Rumusan Masalah Hipotesis Candida albicans, warna keputihan seperti putih susu, Trichomonas vaginalis, penularan melalui hubungan Vaginosis bacterial, merupakan penyebab vaginitis Definisi operasional

Masalah keputihan adalah masalah sejak lama yang menjadi persoalan kaum perempuan. Semua perempuan dari berbagai usia dapat mengalami keputihan. Remaja merupakan bagian dari populasi yang berisiko terkena perhatian khusus karena pada masa remaja ini merupakan masa peralihan juga masa kematangan dari organ seksualnya. 4 Akibat dari keputihan patologis dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara baik dan cepat. Tidak hanya mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar uterus tetapi juga merupakan awal gejala kanker serviks yang merupakan pembunuh nomor satu bagi perempuan yang berujung pada kematian. 2,5 Kurangnya ketersediaan akses untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan salah satu yang menjadi pencetus semakin banyaknya kejadian keputihan pada remaja. Hal ini terbukti dari banyak penelitian yang menyatakan rendahnya tingkat pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja putri. 6 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku vaginal hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah, apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan perlaku vaginal hygiene dengan kejadian keputihan patologis pada remaja putri usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perlaku vaginal hygiene dengan kejadian keputihan patologis pada remaja putri usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum:

Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dalam menjaga vaginal hygiene dengan kejadian keputihan patologis yang dialami oleh remaja putri usia 13-17 tahun di Pondok Cabe Ilir.

1.4.2 Tujuan khusus:

 Mengetahui angka kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.  Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kejadian keputihan patologis pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.  Mengetahui hubungan sikap menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.  Mengetahui hubungan perilaku menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.  Mengetahui hubungan sikap terhadap perilaku vaginal hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Masyarakat

 Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah genital sebagai bentuk pencegahan penyakit.  Menjadi informasi dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi perempuan terutama remaja. 1.5.2 Bagi Petugas Kesehatan  Dapat memberikan pelayanan dan konseling sejak dini guna pencegahan terjadinya keputihan patologis.  Dapat melakukan penyuluhan dan demonstrasi tentang pengetahuan, sikap serta perilaku menjaga vaginal hygiene.

1.5.3 Peneliti

 Menambah pengetahuan guna pelaksanaan penelitian kesehatan, salah satunya mengenai kejadian keputihan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Anatomi Organ Reproduksi Perempuan

2.1.1.1 Vulva

Vulva merupakan tempat muara sistem urogenital. Bagian luar vulva dikelilingi oleh labia mayora yang mengarah kebelakang dan menyatu membentuk kommisura posterior dan perineum. Ke depan labia mayora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis, yang kemudian dibawahnya terletak klitoris. Kira-kira 1.5 cm dibawah klitoris terdapat orifisium uretra eksternum sebagai lubang kemih. 6, 8, 9

2.1.1.2 Vagina

Vagina merupakan sebuah saluran terdiri dari otot yang menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia Gambar.2.1 Anatomi organ keperempuanan dan batas-batasnya Sumber: Tortora, 2012 5 interna. Karena saluran ini terdiri dari lapisan otot maka vagina bisa melebar dan menyempit. Sebagian dari introitus vagina tertutup oleh hymen atau yang biasa disebut selaput dara. 6,8 Epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa. Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis epitel gepeng tidak bertanduk dan tidak memiliki kelenjar. Pada anak kecil epitel ini sangat tipis sehingga dapat dengan mudah terkena infeksi. 6,8,9 Bagian luar otot-otot terdapat fascia jaringan ikat, dimana jaringan ikat ini akan berkurang elastisitasnya pada perempuan lanjut usia. Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kemih sampai ke forniks vagina anterior. Bagian dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks posterior yang lebih panjang dari forniks anterior. 6,8

2.1.2 Keputihan

2.1.2.1 Pengertian

Keputihan fluor albus, leucorrhea, white discharge adalah keluarnya sekret atau cairan yang berlebihan dari saluran reproduksi perempuan vagina. Keputihan dapat bersifat fisiologis atau patologis, tergantung dari variasi warna, bau, dan konsistensi. Keputihan dikatakan patologis bila diikuti dengan perubahan bau dan warna yang menunjukan tanda-tanda tidak normal. Keluhan umumnya disertai dengan rasa gatal, disuria, edema genital, dan lain- lain. 1 Tabel. 2.1 Perbedaan keputihan fisiologis dan patologis Penampakan Fisiologis Patologis Warna Bening Kuning hingga hijau Kejernihan Jernih Keruh Bau Tidak berbau Berbau

2.1.2.2 Etiologi

Pada keadaan normal, terdapat pertumbuhan flora normal di vagina seperti Lactobacillus sp dan flora normal lain. Kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar bercampur dengan bakteri, sel epitel vagina serta serviks. Normalnya pada perempuan keputihan memiliki manfaat sebagai pelumas, dan sebagai mekanisme pertahanan dari berbagai macam infeksi. Pada keadaan normal inilah keputihan berwarna jernih atau keruh berawan dengan tanpa bau maupun darah. pH fisiologisnya berada pada kisaran antara 3.5-4.5 yang berfungsi untuk menghambat bakteri patogen tumbuh berlebihan. 5, 10,11 Keputihan fisiologis dapat ditemukan dalam keadaan seperti: 10, 11,12  Bayi baru lahir sampai usia kurang lebih 10 hari, hal ini disebabkan karena pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. Selama masa intrauterin, janin telah mendapat pengaruh rangsangan dari estrogen, progesteron dan gonadotropin, sehingga ketika bayi perempuan lahir telah terlihat adanya pembesaran payudara dan uterus. Mukosa vagina dan endometrium memperlihatkan gambaran proliferasi. Epitel vagina mengandung glikogen dalam jumlah besar. Sumber: Wiknjosastro. Ilmu kandungan, 1999  Sekitar menarke karena adanya pengaruh estrogen, keputihan ini dapat menghilang dengan sendirinya tetapi kadang menimbulkan kecemasan pada orang tua.  Waktu sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar- kelenjar serviks menjadi lebih encer.  Pada perempuan dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada saat koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina.  Perempuan dengan penyakit menahun juga terjadi keputihan oleh karena pengeluaran sekret dari kelenjar- kelenjar serviks. Sering kali keputihan patologis merupakan indikasi adanya vaginitis. Penyebab paling sering pada umumnya adalah infeksi. Berbagai macam kuman patogen ini dapat masuk ke dalam vagina salah satunya melalui hubungan seksual, atau kurangnya dalam menjaga kebersihan daerah vagina. 5, 10 Vaginitis umumnya disebabkan oleh Candida albicans, Gardnerella vaginalis, Mycoplasma, Trichomonas vaginalis. Diagnosis vaginitis umumnya memerlukan pemeriksaan mikroskopik cairan vagina. Penyebab keputihan patologis: 9,11

a. Candida albicans, warna keputihan seperti putih susu,

dengan konsistensi kental, berbau agak menyengat, dan disertai rasa gatal berlebihan pada vagina. Akibat infeksi jamur ini, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Umumnya, kehamilan, penyakit diabetes mellitus, penggunaan pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh dapat menjadi pemicu timbulnya infeksi akibat jamur ini.

b. Trichomonas vaginalis, penularan melalui hubungan

seksual, perlengkapan mandi atau perlengkapan pribadi seperti celana dalam, dan lain-lain, atau bibir kloset. Cairan keputihan pada infeksi parasit ini bisa sangat bervariasi. Umumnya cairan vagina berbuih, tipis, berbau tidak sedap, dan banyak. Warna pada keputihan bisa bervariasi, dari abu-abu, putih, atau kuning kehijauan.

c. Vaginosis bacterial, merupakan penyebab vaginitis

paling umum. Infeksinya lebih kepada pergeseran komposisi flora normal vagina dengan peningkatan bakteri anaerobik dan kenaikan konsentrasi Gardnerella vaginalis. Ciri keputihannya tipis, homogen, berwarna putih keabu-abuan, dan berbau amis.

d. Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan

antara lain pemakaian tampon vagina, penggunaan celana dalam yang terlalu ketat, tidak menyerap keringat, lembab pada daerah vagina, alat kontrasepsi, penggunaan antibiotik terlalu lama, cara membersihkan yang kurang tepat, penggunaan alat mandi atau pakaian dalam yang bergantian dapat meningkatkan risiko penularan. 13 Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95 diantaranya adalah Lactobacillus selebihnya adalah bakteri patogen, yang dalam ekosistem seimbang bakteri patogen ini tidak akan mengganggu. Peran penting dari flora vagina ini adalah untuk menjaga keasaaman pH agar tetap pada level normal. Dengan tingkat keasaman tersebut, Lactobacillus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH vagina bisa menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan normalnya. 6

2.1.2.3 Patogenesis

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Lactobacillus sp sebagai flora normal, dan proliferasi sel epitel skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Hal-hal ini dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen, yang kemudian glikogen ini akan dimanfaatkan oleh Lactobacilus sp dalam keadaan normal untuk pertumbuhannya, dan hasil metabolisme dari flora normal ini adalah asam laktat. Suasana yang ditimbulkan asam laktat ini akan menyuburkan pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp dan Corynebacteria acidogenic, juga bersifat patogen terhadap bakteri lain. Pada kondisi inilah pH vagina dipertahankan sekitar 3.5-4.5. 8,10 Berbagai variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan ini selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi. Beberapa perempuan memiliki sekret vagina yang banyak dibandingkan dengan yang lain. Variasi banyaknya sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mukus serviks dipengaruhi oleh usia, siklus menstruasi, kehamilan, dan juga pada pengguna pil KB. 10,13,14

2.1.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, pembau, dan perasa. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan . 15 Pengetahuan pada hakikatnya merupakan apa yang diketahui tentang suatu objek tertentu dan setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri –ciri spesifik mengenai apa ontology, bagaimana epistemology dan untuk apa aksiology pengetahuan tersebut. 16 Pengetahuan tentang keputihan merupakan sarana penting dalam melakukan pencegahan keputihan dan bagi kesehatan remaja. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 16 a Tahu know: tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya, remaja putri tahu bahwa keputihan merupakan pengeluaran cairan dari alat genitalia yang bukan berupa darah. b Memahami comprehension: memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, juga tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, remaja putri memahami bagaimana cara mencegah keputihan salah satunya dengan menjaga kebersihan organ genitalia. c Aplikasi application: aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud, dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, remaja putri tidak hanya memahami cara menjaga kebersihan organ genitalia, tetapi dia juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari –hari. Salah satunya adalah cara cebok yang benar yaitu dari depan vagina ke belakang anus. d Analisis analysis: analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan atau komponen – komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis apabila orang tersebut dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram bagan terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, remaja putri dapat membedakan antara keputihan yang normal dan keputihan abnormal. e Sintesis synthesis: sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen –komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang telah ada. Misalnya, remaja putri dapat melakukan tindakan mencegah keputihan dengan cara sering mengganti celana dalam jika terasa lembab. f Evaluasi evaluation: evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma –norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, remaja dapat membedakan antara keputihan yang normal dan abnormal serta dapat melakukan pencegahan terhadap keputihan.

2.1.4 Sikap

Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berpikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik atau tindakan. 16 New Comb salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek- obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan: 16 a Menerima Receiving: menerima diartikan bahwa orang obyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b Merespon responding: memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. c Menghargai Valuing: mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain tetangganya untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d Bertanggung Jawab responsible: bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari orang lain. Faktor-faktor mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: 17 1. Pengalaman Pribadi: apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan obyek psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan. 2. Orang lain: seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara lain adalah ; Orang tua, teman dekat, teman sebaya, rekan kerja, guru, suami atau istri, dll. 3. Kebudayaan: kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. 4. Media Massa: sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga mampu membentuk sikap. 5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama: lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Faktor Emosional: tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu.

2.1.5 Perilaku

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi. Penerimaan perilaku baru disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif. 15 Perilaku ditinjau dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, sehingga dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis, bekerja, dan sebagainya. 15 Seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus, dan membedakannya dibagi 2 jenis: 15 a Respondent respons atau reflexive: yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu, misal makanan lezat yang menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terlalu terang membuat mata tertutup. Pada kategori ini juga mencakup reaksi emosional, misalnya mendengar berita duka maka menjadi sedih atau menangis. b Operanat respons atau instrumental respons: yaitu respon yang timbul dan berkembang lalu diikuti oleh stimulus tertentu, misalnya seorang pekerja yang melakukan pekerjaannya dengan baik lalu memperoleh penghargaan dari atasannya, maka pekerja tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Ditinjau dari bentuk respon terhadap stimulusnya, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu: 16 1. Perilaku terbuka overt behavior: respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata dan dengan mudah dapaat diamati atau dilihat orang lain. 2. Perilaku tertutup covert behavior: respon terhadap stimulus dalam bentuk tertutup ini masih terbatas perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam menjaga vaginal hygiene dibagi menjadi 2: 18 a Faktor internal: karakteristik orang uang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat pendidikan, tingkat emosional, konsep diri, dan sebagainya. b Faktor eksternal: lingkungan, baik lingkungan fisi, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang membentuk perilaku seseorang dalam menjaga vaginal hygiene, karena seseorang akan cenderung menyesuaikan dan mengikuti perilaku hygiene sesuai dengan kebiasaan yang ada dalam lingkungannya. Terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku vaginal hygiene: a Faktor yang mempermudah predisposing factor: faktor utama yang mempengaruhi perilaku adalah sikap, pengetahuan, konsep diri, kepercayaan, nilai, dan informasi. Selain itu faktor sepeti demografi misalnya status ekonomi, keluarga juga mempengaruhi perubahan perilaku. b Faktor pendukung enabling factor: faktor ini menentukan keinginan terlaksana seperti sarana, prasarana, kaehlian dan ketrampilan. c Faktor pendorong: faktor yang memperkuat perubahan perilaku vaginal hygiene seseorang dikarenakan adanya perilaku dan sikap orang lain seperti guru, keluarga, teman sebaya, dan lingkunga sekitar lainnya.

2.1.6 Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangn manusia. Masa ini merupakan periode perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang diikuti perubahan biologik, psikologik, dan sosial. 15 Remaja dari segi usia dapat dibagi menjadi reamaja awal early adolescent 10-13 tahun, remaja menengah middle adolescent 14-16 tahun, dan remaja akhir late adolescent 17-20 tahun. 15 Tahap perkembangan remaja: a. Remaja awal early adolescent Pada tahap ini seorang remaja masih terheran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertau perubahan-perubahan itu. Mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Tampak merasa lebih dekat dengan teman sebayanya, merasa ingin bebas. b. Remaja menengah middle adolescent Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ia senanag kalau banyak teman yang mengakuinya. Terdapat kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Tampak ingin mencari identitas diri, keinginan atau ketertarikan terhadap lawan jenis. c. Remaja akhir late adolescent Tahap ini adalah masa konsolidasi meuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian:  Minat yang semakin mantap terhadap fungsi kognitif.  Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.  Tumbuh batasan yang memisahkan kepribadian dirinya dengan masyarakat umum.  Ego untuk mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.  Mulai adanya keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

2.1.7 Perilaku menjaga vaginal hygiene

Daerah keperempuanan mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan infeksi. Maka perempuan perlu menjaga kebersihan organ genitalianya, seperti: 15,18  Membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan hati- hati, menggunakan air bersih setelah buang air kecil, buang air besar, dan mandi.  Mengganti pakaian dalam, minimal 2 kali sehari.  Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi parfum atau gel dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut harus diganti minimal 3 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri.  Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina  Menggunakan celana dalam yang bersih, kering, dan terbuat dari bahan katun  Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk mengeringkan vagina  Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan di daerah vagina

2.2 Kerangka Konsep

2.1.1 Variabel dependen

Variable dependen atau terikat pada penelitian ini adalah kejadian keputihan patologis pada remaja usia 13-17 tahun.

2.1.2 Variabel independen

Variable independen atau bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan perilaku vaginal hygene. Pengetahuan vaginal hygiene Sikap dan perilaku vaginal hygiene Kejadian keputihan patologis Faktor lain: Lingkungan Status sosial Faktor pendorong dan pendukung keluarga, teman, dll Hubungan seksual

2.3 Definisi operasional

No Variabel Definisi Pengukur Alat ukur Cara pengukur an Skala pengukuran 1. Pengetahuan tentang vaginal hygiene dan keputihan Segala sesuatu yang diketahui oleh remaja tentang vaginal hygiene dan keputihan Peneliti Kuesioner Vaginal hygiene no. 1-14 Keputihan no. 15-25 Pengisian kuesioner Ordinal Score: Buruk 16 Baik 17 3 Perilaku vaginal hygiene Segala kegiatan atau kebiasaan remaja untuk menjaga vaginal hygiene Peneliti Kuesioner no. 1-15 Pengisian kuesioner Ordinal Score: Buruk 10 Baik 11 4 Sikap vaginal hygiene Pemahaman untuk membentuk perilaku dalam menjaga vaginal hygiene Peneliti Kuesioner no. 1-14 Pengisian kuesioner Ordinal Score: Buruk 52 Baik 53 5 Sikap terhadap perilaku vaginal hygiene Peneliti Kuesioner Pengisian kuesioner Ordinal Buruk 52 Baik 53 6 Kejadian keputihan Cairan yang berlebihan yang keluar dari saluran reproduksi Peniliti Kuesioner no. 16-17 perilaku Pengisian kuesioner Ordinal 1: tidak normal 2: normal BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian