administrator hanya perlu mengubah di server e-learning, tanpa mendatangi semua kantor cabang.
8. Ketersediaan On-Demand
Karena e-learning dapat sewaktu-waktu diakses, anda dapat menganggapnya sebagai “buku saku” yang membantu pekerjaan
setiap saat.
2.2.4 Keterbatasan E-learning
Walaupun e-learning menawarkan banyak keuntungan bagi organisasi, praktik ini juga memberi keterbatasan yang harus
diwaspadai oleh pengelola pelatihan sebelum memutuskan menggunakan e-learning, antara lain:
1. Budaya
Beberapa orang merasa tidak nyaman mengikuiti pelatihan melalui komputer. Penggunaan e-learning menuntut budaya self-learning,
di mana seseorang memotivasi diri sendiri agar mau belajar. Sebaliknya, pada sebagian besar budaya pelatihan di Indonesia,
motivasi belajar lebih banyak tergantung pada pengajar. Namun, dalam e-learning, 100 energi dari pelajar. Oleh karena itu,
beberapa orang masih merasa segan berpindah dari pelatihan di kelas ke pelatihan e-learning.
2. Investasi
Walaupun e-learning menghemat banyak biaya, tetapi suatu organisasi harus mengeluarkan investasi awal cukup besar untuk
mulai mengimplementasikan e-learning. Investasi dapat berupa biaya desain dan pembuatan program learning management system,
paket pelajaran dan biaya-biaya lain. Apabila infrastruktur yang dimiliki belum memadai, organisasi harus mengeluarkan sejumlah
dana untuk membeli komputer, jaringan, server, dan lain sebagainya.
3. Teknologi
Karena teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan terjadi
konflik teknologi sehingga e-learning tidak berjalan dengan baik. 4.
Infrastruktur Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia. Layanan
broadband baru ada di kota-kota besar. Akibatnya, belum semua
orang atau wilayah belum dapat merasakan e-learning dengan internet.
5. Materi
Walaupun e-learning menawarkan berbagai fungsi, ada beberapa materi yang tidak dapat diajarkan melalui e-learning. Pelatihan
yang memerlukan banyak kegiatan fisik, seperti olah raga dan instrumen musik, sulit disampaikan melalui e-learning secara
sempurna.
2.3 Blended Learning
Blended Learning adalah kombinasi dari beberapa pendekatan
pembelajaran. Blended Learning dapat dilakukan dengan kombinasi antara sumber daya virtual dan fisik. Makna asli sekaligus yang paling umum bagi
blended leaning saat ini adalah mengacu pada kombinasi antara
pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka. Mason, 2010:15
2.4 LMS dan LCMS
Menurut Hartono dan Empy 2005:85-91, Ada dua bagian utama e- learning,
yaitu Learning Management System LMS dan Learning Content Management System
LCMS. 2.4.1
Learning Management System LMS
Learning Management System LMS adalah sistem yang
membantu administrasi dan berfungsi sebagai platform e-learning content
. Apabila memiliki banyak materi pelajaran e-learning, kita tidak hanya meletakannya pada layar desktop komputer pada bentuk
icon. Oleh karena itu, kita perlu memiliki LMS sebagai sistem yang
mengatur e-learning content atau mata pelajaran e-learning. Suatu studi yang dilakukan oleh Gartner menyatakan bahwa 60 seluruh
perusahaan di Amerika menggunakan LMS pada tahun 2003. Beberapa fungsi dasar LMS adalah: