Di sini, tujuan datau visi misi dari editorial itu sendiri yang jelas mempengaruhi isi dari editorial. Dengan memiliki tagline
“Jujur Bersuara”, editorial Media Indonesia menyampaikan opininya dengan
bahasa yang tegas, lugas, tidak berputar-putar, serta tidak melakukan pelembutan eufemisme, sehingga dalam memberikan pendapatnya,
diharapkan pendapat itu pula yang dirasakan oleh rakyat. Selain itu, tujuan lain tentu saja adalah untuk mendapatkan tempat di hati rakyat itu
sendiri, yakni dengan cara terus meningkatkan aktualitas, kualitas dan kredibelitas tulisan.
4. Ekstramedia
Pada level ini, Usman Kansong memberikan pengakuan bahwa berita-berita atau tema politiklah yang paling sering diangkat, walaupun
tidak menutup kemungkinan editorial mengangkat tema-tema lain selain politik,
“… karena kita adalah koran politik, dan biasanya orang-orang mendefinisikan kita sebagai koran politik.”
11
Mengenai pengaruh berupa “request tema” dari orang di luar tim editorial, Usman mengaku tidak membiarkan hal itu terjadi.
“Tidak pernah ada. Kalaupun ada pasti kita tolak, kecuali dia saran. Tapi sekali lagi kita bawa ke rapat, mungkin ada yang lebih
bagus, atau anggota lain ada yang kurang setuju. Ide atau usul bisa datang dari manapun, tetapi kalau order atau ada yang pesan, itu
tidak bisa.”
12
Pengaruh dari luar media salah satunya adalah lingkungan masyarakatnya. Mengingat, target utama dari koran ini adalah kelas
11
Ibid
12
Ibid
menengah ke atas, yakni orang-orang berpendidikan yang memiliki perhatian terhadap isu-isu pemerintahan, maka isi dari surat kabar ini pun
cenderung mengangkat berita-berita politik dibandingkan dengan isu lain. Walaupun, tetap tidak membiarkan isu penting lain di luar politik
begitu saja. Mengenai hal lain, tim editorial mengaku pengangkatan tema
untuk penulisan editorial tidak pernah berdasarkan permintaan pihak- pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Semua hanya berdasarkan
berita penting yang menjadi perhatian masyarakat. Walaupun semua ide bisa datang dari mana saja, akan tetapi keputusan tertinggi tetap berada di
ruang rapat khusus tim editorial tersebut.
5. Ideologi
Ini merupakan level yang paling kuat mempengaruhi kebijakan dan isi media. Ideologi atau paham yang dianut akan sangat kental
mempengaruhi isi. Dan sebaliknya, masyarakat akan sangat mudah melihat ideologi dari sebuah media dari isi-isi berita yang disampaikan,
terlebih dari isi tajuk ataupun editorialnya. Media yang berideologikan agama misalnya, akan cenderung mengangkat berita yang bersudut
pandang agamanya. Ataupun media yang berideologikan nasionalis, seperti Media Indonesia, maka berita-berita yang diangkat pun mengarah
pada hal-hal yang bersifat kebangsaan, keindonesiaan, dan sebagainya. “Ideologi sangat kuat mempengaruhi kebijakan, karena
kebijakan adalah turunan dari ideologi. Ideologi kita kebangsaan,
pancasila, nasionalis, dan sebagainya, maka pemberitaan kita semuanya harus mengarah ke sana.”
13
Dalam menyikapi isu yang berbenturan dengan ideologi yang dianut Media Indonesia, Usman mengatakan, tim editorial akan
membawanya pada ideologi yang mereka anut. “Setiap media memiliki ideologi, ideologi kita kan
keindonesiaan, kebangsaan, nasionalisme, pancasila, NKRI, dan seterusnya. Ya itulah, ideologi kita yang mepengaruhi seluruh
kebijakan, karena
kebijakan merupakan
terjemahan dari
ideologi.”
14
Ideologi nasionalisme yang melekat pada Media Indonesia, mengantarkan editorialnya dalam penulisan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai persatuan dan kesatuan, yakni dengan tidak mengangkat tema- tema yang menyinggung perasaan masyarakat yang membacanya.
“… harus mempertimbangkan etika. Kita tidak mengangkat tema-tema yang menyinggung perasaan keagamaan seseorang
misalnya, menyinggung gender, ras, dan harus tetap dalam konteks kebangsaan dan NKRI. Karena ideologi kita adalah nasionalisme,
nasionalis, NKRI, pancasila, bhineka tunggal ika dan seterusnya.
Dan karena ini ideologi, maka tidak boleh lari dari situ.”
15
Level ini merupakan level yang paling kental mempengaruhi kebijakan sekaligus isi dari editorial Media Indonesia. Di mana
pertimbangan ideologilah yang menjadi dasar untuk mengangkat atau tidaknya suatu peristiwa. Sedapat mungkin editorial akan membawa
pendapatnya ke arah ideologi yang mereka pegang. Ini menjadi aturan baku, bukan saja bagi penulis editorial, seluruh wartawan yang bekerja di
Media Indonesia pun wajib mengikuti ideologi dan kebijakan media ini.
13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid
Jelas hal ini menjadi jati diri dari Media Indonesia, untuk tetap konsisten memberikan fakta dari sudut pandang ideologinya, yakni
nasionalis, kebangsaan, demokrasi dan NKRI, bukan hal lain seperti keagamaan misalnya.
Bila penulis analogikan Skema Hirarki Pengaruh tersebut dengan editorial, maka dapat dikatakan bahwa isi dari editorial tidak lepas dari
beberapa level atau pengaruh di atas. Mulai dari dalam diri penulis itu sendiri, rutinitas media, organisasi, lingkungan sekitar media, dan yang lebih kental
adalah pengaruh dari ideologi media bersangkutan. Karenanya, penulisan editorial harus mampu mengungkap opini dengan jelas, lugas dan tajam,
sehingga dapat memberikan gambaran atau cerminan terhadap media massa tersebut.
Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan redaksi dalam penulisan editorial, berdasarkan berita-berita penting yang
dipengaruhi oleh sikap, posisi dan pandangan suatu media terhadap nilai- nilai, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Kebijakan yang menjadi
kerangka umum, otomatis mempengaruhi penulisan editorial, mulai dari menyiapkan tulisan, menentukan tujuan, sampai integritas penulisannya.
B. Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia Secara Umum