1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media  merupakan  lokasi  atau  forum  yang  berperan  untuk menampilkan  peristiwa-peristiwa  kehidupan  masyarakat,  baik  yang  bersifat
nasional  maupun  internasional.  Dia  menjadi  sumber  dominan,  bukan  saja bagi  individu  untuk  memperoleh  gambaran  dan  citra  realitas  sosial,  tetapi
juga  bagi  masyarakat  dan  kelompok  secara  kolektif.  Media  menyuguhkan nilai-nilai  dan  penilaian  secara  normatif,  yang  dibaurkan  dengan  berita  dan
hiburan.
1
Kebijakan  redaksi  merupakan  dasar  pertimbangan  suatu  lembaga  media massa  untuk  menyiarkan  atau  tidaknya  suatu  berita.
2
Dasar  pertimbangan tersebut,  tentunya  harus  melihat  terlebih  dahulu  apakah  berita  yang  ingin
disampaikan  sesuai  dengan  sifat  dari  media  massa  tersebut  atau  tidak. Perbedaan  antara  satu  surat  kabar  dengan  surat  kabar  lain,  tentunya  sangat
berkaitan erat dengan kebijakan redaksional dari suatu lembaga media massa. Kebijakan  redaksi,  yang  merupakan  sikap  media  massa  terhadap  suatu
peristiwa, biasanya dituangkan dalam bentuk editorial atau tajuk rencana. Isi dari editorial sudah dipastikan adalah sebagai cerminan dari kebijakan redaksi
suatu lembaga pers atau media massa. Sedikitnya ada tiga dasar pertimbangan
1
Denis  McQuail,  Teori  Komunikasi  Massa  Suatu  Pengantar,  Ed.  2 ,
Penerjemah  Dharma  dan Ram , Jakarta : Erlangga, 1987, h. 3.
2
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru Ciputat : Kalam Indonesia, 2005, h. 150.
media  pertimbangan  media  untuk  menyiarkan  atau  tidaknya  suatu  peristiwa, diantaranya adalah ideologi, politik, dan bisnis.
3
Editorial ataupun tajuk rencana, merupakan salah satu rubrik yang ada pada surat kabar. Rubrik ini berisi opini redaktur terhadap suatu masalah atau
peristiwa  yang  berkaitan  dengan  masyarakat  ataupun  pemerintah.  Media massa  menamakan  editorialnya  dengan  berbagai  macam  sebutan,  yaitu
Selamat  Pagi,  Pokok  Berita,  Wawasan,  dan  sebagainya.  Semua  nama  dari editorial  tersebut  tentu  memiliki  maksud  tertentu,  misalnya  agar  pembaca
tidak  bosan  ataupun  untuk  memberi  nuansa  lain.  Apapun  maksudnya, editorial  tetap  menjadi  refleksi  keberadaan  media  tersebut  hadir  di  tengah-
tengah  masyarakat.  Alasan-alasan,  prinsip-prinsip,  dan  latar  belakang jurnalistiknya  dapat  diteropong  melalui  editorial  tersebut.  Oleh  karena  itu,
penulis  editorial  haruslah  orang  yang  mengerti  betul,  bahkan  menjiwai  visi dan misi surat kabar bersangkutan.
4
Editorial  atau  tajuk  rencana  pada  surat  kabar,  telah  menjadi  bagian penting  yang  hadir  di  tengah-tengah  masyarakat.  Menurut  Sudirman  Tebba,
“Tajuk akan menjadi sumber pengetahuan yang akan diteruskan dalam fungsi aksi  sosial.  Tajuk  yang  kredibel,  sekaligus  menjadi  pembanding  atas
pemikiran  dan  persepsi  terhadap  masalah  yang  sama,  sehingga  dapat memperkuat pikiran ataupun sebaliknya. Sikap media terhadap masalah juga
tergantung kepada ideology, ataupun orientasi segmen konsumen.”
5
3
Ibid, h. 152-155.
4
Redi Panuju, Nalar Jurnalistik : Dasarnya Dasar Jurnalistik Malang : Bayumedia, 2005, h.81.
5
Ibid, h. 83.
Opini  yang  dituliskan  dalam  editorial,  diasumsikan  dapat  mewakili sekaligus  mencerminkan  pendapat  dan  sikap  resmi  pers  yang  bersangkutan
secara keseluruhan sebagai  suatu lembaga penerbitan media berkala.  Isi  dari tajuk  rencana  bukanlah  suara  perseorangan  atau  pribadi-pribadi,  melainkan
suara kolektif seluruh wartawan dan karyawan dari suatu lembaga penerbitan pers.
Penulis  tertarik  meneliti  editorial,  karena  tulisan  ini  merupakan pernyataan redaksi  yang dibuat  untuk  mendukung, mengkritisi, menanggapi,
bahkan  menentang  suatu  realitas  yang  terjadi  di  masyarakat.  Pernyataan redaksi  tersebut  diharapkan  dapat  mewakili  masyarakat  secara  umum  dalam
mengungkapkan  opininya.  Selain  itu,  editorial  atau  tajuk  rencana  dapat dikatakan sebagai jiwanya surat kabar.
William  L.  Rivers,  Bryce  Mc  Intyre  dan  Alison  Work  mengatakan “Editorial adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat
umum.  Editorial  juga  adalah  penyajian  fakta  dan  opini  yang  menafsirkan berita-
berita penting dan mempengaruhi pendapat umum.”
6
Isu atau opini editorial harus berdasarkan fakta dan data dengan nilai kebenaran
yang akurat.
Ini dimaksudkan
sebagai dasar
untuk menggambarkan  realitas,  sehingga  editorial  mampu  mengajak  pembaca
melihat  duduk  permasalahan  sesungguhnya.  Pada  akhirnya  diharapkan, pembaca  dapat  menilai  sendiri  kondisi  yang  sebenarnya.  Di  sini  lah
kepiawaian  redaksi  diuji  dalam  mengulas  dan  manganalisis  suatu permasalahan untuk turut memberikan solusi.
6
William L. Rivers, Bryce Mc Intyre dan Alison Work, Editorial, Penerjemah Dedy Djamaluddin Malik Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, h. 3.
Dengan  demikian,  editorial  memiliki  kekuatan  untuk  membentuk opini publik. Berdasarkan hal tersebut, penulis menilai hal ini tidak bisa lepas
dari peran kebijakan redaksi dalam melihat  dan menilai suatu permasalahan. Kebijakan  redaksi  mempunyai  pengaruh  kuat  terhadap  bentuk  arah  suatu
tulisan editorial. Di sini lah penulis menitikberatkannya. Media  Indonesia, sebagai  surat  kabar nasional  yang telah terbit sejak
19 Januari 1970, di mana surat kabar ini dapat diperoleh di 33 propinsi yang tersebar di 429 kabupaten  kotamadya di seluruh Indonesia. Kekuatan Media
Indonesia  justru  terletak  pada  editorial  yang  kuat,  lugas,  tegas,  inovatif  dan terdepan. Berdasarkan hasil survei  yang dikeluarkan oleh  Mark Plus Insight,
menempatkan  Media  Indonesia  pada  urutan  ke-3  besar  12.22  sebagai koran  yang  dibaca  para  eksekutif  untuk  mengakses  berita  ekonomi  dan
bisnis.
7
Media  Indonesia  tentunya  memiliki  kebijakan  yang  mengatur  isi, serta seluruh aspek yang ada pada surat kabar tersebut.
Kebijakan redaksi yang dibuat oleh suatu lembaga pers, dalam hal ini adalah  Surat  Kabar  Media  Indonesia,  tentunya  sangat  erat  kaitannya  dengan
ideologi  dan  menjunjung  tinggi  nilai-nilai  yang  dianut  oleh  media bersangkutan, serta memprioritaskan kepentingan masyarakat.
Dari beberapa surat kabar yang memiliki tajuk rencana atau editorial, tajuk  dalam  Media  Indonesia  memiliki  isi  yang  paling  kritis,  tegas,  lugas,
tajam  dan  tidak  berputar-putar  dalam  menyikapi  permasalahan  yang  tengah terjadi.  Belum  lagi,  hanya  media  ini  yang  memiliki  kebijakan  menempatkan
tajuknya pada halaman muka. Tentunya itu menjadi hal yang menarik, ketika
7
http:www.mediaindonesia.comread20090223239861111Profile_Perusahaan diakses pada 26 November 2010
kita  mengingat  bahwa  editorial  merupakan  opini  redaksi,  dan  media merupakan  hal  yang  dapat  mempengaruhi  pembacanya.  Selain  itu  pula,
editorial  yang  telah  dipublikasikan  melalui  Surat  Kabar  Media  Indonesia, kemudian  dikupas  ulang  dalam  bedah  kasus  editorial  di  Metro  TV,  di  mana
masyarakat  dapat  memberikan  tanggapan  dan  respon  langsung  terhadap  isi dari  opini  redaksi  tersebut.  Seperti  yang  kita  ketahui,  bahwa  editorial
merupakan  ruang  private  redaksi  untuk  menyampaikan  opininya,  dengan merangkapnya  di  Metro  TV,  dan  adanya  interaktif  tersebut,  maka  Media
Indonesia satu-satunya yang membawa editorial dari ruang private redaksi ke ruang  publik.  Orang  secara  luas  bisa  menanggapi  editorial  tersebut,  baik
melalui  telpon  di  Metro  TV,  ataupun  dalam  Rubrik  Suara  Anda  di  Media Indonesia.  Inilah  kiranya  membuat  penulis  tertarik  untuk  meneliti  kebijakan
redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam penulisan editorial. Berdasarkan  alasan  di  atas,  maka  penelitian  ini  diberi  judul
“Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial”
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah