahan olah lateks kebun atau koagulum dan pengolahan karet ekspor lateks pekat, RSS atau SIR komponen non karet protein dan lipid harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipid dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan dan pengawetan serta mencegah terjadinya proses pencucian yang terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan mudah dioksidasi oleh udara mengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah. Kandungan ion – ion anorganik Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, dll berkorelasi dengan kadar abu didalam analisa karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet. Dalam penanganan bahan olah karet kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan lain-lain harus dihindarkan. 2. Pengaruh Struktur Kimia Karet Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4 poliisopren. Rumus umum monomer karet alam adalah C 5 H 8 n . n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000 – 15.000.Ompusunggu.

2.4. Penyebab Terjadinya Prokoagulasi

Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang mnghasilkan lumps atau gumpalan – gumpalan pada cairan getah sadapan. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian kaloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Bukan hanya penyebab dari dalam seperti jenis karet yang ditanam atau bahan – bahan enzim saja, melainkan juga hal – hal dari luar keadaan cuaca dan system pengangkutan yang seolah tidak berhubungan. Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : 1. Jenis karet yang ditanam Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda – beda pula. Otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Klon – klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya. 2. Enzim – enzim Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan – bahan karet. Akibatnya kemantapan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim – enzim mulai aktif setelah keluar dari batang karet yang disadap. 3. Mikroorganisme atau Jasad – jasad Renik Mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat – alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. 4. Faktor Cuaca atau musim Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya prakoagulasi terjadi lebih sering. Begitu juga pada saat musim hujan. Lateks yang baru disadap mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidalnya rusak oleh panas yang terjadi. 5. Kondisi Tanaman Tanaman karet yang disadap sakit, masih muda atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah menggumpal. Hasil sadapan tanaman yang menderita penyakit fisiologi sering membeku dalam mangkuk. 6. Air Sadah Air sadah adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air tercampur kedalam lateks, maka prakoagulasi akan terjadi dengan cepat, untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. 7. Cara Pengangkutan Sarana transportasi baik jalan atau kendaraan yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok – kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. 8. Kotoran atau bahan – bahan lain yang tercampur Prakoagulasi sering terjadi karena tercampur kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam.

2.4.1. Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat Anti Koagulan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : - Menjaga kebersihan alat – alat yang digunakan dalam penyadapan penampungan, Maupun pengangkutan. - Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor - Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit Bahan yang digunakan sebagai anti koagulan adalah : 1. Soda atau Natrium Karbonat Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang CO 2 dalam lateks, sehingga memepermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan koagulum 2. Amoniak Bersifat senyawa anti koagulan dan juga sebagai desinfektan 0,7 NH3 biasanya digunakan untuk lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5 – 10 ml larutan amoniak 2 – 2,5. 3. Formaldehida Formaldehida yang dipakai sebagai anti koagulan dalam lateks yang diolah Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan kadar 5 untuk setiap liter lateks yang akan dicegah prakoagulasinya. Misalkan menggunakan Formalin 40, maka jumlah yang dibutuhkan adalah 0,6-1,3 ml. 4. Natrium Sulfit Apabila gejala prakoagulasi tampak jelas, maka pemakaian natrium sulfit sebagai alat pencegahnya dapat dikatakan terlabat. Bahan ini tidak tahan lama disimpan. Apabila ingin dipergunakan maka harus dibuat terlebih dahulu. Dalam jangka sehari saja teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat. Bila sudah teroksidasi, maka sifatnya sebagai anti koagulan menjadi lenyap. Selain sebagai anti koagulan natrium sulfite memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10 untuk setiap liter lateks. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan natrium sulfite air kristal sebanyak 0,5- 1 gr.6

2.5. Penentuan Kualitas Karet Remah

Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standard tertentu. Kualifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara – cara dengan penggolongan berdasarkan cirri – ciri teknis, yang menjadi dasar dalam spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur – unsur tertentu yang terdapat dala karet, yang berpengaruh terhadap sifat – sifat akhir produk yang dibuat dari karet. Parameter – parameter untuk penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah : 1. Kadar kotoran dirt content Kadar kotoran merupakan criteria yang penting dan dipakai sebagai salah satu dasar penggolongan mutu. Hal ini disebabkan karena kotoran dapat merusak sifat – sifat baik karet jadi. Juga pada karet konvensional ternyata bahwa lebih banyak kotorannya lebih rendah mutunya. 2. Kadar abu ash content Penentuan maksimal dari kadar abu dimaksudkan agar karet yang dijual tidak kemasukan bahan – bahan kimia yang dipakai seperti natrium bisulfit atau natrium karbonat dan sebagainya. Jika kadar abu lebih dari 1,5 menunjukkan bahwa pencucian kurang bersih. 3. Kadar Nitrogen Kadar nitrogen menunjukkan adanya zat protein dalam karet. Karet skim yang mengandung bahan – bahan bukan karet lebih banyak dari pada karet lainnya, mempunyai kadar nitrogen yang tinggi dan tidak boleh dicampur dengan karet jenis lain. 4. Kadar Zat menguap volatile matter Penentuan kadar zat menguap merupakan penentuan kadar air, karena zat – zat yang menguap pada waktu contoh karet dikeringkan adalah air. 5. Kadar tembaga dan mangan Tembaga dalam jumlah yang kecil sangat merusak karet. Pada hakekatnya karet tidak boleh mengandung tembaga lebih dari 1-2 ppm. Mangan juga dapat merusak ketahanan usang karet, tetapi dalam lateks alami jumlah mangan sangat sedikit. Mangan yang terdapat dalam jumlah lebih dari maksimum yang ditetapkan menunjukkan kurang bersihnya karet tersebut. Dari hasil spesifikasi teknis ini disimpulkan dalam suatu standard, dan Indonesia telah menetapkan standad mutu ini yang disebut SIR Standard Indonesian Rubber. Untuk memperoleh kualitas SIR yang baik produk SIR harus mendapat pengawasan yaitu dari laboratorium komersial dan laboratorium standar, laboratorium control, laboratorium komersial dan laboratorium pabrik. Penentuan kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet remah dari Negara lain yang memiliki standar tersendiri, seperti Standard Malaysian Rubber SMR dari Malaysia, Standard Singapore Rubber SSR dan sebagainya.

2.6. Pengertian Plastisitas , Viskositas dan Viskositas – efektif

Dokumen yang terkait

Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb Rubber Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

52 291 167

Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

7 54 44

Penentuan Viskositas Pada Waktu Pemanasan 1 Menit Dan Setelah 4 Menit Terhadap SIR 20CV Di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2 38 55

Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate

17 61 75

Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

10 93 52

Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

3 58 55

Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan

22 182 63

Analisis Economic Value Added Sebagai Tolok Ukur Penciptaan Nilai Perusahaan Pada Pt Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

0 34 82

Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun

5 88 103

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83