Persepsi Pengusaha Kota Medan Tentang Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai (Hedge)

(1)

SKRIPSI

PERSEPSI PENGUSAHA KOTA MEDAN TERHADAP KEBIJAKAN BANK INDONESIA TENTANG LINDUNG NILAI (HEDGE)

OLEH

RYAN WAHYUDI 110523028

PROGRAM STUDI STRATA 1 EKONOMI PEMBANGUNAN EKSTENSI DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i ABSTRAK

PERSEPSI PENGUSAHA KOTA MEDAN TERHADAP KEBIJAKAN BANK INDONESIA TENTANG LINDUNG NILAI (HEDGE)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi pengusaha di Kota Medan tentang kebijakan lindung nilai, pemahaman pengusaha tentang lindung nilai, transaksi lindung nilai yang dilakukan, metode transaksi lindung nilai yang digunakan, dan media utama yang digunakan pengusaha dalam memperoleh informasi mengenai kebijakan lindung nilai. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha ekspor-impor di Kota Medan berjumlah 80 unit usaha. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposial sampling dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu maka sampel penelitian ini berjumlah 30 orang, dengan metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha di Kota Medan memiliki persepsi yang positif dan pemahaman yang baik tentang kebijakan lindung nilai. Sedangkan transaksi yang paling sering dilakukan adalah transaksi lindung nilai jual, metode transaksi yang paling sering digunakan adalah metode swap. Selanjutnya, sumber informasi yang digunakan sebagian besar pengusaha memperoleh informasi melalui bank

Kata kunci: Persepsi, Pemahaman, Jenis Transaksi, Metode Transaksi, Sumber Informasi dan Kebijakan Lindung Nilai (Hedge)


(3)

ii

ABSTRACT

PERCEPTION OF ENTREPRENEURS MEDAN CITY ON HEDGING POLICY OF BANK INDONESIA

The purpuse of this study was to analyze perception of businessman in Medan on hedging policy, businessman understanding of hedging, hedging transactions are carried out, the method of hedging transactions are used, and the main media used by businessman to obtain information about hedging policy. The population in this study is an import-export businessman in Medan totaled 80 units. The sampling method used purposial sampling method using certain criteria, the consideration the sample were 30 people, with data analysis method used is descriptive analysis method.

The results showed that the majority of businessman in the city of Medan has a positive perception and good understanding of the hedging policy. While the most common transaction is the sale of hedging transactions, the transaction method most commonly used method is the swap transaction. Furthermore, resources are used most of the businessman to obtain information through a bank

Keywords: Perception, Understanding, Transaction Type, Transaction Methods, Sources of Information and Hedging Policies (Hedge)


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karuniaNYA Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Persepsi Pengusaha Kota Medan Tentang Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai (Hedge)”.

Penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Jhonny dan Ibunda Rosmani, B.Ac. yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dengan penuh kesabaran, terima kasih atas do’a, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini dengan baik. Selanjutnya Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec. selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Drs. Syahril Hakim Nasution, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

iv

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M. Soc, Sc., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si. Selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Univeristas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing.

5. Ibu Raina Linda Sari selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran dan koreksi dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam menyelesaikan kegiatan akademik.

7. Seluruh teman-teman yang telah mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini Rara, Else, Poltak, Natalina, serta teman-teman mahasiswa lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sangat berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Mei 2015

Penulis


(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi ... 7

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi ... 10

2.1.3 Aspek-Aspek Persepsi ... 13

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perbedaan Persepsi ... 14

2.1.5 Teori-Teori Persepsi ... 15

2.2 Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai (Hedge) ... 17

2.3 Pengertian Lindung Nilai (Hedge) ... 17

2.3.1 Tujuan Lindung Nilai (Hedge) ... 19

2.3.2 Sasaran Lindung Nilai (Hedge) ... 20

2.4 Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Batasan Operasional ... 22

3.4 Definisi Operasional ... 22

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 23

3.6 Populasi dan Sampel ... 24

3.6.1 Populasi ... 24

3.6.2 Sampel ... 24

3.7 Jenis dan Sumber Data ... 24


(7)

vii

3.9 Teknik Analisis Data ... 25 3.9.1 Analisis Deskriptif ... 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian ... 28 4.1.1 Profil Singkat Perusahaan ... 28 4.2. Hasil Penelitian ... 36 4.2.1 Analisis Deskriptif Karakteristik

Responden ... 36 4.2.2 Analisis Deskriptif Jawaban

Responden ... 38 4.2.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kebijakan Bank Indonesia

Tentang Lindung Nilai ... 39 4.2.2.2 Tingkat Pemahaman Responden Tentang Kebijakan

Lindung Nilai ... 43 4.2.2.3 Jenis Transaksi Lindung Nilai

Yang Paling Sering dilakukan . 44 4.2.2.4 Jenis Metode Transaksi

Lindung Nilai Yang Paling

Sering Dilakukan ... 45 4.2.2.5 Sumber Informasi Kebijakan

Tentang Lindung Nilai ... 46 4.3 Pembahasan ... 46 4.3.1 Persepsi Pengusaha di Kota Medan

Terhadap Kebijakan Bank Indonesia

Tentang Lindung Nilai (Hedge) ... 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 49 5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ... 52


(8)

viii

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman 3.1 Instrumen Skala Likert ... 23 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 36 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan . 37 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan

Lama Usaha ... 38 4.5 Frekuensi Jawaban Responden Tentang

Kebijakan Lindung Nilai (Hedge ... 39 4.6 Pemahaman Responden Tentang Kebijakan

Lindung Nilai ... 43


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 21 4.1 Transaksi Lindung Nilai Yang Paling Sering

Dilakukan ... 44 4.2 Metode Transaksi lindung nilai yang paling

Sering digunakan respoden ... 45 4.3 Sumber Informasi Pengusaha Tentang


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman 1 Kuesioner Penelitian ... 52 2 Karakteristik Responden ... 56 3 Tabulasi Jawaban Responden Tentang

Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) ... 57 4 Analisis Deskriptif Jawaban Responde

Tentang Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) ... 59 5 Transaksi Lindung Nilai Yang Paling Sering

Dilakukan ... 62 6 Metode Transaksi Yang Paling Sering

Digunakan ... 63 7 Sumber Informasi Mengenai Lindung Nilai ... 64


(11)

i ABSTRAK

PERSEPSI PENGUSAHA KOTA MEDAN TERHADAP KEBIJAKAN BANK INDONESIA TENTANG LINDUNG NILAI (HEDGE)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi pengusaha di Kota Medan tentang kebijakan lindung nilai, pemahaman pengusaha tentang lindung nilai, transaksi lindung nilai yang dilakukan, metode transaksi lindung nilai yang digunakan, dan media utama yang digunakan pengusaha dalam memperoleh informasi mengenai kebijakan lindung nilai. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha ekspor-impor di Kota Medan berjumlah 80 unit usaha. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposial sampling dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu maka sampel penelitian ini berjumlah 30 orang, dengan metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha di Kota Medan memiliki persepsi yang positif dan pemahaman yang baik tentang kebijakan lindung nilai. Sedangkan transaksi yang paling sering dilakukan adalah transaksi lindung nilai jual, metode transaksi yang paling sering digunakan adalah metode swap. Selanjutnya, sumber informasi yang digunakan sebagian besar pengusaha memperoleh informasi melalui bank

Kata kunci: Persepsi, Pemahaman, Jenis Transaksi, Metode Transaksi, Sumber Informasi dan Kebijakan Lindung Nilai (Hedge)


(12)

ii

ABSTRACT

PERCEPTION OF ENTREPRENEURS MEDAN CITY ON HEDGING POLICY OF BANK INDONESIA

The purpuse of this study was to analyze perception of businessman in Medan on hedging policy, businessman understanding of hedging, hedging transactions are carried out, the method of hedging transactions are used, and the main media used by businessman to obtain information about hedging policy. The population in this study is an import-export businessman in Medan totaled 80 units. The sampling method used purposial sampling method using certain criteria, the consideration the sample were 30 people, with data analysis method used is descriptive analysis method.

The results showed that the majority of businessman in the city of Medan has a positive perception and good understanding of the hedging policy. While the most common transaction is the sale of hedging transactions, the transaction method most commonly used method is the swap transaction. Furthermore, resources are used most of the businessman to obtain information through a bank

Keywords: Perception, Understanding, Transaction Type, Transaction Methods, Sources of Information and Hedging Policies (Hedge)


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan perubahan berbagai sektor seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian, pola konsumsi masyarakat serta bertambahnya jumlah penduduk telah mendorong tumbuhnya sektor usaha diberbagai bidang saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang semakit ketat. Dalam perkembangannya sektor usaha tentunya dihadapkan pada berbagai persoalan sehingga para pengusaha harus bijak dalam menjalankan usahanya. Para pengusaha harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi agar mampu meminimalisir berbagai risiko yang mungkin terjadi dan usahanya dapat bertahan dan berhasil.

Setiap pengusaha yang bergelut dibidang bisnis pasti akan mengalami risiko yang umum terjadi yaitu fluktuasi harga. Fluktuasi harga ini merupakan suatu gejala yang menunjukkan ketidaktetapannya harga yang dipengaruhi oleh kondisi pasar dan iklim bisnis. Kondisi seperti inilah yang mengharuskan para pelaku ekonomi khususnya pengusaha melakukan pengolahan risiko dan lindung nilai (hedging). Lindung nilai (hedging) mempunyai tujuan yang satu yaitu untuk melindungi nilai dari pelaku pasar agar tidak mencapai kerugian dari nilai yang diharapkan atau jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut dapat diminimalisir.

Lindung nilai sering dianggap sebagai strategi investasi untuk mengurangi atau meniadakan risiko yang tidak terduga. Banyak transaksi lindung nilai yang


(14)

2 tidak melibatkan instrumen keuangan eksotis ataupun derivative. Lindung nilai alamiah adalah merupakan suatu investasi yang bertujuan mengurangi risiko dari risiko yang tak terduga dengan cara menyelaraskan nilai perputaran uang misalnya pemasukan dan biaya.

Lindung nilai secara alamiah ini sudah sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun banyaknya masyarakat yang tidak menyadarinya. Sebagai contoh, suatu keluarga yang membeli asuransi kesehatan untuk meminimalkan risiko jika terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap kesehatannya dimasa mendatang. Contoh lainnya adalah sebuah perusahaan yang mendirikan anak perusahaan di negara lain dan meminjam uang dalam mata uang setempat untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan, walaupun suku bunga pinjaman setempat lebih tinggi daripada suku bunga pinjaman dinegara asal namun dengan selarasnya pembayaran pinjaman hutang dan pemasukan yang diharapkan yang keduanya dalam mata uang setempat maka perusahaan induk telah mengurangi terjadinya risiko terhadap nilai tukar valuta asing.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan, lindung nilai adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghentikan/mencegah risiko atau melindungi posisi nilai suatu asset atau kewajiban yang mendasarinya terhadap risiko fluktuasi tingkat bunga dan nilai mata uang di masa yang akan datang.

Selain peraturan yang dikeluarkan menteri keuangan, Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia juga mengeluarkan peraturan mengenai lindung nilai. Menurut Bank Indonesia, lindung nilai adalah cara atau teknik untuk


(15)

3 mengurangi risiko yang terjadi maupun yang diperkirakan akan terjadi akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan.

Hal yang melatarbelakangi Bank Indonesia mengeluarkan peraturan tersebut adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya dipengaruhi oleh stabilitas nilai tukar rupiah yang semakin hari semakin melemah. Stabilitas nilai tukar rupiah memerlukan dukungan pasar keuangan yang sehat khususnya pasar valuta asing domestik untuk menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi nasional. Untuk menghentikan/mencegah risiko tersebut, pelaku ekonomi perlu melakukan Transaksi Lindung Nilai terhadap kegiatan ekonominya dengan menggunakan instrument derivative antara lain forward dan swap.

Transaksi lindung nilai adalah transaksi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi untuk memitigasi risiko atau melindungi nilai suatu aset, kewajiban, pendapatan, dan/atau beban terhadap risiko fluktuasi nilai mata uang di masa mendatang.

Bank Indonesia menerbitkan peraturan tentang transaksi lindung nilai pada tahun 2013, bank sentral ingin mengurangi ketergantungan pelaku ekonomi terhadap transaksi spot yang terjadi di pasar keuangan dalam memenuhi kebutuhan valuta asing. Permintaan valuta asing di pasar uang dalam negeri selalu lebih besar daripada suplai. Kondisi inilah yang menyebabkan nilai tukar rupiah rentan melemah. Pergerakan nilai tukar semakin bergejolak saat terjadinya risiko ketidakseimbangan internal dan eksternal. Ruang lingkup yang diatur dalam PBI mengenai lindung nilai adalah perorangan yang memiliki kewarganegaraan Indonesia; atau badan usaha selain Bank yang berbadan hukum Indonesia.


(16)

4 Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan merupakan pusat perekonomian di Sumatera Utara. Pertumbuhan sektor usaha di kota Medan cukup pesat khususnya sektor usaha yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Produk-produk yang diekspor dari kota Medan diantaranya adalah produk hasil pengolahan kayu seperti seperti kursi, meja, tempat tidur, serta produk-produk furniture lainnya yang cukup diminati diberbagai negara-negara di Erova, Asia, dan Amerika, produk-produk agribisnis juga merupakan salah satu komoditi andalan yang di ekspor ke luar negeri seperi biji kopi, minyak kelapa sawit, serta buah-buahan. Produk-produk hasil industri juga banyak diminati sejumlah negara seperi karung plastik, peralatan rumah tangga, serta berbagai produk-produk lainnya yang memiliki pasar yang cukup potensial diluar negeri.

Banyaknya pengusaha kota Medan yang sedang atau akan menghadapi risiko bisnis yang digeluti membutuhkan suatu strategi untuk meminimalisir risiko yang akan mereka terima. Penelitian ini dapat dilihat dari transaksi lindung nilai yang dilakukan para pengusaha diantaranya terjadinya kegiatan ekonomi (berupa pembayaran utang dalam valuta asing, kegiatan ekspor impor, dan kegiatan investasi).

Kebijakan Bank Indonesia tentang Lindung Nilai (Hedge) tentunya akan mendapat persepsi yang beragam dari para pengusaha yang menjadikan kebijakan lindung nilai sebagai salah satu upaya dalam meminimalisir risiko bisnis yang mungkin terjadi.


(17)

5 Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan memilih judul “Persepsi Pengusaha Kota Medan Terhadap Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai (Hedge)”.

1.2 Perumusan Masalah

Kebijakan baru yang diterbitkan Bank Indonesia mengenai lindung nilai (hedging) yang bertujuan untuk memitigasi risiko dalam dunia bisnis. Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana persepsi pengusaha khususnya kota Medan terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang lindung nilai?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui persepsi pengusaha khususnya kota Medan terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang lindung nilai.

1.4 Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi Pengusaha yang diteliti dan Pengusaha lainnya

Memberi masukan bagi pengusaha yang bersedia meluangkan waktu untuk diteliti dalam mengelola transaksi impor yang dilakukannya sehingga terhindar dari kerugian akibat fluktuasi valuta asing. Memberikan pengertian pentingnya memahami kegunaan lindung nilai dalam meminimalisir risiko bisnis. Membantu pengusaha lebih kreatif dengan


(18)

6 mengembangkan bisnisnya tanpa terhalangi risiko yang sering dikhawatirkan para pengusaha.

2. Bagi Peneliti Lanjutan dan Akademisi

Mendorong timbulnya ide penelitian baru bagi mahasiswa lain yang berkaitan dengan lindung nilai, menjadi acuan penelitian selanjutnya dan menjadi bahan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi mahasiswa-mahasiswa yang mungkin membutuhkan untuk lebih memahami lindung nilai tersebut.

3. Bagi Penulis

Memahami ilmu manajemen keuangan khususnya mengetahui manajemen internasional, teori dan teknik lindung nilai dan penerapannya bagi pengusaha.


(19)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagimanusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern danekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia, persepsi berarti tanggapan (penerimaan) langsung hal melalui pancainderanya (Depdiknas, 2002:1239). Menurut Chaplin, persepsi adalah proses mengetahui atau mengenal objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1993:358).

Secara terminologi, terdapat beberapa rumusan tentang persepsi, diantaranya menurut Walgito, persepsi adalah mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau serupa, dapat memfokuskan perhatiannya pada satu objek, sedangkan objek-objek lain disekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya dinterpretasi (Walgito ,2004:86).

Selanjutnya menurut Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi


(20)

8 negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.

Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118).


(21)

9 2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja tetapi ada faktor-faktor yang mengetahuinya, faktor- faktor inilah yang menjadi dua orang yang melihat sesuatu yang sama akan memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihat itu. Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor fungsional persepsi

Yang dimaksud faktor fungsional persepsi adalah faktor yang timbul dari orang yang mempersepsi kebutuhan, sikap (suara hati), kepentingan, pengalaman dan tahapan dalam mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap sesuatu.

b. Faktor struktural persepsi

Yang dimaksud dengan faktor struktural persepsi yaitu faktor yang muncul dari apa yang akan dipersepsi, misalnya hal-hal baru seperti gerakan, tindak-tanduk dan ciri-ciri yang tidak biasa akan turut juga dalam menentukan persepsi orang yang melihatnya.

c. Faktor situasi persepsi

Yang dimaksud situasi persepsi yaitu faktor yang muncul sehubungan karena situasi pada waktu mempersepsi sebagai contoh orang yang memakai pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan olahraga renang tentunya akan mempengaruhi persepsi yang dilihatnya. d. Faktor personal persepsi

Yang dimaksud dengan faktor personal persepsi yaitu: pengalaman, motivasi, kepribadian. (Subur, 2003:460-462).


(22)

10 Sedangkan menurut Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal

Yaitu berupa perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal

Yaitu berupa latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa faktor situasi dan sasaran lebih bersifat objektif. Artinya individu mempunyai kecenderungan yang sama terhadap objek yang akan dipersepsi sedangkan faktor pelaku lebih objektif karena individu banyak dipengaruhi untuk keadaan psikisnya.

2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi

Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera ini merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut:


(23)

11 a. Proses fisik atau kealaman

Maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera atau reseptor.

b. Proses fisiologis

Yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak.

c. Proses psikologis

Yang dimaksud dengan proses psikologis adalah proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. (Walgito, 2010 : 90-91). Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang menimbulkan stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera, kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu diproses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu.

Menurut Krech dan Cruch merumuskan dalil persepsi:

a. Persepsi bersifat selektif secara fungsional, yang berarti bahwa yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya untuk memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Contohnya : Pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi


(24)

12 b. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti

seseorang mengorganisasikan stimuli yang melihat konteksnya walaupun stimulus yang diterima tidak lengkap, maka mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang seorang persepsikan (Rahman, 2009 : 56-59).

Persepsi mengarah ke cara umum dilihat, dirasakan, dicicipi atau dibaui. Dengan kata lain, persepsi dapat dikatakan sebagai apa yang dialami oleh seorang manusia. Persepsi pengalaman seorang tentang dunia, muncul dari melakukan penginderaan ditambah cara kita memproses informasi penginderaan. William James berkata: “Sebagian dari apa yang seorang dapatkan melalui indera dan objek sebelum seseorang, keluar dari pikiran seseorang itu sendiri” menunjuk ke proses yang aktif dari melakukan penginderaan yang membuat pengalaman seseorang tentang dunia.

Proses yang mendasar dalam bentuk persepsi adalah pengenalan akan suatu figur dalam suatu latar belakang. Seorang melihat objek-objek dan bentuk-bentuk dari pengalaman sehari-hari berdiri suatu latar belakang. Contoh gambar digantung di dinding, kata dilihat dalam suatu halaman, dan melodi berasal dari ulangan nada dalam belakang musik, gambar, kata dan melodi ini ditangkap sebagai figur, sedang dinding/halaman dan nada-nada adalah latar belakang. Kemampuan untuk memisahkan suatu objek dari latar belakang adalah dasar untuk semua bentuk persepsi


(25)

13 2.1.3 Aspek-Aspek Persepsi

Pada hakekatnya sikap adalah mencerminkan suatu interaksi dari proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen-komponen sikap tersebut menurut Allport (dalam Mar‟at, 1991) ada tiga yaitu:

1. Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengalaman kemudian akan terbentuk suatu kepercayaan tentang objek sikap tersebut. 2. Komponen afektif

Afektif berhubungan dengan rasa bahagia dan tidak bahagia. Jadi sifatnya langsung yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen konatif

Merupakan persiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.

Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengundang tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu:

1) Komponen perseptual yaitu komponen yang bersamaan dengan pengalaman, tatap muka, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2) Komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa bahagia atau tidak bahagia terhadap objek sikap. Rasa bahagia


(26)

14 merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak bahagia merupakan hal yang negatif.

3) Komponen perilaku yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan tidak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya.

Rukoach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen perseptual dan juga komponen perilaku, yaitu sikap merupakan posisi untuk berbuat atau berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan posisi untuk berbuat atau berperilaku. Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen perseptual, komponen emosional, dan juga komponen perilaku, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap orang pada suatu objek sikap merupakan manifestasi dari ketiga komponen tersebut yang saling berinteraktif untuk memahami, merasakan dan konsisten satu dengan lainnya.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perbedaan Persepsi

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1996: 43-44), menyatakan bahwa terdapat beberapa forktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:

a. Perhatian.

Biasanya seseorang tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua obyek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lain menyebabkan perbedaan persepsi.


(27)

15 b. Set.

Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul c. Kebutuhan.

Kebutuhan-keebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi yang berbeda pula.

d. Sistem nilai.

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh terhadap persepsi

e. Ciri kepribadian.

Ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi pula f. Gangguan kejiwaan.

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja

2.1.5 Teori-Teori Persepsi

Teori adalah serangkaian hipotesia atau proporsi yang saling berhubungan tentang suatu gejala (fenomena) atau sejumlah gejala (Sarwono, 2008:5).

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2008:241-244), dalam bukunya yang berjudul “Teori – teori Psikologi Sosial” terdapat 4 teori besar persepsi sosial yaitu:

a. Teori Heider, adalah teori yang dicetuskan oleh Heider. Teori ini bersifat umum yaitu tentang hubungan antar pribadi (interpersonal). Dari sifatnya


(28)

16 yang umum tersebut menunjukkan kekayaan dan keluasan pikiran. Oleh karena itu, teori ini banyak merangsang sumbangan-sumbangan teori psikolog-psikolog sosial.

b. Teori Jones & Davis adalah teori yang dicetuskan oleh Jones dan Davis. Teori ini terbatas pada atribusi terhadap orang. Tetapi teori ini menjelaskan juga tentang kondisi-kondisi yang harus ada untuk dapat terjadinya prediksi.

c. Teori Kelley, adalah teori yang dikemukakan oleh Kelley. Teori ini terbatas pada atribusi terhadap lingkungan luar. Teori ini masih relatif baru dan belum mampu merangsang penelitian karena para psikolog sosial lebih tertarik pada persepsi, atribusi dan keputusan / penilaian pribadi daripada atribusi lingkungan.

d. Teori Festinger, adalah teori yang ditemukan oleh Festinger. Teori ini hanya sedikit menyinggung proses atribusi dan persepsi sosial. Secara khusus, teori ini membicarakan proses yang digunakan oleh seorang individu untuk menilai keampuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungan dengan pendapat-pendapat dan kemampuan-kemampuan orang lain yang ada dalam suatu lingkungan sosial. Hal terpenting menurit teori Festinger adalah dampak dari perbandingan sosial terhadap perubahan dari pendapat pada individu itu sendiri.


(29)

17 2.2 Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai (Hedge)

Bank Indonesia secara resmi menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.15/8/2013 tanggal 7 Oktober 2013 tentang lindung nilai kepada bank guna melindungi kestabilan nilai tukar rupiah.

Tujuan dari PBI ini adalah mendukung terciptanya pasar valas domestik yang lebih berkembang, likuid, dan efisien, sehingga dapat mendukung pencapaian BI dalam memelihara kestabilan nilai tukar rupiah dan sebagai upaya melindungi dari ketidakpastian ekonomi global, para pelaku ekonomi perlu melakukan transaksi lindung nilai terhadap kegiatan ekonominya, dengan menggunakan instrumen derivatif antara lain forward dan swap. Diharapkan pula bahwa transaksi lindung nilai yang dilakukan pelaku ekonomi dapat mendukung pendalaman pasar valuta asing domestik. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.15/8/2013 tanggal 7 Oktober 2013 tentang lindung nilai adalah sebagai berikut: Lindung Nilai adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan.

2.3 Pengertian tentang Lindung Nilai (Hedging)

Setiap perusahaan yang melakukan transaksi internasional tentu akan mempunyai receivable (penerimaan) dan payable (pengeluaran) dalam berbagai valas. Untuk menentukan apakah perlu dilakukan hedging atau tidak atas penerimaan atau pengeluaran dalam suatu valas yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi kurs (apresiasi/depresiasi) valas tersebut. Adanya risiko fluktuasi nilai tukar manajemen perusahaan yang memiliki transaksi internasional berusaha


(30)

18 untuk menghindar maupun mengurangi kerugian dari fluktuasi nilai tukar tersebut. Adapun tindakan yang dilakukan pihak manajemen salah satunya adalah dengan melakukan teknik lindung nilai atau disebut hedging.

Menurut Bank Indonesia, lindung nilai (hedging) adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan.

Menurut Gallagher, hedging adalah suatu tindakan keputusan keuangan yang digunakan untuk menghindari atau melindungi risiko kerugian.

Menurut Hady, pengertian hedging yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari atau mengurangi risiko kerugian sebagai akibat fluktuasi kurs valas.

Menurut T. Sunaryo (2009) prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan sejumlah tertentu instrumen hedging. Portfolio yang terdiri atas aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portfolio hedging. Portfolio hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko aset awal.

Menurut Paul Merrick (1998) seperti dikutip oleh Kusmanto, hedging atau hedge didefinisikan sebagai berikut: “A hedge is one or more traders perfomed in order to protect an existing market exsposure against market movement”. Jadi pada dasarnya hedging merupakan suatu cara produsen atau investor untuk melindungi posisi suatu aset atau (underlying assets) dari risiko perubahan pasar.


(31)

19 Menurut F.R. Edward (1991) seperti dikutip oleh Leuthold, Raymod M, et, al (1989) pengertian hedging secara teknis adalah suatu proses untuk mengambil posisi dalam pasar berjangka yang berlawanan dengan posisi yang dimilikinya di pasar fisik dalam jumlah/besar kontrak sama.

Lindung nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat popular dalam perdagangan berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh turun-naiknya harga.

Definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan dengan teknik hedging ini maka kerugian dari suatu risiko akibat fluktuasi mata uang asing dapat dikurangi melalui instrumen keuangan, sehingga tidak membawa dampak yang lebih banyak bagi keuangan perusahaan. Dengan teknik hedging, suatu perusahaan dapat menghitung secara pasti jumlah yang akan dibayarkan atau piutang yang akan diterima pada masa yang akan datang, meskipun di pasar telah terjadi perubahan nilai tukar.

Individu atau perusahaan yang melakukan hedging pada perdagangan berjangka, disebut: “hedger”.

2.3.1 Tujuan Lindung Nilai (Hedging)

Secara umum tujuan lindung nilai adalah untuk mengurangi variabilitas arus kas di masa depan karena perusahaan melakukan pinjaman bunga variabel dan swapping untuk tingkat bunga tetap. Lindung nilai ini ditujukan oleh para eksportir untuk menjaga kestabilan harga dan kontinuitas pasokan.


(32)

20 Tujuan dibentuknya kebijakan mengenai lindung nilai oleh Bank Indonesia adalah:

1. Mengurangi ketergantungan pelaku ekonomi (nasabah bank) terhadap transaksi di cash market (spot) dalam memenuhi kebutuhan valas.

2. Mendorong pengembangan transaksi lindung nilai yang terkait dengan kegiatan ekonomi di Indonesia.

3. Memperkuat pengelolaan risiko (risk management) bank dan pelaku ekonomi.

4. Mendukung terciptanya pasar valas domestik yang lebih berkembang, likuid, dan efisien sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan BI dalam mencapai dan memelihara stabilitas nilai tukar rupiah.

2.3.2 Sasaran Lindung Nilai (Hedging)

Sasaran dibentuknya kebijakan lindung nilai oleh Bank Indonesia adalah: a. perorangan yang memiliki kewarganegaraan Indonesia; atau

b. badan usaha selain Bank yang berbadan hukum Indonesia, berdomisili di Indonesia, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).


(33)

21 2.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Persepsi Pengusaha

Eksportir

Lindung Nilai (Hedging)

Analisis Deskriptif


(34)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan membuat pencaderaan/lukisan/deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematik, faktual, dan teliti. Dalam penelitian ini, penelitian deskritif dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi pengusaha Kota Medan terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang lindung nilai (Hedge).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara . Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2015 sampai Mei 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah persepsi pengusaha di Kota Medan terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang Lindung Nilai (Hedge).

3.4 Definisi Operasional

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat keterkaitan antara variabel dari suatu faktor dengan variabel faktor lainnya. Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dalam sebuah penelitian didalam penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut :


(35)

23 1. Persepsi Pengusaha Eksportir Kota Medan

Yaitu tingkat pemahaman pengusaha eksportir di Kota Medan terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang Lindung Nilai (Hedge)

2. Lindung Nilai (Hedge)

Yaitu cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan. 3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, yaitu skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur pendapat, sikap dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial, dimana di dalam fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang disebut sebagai variabel penelitian yang akan diuji dan setiap jawaban dari pertanyaan pengujian akan diberi skor atau nilai (Sugiyono, 2007:86).

Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang diuji akan diberikan skor pada setiap jawaban. Skala Likert menggunakan 5 tingkatan jawaban yang dapat dilihat dari Tabel 3.1:

Tabel 3.1

Instrumen Skala Likert

No. Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-ragu (R) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono (2007: 86)


(36)

24 3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha eksportir yang terdaftar di propinsi Sumatera Utara berjumlah 80 perusahaan.

3.6.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposial sampling yaitu sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Penetapan ini lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 30 responden.

3.7 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utama untuk kemudian diolah dan dianalisis. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil pengisian kuesioner dan hasil wawancara yang dilakukan penulis sebagai data pendukung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang umumnya berisikan mengenai informasi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian, seperti buku-buku, jurnal, tabloid maupun internet yang berhubungan dengan variabel penelitian.


(37)

25 3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Daftar pertanyaan (questioner)

Teknik ini dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab, kemudian ditentukan skor dengan skala likert dari jawaban pertanyaan.

b. Wawancara (interview)

Wawancara adalah kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian dengan melakukan tanya jawab secara langsung pada objek responden.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan meninjau dokumen-dokumen serta catatan yang ada, misalnya sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan jumlah karyawan. Studi dokumentasi juga dapat dilakukan dengan meninjau jurnal, internet, data literatur, majalah dan sumber-sumber lain yang dapat mendukung penelitian.

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Teknik analsisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif dan deskriptif frekuensi.


(38)

26 Cara yang dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data diantaranya kelengkapan biodata, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti.

b. Coding

Coding adalah melakukan pemberian kode berupa angka untuk memudahkan jawaban yang ada menurut hasilnya. Klasifikasi yang digunakan dalam penelitian pada tingkat pemahaman pengusaha kecil terhadap produk perbankan bila paham : ceklist ( √ ) dan tidak paham : silang (X).

c. Pemberian Skor atau Nilai

Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah satu cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan dalam empat ( 4) tingkatan dengan penilaian sebagai berikut :

1. Jawaban a, diberi skor 4 2. Jawaban b, diberi skor 3 3. Jawaban c, diberi skor 2


(39)

27 d. Tabulasi data

Tabulasi adalah pembuatan tabel – tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan dalam melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan tabel hasil . Tabulasi dapat berbentuk :

1. Tabel pemindahan, yaitu tabel memindahkan kode – kode dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi arsip . 2. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasarkan sifat responden

tertentu dan tujuan tertentu.

3. Tabel analisis, tabel yang membuat suatu jenis informasi yang telah dianalisis ( Hasan 2006: 20) Analisis Data menurut Hasan ( 2006 : 29) adalah memperkirakan atau dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa) kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan / meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh melalui hasil kuesioner dan bantuan wawancara

e. Frekuensi

Frekuensi memiliki kegunaaan pokok untuk melakukan pengecekan terhadap input data. Apakah data sudah diinput dengan benar. Hal ini mengingat bahwa statistik frekuensi bisa mengetahui resume data secara umum.


(40)

28 BA B IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Profil Singkat Perusahaan

1. PT Bukit Intan Abadi

PT Bukit Intan Abadi didirikan pada tahun 1997 yang beralamat di Jl. Pulau Nias Kawasan Industri Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor berbagai produk pengolahan kayu untuk tujuan ekspor ke Asia, Eropa, dan Australia. PT Bukit Intan Abadi telah mendapat sertifikat dari Japanese Agricultural Standard (JAS) pada tahun 2004. Standar tinggi yang diperlukan oleh JAS menjadi kriteria perusahaan dalam mengadopsi proses kontrol kualitas yang ketat sejak saat itu.

2. Tropical Indopratama

CV. Tropical Indopratama merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Produsen, Trading Company, Distributor, Grosir, Produk : Cinnamon, Cassiavera, jenis, Cutstick, Patah, Wholestik, Cengkeh kering, segar dan bersih , Pala kering dengan shell dan Pala mace , sambiloto , cride obat untuk kesehatan , produk herbal , Gracinia produk ekstrak cambogia yang beralamat di Jalan Flamboyan Raya Komp . Setiabudi Flamboyan Blok N Nomor 8 Medan Propinsi Sumatera Utara Indonesia.


(41)

29 3. Karya Graha Pratama

PT Karya Graha Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dibidang eksportir yang beralamat di jalan Jl. KLY Yos Sudarso Km. 8,3 Tanjung Mulia Medan yang saat ini dipimpin oleh Bapak Tan Peng Siu.

4. Muklim Agung Jaya

PT. Muklim Agung Jaya merupakan perusahaan eksportir dibidang industri peralatan dan perlengkapan pengolahan kayu yang berlamat di Jl. Selamet No 47 Kec. Sunggal Medan

5. Sawita Kencana

PT Sawita Kencana merupakan perusahaan eksportir dibidang pengolahan kayu yang berdiri sejak Tahun 2000. Tujuan ekspor PT Sawita Kencana adalah kawasan Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa Timur, Asia Tenggara, Asia Timur, serta Timur Tengah. PT Sawita Kencana beralamat di Jl. Timor No. 12-H, Medan.

6. Megawood Perkasa Industri

PT Megawood Perkasa Industri merupakan perusahaan eksportir dibidang industri pengolahan kayu telah berdiri sejak Tahun 1987 yang beralamat di Jl. Pertahanan Ujung No.111 Medan.

7. Canang Indah

PT. Canang Indah merupakan perusahaan eksportir yang telah berdiri sejak Tahun 1972 beralamat di Jl. Prof. HM. Yamin SH No. 46, Medan


(42)

30 saat ini dipimpin oleh Bapak Buyung Tjioe. Produk yang dihasilkan berupa Fibreboard of Wood.

8. PT. Yasanda

PT Yasanda merupakan perusahaan eksportir yang menawarkan menawarkan ratusan gaya dan variasi pintu , doorslite , sidelites , doorsets , interior kayu dan pintu eksterior , kayu lunak pintu interior dan eksterior , pintu Insulated ( Part L Pintu ) , Api Nilai pintu , pintu kusen dan produk cetakan lainnya , tersedia dalam jenis kayu berbagai seperti , Amerika White Oak , Amerika Red Oak , Alder , Maple , Hemlock , Sapele , dikukus Beech , Black Walnut , Cherry , Radiata Pine dan kayu Indonesia baik yang belum selesai atau setengah jadi. PT Yasanda beralamat Jl. Riau No. 1-C, Medan.

9. Sumatera Jaya Wahana Perkasa

PT Sumatera Jaya Wahana Perkasa telah berdiri sejak tahun 1998 menawarkan produk-produk berupa Pintu kayu , Flooring , Moulding Komponen , Arang , Briket. PT Sumatera Jaya Wahana Perkasa beralamat di Jl. Jend. Gatot Subroto No. 455, Sei Sikambing, Medan. 10. Perindustrian Kayu Asia Mujur

PT Perindustrian Kayu Asia Mujur beralamat di Jl. Kapt. Sumarsono No. 174, Medan merupakan perusahaan eksportir dibidang pengolahan kayu. Saat ini dipimpin Bapak Kriston Law.


(43)

31 11. PT Mahogani Lestari

PT Mahogani Lestari Didirikan pada tanggal 27 November 1991. memproduksi daun pintu dan kusen pintu. Namun seiring perkembangannya, perusahaan ini memilih untuk fokus pada produksi produk daun pintu. Hasil produksinya diekspor ke luar negeri seperti Singapura dan negara-negara di benua Afrika. PT. Mahogany Lestari dikoordinir oleh suatu badan resmi yang bertujuan untuk menjaga persaingan perusahaan daun pintu dan kusen (door jamb) yang bernama ISA (Indonesian Sawmill Association).

12. UD. Union Furniture

UD. Union Furniture merupakan perusahaan yang bergerak di bidang furniture yang telah berdiri sejak tahun 1912. Produk yang dihasilkan berupa Wooden Furniture. Saat ini dipimpin oleh Bapak Jhonson yang beralamat di Jl. Batang Kuis No. 2 Gg. Rotan, Pasar 7 Medan.

13. PT Bukit Emas Dharma Utama

PT Bukit Emas Dharma Utama beralamat di Jl. Biduk No. 37, Medan yang memproduksi berbagai produk berupa Molding Wood.

14. PT Chitra Kalpika Mas

PT Chitra Kalpika Mas telah berdiri sejak Tahun 1990 memproduksi berbagai produk rumah tangga seperti pegangan sapu kayu, sapu dan pel & sikat. Produk-produk yang dihasilkan telah di ekspor ke berbagai negara seperti Arab Saudi, Italia, dan negara-negara Asia. PT Chitra Kalpika Mas beralamat di Jl. Brigjen Katamso No. 469 Medan.


(44)

32 15. Indowood Lestari Sejati

PT Indowood Lestari Sejati beralamat di Jl. Kol. Sugiono No. 26 , Medan merupakan perusahaan penghasil berbagai produk hasil pengolahan kayu berupa Finger Joint of Wood Molding Wood, Other Builders Of Woods Pallets, Box Pallets & Oth. Load Board of Plywood. 16. Citra Kencana Industri

PT. Citra Kencana Industri berdiri sejak Tahun 1997 menghasilkan berbagai produk hasil pengolahan kayu berupa Finger Joint of Wood Wooden Products. PT. Citra Kencana Industri beralamat di Jl. Industri No. 53, Tanjung Morawa, Medan.

17. Amarjun Aceh Pratama

PT Amarjur Aceh Pratama merupakan perusahaan eksportir di bidang industri Finger Joint of Wood, Parquet Flooring beralamat di Jl. Kayu Putih No. 48, Medan

18. Cipta Meubelindo Lestari

PT. Cipta Meubelindo Lestari adalah Produsen Furniture Indonesia dengan reputasi terkemuka sebagai produsen kualitas tinggi berupa tempat tidur sebagian besar terbuat dari Rubberwood padat atau MDF Poplar Veneer . Perusahaan telah berdiri sejak tahun 1979 dan selama tiga puluh tahun terakhir kami telah menciptakan reputasi sebagai salah satu yang paling diandalkan Indonesia Kayu Furniture Produsen . Selain Bunk Beds sebagai spesialisasi produk andalan, juga memproduksi Futons , Set Dining , Tempat Tidur, Case Barang , Tabel Akhir , Tabel


(45)

33 kopi , Furnitures lain termasuk bayi Cribs, Sofa , Bangku ,Tabel dan Customized Wood Furnitures. PT. Cipta Meubelindo Lestari beralamat di Jl. Cemara Boulevard Blok A1 No. 36 Komp. Cemara Asri Medan. 19. PT. Prabu Jaya

PT Prabu Jaya telahberdiri sejak tahun 1973,dimana perusahaan ini didirikan oleh Bapak Kisudjo Tjanggal. Perusahaan PT. Prabu Jaya berlokasi di Jalan Patumbak Km 8No. 10-A, Medan Provinsi Sumatera Utara. Produk-produk yang dihasilkan berupa Doors of Wood Finger Joint of Wood, Molding Wood Parquet Panel of Wood Windows of Wood.

20. PT Intan Andalas

PT Intan Andalas merupakan perusahaan eksportir yang beralamat di Jl. Perniagaan Baru No. 72, Kec. Medan Barat dengan pimpinan perusahaan adalah Bapak Amin Halim.

21. PT. Abdi Rakyat Bakti

PT. Abdi Rakyat Bakti merupakan perusahaan manufaktur yang beralamat di Jl. Gandhi No. 14-B Sei Rengas I Medan. Dengan pabrik terletak di Jl. K.L Yos Sudarso K.M 10,3 Titi Papan Medan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1983 dengan produk-produk yang dihasilkan berupa Framed dan Unframed Glass Mirrors.

22. PT ADEI Crumb Rubber Indusry

PT ADEI Crumb Rubber Indusry adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang industri pengolahan karet dan eksportir karet


(46)

34 remah.Perusahaan ini didirikan pada tahun 1954. PT ADEI Crumb Rubber Indusry beralamat di Jalan. Ahmad Yani No. 82 Medan sebagai kantor administrasi perusahaan dan pabrik pengolahan berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec,Padang Hilir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

23. PT. Afrindo Subur

PT. Afrindo Subur beralamat di Jl. Jl. Mangkubumi Dalam No. 13 AA-BB, Medan. Perusahaan ini bergerak dibidang perikanan untuk tujuan ekspor. Produk-produk yang dihasilkan berupa Fish Filled Dried Salted or in Brine, But Not Smoked, Fishery/Marine Products

24. PT. Agrikom Indonusa Abadi

PT. Agrikom Indonusa Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis didirikan pada tahun 2006 beralamat di Jl. Jl. Brigjend Zein Hamid Km. 8 No. 11, Medan. Produk-produk yang dihasilkan berupa Cinnamon (Cassia Vera), Cocoa Beans, Whole Or Broken, Raw Or Roasted Coffee Beans, Robusta Coffee.

25. PT. Ahlindo Perkasa Alam

PT. Ahlindo Perkasa Alama merupakan salah satu perusahan yang memproduksi mebel yang berkedududkan di Medan Sumatera Utara. Produk-Produk yang dihasilkan berupa Finger Joint of Wood, Wooden Furniture.


(47)

35 26. PT. Alfo Citra Abadi

PT. Alfo Citra Abadi didirikan pada tahun 1990 beralamat di Jl. Mesjid Raya No. 14 Medan. Perusahaan ini bergerak dibidang pengolahan aluminium. Beberapa produk olahan aluminium berupa Aluminium Foil, Aluminium Products

27. PT. Asahan Crumb Rubber

PT. Asahan Crumb Rubber bergerak dibidang pengolahan bahan baku karet yang berasal dari petani karet yang diterima pabrik menjadi produk setengah jadi. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1954 beralamat di Jl. Jl. Mesjid No. 54 B, Kesawan - Medan Barat, Medan. 28. PT. Madjin Crumb Rubber Factory

PT. Madjin Crumb Rubber Factory didirikan pada tahun 1969. Perusahaan ini bergerak dalam memproduksi jenis karet Standard Indonesian Rubber -20 (karet rakyat) yang menjadi bahan baku pembuatan ban mobil atau otomotif lainnya, dan dieksport ke Luar Negeri. Beralamat di Jl. Jl. Samanhudi No. 7, Kel. Hamdan Kec. Medan Maimun.

29. PT. Mandheling GayoInternasional

PT. Mandheling Gayo Internasional merupakan perusahaan yang bergerak dibidang ekspor biji kopi didirikan pada tahun 1987 beralamat di Jl. Bambu II No. 61-B, Medan


(48)

36 30. PT. Midas Multi Industry

PT. Midas Multi Industry didirikan pada tahun 1980. Perusahaan ini bergerak dibidang industri yang memproduksi tenun woven bag (karung plastik).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Responden

Analisis deskriptif karakteristik responden dilakukan untuk menggambarkan profil responden secara umum. penelitian ini menggunakan 30 responden. Pada tabel berikut dapat dijelaskan karakteristik responden yang meliputi: Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Usaha.

Pada Tabel 4.1 berikut dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-Laki 28 93,3

Perempuan 2 6,7

Jumlah 30 100

Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

Pada Tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa moyoritas responden berjenis kelamin Laki-laki dengan jumlah 28 orang (93,3%) dan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 2 orang (6,7%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha di kota Medan khususnya dibidang eksportir adalah pengusaha laki-laki.


(49)

37 Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

30-40 Tahun 5 16,7

41-50 Tahun 13 43,3

>50 Tahun 12 40,0

Jumlah 30 100

Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

Tabel 4.2 karakteristik responden berdasarkan usia terlihat bahwa responden dengan usia 30-40 tahun berjumlah 5 orang (16,7%), responden dengan usia 41-50 tahun berjumlah 13 orang (43,3%), dan responden yang berusia >50 tahun berjumlah 12 orang (40,0%). Dengan demikian, mayoritas responden adalah pengusaha dengan usia diatas 41-50 tahun.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

SMA 3 10,0

Diploma 2 6,7

S1 24 80,0

S2 1 3,3

Jumlah 30 100

Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terlihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA berjumlah 3 orang (10%), jenjang Diploma 2 orang (6,7%), responden dengan tingkat pendidikan S1 (Sarjana) berjumlah 24 orang (80%), dan responden dengan tingkat pendidikan S2


(50)

38 (Magister) berjumlah 1 orang (3,3%). Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pendidikan responden didominasi oleh tingkat pendidikan S1 (Sarjana).

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha

Lama Usaha Jumlah (perusahaan) Persentase (%)

<10 Tahun 3 10

10-20 Tahun 11 36,7

21-30 Tahun 7 23,3

31-40 Tahun 3 10

>40 Tahun 6 20

Jumlah 30 100

Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan lama usaha pada Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa responden yang menjalankan usahanya <10 tahun berjumlah 3 perusahaan (10%), responden dengan masa usaha 10-20 tahun berjumlah 11 perusahaan (36,7%), responden dengan masa usaha 21-30 tahun berjumlah 7 perusahaan (23,3%), responden dengan masa usaha 31-40 tahun berjumlah 3 perusahaan (10%), dan responden yang menjalankan usahanya >40 tahun berjumlah 6 perusahaan (20%). Dengan demikian terlihat bahwa responden dengan lama usaha 10-20 tahun merupakan masa usaha yang paling dominan. 4.2.2 Analisis Deskriptif Frekuensi Jawaban Responden

Analisis Deskriptif Frekuensi digunakan untuk mengetahui bagaimana gambaran jawaban responden secara umum mengenai kebijkan lindung nilai yang di ukur berdasarkan persepsi dan tingkat pemahaman responden.


(51)

39 4.2.2.1 Persepsi Responden Tentang Kebijakan Lindung Nilai (Hedge)

Tabel 4.5

Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kebijakan Lindung Nilai (Hedge)

P SS S RR TS STS Total

f % f % f % f % f % f %

1 20 66,7 10 33,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 30 100 2 13 43,3 17 56,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 30 100 3 4 13,3 17 56,7 9 30,0 0 0,0 0 0,0 30 100 4 5 16,7 25 83,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 30 100 5 12 40,0 18 60,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 30 100 6 4 13,3 19 63,3 7 23,3 0 0,0 0 0,0 30 100 7 3 10,0 25 83,3 2 6,7 0 0,0 0 0,0 30 100 8 5 16,7 20 66,7 5 16,7 0 0,0 0 0,0 30 100 Sumber: Pengolahan data primer (2015)

Keterangan: P = Pernyataan SS =Sangat Setuju S =Setuju RR =Ragu-Ragu TS =Tidak Setuju STS =Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat dijelaskan bahwa:

1. Untuk P1 “Dalam Menjalankan Usaha Bapak/Ibu, kebijakan lindung nilai

(Hedge) sangat diperlukan” Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 20 orang (66,7%), dan responden yang menjawab Setuju (S) berjumlah 10 orang (33,3%). Serta tidak ada responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan responden setuju dengan adanya kebijakan lindung nilai yang diberlakukan oleh Bank Indonesia.

2. Untuk P2 “Dengan adanya kebijakan Lindung Nilai yang ditetapkan Bank

Indonesia, dapat meminimalisir risiko kerugian atas perubahan nilai valuta asing terhadap Rupiah”. Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 13 orang (43,3%), dan responden yang menjawab Setuju (S)


(52)

40 berjumlah 17 orang (56,7%). Serta tidak ada responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan responden setuju dengan adanya kebijakan lindung nilai yang diberlakukan oleh Bank Indonesia dapat meminimalisir risiko kerugian akibat perubahan nilai valuta asing atas mata uang rupiah. 3. Untuk P3 “Kebijakan Lindung Nilai yang ditetapkan Bank Indonesia sudah

sesuai dengan harapan Bapak/Ibu”. Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 4 orang (13,3%), responden yang menjawab Setuju (S) berjumlah 17 orang (56,7%), dan responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR) berjumlah 9 orang (30,0%) Serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa bahwa kebijakan lindung nilai (Hedge) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia telah sesuai dengan harapan para pengusaha. 4. Untuk P4 “Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) membuat Bapak/Ibu merasa lebih

nyaman dalam menjalankan usaha”. Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 5 orang (16,7%), dan responden yang menjawab Setuju (S) berjumlah 25 orang (83,3%). Serta tidak ada responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kebijakan lindung nilai (hedge) keseluruhan responden merasa lebih nyaman dalam menjalankan usahanya karena kebijakan lindung nilai dapat memberikan rasa aman atas kemungkinan risiko kerugian yang mungkin terjadi.


(53)

41 5. Untuk P5 “Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) perlu mendapat pengawasan yang

ketat dari Bank Indonesia”. Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 12 orang (40%), dan responden yang menjawab Setuju (S) berjumlah 18 orang (60%). Serta tidak ada responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan keseluruhan responden menginginkan agar kebijakan lindung nilai (hedge) yang diberlakukan mendapat pengawasan yang ketat dari Bank Indonesia agar hak-hak para pengusaha dapat dilindungi.

6. Untuk P6 “Sosialisasi tentang berbagai aturan dalam Lindug Nilai (Hedge)

sudah sangat baik”. Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 4 orang (13,3%), responden yang menjawab Setuju (S) berjumlah 19 orang (63,3%), dan responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR) berjumlah 7 orang (23,3%) Serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa sosialisasi mengenai kebijakan lindung nilai (hedge) sudah sangat baik.

7. Untuk P7 “Pihak Bank maupun nasabah yang melakukan pelanggaran atas

kontrak mengenai Lindung Nilai (Hedge) harus mendapat sanksi yang tegas.”. Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 3 orang (10,0%), dan responden yang menjawab Setuju (S) berjumlah 25 orang (83,3%), dan responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR) berjumlah 2 orang (6,7%) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan responden menilai


(54)

42 bahwa perlu ada pemberian sanksi yang tegas terhadap pelanggaran kontrak lindung nilai baik yang dilakukan oleh pihak Bank maupu nasabah (pengusaha) agar masing-masing pihak mendapat hak dan menjalankan kewajibannya dengan baik sesuai aturan dalam kebijakan lindung nilai.

8. Untuk P8 “Peraturan Undang-Undang tentang Kebijakan Lindung Nilai

(Hedge) dalam menata hubungan antara pengusaha dengan Bank serta

hubungan antar pengusaha sudah cukup berimbang.”. Responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) berjumlah 5 orang (16,7%), responden yang menjawab Setuju (S) berjumlah 20 orang (66,7%), dan responden yang menjawab Ragu-Ragu (RR) berjumlah 5 orang (16,7%) Serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa peraturan Undang-Undang yang mengatur tentang kebijakan lindung nilai telah mampu menata hubungan yang berimbang antara para pengusaha dengan pihak Bank.

Dengan demikian berdasarkan hasil analisis deskriptif, secara umum responden memiliki persepsi yang positif tentang kebijakan lindung nilai (hedge). Para pengusaha memahami pentingnya peranan kebijakan lindung nilai dalam meminimalisir risiko bisnis yang mungkin terjadi. Hal ini terlihat dari jawaban sebagian besar responden menyatakan Setuju atas pernyataan yang diajukan dalam kuesioner.


(55)

43 4.2.2.2 Tingkat Pemahaman Responden Tentang Kebijakan Lindung Nilai

Pada Tabel 4.6 berikut dapat dilihat tingkat pemahaman responden tentang Lindung Nilai (Hedge).

Tabel 4.6

Tingkat Pemahaman Responden Tentang Kebijakan Lindung Nilai

Keterangan P1 P2 P3 P4 P5

Total Responden

Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Jumlah

Responden 30 0 26 4 29 1 27 3 30 0 20

Persentase 100% 0% 86,7% 13,3% 96,7% 3,3% 90,0% 10,0% 100% 0% 100%

Sumber: Pengolahan data primer (2015)

Berdasarkan Tabel 4.6 tentang tingkat pemahaman responden terhadap kebijakan lindung nilai (hedge) dapat dijelaskan bahwa:

1. Untuk P1 “Apakah Bapak/Ibu mengetahui pengertian dari kebijakan Lindung

Nilai (Hedge)?” 30 responden (100%) menjawab “Ya” artinya bahwa keseluruhan responden mengetahui pengertian dari kebijakan Lindung Nilai (Hedge) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2. Untuk P1 “Apakah berbagai aturan dalam kebijakan Lindug Nilai (Hedge)

dapat dengan mudah dipahami?” terlihat bahwa 26 responden (86,7%) menjawab “Ya” sedangkan responden yang menjawab “Tidak” berjumlah 4 orang (13,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat memahami dengan mudah berbagai aturan dalam kebijakan lindung nilai. 3. Untuk P3 “Apakah Bapak/Ibu mengerti dengan istilah-istilah yang digunakan

dalam Kebijakan Lindung Nilai?” terlihat 29 responden (100%) menjawab “Ya” dan hanya 1 responden (3,3%) menjawab “Tidak”. Artinya bahwa


(56)

44 hampir keseluruhan responden mengerti dengan istilah-istilah yang digunakan dalam kebijakan lindung nilai.

4. Untuk P4 “Apakah Bapak/Ibu paham mengenai kelengkapan dokumen yang

harus dipenuhi dalam kebijakan lindung nilai dengan pihak Bank?” terlihat bahwa 27 responden (90%) menjawab “Ya” sedangkan 3 responden (10%) menjawab “Tidak”. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden paham mengenai kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi dalam kebijakan lindung nilai dengan pihak Bank.

5. Untuk P5 “Apakah Bapak/Ibu mengetahui berbagai perubahan peraturan

tentang kebijakan lindung nilai (Hedge) yang ditetapkan Bank Indonesia?” 30 responden (100%) menjawab “Ya” artinya bahwa keseluruhan responden mengetahui berbagai perubahan peraturan tentang kebijakan lindung nilai. 4.2.2.3 Jenis Transaksi Lindung Nilai Yang Paling Sering dilakukan

Gambar 4.1


(57)

45 Jenis Transaksi Lindung Nilai yang paling sering digunakan responden Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa 77% responden lebih sering melakukan transaksi lindung nilai beli sedangkan 23% responden melakukan transaksi lindung nilai jual. Dengan demikian mayoritas responden menginginkan adanya perlindungan atas transaksi yang dilakukan khususya transaksi lindung nilai jual, sehingga merasa lebih aman dalam menjalankan usahanya.

4.2.2.4 Jenis Metode Transaksi Lindung Nilai Yang Paling Sering dilakukan

Gambar 4.2

Metode Transaksi Yang Paling Sering Dilakukan

Selanjutnya metode transaksi lindung nilai yang paling sering digunakan responden adalah transaksi swap berjumlah 19 orang dan sisanya 11 orang menggunakan metode transaksi Forward.


(58)

46 4.2.2.5 Sumber Informasi Yang Digunakan Tentang Lindung Nilai (Hedge)

Gambar 4.3

Sumber Informasi Yang Digunakan Tentang Lindung Nilai (Hedge) Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa 60% responden memperoleh informasi tentang kebijakan lindung nilai dari pihak Bank, 17% responden memperoleh informasi mengenai kebijakan lindung nilai melalui media massa, dan 13% responden memperoleh informasi dari pihak ketiga (teman, kerabat) serta 10% responden memperoleh informasi mengenai lindung nilai melalui sumber lain-lain (asosiasi, dan lain-lain).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Persepsi Pengusaha di Kota Medan Terhadap Kebjakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai (Hedge)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, terlihat bahwa persepsi pengusaha di Kota Medan terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang lindung nilai (hedge) secara umum memberikan persepsi yang positif. Hal ini terlihat dari frekuensi jawaban responden atas pernyataan yang diberikan dalam kuesioner penelitian sebagian besar para pengusaha memberikan jawaban Sangat Setuju (SS) dan Setuju (S) meskipun masih ada beberapa responden yang


(59)

47 menjawab Ragu-Ragu (RR) namun hal ini hanya dikarenakan kurangnya informasi mengenai kebijakan lindung nilai terlebih adanya peraturan baru tentang kebijakan lindung nilai tersebut.

Persepsi positif yang diberikan pengusaha atas kebijakan Bank Indonesia tentang lindung nilai (Hedge) ini muncul karena para pengusaha menyadari pentingnya peranan lindung nilai dalam menjalankan usaha mereka yang bergerak dibidang ekspor-impor sehingga dapat meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi karena adanya perubahan nilai valuta asing terhadap mata uang Rupiah. Dengan adanya kebijakan tentang lindung nilai, para pengusaha merasa lebih aman dan nyaman atas kemungkinan risiko yang timbul dalam melakukan transaksi bisnis.

Secara umum para pengusaha juga menilai bahwa sosialisasi yang dilakukan pihak Bank tentang Kebijakan Lindung nilai sudah cukup baik sehingga para pengusaha dapat dengan cepat medapat informasi yang dibutuhkan. Kebijhakan Bank Indonesia tentang lindung nilai dianggap telah dapat menata hubungan antara pihak Bank dengan pengusaha maupun hubungan antar perusahaan.

Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pemahaman para pengusaha tentang kebijkan lindung nilai sudah cukup baik. Secara umum para pengusaha memahami aturan-aturan yang berlaku lindung nilai dalam menjalankan usahanya, mengerti istilah-istilah yang digunakan dalam lindung nilai, memahami berbagai kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi


(60)

48 dalam transaksi lindung nilai, serta para pengusaha senantiasa mengikuti berbagai perubahan yang ditetaplan Bank Indonesia tentang kebijakan lindung nilai.

Kemudian, dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha lebih sering menggunakan transaksi lindung nilai beli dan lebih sering menggunakan metode transaksi Swap dalam menjalankan usahanya.

Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut, pengusaha di Kota Medan memberikan persepsi yang positif tehadap kebijakan Bank Indonesia tentang lindung nilai (hedge) karena dengan adanya kebijakan tersebut, para pengusaha dapat meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi karena adanya perubahan nilai valuta asing terhadap Rupiah sehingga para pengusaha merasa lebih aman dan nyaman dalam melakukan transaksi bisnis.


(61)

49 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) merupakan cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan.

2. Pengusaha di Kota Medan memberikan persepsi yang positif terhadap kebijakan Bank Indonesia tentang Lindung Nilai (Hedge) dan pentingnya peranan Lindung Nilai (Hedge) dalam menjalankan usahanya.

3. Tingkat pemahaman pengusaha di Kota Medan terhadap Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) secara umum sudah baik sekitar 94,68% responden paham tentang Kebijakan Lindung Nilai (Hedge).

4. Jenis transaksi lindung nilai yang paling sering dilakukan adalah transaksi lindung nilai jual

5. Jenis metode transaksi yang paling sering digunakan adalah metode Swap

6. Sumber informasi yang tentang lindung nilai sebagian besar diperoleh dari pihak bank.


(62)

50 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Pengusaha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi dalam menjalankan usahanya khususnya yang bergerak di bidang ekspor-impor sehingga dapat lebih memahami kebijakan Bank Indonesia tentang Lindung Nilai (Hedge).

2. Bagi Peneliti Lanjutan

Bagi Peneliti Lanjutan diharapkan hasi penelitian ini dapat dijadikan referensi serta dapat lebih dikembangkan dimasa mendatang dengan meneliti variabel-variabel lain yang relevan dengan Kebijakan Lindung Nilai (Hedge)


(63)

51 DAFTAR PUSTAKA

Bimo, Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum, Andi, Jakarta. ___________, 2010. Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta Chaplin, 1993. Kamus Psikologi, Grafindo Persada, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka ,Jakarta

Gerungan, W.A, 1996, Psikologi Sosial, Eresco, Bandung

Mar’at, 1991. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya,Ghalia, Jakarta Peraturan Bank Indonesia No. 15/8/2013 Tentang Lindung Nilai, Bank Indonesia

Jakarta

Rahman, Saleh, 2009. Psikologi Suatu Pengantar, Kencana, Jakarta

Sarwono, Sarlito Wirawan, 1996. Pengantar Ilmu Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta

______________________,2008. Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang Jakarta

Sobut, Alex, 2003. Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung Sudjana, N, 2001. Metode Statistik, Tarsito, Bandung

Sugihartono, 2007. Psikologi Pendidikan, UNY Press, Yogyakarta Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sunaryo, T. 2009. Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta

Thoha, Miftah, 2003. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta


(64)

52 Lampiran : 1

Kuesioner Penelitian

Persepsi Pengusaha di Kota Medan Terhadap Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai (Hedge)

Kepada Yth : Bapak / Ibu

Dalam rangka menunjang kegiatan penelitian yang akan saya lakukan untuk meraih gelar sarjana Program Srata- 1 Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Saya sangat mengharapkan Bapak/ Ibu/ Saudara/i bersedia meluangkan waktu untuk memberikan tanggapan mengenai “Persepsi Pengusaha Di Kota Medan Terhadap Kebijakan Bank Indonesia Tentang Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) melalui kuesioner yang tersedia. Hal ini dilakukan semata-mata untuk kepentingan akademik dalam penyusunan Skripsi.

Bapak/ Ibu kami harapkan bisa memberikan informasi yang sebenarnya sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti pada penelitian ini.

Atas bantuan dan kerjasama yang telah Bapak/ Ibu berikan, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya


(65)

53 I . Identitas Responden :

Isilah data Bapak/ Ibu dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang :

1. Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan 2. Umur :

a. 30 – 40 Tahun b. 41 – 50 Tahun c. >50 Tahun 3. Pendidikan Terakhir :

a. Tidak Sekolah d. SMU/SMK/MAN Sederajat b. SD/MI Sederajat e. Diploma I/Diploma III

c. SMP/MTs Sederajat f. Sarjana (S1/DIV Sederajat, S2, S3) 4. Berapa lama Bapak/Ibu menjalankan Usaha

a. <10 Tahun c. 21-30 Tahun e. >40 Tahun b. 10-20 Tahun d. 31-40 Tahun

II. Kuesioner

Berilah tanda benar (√) pada kotak yang merupakan pendapat anda : Keterangan :

No. Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-ragu (R) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2


(66)

54 1. Persepsi Terhadap Kebijakan Bank Indonesia Tentang Lindung Nilai

(Hedge).

No. Pernyataan SS S RR TS STS

1 Dalam Menjalankan Usaha Bapak/Ibu, kebijakan lindung nilai (Hedge) sangat diperlukan

2 Dengan adanya kebijakan Lindung Nilai yang ditetapkan Bank Indonesia, dapat meminimalisir risiko kerugian atas perubahan nilai valuta asing

3 Kebijakan Lindung Nilai yang ditetapkan Bank Indonesia sudah sesuai dengan harapan Bapak/Ibu 4 Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) membuat Bapak/Ibu

merasa lebih nyaman dalam menjalankan usaha

5 Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) perlu mendapat pengawasan yang ketat dari Bank Indonesia

6 Sosialisasi tentang berbagai aturan dalam Lindug Nilai (Hedge) sudah sangat baik

7 Pihak Bank maupun nasabah yang melakukan pelanggaran atas kontrak mengenai Lindung Nilai (Hedge) harus mendapat sanksi yang tegas.

8 Peraturan Undang-Undang tentang Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) dalam menata hubungan antara pengusaha dengan Bank serta hubungan antar pengusaha sudah cukup berimbang.

2. Berilah tanda benar (√) pada kotak sesuai penilaian Anda

No. Pernyataan Ya Tidak

1 Apakah Bapak/Ibu mengetahui pengertian dari kebijakan Lindung Nilai (Hedge)?

2 Apakah berbagai aturan dalam kebijakan Lindug Nilai (Hedge) dapat dengan mudah dipahami?

3 Apakah Bapak/Ibu mengerti dengan istilah-istilah yang digunakan dalam Kebijakan Lindung Nilai?

4 Apakah Bapak/Ibu paham mengenai kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi dalam kebijakan lindung nilai dengan pihak Bank?

5 Apakah Bapak/Ibu mengetahui berbagai perubahan peraturan tentang kebijakan lindung nilai (Hedge) yang ditetapkan Bank Indonesia?

3. Dari Transaksi Lindung Nilai berikut, transaksi manakah yang paling sering Bapak/Ibu lakukan?

a. Transaksi Lindung Nilai Beli b. Transaksi Lindung Nilai Jual

4. Dalam menjalankan usaha, transaksi manakah yang paling sering Bapak/Ibu lakukan:


(67)

55 a. Transaksi Forward

b. Transaksi Swap

5. Informasi Kebijakan Lindung Nilai (Hedge) yang memudahkan pemahaman diperoleh dari :

a. Media Massa

b. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak bank c. Pihak ketiga ( teman, kerabat )


(68)

56 Lampiran 2

Karakteristik Responden

Frequency Table

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 28 93.3 93.3 93.3

P 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid >50 Tahun 12 40.0 40.0 40.0

30-40 Tahun 5 16.7 16.7 56.7 41-50 Tahun 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid DIPLOMA 2 6.7 6.7 6.7

S1 24 80.0 80.0 86.7

S2 1 3.3 3.3 90.0

SMA 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Lama_Usaha

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid <10 Tahun 3 10.0 10.0 10.0

>40 Tahun 6 20.0 20.0 30.0 10-20 Tahun 11 36.7 36.7 66.7 21-30 Tahun 7 23.3 23.3 90.0 31-40 Tahun 3 10.0 10.0 100.0


(69)

57 Lampiran 3

Tabulasi Jawaban Responden

a. Persepsi Pengusaha Kota Medan Terhadap Kebijakan Lindung Nilai

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

1 5 4 4 4 4 4 4 4

2 4 4 4 4 5 4 4 4

3 5 4 5 4 4 4 4 4

4 5 5 4 4 5 5 5 5

5 5 4 3 4 4 3 4 4

6 4 4 4 4 4 4 4 4

7 5 4 4 4 5 4 4 4

8 5 5 5 4 5 4 4 5

9 4 4 3 4 4 3 5 4

10 5 4 4 4 4 4 4 4

11 4 5 4 4 4 3 4 5

12 4 5 3 5 5 4 5 5

13 5 4 4 4 4 4 4 4

14 5 4 4 4 5 5 4 4

15 5 5 3 4 4 3 4 4

16 5 5 4 4 4 4 4 5

17 5 5 4 4 5 4 4 4

18 4 5 5 5 5 3 4 3

19 5 5 4 4 4 4 4 4

20 4 5 3 5 4 3 4 3

21 5 4 4 4 4 4 4 4

22 4 5 5 4 4 3 3 4

23 5 4 3 5 5 4 4 4

24 4 4 4 4 4 4 4 3

25 5 5 3 4 5 5 4 4

26 5 4 4 5 5 4 4 4

27 4 4 3 4 4 4 3 3

28 4 4 4 4 5 4 4 4

29 4 5 4 4 4 5 4 3


(1)

59

Lampiran 4

Analisis Deskriptif Jawaban Responden

a. Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kebijakan Lindung Nilai (

Hedge

)

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 4.00 10 33.3 33.3 33.3

5.00 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 4.00 17 56.7 56.7 56.7

5.00 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 9 30.0 30.0 30.0

4.00 17 56.7 56.7 86.7

5.00 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 4.00 25 83.3 83.3 83.3

5.00 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 4.00 18 60.0 60.0 60.0

5.00 12 40.0 40.0 100.0


(2)

60

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 7 23.3 23.3 23.3

4.00 19 63.3 63.3 86.7

5.00 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 2 6.7 6.7 6.7

4.00 25 83.3 83.3 90.0

5.00 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 5 16.7 16.7 16.7

4.00 20 66.7 66.7 83.3

5.00 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

b. Tingkat Pemahaman Responden Tentang Kebijakan Lindung Nilai (

Hedge

)

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 30 100.0 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 26 86.7 86.7 86.7

Tidak 4 13.3 13.3 100.0


(3)

61

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 29 96.7 96.7 96.7

Tidak 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 27 90.0 90.0 90.0

Tidak 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 30 100.0 100.0 100.0


(4)

62

Lampiran 5


(5)

63

Lampiran 6


(6)

64

Lampiran7