5
Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan memilih judul “Persepsi Pengusaha Kota Medan Terhadap
Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai Hedge”.
1.2 Perumusan Masalah
Kebijakan baru yang diterbitkan Bank Indonesia mengenai lindung nilai hedging yang bertujuan untuk memitigasi risiko dalam dunia bisnis. Adapun
masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi pengusaha khususnya kota Medan terhadap kebijakan
Bank Indonesia tentang lindung nilai?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui persepsi pengusaha khususnya kota Medan terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang lindung nilai.
1.4 Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi Pengusaha yang diteliti dan Pengusaha lainnya
Memberi masukan bagi pengusaha yang bersedia meluangkan waktu untuk diteliti dalam mengelola transaksi impor yang dilakukannya sehingga
terhindar dari kerugian akibat fluktuasi valuta asing. Memberikan pengertian pentingnya memahami kegunaan lindung nilai dalam
meminimalisir risiko bisnis. Membantu pengusaha lebih kreatif dengan
6
mengembangkan bisnisnya tanpa terhalangi risiko yang sering dikhawatirkan para pengusaha.
2. Bagi Peneliti Lanjutan dan Akademisi Mendorong timbulnya ide penelitian baru bagi mahasiswa lain yang
berkaitan dengan lindung nilai, menjadi acuan penelitian selanjutnya dan menjadi bahan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan
dalam penyediaan bahan studi bagi mahasiswa-mahasiswa yang mungkin membutuhkan untuk lebih memahami lindung nilai tersebut.
3. Bagi Penulis Memahami ilmu manajemen keuangan khususnya mengetahui manajemen
internasional, teori dan teknik lindung nilai dan penerapannya bagi pengusaha.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagimanusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi
mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern danekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun
pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia, persepsi berarti tanggapan
penerimaan langsung hal melalui pancainderanya Depdiknas, 2002:1239. Menurut Chaplin, persepsi adalah proses mengetahui atau mengenal objek dan
kejadian objektif dengan bantuan indera Chaplin, 1993:358. Secara terminologi, terdapat beberapa rumusan tentang persepsi,
diantaranya menurut Walgito, persepsi adalah mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau serupa, dapat memfokuskan perhatiannya pada satu objek,
sedangkan objek-objek lain disekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan
sebagainya itu, yang selanjutnya dinterpretasi Walgito ,2004:86. Selanjutnya menurut Sugihartono, dkk 2007: 8 mengemukakan bahwa
persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.
Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
8
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Bimo Walgito 2004: 70 mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang
akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.
Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman- pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu
stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang
sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut
pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat
indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran
bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak
dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya Waidi, 2006: 118.
9
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja tetapi ada faktor-faktor yang mengetahuinya, faktor- faktor inilah yang menjadi dua orang yang melihat sesuatu
yang sama akan memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihat itu. Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor fungsional persepsi Yang dimaksud faktor fungsional persepsi adalah faktor yang timbul dari
orang yang mempersepsi kebutuhan, sikap suara hati, kepentingan, pengalaman dan tahapan dalam mempengaruhi tanggapan seseorang
terhadap sesuatu. b. Faktor struktural persepsi
Yang dimaksud dengan faktor struktural persepsi yaitu faktor yang muncul dari apa yang akan dipersepsi, misalnya hal-hal baru seperti
gerakan, tindak-tanduk dan ciri-ciri yang tidak biasa akan turut juga dalam menentukan persepsi orang yang melihatnya.
c. Faktor situasi persepsi Yang dimaksud situasi persepsi yaitu faktor yang muncul sehubungan
karena situasi pada waktu mempersepsi sebagai contoh orang yang memakai pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan
olahraga renang tentunya akan mempengaruhi persepsi yang dilihatnya. d. Faktor personal persepsi
Yang dimaksud dengan faktor personal persepsi yaitu: pengalaman, motivasi, kepribadian. Subur, 2003:460-462.
10
Sedangkan menurut Menurut Miftah Toha 2003: 154, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal Yaitu berupa perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian fokus, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal Yaitu berupa latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu
objek. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor situasi dan sasaran lebih bersifat objektif. Artinya individu mempunyai kecenderungan yang sama terhadap objek yang akan
dipersepsi sedangkan faktor pelaku lebih objektif karena individu banyak dipengaruhi untuk keadaan psikisnya.
2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi
Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera ini
merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut:
11
a. Proses fisik atau kealaman Maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang
menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera atau reseptor.
b. Proses fisiologis Yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu stimulus yang diterima
oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak. c. Proses psikologis
Yang dimaksud dengan proses psikologis adalah proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima
dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Walgito, 2010 : 90-91. Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari
objek yang menimbulkan stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera, kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak
stimulus itu diproses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu.
Menurut Krech dan Cruch merumuskan dalil persepsi: a. Persepsi bersifat selektif secara fungsional, yang berarti bahwa yang
mendapat tekanan dalam persepsi biasanya untuk memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Contohnya : Pengaruh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi
12
b. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti seseorang mengorganisasikan stimuli yang melihat konteksnya walaupun
stimulus yang diterima tidak lengkap, maka mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang seorang
persepsikan Rahman, 2009 : 56-59. Persepsi mengarah ke cara umum dilihat, dirasakan, dicicipi atau dibaui.
Dengan kata lain, persepsi dapat dikatakan sebagai apa yang dialami oleh seorang manusia. Persepsi pengalaman seorang tentang dunia, muncul dari melakukan
penginderaan ditambah cara kita memproses informasi penginderaan. William James berkata: “Sebagian dari apa yang seorang dapatkan melalui indera dan
objek sebelum seseorang, keluar dari pikiran seseorang itu sendiri” menunjuk ke proses yang aktif dari melakukan penginderaan yang membuat pengalaman
seseorang tentang dunia. Proses yang mendasar dalam bentuk persepsi adalah pengenalan akan
suatu figur dalam suatu latar belakang. Seorang melihat objek-objek dan bentuk- bentuk dari pengalaman sehari-hari berdiri suatu latar belakang. Contoh gambar
digantung di dinding, kata dilihat dalam suatu halaman, dan melodi berasal dari ulangan nada dalam belakang musik, gambar, kata dan melodi ini ditangkap
sebagai figur, sedang dindinghalaman dan nada-nada adalah latar belakang. Kemampuan untuk memisahkan suatu objek dari latar belakang adalah dasar
untuk semua bentuk persepsi http:id.whipedia.orgwikiPersepsiAkses.
13
2.1.3 Aspek-Aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah mencerminkan suatu interaksi dari proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen-komponen sikap tersebut menurut
Allport dalam Mar ‟at, 1991 ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi
yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengalaman kemudian akan terbentuk suatu kepercayaan tentang objek sikap tersebut.
2. Komponen afektif Afektif berhubungan dengan rasa bahagia dan tidak bahagia. Jadi
sifatnya langsung yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen konatif Merupakan persiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan
dengan objek sikapnya. Baron dan Byrne, juga Myers dalam Gerungan, 1996 menyatakan bahwa
sikap itu mengundang tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu: 1 Komponen perseptual yaitu komponen yang bersamaan dengan
pengalaman, tatap muka, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2 Komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa bahagia atau tidak bahagia terhadap objek sikap. Rasa bahagia
14
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak bahagia merupakan hal yang negatif.
3 Komponen perilaku yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan tidak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya. Rukoach Walgito, 2003 memberikan pengertian bahwa dalam persepsi
terkandung komponen perseptual dan juga komponen perilaku, yaitu sikap merupakan posisi untuk berbuat atau berperilaku. Ini berarti bahwa sikap
berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan posisi untuk berbuat atau berperilaku. Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen
perseptual, komponen emosional, dan juga komponen perilaku, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap orang pada suatu objek sikap
merupakan manifestasi dari ketiga komponen tersebut yang saling berinteraktif untuk memahami, merasakan dan
konsisten satu dengan lainnya. http:www.masbow.com.200908apa-itu-persepsi.html.
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perbedaan Persepsi
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono 1996: 43-44, menyatakan bahwa terdapat beberapa forktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:
a. Perhatian. Biasanya seseorang tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di
sekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua obyek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lain
menyebabkan perbedaan persepsi.
15
b. Set. Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul
c. Kebutuhan. Kebutuhan-keebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang
akan mempengaruhi persepsi seseorang. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi yang berbeda pula.
d. Sistem nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh terhadap
persepsi e. Ciri kepribadian.
Ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi pula f. Gangguan kejiwaan.
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, hanya
dialami oleh penderita yang bersangkutan saja
2.1.5 Teori-Teori Persepsi
Teori adalah serangkaian hipotesia atau proporsi yang saling berhubungan tentang suatu gejala fenomena atau sejumlah gejala Sarwono, 2008:5.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono 2008:241-244, dalam bukunya yang berjudul “Teori – teori Psikologi Sosial” terdapat 4 teori besar persepsi sosial
yaitu: a. Teori Heider, adalah teori yang dicetuskan oleh Heider. Teori ini bersifat
umum yaitu tentang hubungan antar pribadi interpersonal. Dari sifatnya
16
yang umum tersebut menunjukkan kekayaan dan keluasan pikiran. Oleh karena itu, teori ini banyak merangsang sumbangan-sumbangan teori
psikolog-psikolog sosial. b. Teori Jones Davis adalah teori yang dicetuskan oleh Jones dan Davis.
Teori ini terbatas pada atribusi terhadap orang. Tetapi teori ini menjelaskan juga tentang kondisi-kondisi yang harus ada untuk dapat
terjadinya prediksi. c. Teori Kelley, adalah teori yang dikemukakan oleh Kelley. Teori ini
terbatas pada atribusi terhadap lingkungan luar. Teori ini masih relatif baru dan belum mampu merangsang penelitian karena para psikolog
sosial lebih tertarik pada persepsi, atribusi dan keputusan penilaian pribadi daripada atribusi lingkungan.
d. Teori Festinger, adalah teori yang ditemukan oleh Festinger. Teori ini hanya sedikit menyinggung proses atribusi dan persepsi sosial. Secara
khusus, teori ini membicarakan proses yang digunakan oleh seorang individu untuk menilai keampuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan
dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungan dengan pendapat-pendapat dan kemampuan-kemampuan orang lain yang ada
dalam suatu lingkungan sosial. Hal terpenting menurit teori Festinger adalah dampak dari perbandingan sosial terhadap perubahan dari
pendapat pada individu itu sendiri.
17
2.2 Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai Hedge
Bank Indonesia secara resmi menerbitkan Peraturan Bank Indonesia PBI No.1582013 tanggal 7 Oktober 2013 tentang lindung nilai kepada bank guna
melindungi kestabilan nilai tukar rupiah. Tujuan dari PBI ini adalah mendukung terciptanya pasar valas domestik
yang lebih berkembang, likuid, dan efisien, sehingga dapat mendukung pencapaian BI dalam memelihara kestabilan nilai tukar rupiah dan sebagai upaya
melindungi dari ketidakpastian ekonomi global, para pelaku ekonomi perlu melakukan transaksi lindung nilai terhadap kegiatan ekonominya, dengan
menggunakan instrumen derivatif antara lain forward dan swap. Diharapkan pula bahwa transaksi lindung nilai yang dilakukan pelaku ekonomi dapat mendukung
pendalaman pasar valuta asing domestik. Peraturan Bank Indonesia PBI No.1582013 tanggal 7 Oktober 2013 tentang lindung nilai adalah sebagai
berikut: Lindung Nilai adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di
pasar keuangan.
2.3 Pengertian tentang Lindung Nilai Hedging